Anda di halaman 1dari 16

Masalah-Masalah Hukum, Jilid 48 No.

2, April 2019, Halaman 147-163 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716

URGENSI HUKUM PERIZINAN DAN PENEGAKANNYA SEBAGAI


SARANA PENCEGAHAN PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP

Sulistyani Eka Lestari1, Hardianto Djanggih2


Fakultas Hukum Universitas Sunan Bonang, Tuban,
Jl. Dr. Wahidin Sudirohusodo No.798, Sidorejo, Kabupaten Tuban, Jawa Timur,
Fakultas Hukum Universitas Tompotika Luwuk Banggai,
Jl. Dewi Sartika, No. 67 Luwuk Banggai, Sulawesi Tengah
hardianto.djanggih@gmail.com
Abstrak

Permasalahan lingkungan dapat menimbulkan dampak terhadap kondisi ekosistem dunia.


Rumusan masalah kajian ini adalah bagaimanakah pengaturan perizinan di bidang lingkungan
dan bagaimanakah penegakan hukum di bidang perizinan dapat mencegah dan menanggulangi
pencemaran lingkungan hidup. Metode penelitian adalah penelitian hukum normatif. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa perizinan lingkungan di Indonesia yang berkaitan dengan
permasalahan lingkungan telah diatur di berbagai macam perundang-undangan yang meliputi
bidang pengairan, bidang pertambangan, bidang kehutanan, bidang perindustrian, bidang
penataan ruang, bidang pertanahan, bidang pengolahan limbah B3, bidang pengendalian
pencemaran dan atau kerusakan laut, bidang perikanan, bidang konservasi sumber daya alam
hayati dan ekosistemnya serta izin ditingkat daerah yakni izin gangguan (HO). Dalam
penegakannya dapat dilakukan melalui sarana hukum admintrasi dan hukum pidana.

Kata kunci: Perizinan; Pencemaran; Lingkungan Hidup

147

1 Dosen Fakultas Hukum Universitas Sunan Bonang, Tuban


2 Dosen Fakultas Hukum Universitas Tompotika Luwuk Banggai
Masalah -Masalah Hukum, Jilid 48 No.2, April 2019, Halaman 147-163 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716
A. Pendahuluan manusia (Trihardiningrum, 2000). Publikasi
Permasaahan lingkungan di negara Rachel Carson merupakan gambaran
berkembang seperti Indonesia berbeda bagaimana keserakahan manusia di masa
dengan permasalahan lingkungan di negara lampau di dalam upayanya untuk memenuhi
maju. Masalah lingkungan di Indonesia kebutuhan hidup manusia di sector pangan.
disebabkan keterbelakangan pembangunan Dimana penggunaan DDT secara berlebihan
(Adharani, 2017). Berbagai masalah yang menyebabkan terakumulasinya DDT di
lingungan di Indonesia berakibat pada dalam tubuh manusia maupun hewan.
penurunan kualitas lingkungan baik secara Permasalahan lingkungan di atas
langsung maupun tidak langsung. merupakan gambaran sekilas dari perusakan
(Rochmani, 2015). Salah satu permasalahan lingkungan yang terjadi di luar Indonesia,
adalah pemilihan lokasi yang tepat untuk Indonesia tentunya juga terjadi kasus-kasus
pembuangan Lumpur panas dari kasus pencemaran terhadap lingkungan dimana
Lapindo Brantas supaya tidak mencemari kasus-kasus tersebut sebagian besar belum
lingkungan hingga kasus rutin setiap dapat ditangani secara optimal. Upaya untuk
tahunnya yakni ekspor asap ke negara menangani segala macam permasalahan
tetanggan yaitu Malaysia dan Singapura lingkungan di Indonesia masih sangat minim
yang disebabkan pembakaran areal hutan baik dari segi ilmu maupun kesadaran dari
oleh para pemegang Hak Pengelolaan Hutan para pihak yang terkait secara langsung
(HPH) maupun tidak dengan lingkungan. Dari segi
Dalam sejarah pencemaran lingkungan ilmu tentunya kita dapat memahami cara-
di Jepang terdapat 4 (empat) kasus, yakni: cara yang lazim digunakan masyarakat
kasus Itai-itai (pencemaran cadmium), kasus didalam memanfaatkan alam Indonesia,
Minamata (Nigata), kasus Kumamoto, Kyusu antara lain cara yang digunakan dalam
(keracunan mercuri) serta kasus pencemaran membuka lahan untuk lahan pertanian
udara di Yokkaichi (Rangkuti, 2000). Kasus maupun perkebunan, cara menangkap ikan,
Itai-itai telag terungkap pada tahun 1910 di cara membuang sampah, maupun
kawasan Toyama City yang baru tahun 1968 kegiatankegiatan yang memiliki dampak
para ahli dan Ministry of Health and Welfare pencemaran dan atau perusakan terhadap
Jepang berkesimpulan bahwa penyakit itai- lingkungan hidup. Kemudian dari segi
itai (it hurts, it hurts) disebabkan oleh kesadaran para pihak, pola piker masyarakat
pencemaran Kadmium. Di tahun 1965 telah Indonesia pada umumnya yang hanya
terjadi Minamata di Nigata yang disebabkan memikirkan kepentingan pribadi maupun
oleh keracunan Mercury dan sembilan tahun sesaat masih sangat mendominasi di benak
sebelumnya kasus Minamata terjadi di Teluk masing-masing. Hal ini didukung dengan
Kumamoto (Rangkuti, 2000). pemahaman bahwa alam ini adalah milik kita
Kasus pencemaran oleh limbah B-3 bukannya titipan anak cucu kita, dimana kita
yang cukup terkenal adalah publikasi dari bisa lihat dan cermati bahwa ekspor asap
Rachel Carson pada tahun 1962 yang yang rutin terjadi tiap tahunnya merupakan
berjudul Silent Spring (Yulianah sebagai bukti kurangnya kepedulian dari
Trihardiningrum, 2000:4). Buku tersebut sektor swasta terhadap lingkungan, sebagai
menjelaskan dijumpainya residu DDT yang contoh para pemegang HPH dimana mereka
masuk melalui rantai makanan pada cumi- membakar puluhan bahkan ratusan ribu
cumi yang hidup di laut yang dalam, pada hektar hutan tiap tahunnya dalam rangka
burung penguin yang hidup di laut Antartika, membuka lahan untuk pertanian maupun
dan pada jaringan lemak perkebunan.
Segala macam permasalahan di atas
tentunya merugikan kepentingan rakyat
banyak, hal ini dapat kita lihat dan cermati
148 bahwa untuk pengaturan pengelolaan
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 48 No.2, April 2019, Halaman 147-163 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716
lingkugan hidup yang baik dan sehat diatur ditangani secara optimal oleh pemerintah
dalam berbagai macam peraturan selaku pihak yang berwenang.
perundangan, antara lain Pasal 28 H ayat (1) Belum lagi permasalahanpermasalahan
Undang-undang Dasar 1945 yang memuat lain yang terjadi di kota Surabaya, misalnya
ketentuan sebagai berikut: “Setiap orang masalah sampah yang dibuang oleh
berhak hidup sejahtera lahir batin, bertempat masyarakat di Kalimas dan Kali Surabaya,
tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup drainase yang kurang baik karena timbunan
yang baik dan sehat serta berhak sampah di saluransaluran air dan lain-lain.
memperoleh pelayanan kesehatan”. Salah satu instrument yang dapat
digunakan sebagai upaya penegakan hukum
Kemudian ketentuan dalam Pasal 5 ayat lingkungan adalah dari segi perizinan. Hal
(1) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 ini dikarenakan bahwa sebenarnya fungsi
tentang Perlindungan Dan pengelolaan dari izin untuk mencegah maupun untuk
Lingkungan Hidup yang memuat sebagai menanggulangi permasalahan lingkungan.
berikut: “Setiap orang mempunyai hak yang Hal ini dikarenakan segala jenis bentuk
sama atas lingkungan hidup yang baik dan usaha maupun industri meemrlukan izin
sehat”. untuk dapat didirikan. Hal ini bisa dilihat
dari ketentuan Pasal 18 ayat 1 Undang-
Dan Pasal 9 ayat (3) Undang-undang undang
Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
Manusia, yang memuat ketentuan sebagai Dan pengelolaan
berikut: Lingkungan Hidup, yakni:
“Setiap orang berhak atas lingkungan hidup Setiap usaha dan/atau kegiatan yang
yang baik dan sehat”. menimbulkan dampak besar dan penting
terhadap lingkungan hidup wajib
Dengan adanya berbagai macam memiliki analisis mengenai dampak
peraturan perundang-undangan diatas lingkungan hidup untuk memperoleh
tentunya tiap-tiap manusia Indonesia berhak izin melakukan usaha dan/atau kegiatan.
atas lingkungan yang baik dan sehat
sebagaimana dijamin oleh Pancasila dan Berbagai permasalahan dihadapi dalam
UUD NRI 1945 (Triana, 2014). Hal ini sistem perizinan di Indonesia dewasa ini
merupakan kebutuhan primer atau hak dasar salah satunya adalah dimana satu kegiatan
bagi setiap orang. Namun dengan melihat yang dilakukan oleh seseorang/badan hukum
perkembangan kondisi lingkungan terakhir memerlukan izin secara terpisah-pisah
ini, dimana banyak terjadi kasuskasus dengan instansi yang mengeluarkan izin
lingkungan yang terkesan diabaikan begitu berbeda-beda pula tergantung izin yang
saja dan tidak adanya peran serta aktif baik dibutuhkan oleh suatu usaha dan/atau
pemerintah maupun masyarakat dalam kegiatan yang dilakukan.
memperjuangkan hak-hak dasar mereka atas Sebagai contoh pengusaha yang bermaksud
lingkungan yang baik dan sehat, tentunya mendirikan kegiatan usaha tertentu lazimnya
hak tiap warga negara untuk memperoleh memerlukan izin HO, izin usaha industri,
lingkungan yang baik dans ehat tidak dapat izin mendirikan bangunan, izin lokasi, izin
terpenuhi secara optimal. Di Indonesia pembuangan limbah cair yang kesemuanya
selama ini belum terlihat wujud nyata / merupakan wewenang dari instansi yang
konkret yang menyangkut masalah ebrbeda. Hal ini menunjukkan bahwa
penegakan hukum lingkungan, hal ini dapat prosedur perizinan di Indonesia umumnya
dilihat dari banyaknya kasus pencemaran, bersifat sektoral sentries (Rangkuti, 2000).
antara lain kasus Buyat oleh PT. Newmont, Sejarah pengaturan izin di Indonesia
illegal logging, pembakaran hutan, PT. diawali dengan pengaturan masalah
Freeport, PT. Lapindo Brantas, dan lain-lain perizinan lingkungan yang diatur didalam
yang tidak mampu diselesaikan dan Hinder Ordonantie (HO) atau disebut
149
Masalah -Masalah Hukum, Jilid 48 No.2, April 2019, Halaman 147-163 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716
dengan Ordonansi Gangguan Stb. 1926 2. Wewenang untuk menetapkan baku
No.226 dengan judul Niuwe Bepalingen mutu ambient, effluent, dan proses
motrent het Oprichten van Inrichtingen, produksi terhadap jenis pencemaran
welke Gevaar, Schade of Hinder Kunnen lingkungan.
Veroorzaken, yang mulai berlaku tanggap 1 3. Prosedur perizinan, termasuk peran serta
Agustus 1926, diubah dan ditambah dengan masyarakat dan akses terhadap
Stb. 1927 No.449, Stb. 1940 No.14 dan 450 informasi.
(Siti Sundari Rangkuti, 2000:143). Didalam 4. Ketentuan tentang perlindungan hukum
pengaturan Pasal 5 HO terdapat pengaturan administrasi (banding).
sederhana mengenai peran serta masyarakat 5. Ketentuan tentang pengawasan dan
didalam bentuk pernyataan pendapat / penegakan hukum lingkungan
keberantan (inspraak) sebelum permohonan administrative dan kepidanaan.
izin diputuskan, namun dalam kenyataannya Dari perumusan kelima hal diatas
tidak pernah diterapkan. Hal ini sebenarnya berdampak kepada kewenangan sebuah
merupakan ide yang brilian namun didalam instansi. Hal ini dikarenakan didalam
kenyataannya proses pemberian izin tidak melakukan pengelolaan lingkungan yang
pernah melibatkan masyarakat karena proses mutlak adalah tentang kewenangan
pengambilan pengelolaan lingkungan, wacana
Keputusan Tata Usaha Negara implikatifnya adalah harus jelas instansi
(besichikking) ditempuh dengan cara mana yang memiliki kewenangan melakukan
kesepakatan antara individu yakni antara pengelolaan lingkungan, termasuk
instansi yang berwenang dengan peminta pengelolaan lingkungan di daerah (Wijoyo,
izin. 2005). Hal ini juga tak lepas dari kedudukan
Didalam perkembangan pengaturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
perizinan lingkungan ternyata menemukan (MENLH) sebagai “Menteri Negara” yang
berbagai macam perizinan yang berdiri tidak memimpin departemen pemerintahan,
sendiri-sendiri, misalnya Undang-undang yang berarti tidak mempunyai “portefeuile”,
Nomor 5 Tahun 1984 tentang yaitu wewenang administrative structural
Perindustrian yang mengatur perizinan (Rangkuti, 2000). Wewenang memberi izin
industri, Peraturan Pemerintah Nomor 85 lingkungan hanya dimiliki seorang Menteri
Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Lingkungan yang memimpin departemen
Berbahaya dan Beracun, Peraturan pemerintahan.
Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Rumusan Masalah
Pengendalian Pencemaran Air, Peraturan Dari latar belakang masalah tersebut,
Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang dirumuskan masalah yang akan dikaji dalam
Pengendalian Pencemaran Udara. penulisan ini yakni sebagai berikut:
Kesemuanya menunjukkan bahwa perlunya a. Bagaimanakah pengaturan perizinan di
sebuah instrument hukum yang mampu bidang lingkungan sebagai upaya untuk
mengatur dan mengakomodasikan segala mencegah pencemaran dan/atau
keseluruhan peraturan perundangundangan perusakan lingkungan hidup?
diatas dalam suatu system “izin lingkungan” b. Bagaimanakah penegakan hukum di
kedalam satu bentuk Undangundang bidang perizinan dapat mencegah dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup yang bersifat menanggulangi pencemaran dan/atau
komprehensif (Rangkuti, 2000), dimana perusakan lingkungan hidup?
elemen-elemen undangundang tersebut
hendaklah mengatur tentang: (Rangkuti, B. Metode Penelitian
2000).
Untuk mengkaji tulisan ini, metode
1. Sistem perizinan lingkungan untuk
penelitian yang digunakan adalah penelitian
instalasi yang mencakup semua jenis
hukum normatif. Oleh karena itu, maka
pencemaran lingkungan.
150
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 48 No.2, April 2019, Halaman 147-163 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716
mtode pendekatan yang digunakan adalah ukuran-ukuran yuridis yang
pendekatan perundangundangan (statute memperhitungkan keadaan individual
approach) dan pendekatan konsep kegiatan industri yang memiliki dampak
(conceptual approach). Pendekatan ini untuk pada langkah-langkah pengelolaan
mengkaji asas-asas hukum, norma-norma lingkungan hidup (Wijoyo, 2012:98).
hukum, dan konsepkonsep hukum. Adapun Di dalam penggunaan izin sebagai
sumber dan jenis bahan hukum adalah bahan sarana administrasi dalam pencegahan
hokum kepustakaan, yakni baham hukum pencemaran di bidang lingkungan tentunya
primer, bahan hukum sekunder dan bahan harus memenuhi beberapa aspek terlebih
hokum tersier. Bahan-bahan hukum tersebut dahulu, yakni (Wijoyo, 2012):
dikaji secara deskriptif-kualitatif serta ditarik a. Tujuan dari penerbitan izin.
kesimpulan secara dedukti-induktif. b. Dasar hukum / legitimasi yang meliputi
wewenang, substansi, dan prosedur.
C. Hasil dan Pembahasan 1. Pengaturan c. Konformitas hukum.
Perizinan Di Bidang Lingkungan Di Ketiga hal diatas merupakan syaratsyarat
Indonesia Izin Sebagai Instrumen dalam menerbitkan izin, karena keputusan
Administrasi Dalam Pencegahan pemberian izin akan berkaitan langsung
Pencemaran di Bidang Lingkungan maupun tidak langsung kepada masyarakat
Pemahamanan tentang Izin merupakan sebagai pelaksanaan dari izin. a. Tujuan Izin.
suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan Tujuan izin adalah sebagai instrument
undang-undang atau peraturan pemerintah, dalam mengendalikan aktivitas masyarakat
untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dengan cara mempengaruhi para warga agar
dari ketentuan larangan perundangan (B.J.M. mau mengikuti cara-cara yang dianjurkan
Ten Berge dan N.M. Spelt,). Perizinan guna mencapai suatu tujuan konkrit (Wijoyo,
merupakan salah satu bentuk dari campur 2012). Selain itu tentunya penguasa memiliki
tangan pemerintah (Wibisana, 2017). motif-motif atau fungsi dengan
Izin mempunyai 2 (Dua) pengertian dikeluarkannya izin, dimana motif tersebut
yakni izin dalam arti sempit dan izin dalam antara lain (Wijoyo, 2012):
arti pelepasan atau pembebasan / dispensasi 1) Keinginan mengarahkan
(Wibisana, 2017). Izin dalam arti sempit (mengendalikan – sturen)
mempunyai tujuan untuk mengatur tindakan- aktivitasaktivitas tertentu (misalnya
tindakan yang oleh pembuat undang-undang izin bangunan).
tidak seluruhnya dianggap tercela, namun 2) Mencegah bahaya bagi lingkungan
dimana ia mengingkan dapat melakukan (izin-izin lingkungan).
pengawasan sekedarnya (Wibisana, 2017). 3) Keinginan melindungi obyek-obyek
Pada intinya pengertian izin dalam arti tertentu (izin penebangan, izin
sempit adalah suatu tindakan yang dilarang, membongkar monument). 4) Hendak
terkecuali diperkenankan. Sedangkan membagi benda yang sedikit (izin
pengertian izin sebagai pelepasan atau penghunian).
pembebasan (dispensasi) adalah izin 5) Pengarahan dengan menyeleksi orang-
memang dimaksudkan sebagai pengecualian orang dan aktivitas-aktivitas
yang sungguh-sungguh, pelepasan adalah (izin berdasarkan “Drank-en
pengecualian atas larangan sebagai aturan Horecawet”, dimana pengurus harus
umum (Wibisana, 2017). memenuhi syarat-syarat tertentu, SIM).
Kaitannya dengan permasalahan b. Dasar Hukum.
lingkungan, izin merupakan salah satu upaya Izin adalah salah satu instrument yang
pencegahan terhadap kerusakan lingkungan paling banyak digunakan didalam ruang
hidup adalah melalui kebijakan sistem lingkup hukum administrasi.
perizinan lingkungan (Rhitti dan Pemerintah menggunakan izin sebagai
Pudyatmoko, 2016). Izin lingkungan dan sarana yuridis untuk
persyaratannya harus dibuat berdasarkan
151
Masalah -Masalah Hukum, Jilid 48 No.2, April 2019, Halaman 147-163 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716
mengatur/mengendalikan perilaku/tingkah melaksanakan sesuai dengan ketentuan
laku masyarakatnya, oleh karena itu persetujuan tersebut.
sebagai tindakan pemerintah izin yang 3) Pemberian sanksi / penegakan
merupakan suatu Keputusan Tata Usaha hukum.
Negara (KTUN) harus mempunyai dasar Kewenangan untuk memberikan sanksi
hukum atau unsure legitimasi didalam sangat dominant dalam bidang hukum
menerbitkan izin yang lebih dikenal administrasi, oleh karena itu tidak ada
dengan istilah asas keabsahan, dimana manfaatnya bagi pejabat pemerintah
meliputi 3 hal yakni wewenang, substansi dilengkapi kewenangan mengatur dan
dan prosedur (Hadjon, 1992). kewenangan mengontrol tanpa ada
Dengan demikian maka izin harus kewenangan untuk menerapkan sanksi.
memenuhi ketiga syarat keabsahan seperti Didalam menjalankan fungsi mengatur
yang telah disebutkan diatas, oleh karena itu diperlukan saran “pemaksa”, agar
berikut ini akan dijelaskan ketiga asas diatas. aturan-aturan hukum yang dimiliki
a. Wewenang. pemerintah dipatuhi oleh warga
Ruang lingkup penggunaan wewenang itu masyarakat.
memiliki tiga elemen, yaitu (Djamiati, 2004): Wewenang sebagai salah satu asas
1) Mengatur. keabsahan bagi pemerintah dalam melakukan
Kewenangan mengatur berkaitan tindakan pemerintah merupakan konsep inti
dengan tugas pemerintah dalam dalam Hukum Tata Negara dan Hukum
menjalankan fungsi mengatur. Administrasi sebagai hukum publik.
Sesuai dengan fungsi tersebut Wewenang lazimnya dideskripsikan sebagai
kewenangan pemerintah mengeluarkan kekuatan hukum/rechtsmacht, sehingga
izin digunakan untuk mengatur tingkah wewenang senantiasa berkaitan dengan
laku warga agar aktivitas warga tidak kekuasaan negara. Wewenang sekurang-
mengganggu warga lain. kurangnya terdiri atas 3 komponen, yaitu:
2) Mengontrol. pengaruh, dasar hukum dan konformitas
Kewenangan melakukan control hokum
terhadap kehidupan masyarakat sangat (Hadjon, 1990).
berkaitan dengan tugas pemerintah yang Komponen pengaruh berarti
berhubungan dengan tugas mengatur. penggunaan wewenang dimaksudkan untuk
Dimana pengontrolan kepada mengendalikan perilaku subyek hukum.
masyarakat dilakukan melalui Dalam pelaksanaan wewenang untuk
pengaturan dengan mengadakan menetapkan digunakan sebagai sarana
pembatasanpembatasan tertentu kepada mempengaruhi masyarakat untuk
aktivitas masyarakat di bidang social, menjalankan cara-cara yang ditetapkan
ekonomi, maupun bidang politik. pemerintah agar mencapai tujuan tertentu
Kewenangan mengontrol dimaksudkan berupa pengendalian terhadap aktivitas
agar masyarakat dapat lebih terarah seseorang (Tim Pengajar, 2006).
dalam melakukan aktivitas, sehingga Komponen dasar hukum bermakna
tidak menyimpang dari setiap wewenang harus selalu dapat ditunjuk
ketentuanketentuan larangan atau dasar hukumnya sebagai realisasi dari asas
perintah yang diberikan oleh pemerintah legalitas. Dengan demikian setiap
berdasarkan peraturan hukum yang ada. kewenangan untuk menetapkan izin harus
Dengan demikian dalam menetapkan diatur dalam peraturan perundangundangan
izin sebagai sarana yang digunakan tertentu, yaitu dalam figure hukum yang
untuk mengendalikan aktivitas mendapat persetujuan wakil rakyat (UU dan
masyarakat tidak hanya berhenti dalam Perda) karena izin merupakan pembatasan
menetapkan izin saja, tetapi pemerintah terhadap hak asasi manusia yang digunakan
memiliki kewenangan untuk melakukan sebagai sarana pengendalian (Tim Pengajar,
kewenangan mengontrol agar izin dalam 2006:21).
152
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 48 No.2, April 2019, Halaman 147-163 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716
Komponen konformitas hukum ini ditentukan menjadi urusan
beresensi adanya standart wewenang, baik pemerintah.
standart umum untuk semua jenis wewenang
maupun standart khusus bagi jenis Urusan pemerintah di daerah
wewenang tertentu. Standart ini dijalankan berdasarkan asas desentralisasi,
dimaksudkan agar dalam penetapan izin, dekonsentrasi dan tugas pembantuan.
pemerintah memiliki pedoman dan ukuran, Desentralisasi adalah penyerahan wewenang
sehingga pemerintah tidak akan melakukan Pemerintah oleh pemerintah kepada daerah
tindakan yang sewenangwenang (Tim otonom untuk mengatur dan mengurus
Pengajar, 2006). urusan pemerintah dalam system Negara
Kewenangan yang dimiliki oleh badan Kesatuan Republik Indonesia. Dekonsentrasi
administrasi atau pejabat dalam melakukan adalah pelimpahan wewenang Pemerintahan
tindakan nyata, mengadakan peraturan oleh pemerintah kepada Gubernur sebagai
ataupun mengeluarkan keputusan dilandasi wakil pemerintah dan/atau kepada instansi
oleh kewenangan yang diperoleh secara vertical di wilayah tertentu, sedangkan Tugas
“atribusi”, “delegasi”, maupun “mandat” pembantuan adalah penugasan Pemerintah
(Djamiati, 2004). Suatu atribusi menunjuk kepada daerah dan/atau desa dari pemerintah
kepada kewenanganyanga asli atas dasar provinsi kepada kabupaten/kota kepada desa
ketentuan hukum tata negara (Djamiati, untuk melaksanakan tugas tertentu.
2004). Delegasi menegaskan suatu Atas dasar ketiga asas tersebut kewenangan
perlimpahan wewenang kepada badan pemberian izin dibedakan atas (Hadjon,
pemerintahan yang lain(Tatiek Sri Djamiati, 1990):
2004:ibid) Sedangkan pada mandat tidak 1. Izin atas dasar kewenangan otonomi
terjadi pelimpahan ataupun dalam arti (desentralisasi).
pemberian kewenangan, akan tetapi pejabat 2. Izin atas dasar pelimpahan kewenangan
yang diberi mandat oleh pejabat lain dari pemerintah kepada Gubernur
bertindak atas nama pemberi mandat dan/atau instansi vertical
(mandator) (Djamiati, 2004). (dekonsentrasi).
Izin merupakan bentuk kewenangan 3. Izin sebagai pelaksanaan tugas
yang berupa pemberian keputusan oleh pembantuan.
badan administrasi atau pejabat. Menurut
P.M. Hadjon, menyatakan bahwa b. Prosedur.
kewenangan membuat keputusan (izin) Prosedur penetapan izin diatur di dalam
hanya dapat diperoleh dengan 2 (dua) cara peraturan perundang-undangan yang
yaitu dengan atribusi dan delegasi (Hadjon, mengatur masing-masing izin. Seperti kita
1990). ketahui bahwa perizinan di
Apabila berbicara tentang kewenangan bidang lingkungan bersifat sektoral sehingga
tentunya kita juga tidak dapat melupakan tidak terdapat acuan yang jelas ataupun
kewenangan pemerintah di daerah dalam kodifikasi bagaimana tata cara penetapan
menetapkan izin. Hal ini tidak lepas dari izin. Namun secara teoritis terdapat asasasas
adanya Undang-undang Nomor 32 Tahun umum prosedur penetapan izin yang meliputi
2004 tentang Pemerintah Daerah dimana ada (Hadjon, 1990):
izin yang ditangani oleh Pemerintah 1. Permohonan.
Kabupaten / Kota. Kewenangan Pemerintah 2. Acara persiapan dan peran serta.
Kabupaten / Kota diatur dalam Pasal 10 (2) 3. Pemberian keputusan.
Undangundang No.32 Tahun 2004 tentang 4. Susunan keputusan.
Pemerintah Daerah sebagai berikut: Berikut ini penjelasan
Pemerintah daerah menyelenggarakan terhadap masing-masing asas-asas umum
urusan pemerintahan yang menjadi dalam prosedur penetapan izin, yakni:
kewenangannya, kecuali urusan 1. Permohonan.
pemerintah yang oleh undangundang
153
Masalah -Masalah Hukum, Jilid 48 No.2, April 2019, Halaman 147-163 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716
Permohonan merupakan langkah awal diajukan oleh pihak yang berkepentingan
dalam perizinan, dan permohonan adalah terdiri dari 3 (Tiga) jenis, yaitu (Tim
permintaan yang berkepentingan akan Pengajar, 2006:ibid).:
suatu keputusan (Hadjon, 1990), sehingga 1. Permohonan tidak dapat diterima.
setiap penetapan izin harus didasarkan 2. Penolakan izin.
pada permohonan dari pihak yang 3. Pemberian izin.
berkepentingan atas dikeluarkannya Keputusan yang menyatakan
keputusan (izin). permohonan tidak dapat diterima
2. cara persiapan dan peran serta masyarakat dikarenakan bukan karena substansi izin
(inspraak). melainkan karena tidak lengkapnya
persyaratan administasi. Keputusan
Kedudukan izin sebagai suatu Keputusan permohonan tidak dapat diterima
Tata Usaha Negara (KTUN) adalah disebabkan oleh beberapa hal sebagai
bersifat keputusan bebas. Hal ini berikut:
mengandung pengertian bahwa dalam a. Permohonan bukan diajukan oleh yang
penetapannya, izin tidak hanya didasarkan berkepentingan.
pada norma hukum administrasi yang b. Permohonan diajukan setelah lewat
tertulis, yaitu peraturan perundang- jangka waktu yang ditetapkan.
undangan tetapi juga didasarkan pada c. Permohonan diajukan bukan kepada
norma hukum yang tidak tertulis yaitu instansi yang berwenang.
Asas-asas Umum Pemerintahan Yang Penolakan izin terjadi apabila ada
Baik keberatan-keberatan mengenai isi
(AUPB). Salah satu asasnya adalah asas terhadap pemberian izin. Dalam hal ini
kecermatan (ketelitian). Sebagai salah asas-asas yang menjadi dasar penolakan
satu asas dalam AUPB asas kecermatan terhadap suatu izin harus dicantumkan
mempunyai kedudukan yang penting dalam keputusan penolakan.
dalam penetapan izin (Tim Pengajar, Pemberian izin merupakan
2006). keputusan yang mengabulkan
Acara persiapan ditujukan kepada permohonan izin. Pemberian izin harus
tiap-tiap permohonan izin. Hal ini didasarkan pertimbangan yang baik oleh
dimaksudkan bahwa pemerintah sebagai pemerintah dengan memperhatikan
instansi pemberi keputusan memberikan peraturan perundang-undangan dan
kesempatan bagi masyarakat dan instansi UAPB. Hal terpenting dalam prosedur
lain yang terkait untuk memberikan penerbitan izin adalah pengumuman yang
masukan atau pertimbangan terhadap dapat diketahui baik oleh pihak yang
permohonan izin. Atas adanya masukan- berkepentingan maupun masyarakat baik
masukan tersebut pemerintah dapat keputusan itu berupa penolakan maupun
menggunakannya sebagai bahan pemberian izin, pengumuman ini
pertimbangan untuk menetapkan izin agar memberikan kesempatan bagi pihak yang
izin tersbeut tidak menimbulkan hal-hal berkepentingan maupun masyarakat untuk
yang buruk dan merugikan siapapun (Tim melakukan upaya perlindungan hukum.
Pengajar, 2006). 4. Susunan keputusan perizinan.
Peran serta masyarakat (inspraak) Bagian terpenting dari keputusan
dapat dilakukan dengan berbagai macam perizinan adalah diktum, uraian isi
cara antara lain musyawarah, dengar mufakat yang diberikan dengan izin dan
pendapat, maupun memberikan masukan ketentuan-ketentuan,
secara tertulis kepada instansi yang pembatasanpembatasan atau syarat-syarat
menetapkan izin atau cara-cara lain yang yang dikaitkan pada izin. Disamping itu,
telah ditentukan. keputusan seringpula memuat
3. Pemberian keputusan. Keputusan pemberian alasan, dimana
pemerintah atas permohonan izin yang ketentuanketentuan undang-undang yang
154
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 48 No.2, April 2019, Halaman 147-163 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716
diterapkan, penetapan fakta oleh organ 2) Melakukan inventarisasi dan identifikasi
pemerintah dan sumber pencemaran.
pertimbanganpertimbangan hukum yang 3) Menetapkan persyaratan air limbah
dilakukan oleh organ pemerintahan dan untuk aplikasi pada tanah.
pertimbangan-pertimbangan hukum yang 4) Menetapkan persyaratan pembuangan
dilakukan organ dicantumkan. air limbah ke air atau sumber air.
c. Substansi 5) Memantau kualitas air pada sumber air.
Pengertian substansi sebagai salah satu 6) Memantau faktor lain yang
bagian dari asas keabsahan dalam pemberian menyebabkan perubahan mutu air.
izin adalah isi atau materi dari suatu izin b. Bidang Pertambangan
yang diajukan oleh pihak yang Peraturan perundangan-undangan di
berkepentingan. Substansi sangat berkaitan bidang pertambangan sangatlah beragam,
erat dengan pemberian keputusan dalam antara lain:
penerbitan izin, hal ini dapat apabila 1) Undang-undang Nomor 11 Tahun 1967
substansi dari permohonan tidak tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
bertentangan dengan peraturan Pertambangan tertanggal 2 Desember
perundangundangan yang terkait dan AUPB 1967. Kewenangan mengenai pemberian
maka izin akan dikabulkan sedangkan izin pertambangan diatur dalam Pasal 15
apabila substansi bertentangan maka izin ayat 3 Undang-undang Nomor 11 Tahun
akan ditolak. 1967 tentang KetentuanKetentuan
Pokok Pertambangan yang menyebutkan
2. Pengaturan Perizinan di Bidang bahwa:
Lingkungan Kuasa Pertambangan diberikan dengan
Pengaturan perizinan yang berkaitan Keputusan Menteri Dalam Keputusan
dengan masalah lingkungan sangatlah Menteri itu dapat diberikan ketentuan-
beragam dan bersifat sektoral sehingga ketentuan khususnya disamping apa
penjelasan dalam sub bab ini akan yang telah dalam Peraturan Pemerintah
dipilahpilah sesuai dengan bidangnya yang termaksud dalam ayat (2) pasal ini.
masingmasing. 2) Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001
a. Bidang Pengairan tentang Minyak dan Gas Bumi
Undang-undang Nomor 11 Tahun 1974 tertanggal 23 November 2001.
tentang Pengairan tertanggal 26 Desember Kewenangan mengenai pengelolaan
1974 jo. Undang-undang Nomor 7 Tahun minyak dan gas bumi diatur dalam Pasal
2004 tentang Sumber Daya Air. Disamping 4 Undang-undang Nomor 22 Tahun
peraturan tersebut juga terdapat Peraturan 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi,
Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang yang menyebutkan bahwa :
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian a) Minyak dan Gas Bumi sebagai
Pencemaran Air. Kewenangan mengenai sumber daya alam yang tak
pengendalian terhadap pencemaran air diatur terbarukan yang terkandung di
dalam Pasal 20 Peraturan Pemerintah Nomor Wilayah Hukum Pertambangan
82 tahun 2001 tentang Indonesia merupakan kekayaan
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian nasional yang dikuasai oleh negara.
Pencemaran Air, yang menyebutkan bahwa: b) Penguasaan oleh Negara
Pemerintah dan Pemerintah Propinsi, sebagaimana dimaksud dalam
Pemerintah Kabupaten / Kota sesuai dengan ayat (1) diselenggarakan oleh
kewenangan amsing-masing dalam rangka Pemerintah sebagai pemegang
pengendalian pencemaran air pada sumber kuasa pertambangan.
air berwenang: c) Peemrintah selaku pemegang kuasa
1) Menetapkan daya tampung beban pertambangan membentuk Badan
pencemaran. pelaksana sebagaimana diatur dalam
Pasal 1 angka 23.
155
Masalah -Masalah Hukum, Jilid 48 No.2, April 2019, Halaman 147-163 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716
3) Undang-undang Nomor 27 Tahun 2003 Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
tentang Panas bumi tertanggal 22 menjadi undangundang. Kewenangan
Oktober 2003. Kewenangan pengelolaan pengelolaan hutan diatur dalam Pasal 4 ayat
panas bumi diatur dalam Pasal 5,6, dan 2 UU Kehutanan yang menyebutkan bahwa:
7. Pada Pasal 5 diatur kewenangan Penguasaan hutan oleh Negara
pengelolaan oleh sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Pemerintah, sedangkan pada Pasal 6 memberi wewenang kepada
merupakan kewenangan pemerintah pemerintah untuk:
Propinsi sedangkan Pasal 7 mengatur 1) Mengatur dan mengurus segala
kewenangan Pemerintah Kabupaten / sesuatu yang berkaitan dengan
Kota sebagai contoh mengenai hutan, kawasan hutan, dan hasil
kewenangan dapat kita lihat pada Pasal hutan.
7 Undang-undang Nomor 27 Tahun 2) Menetapkan status wilayah tertentu
2003 tentang Panas Bumi yang sebagai kawasan hutan atau
menyebutkan bahwa: kawasan hutan sebagai bukan
1. Kewenangan Kabupaten / Kota kawasan hutan.
dalam pengelolaan pertambangan 3) Mengatur dan menetapkan
Panas Bumi meliputi: hubungan-hubungan hukum antara
a. Pembuatan peraturan orang dengan hutan, serta mengatur
perundang-undangan di daerah perbuatan-perbuatan hukum
di bidang pertambangan Panas mengenai kehutanan.
Bumi di kabupaten / kota. d. Bidang Perindustrian Pengaturan
b. Pembinaan dan pengawasan izin diatur dalam Undangundang Nomor 5
pertambangan Panas Bumi di Tahun 1984 tentang Perindustrian dan
kabupaten / kota. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1995
c. Pemberian izin dan pengawasan tentang Izin Usaha Industri. Mengenai
pertambangan Panas Bumi di kewenangan pemerintah dalam mengatur
kabupaten / kota. masalah industri diatur dalam pasal 8
d. Pengelolaan informasi geologi Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1995
dan potensi Panas Bumi di tentang Izin Usaha Industri yang
kabupaten / kota. menyebutkan bahwa:
e. Inventarisasi dan penyusunan Pemerintah melakukan pengaturan,
neraca sumber daya dan pembinaan, dan pengembangan bidang
cadangan Panas Bumi di usaha industri secara seimbang,
kabupaten / kota. terpadu, dan terarah untuk
f. Pemberdayaan masyarakat di memperkooh struktur industri nasional
dalam ataupun di sekitar pada setiap tahap perkembangan
wilayah kerja di kabupaten / industri.
kota. Dan Pasal 12 Peraturan Pemerintah Nomor
2. Kewenangan kabupaten / kota 13 Tahun 1995 tentang Izin Usaha Industri
sebagaimana dimaksud pada ayat yang menyebutkan bahwa:
(1) dilaksanakan sesuai dengan Untuk mendorong pengembangan
ketentuan peraturan cabang-cabang industri dan jenisjenis
perundangundangan yang berlaku. industri tertentu di dalam negeri,
c. Bidang Kehutanan Pengaturan izin Pemerintah dapat memberikan
di bidang kehutanan diatur dalam Undang- kemudahan dan/atau perlindungan
undang Nomor 41 Tahun 1999 jo. Undang- yang diperlukan.
undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang e. Bidang Penataan Ruang Peraturan
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti perundangan yang mengatur masalah
Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 penataan ruang adalah Undangundang
tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan
156
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 48 No.2, April 2019, Halaman 147-163 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716
Ruang. Undang-undang ini memiliki peran Sedangkan mengenai kewenangan
yang cukup vital mengingat peranan undang- dalam menerbitkan izin lokasi diatur dalam
undang ini dalam membentuk perencanaan Pasal 7 ayat 1 Peraturan Menter Negara
suatu wilayah baik di tingkat nasional, Agraria / Kepala Badan Pertanahan Nasional
Propinsi maupun Kabupaten/Kotamadya. Nomor 2 Tahun 1999 tentang Izin Lokasi
Undangundang ini juga mempunyai peran yang menyebutkan bahwa:
cukup penting karena penataan ruang suatu Ketentuan lebih lanjut mengenai tata
daerah sangat berpengaruh terhadap kondisi cara pemberian izin lokasi ditetapkan
ekologis maupun lingkungan di suatu daerah. oleh
Hal ini diatur dalam Pasal 22 ayat 4 Undang- Bupati/Walikotamadya atau, untuk
undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Daerah Khusus Ibukota Jakarta, oleh
Penataan Ruang yang menyebutkan bahwa: Gubernur kepala Daerah
Rencana Tata Ruang Wilayah Khusus Ibukota Jakarta.
Kabupaten/Kotamadya Daerah g. Bidang Pengelolaan (Limbah) Bahan
Tingkat II menjadi dasar untuk Berbahaya dan Beracun Pengaturan
peenrbitan perizinan lokasi pengelolaan limbah B3 diatur dalam
pembangunan. (Rahmadi, 2003):
f. Bidang Pertanahan Undang-undang 1) Undang-undang Nomor 14 Tahun
yang berkaitan dengan masalah tanah adalah 1992 tentang Lalu Lintas dan
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 Angkutan Jalan.
tentang PeraturanPeraturan Dasar Pokok 2) Peraturan Pemerintah Nomor 18
Agraria. Masalah pertanahan apabila Tahun 1999 jo. Peraturan pemerintah
dikaitkan dengan perizinan di bidang Nomor 85 Tahun 1999 tentang
lingkungan maka sangatlah erat hal ini dapat Pengelolaan Limbah Bahan
dilihat dengan adanya peraturan pemerintah Berbahaya dan Beracun.
yang secara khusus mengatur masalah izin 3) Peraturan Pemerintah Nomor 74
lokasi, yakni : Peraturan Menteri Negara Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Agraria/Kepala badan Usaha Pertanahan Bahan Berbahaya dan Beracun.
Nasional Nomor 2 Tahun 1999 tentang Izin 4) Peraturan Pemerintah Nomor 64
Lokasi dimana izin lokasi selalu terkait Tahun 2000 tentang Perizinan
dengan izin di bidang penataan ruang, dan Pemanfaatan Tenaga Nuklir.
merupakan satu rangkaian dengan bidang 5) Peraturan Pemerintah Nomor 41
perindustrian dalam perolehan tanah untuk Tahun 1993 tentang Angkutan
kepentingan pembangunan industri. Jalan.
Hubungan antara izin lokasi dengan bidang Kemudian diatur dalam Pasal 18
penataan ruang maupun dengan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999
perindustrian diatur dalam Pasal 3 Peraturan tentang Pengendalian Pencemaran dara yang
Menteri Negara Agraria / Kepala Badan menyebutkan bahwa:
Pertanahan Nasional Nomor 2 Tahun 1999 1) Pelaksanaan operasional
tentang Izin Lokasi, yang menyebutkan: pengendalian pencemaran udara di
Tanah yang ditunjuk dalam Izin daerah dilakukan oleh Bupati /
lokasi adalah tanah yang menurut Walikotamadya Kepala Daerah
Rencana Tata Ruang Wilayah yang Tingkat II.
berlaku diperuntukkan bagi 2) Pelaksanaan koordinasi operasional
penggunaan yang sesuai dengan pengendalian pencemaran udara di
rencana penanaman modal yang akan daerah dilakukan oleh Gubernur.
dilaksanakan oleh perusahaan 3) Kebijaksaan operasional
menurut persetujuan penanaman pengendalian pencemaran udara
modal yang dipunyainya. sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat ditinjau kembali setelah 5
(lima) tahun.
157
Masalah -Masalah Hukum, Jilid 48 No.2, April 2019, Halaman 147-163 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716
Hal ini juga diaturdalam Pasal 19 situasi sebelum terjadinya pelanggaran
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 norma-norma hukum.
tentang Pengendalian Pencemaran Udara Konsep-konsep dasar penegakan hukum
yang menyebutkan bahwa: administrasi, yaitu meliputi
1) Dalam rangka penyusunan dan (Hadjon, 1990):
pelaksanaan operasional 1. Legitimasi.
pengendalian pencemaran udara di Meliputi dengan wewenang
daerah segaimana dimaksud dalam pengawasan dan wewenang
Pasal 18 ayat (1), daerah menyusun menerapkan sanksi.
dan menetapkan program kerja 2. Instrumen Yuridis. Berkaitan dengan
daerah di bidang pengendalian jenis-jenis sanksi administrasi dan
pencemaran udara. prosedur menerapkan sanksi.
2) Ketentuan mengenai pedoman 3. Norma Hukum Administrasi. Norma
penyusunan dan pelaksanaan hukum tertulis dan AUPB
operasional pengendalian 4. Kumulasi Sanksi. Penerapan sanksi secara
pencemaran udara di daerah bersama-sama antara sanksi hukum
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) administrasi dengan hukum lainnya dapat
ditetapkanoleh Kepala instansi yang terjadi, yakni kumulasi internal dan
bertanggungjawab. kumulasi eksternal.
Apabila kita berbicara mengenai
3. Penegakan Hukum Administrasi konsep-konsep dasar penegakan hukum
Terhadap Perizinan Dibidang administrasi tentunya tidak lupa kita
Lingkungan membahas mengenai instrument yuridis
Penegakan hukum lingkungan di dalam hukum administrasi yang dapat
Indonesia mencakup penataan dan digunakan dalam rangka penegakan hukum
penindakan (compliance and enforcement) administrasi. Sanksi-sanksi dalam hukum
(Kim, 2013). Apabila kita berbicara administrasi yang khas, antara lain (Hadjon,
mengenai penegakan hukum administrative 1990):
tentunya kita membahas sarana yang dapat a. Bestruursdwang (paksaan pemerintah).
digunakan dalam penegakan hukum b. Penarikan kembali keputusan (ketetapan)
administrasi. Menurut P.M. Hadjon yang menguntungkan (izin, pembayaran,
menyatakan bahwa sarana penegakan hukum subsidi).
administrasi berisi (Hadjon, 1996:337): c. Pengenaan denda administrative.
1. Pengawasan. d. Pengenaan uang paksa oleh pemerintah
2. Penerapan sanksi pemerintahan. (dwangsom).
Menurut J.B.J.M. Teu Berge Sedangkan sifat-sifat dari sanksi
menyatakan bahwa instrument penegakan administrasi antara lain (Hadjon, 1990):
hukum administrasi meliputi: 1. Tujuan pelaksanaan sanksi adalah
1. Pengawasan. perbuatan pelanggarannya.
2. Penerapan sanksi merupakan langkah 2. Memiliki sifat “reparatoir” artinya
represif untuk memaksakan kepatuhan. memulihkan pada keadaan semula.
Ruang lingkup penegakan hukum 3. Prosedur pelaksanaan sanksi dilakukan
administrative meliputi: secara langsung oleh pejabat tata usaha
1. Preventif. negara tanpa melalui prosedur peradilan.
Meliputi pengawasan, untuk mencegah Mengenai penjelasan terhadap jenisjenis
agar jangan sampai terjadi pelanggaran, sanksi adminitrasi adalah sebagai berikut:
yang mempunyai tujuan ketaatan a. Paksaan Pemerintah. Rumusan mengenai
peraturan. pengertian paksaan pemerintah
2. Represif. dirumuskan sebagai tindakan nyata atas
Penerapan sanksi, untuk menghentikan biaya para pelanggar guna
pelanggaran dan mengembalikan pada menyingkirkan, mencegah, melakukan,
158
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 48 No.2, April 2019, Halaman 147-163 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716
atau mengembalikan pada keadaan semula untuk menambah hukuman yang
apa yang telah dilakukan atau sedang pasti, terutama denda administrasi
dilakukan yang bertentangan peraturan yang terdapat dalam hukum pajak.
perundang-undangan tertentu (P.M. d. Uang paksa. Uang paksa dikenakan
Hadjon, 1990:ibid). sebagai alternative untuk paksaan
Paksaan pemerintah tidak selalu pemerintah yang berarti sebagai
diartikan dengan paksaan dalam bentuk sanksi subsidair dan dianggap sebagai
kekuatan fisik. Namun jika diperlukan sanksi reparatoir. Dalam praktek
dapat digunakan paksaan kekuatan fisik. hukum perizinan sanksi ini tidak
Pelaksanaan paksaan pemerintah adalah pernah diterapkan, karena tidak dibuat
suatu wewenang, bukan suatu kewajiban. dalam peraturan perundang-
Kewenangan untuk melakukan paksaan undangan.
pemerintah adalah kewenangan bebas Kajian sanksi pidana di dalam hukum
(vrijebevoeigheid). Prosedur pelaksanaan pidana merupakan bagian khusus dari hukum
paksaan pemerintah wajib didahului oleh pidana. Sanksi pidana merupakan tindakan
dengan peringatan secara lisan maupun yang dapat ditujukan terhadap pelaku tindak
tertulis, jika tetap tidak memperhatikan pidana (kejahatan dan pelanggaran).
peringatan tersebut maka pengenaan Tindakan yang terdapat di dalam sanksi
paksaan pemerintah baru dilaksanakan. pidana berupa hukuman. Jika seseorang
b. Penarikan kembali keputusan (ketetapan) melakukan tidnak pidana pencurian, maka
yang menguntungkan (izin, pembayaran, pelaku mendapat hukuman pidana yakni
subsidi) selaku sanksi. Terdapat dua hal sanksi pidana atas perbuatan pencurian
terhadapnya suatu keputusan (ketetapan) tersebut.
yang menguntungkan dapat ditarik Sanksi pidana memiliki sifat penjera dan
kembali sebagai sanksi (Hadjon, 1990): derita terhadap pelaku tindak pidana
a. Yang berkepentingan tidak mematuhi (kejahatan dan pelanggaran). Sifat penjera
pembatasan-pembatasan, syarat-syarat dan derita adalah tujuan utama dari hukum
atau ketentuan peraturan perundang- pidana, sehingga dalam sanksi pidanapun
undangan yang dikaitkan pada izin, juga meliputi sifat tersebut. Oleh karena itu,
subsidi atau pembayaran. sanksi pidana memiliki cirri khas yang
b. Yang berkepentingan pada waktu berlainan dari sanksi-sanksi bidang ilmu
mengajukan permohonan untuk hukum lainnya (sanksi administrasi dan
mendapat izin, subsidi, atau sanksi perdata). Didalam sanksi pidana
pembayaran telah memberikan data terdapat kaidah hukum yang bersifat
yang sedemikian tidak benar atau melarang. Jika kaidah hukum tersebut
tidak lengkap, sehingga apabila data dilanggar dengan sengaja (dolus) maupun
itu diberikan secara benar atau oleh karena kealpaan (culpa), maka
lengkap maka keputusan akan penegakan sanksi pidana tidaklah dapat
berlainan (misalnya: penolakan izin, dikesampingkan dan tidak ada pengecualian.
dsb). Pencabutan sebagai sanksi Segala perbuatan dapatlah
administrasi merupakan wewenang dipertanggungjawabkan dengan pengenaan
yang melekat pada wewenang sanksi pidana terhadap pelaku tindak pidana
menetapkan KTUN (misalnya: (kejahatan dan pelanggaran).
pemberian izin). Sifatnya pencabutan Berbagai peraturan perundangundangan
sebagai sanksi bisa bersifat reparatoir telah diterbitkan oleh badan legislative dan
juga bisa condemnatoir. eksekutif di Indonesia. Dari peraturan
c. Pengenaan denda administrasi. Denda perundang-undangan yang diterbitkan,
administrasi berbeda dengan uang masing-masing mencantumkan ketentuan
paksa, denda administrasi tidak lebih pidana sebagai alat untuk menegakkan
dari sekedar reaksi terhadap norma-norma hukum yang mempunyai sifat
pelanggaran norma, yang ditujukan mengatur dan melarang kemudian dilanggar
159
Masalah -Masalah Hukum, Jilid 48 No.2, April 2019, Halaman 147-163 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716
dan disimpangi secara sengaja maupun menandakan betapa lemahnya pemahaman
karena kealpaan. para konseptor peraturan
Pandangan atas penerapan sanksi pidana perundangundangan tentang pentingnya
menjadi acuan kerangka interpretasi hukum fungsi lingkungan dalam menunjang
pidana dalam menanggulangi tindak pidana. kehidupan manusia. Karena berapapun
Setiap perbuatan pidana baik kejahatan besarnya denda yang harus dibayar ataupun
maupun pelanggaran dapatlah dikenai sanksi pidana penjara sekalipun tidak dapat
pidana atas perbuatannya. Sanksi pidana mengganti besarnya biaya kerusakan serta
menjadi hal terpenting di dalam aturan memulihkan kondisi lingkungan yang telah
hukum yang memiliki sifat represif di dalam rusak akibat pelanggaran tersebut.
penegakannya. Hal ini juga menunjukkan bahwa para
Kitab Undang-undang Hukum Pidana pembuat peraturan tidak dapat berpikir
(KUHP) memuat berbagai jenis sanksi secara multidispliner mengenai pentingnya
pidana. Dalam Pasal 10 Kitab keberadaan sebuah izin terhadap dampak
Undangundang hukum Pidana (KUHP) yang nantinya timbul akibat izin tersebut
disebutkan bahwa pidana terdiri atas: a. diberikan. Meskipun kita telah mengenal
Pidana pokok: piranti AMDAL maupun UPL dan UKL
1. Pidana mati. namun tetap saja keberadaan mereka dapat
2. Pidana penjara. dengan mudah disimpangi demi mencapai
3. Pidana kurungan. tujuan yang diinginkan yakni sebuah izin.
4. Pidana denda. Hal ini semakin kentara apabila kita
5. Pidana tutupan. melihat pada saat ini di tiap Kabupaten /
b. Pidana tambahan: Kota fungsi izin sebagai sarana pencegahan
1. Pencabutan hak-hak tertentu. dan pengendalian telah berubah menjadi
2. Perampasan barang-barang tertentu. sarana untuk mencari uang. Hal ini
3. Pengumuman putusan hakim. ditegaskan dengan adanya Undang-undang
Dari pengaturan 2 (dua) macam sanksi Nomor 18 Tahun 1997 jo. Undang-undang
pidana di atas, dalam peraturan Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak dan
perundangundangan tidaklah dicantumkan Retribusi Daerah, dimana pada asal 157
semua. Peraturan perundang-undangan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004
sering menggunakan jenis sanksi pidana tentang
penjara, pidana kurungan, dan pidana denda. Pemerintahan daerah menyatakan bahwa
Hal ini disesuaikan dengan perbuatan pidana Pendapatan Asli Daerah (PAD) berasal dari:
yang dilakukan. Semakin banyak peraturan 1. Hasil pajak daerah.
perundang-undangan diterbitkan, maka 2. Hasil retribusi daerah.
semakin banyak pula pengaturan sanksi 3. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
pidananya di dalam ketentuan pidana pada dipisahkan.
peraturan perundang-undangan tersebut. 4. Lain-lain PAD yang sah. Fungsi dan
Mengenai penegakan hukum izin dari peran dari pajak dan retribusi daerah
segi hukum pidana dapat dikatakan bahwa sebagai salah satu sumber PAD,
sasaran upaya penegakan hukum sudah tepat ditegaskan kembali melalui Peraturan
karena telah mencapai tahap penyidikan, Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001
semoga pada pemeriksaan ke depannya tentang Pajak daerah dan Peraturan
instansi peradilan dalam hal ini PN maupun Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001
PT mampu membuat sebuah keputusan yang tentang Retribusi Daerah.
bijak dan membuat jera meskipun penerapan Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 66
sanksi pidana merupakan ultimum remedium. Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah telah
Meskipun demikian penerapan sanksi pidana ditetapkan bahwa Retribusi Daerah
tetap tidak dapat memulihkan kondisi dibedakan dalam 3 jenis, yaitu: a. Retribusi
lingkungan yang telah dicemari ke keadaan jasa usaha.
semula sebelum tercemar. Hal ini b. Retribusi jasa umum.
160
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 48 No.2, April 2019, Halaman 147-163 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716
c. Retribusi perizinan tertentu. hukum dimiliki oleh pemberi izin dalam hal
Menurut Pasal 3 Peraturan Pemerintah ini tergantung instansi pada masingmasing
Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi bidang, serta instrument yang digunakan
Daerah, maka izin-izin yang dapat dipungut berupa pengawasan dan sanksi pengawasan
retribusi adalah: dan sanksi administrasi. Pada instrument
1. Izin Mendirikan Bangunan (IMB). pengawasan masing-masing peraturan
2. Izin Tempat Penjualan perundangan yang terkait mengatur masalah
Minuman pengawasan didalamnya, sedangkan
Beralkohol. mengenai bentuk pengaturan dari instrument
3. Izin Gangguan (HO). sanksi administrasi berupa peringatan,
4. Izin Trayek. pembekuan izin sementara, paksaan
Dengan demikian salah satu bentuk pemerintah dan uang paksa belum banyak
retribusi yang dipungut di daerah adalah tercantum pada tiap-tiap peraturan perizinan
retribusi perizinan tertentu yang jenis di bidang lingkungan. Pada penegakan
perizinannya telah ditetapkan dalam Pasal 3 hukum pidana mempunyai tujuan untuk
Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 memberikan derita/nestapa, mengenai
tentang Retribusi Daerah. Hal ini menjadi kewenangan tetap berada pada pemberi izin
dasar bagi pemerintah dan selalu bekerja sama dengan kepolisian.
Kabupaten/Kota untuk menggali uang dari Sedangkan instrument yang digunakan
diterbitkannya izin. Gejala yang terjadi adalah sanksi pidana yang umumnya berupa
adalah pemerintah daerah sibuk mengatur pidana kurungan, pidana penjara dan
tentang berbagai macam izin yang dikenakan pengenaan denda.
retribusi dan bahkan tidak terkesan rasional
karena mengenakan biaya retribusi yang DAFTAR PUSTAKA
tinggi. Dengan demikian telah terjadi
perubahan fungsi dari izin sebagai Adharani, Y. (2017). Penataan dan
instrument yuridis pencegahan menjadi Penegakan Lingkungan Pada
sarana untuk pemenuhan PAD bagi daerah- Pembangunan Infrastruktur dalam
daerah. Mewujudkan Pembangunan
Berkelanjutan, (Studi Kasus
C. Simpulan Pembangunan PLTU II Di Kecamatan
Perizinan lingkungan di Indonesia yang Mundu Kabupaten Cirebon),
berkaitan dengan permasalahan lingkungan Padjajaran Jurnal Ilmu Hukum, 4 (4),
telah diatur di berbagai macam perundang- 61-83.
undangan yang ebrsifat sektoral dimana Djamiati, T. S. (2004). Prinsip Izin Usaha
bidang-bidang yang terkait dengan Industri di Indonesia, Disertasi, 2004,
pengaturan izin meliputi bidang pengairan, Surabaya: Pascasarjana Universitas
bidang pertambangan, bidang kehutanan, Arilangga.
bidang perindustrian, bidang penataan ruang, Hadjon, P. M. 1992). Pengatar Hukum
bidang pertanahan, bidang pengolahan Administrasi Indonesia, Cetakan ke-8,
limbah B3, bidang pengendalian pencemaran Yogyakarta: Gadjah Mada University
dan atau kerusakan laut, bidang perikanan, Press.
bidang konservasi sumber daya alam hayati Hadjon, P. M. (1996). Penegakan
dan ekosistemnya serta izin ditingkat daerah Administrasi Dalam Pengelolaan
yakni izin gangguan (HO). Upaya penegakan Lingkungan Hidup, dalam Butir-Butir
hukum dalam pengaturan izin dibedakan Gagasan Penyelenggaraan Hukum dan
dalam 2 (dua) upaya yakni penegakan hukum Pemerintahan Yang Layak, Cetakan I,
administrasi dan penegakan hukum pidana. Bandung: Citra Aditiya Bakti.
Dalam penegakan hukum administrasi Kim, S. W. (2013). Kebijakan Hukum
mempunyai tujuan untuk memulihkan Pidana Dalam Upaya Penegakan Hukum
keadaan. Mengenai wewenang penegakan
161
Masalah -Masalah Hukum, Jilid 48 No.2, April 2019, Halaman 147-163 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716
Lingkungan Hidup, Jurnal Dinamika
Hukum, 13 (3), 415-427.
Rahmadi, T. (2003). Hukum Pengelolaan
Bahan Berbahaya dan Beracun,
Cetakan I, Surabaya: Airlangga
University.
Rangkuti, S. S. (2000). Hukum Lingkungan
dan Kebijaksanaan Lingkungan
Nasional, edisi kedua, Surabaya:
Airlangga University Press.
Rhitti H. dan Y. Sri Pudyatmoko. (2016)
Kebijakan Perizinan Lingkungan Hidup
Di Daerah Istimewa Yogyakarta, Jurnal
Mimbar Hukum, 28 (2), 263-276.
Rochmani. (2015). Perlindungan Hak Atas
Lingkungan Hidup Yang Baik dan Sehat
Di Era Globalisasi, Jurnal
Masalah-Masalah Hukum, 44 (1), 1825.
Tim Pengajar (2006). Hukum Perijinan,
Surabaya: Fakultas Hukum
Universitas Airlangga.
Triana, N (2014). Pendekatan Ekoregion
Dalam Sistem Hukum Pengelolaan
Sumber Daya Air Sungai di Era
Otonomi Daerah, Pandecta, Research
Law Journal, 9 (2), 154-168.
Trihardiningrum, Y. (2000). Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3), Surabaya: Buku Ajar
Jurusan Tehnik Lingkungan Fakultas
Tehnik Sipil dan Perencanaan Institut
Teknologi Sepuluh Nopember.
Wibisana, A. G. (2017). Campur Tangan
Pemerintah Dalam Pengelolaan
Lingkungan: Sebuah Penelusuran
Teoretis Berdasarkan Analisis Ekonomi
Atas Hukum (Economic Analysis Of
Law), Jurnal Hukum Dan
Pembangunan, 47(2), 151-182.
Wijoyo, S. (2005). Kelembagaan
Pengelolaan Lingkungan di Daerah,
Surabaya: Airlangga University Press.
Wijoyo, S. (2012). Persyaratan Perizinan
Lingkungan Dan Arti Pentingnya Bagi
Upaya Pengelolaan Lingkungan Di
Indonesa, Jurnal Yuridika, 27 (2),
97110.

162

Anda mungkin juga menyukai