Anda di halaman 1dari 5

TERHADAP

KEJADIAN PAPARAN GAS H2S DI WELLPAD TANGO PLTP PT. SMGP

SIBANGGOR JULU-MADINA 25 JANUARI 2021

A. PENDAHULUAN :

PT. Sorik Marapi Geothermal Power (PT. SMGP) adalah pengembang PLTP Sorik Marapi dengan
kapasitas total sebesar 240 MW merupakan salah satu proyek strategis nasional dan menjadi
bagian dalam Program 35.000 MW maupun Program FTP 10.000 MW Tahap II. PT. Sorik Marapi
Geothermal Power (PT. SMGP) selaku pengembang telah berhasil menghubungkan Unit I
hingga 45 MW dan menargetkan di tahun 2020 menghubungkan Unit II PLTP Sorik Marapi
sebesar 45 MW pada jaringan 150 kV PT. PLN. Selain itu, PT. SGMP juga terus mengembangkan
proyek melalui kegiatan pengeboran untuk memperoleh hasil maksimal sesuai potensi sumber
daya yang ada.

B. DASAR HUKUM :
Dasar Hukum terkait Permasalahan :
1. Undang-undang nomor 21 tahun 2014 tentang Panas Bumi
2. Undang-undang nomor 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja
3. Undang-undang nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
4. Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 2014 tentang besaran dan tata cara pemberian
bonus produksi panas bumi
5. Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 2017 tentang panas bumi untuk pemanfaatan
tidak langsung
6. Peraturan Menteri No. 33 tahun 2018 tentang pengelolaan dan pemanfaatan Data
dan Informasi Panas Bumi untukPemanfaatan tidak langsung.

C. PERMASALAHAN

Kejadian tragedi yang memilukan terlepasnya gas H2S pada WKP PLTP PT. SMGP pada tanggal
25 januari 2021, yang mengakibatkan tewasnya 5 orang, puluhan dirawat secara intensif di
Rumah Sakit.

Kejadian dimaksud merupakan kejadian terbesar dalam sejarah pemanfataan sumber daya
energi Panas Bumi. Mengingat kejadian terpapar gas H2S sangat jarang terjadi di PLTP, kejadian
terjadi satu kali di tahun 2016 pada saat buka sumur Ijen 01 dilapangan menko itjen dan korban
hanya luka ringan tidak perlu rawat inap.

Kementerian ESDM telah melakukan Investigasi terhadap kejadian dimaksud dan telah
menemukan bahwa telah terjadi mal operasi dan pelanggaran SOP dan merupakan Kejadian
berbahaya kategori berat dan kecelakaan panas bumi kategori cedera sesuai SNI 8868:2020,
yang mengakibatkan terjadinya paparan H2S di lapangan kerja panas bumi PT. SMGP. (paparan
hasil investigasi Kementerian ESDM terlampir).

1
 Untuk mencegah hal ini Kementerian ESDM telah melakukan langkah-langkah a.l:
1. Koordinasi dengan Pemda untukpenanganan dan pemulihan dampak kejadian
2. Penerapan K3 terhadap seluruh kegiatan SMGP akan di audit
3. Memastikan SMGP melaksanakan seluruh rekomendasi hasil investigasi
4. Menuntaskan rancangan Permen ESDM tentang K3 serta perlindungan lingkungan panas
bumi.

 Insiden, kejadian atau kasus yang pernah terjadi terkait PT. SMGP :
1. Konflik horizontal antar masyarakat yang pro dan kontra terhadap keberadaan PT.
SMGP yang mengakibatkan 1 orang tewas pada tgl 11/11/2014.
2. Bupati membekukan IUP PT. SMGP pada tanggal 9/12/2014 terkait jatuhnya korban dan
rusaknya lingkungan dan menimbulkan bencana pada masa eksplorasi
3. Kementererian ESDM mengaktifkan kembali Izin Panas Bumi pada April 2015
4. Akuisisi saham kepemilikan 100% oleh KS. ORKA yang menimbulkan penolakan dan
polemik di masyarakat pada tahun 2016
5. Tewasnya 2 orang santri pada kolam penampungan air milik PT. SMGP di wellpad
Sibanggor Jae 29/09/2018
6. Suara Ledakan dari pipa di wellpad a yang menyebabkan 4 orang masyarakat pingsan
pada tahun 2020
7. Terjadi banjir dari wellpad Tango ke perkebunan masyarakat yang mengakibatkan 30
pokok kopi mati tahun 2020
8. Semburan abu yang keluar dari pembukaan sumur di wellpad Tango yang
mengakibatkan tanaman warga mati/rusak, pada tahun 2020
9. Kebocoran Pipa dipersimpangan dari Wellpad A ke wellpad T Desa Sibanggor Julu yang
mengeluarkan asap yang membuat warga resah, pada tahun 2020
10. Terjadinya kecelakaan kerja seorang karyawan yaitu patah kaki pada januari 2021
11. Terjadinya kecelakaan kerja seorang karyawan yaitu Putus jari tangan pada januari 2021
12. Terpaparnya H2S dan mengakibatkan 5 orang tewas dan puluhan dirawat secara intensif
di Rumah Sakit

Menurut Informasi yang patut dipercaya sebenarnya sudah banyak kasus yang sudah sampai di
kementerian ESDM, itu perlu penjelasan lebih lanjut.

 Masukan masyarakat atas aktifitas Negatif PT. SMGP:


1. PT. SMGP tidak melibatkan warga dalam proses kajian amdal
2. PT. SMGP tidak pernah menyebarkan peta wilayah kerja kepada masyarakat
3. PT. SMGP tidak memasanag plank/ himbauan peringatan/rambu-rambu tentang bahaya
dan resiko aktifitas yang berisiko tinggi
4. PT. SMGP dianggap abai dengan kurang menerapkan SOP yang benar
5. Arogansi terhadap masyarakat dan Pemerintah Daerah
6. Pemasangan Pipa penyaluran tidak sesuai safety prosedur.
7. Kompensasi yang tidak wajar bagi warga yang meninggalkan pekerjannya saat
melakukan buka sumur
8. PT. SMGP kurang trasparan dalam memberikan informasi dan menjelaskan kegiatan
kerjanya kepada masyarakat hanya melalui kepala Desa.

 Tuntutan dan Aspirasi masyarakat Sibanggor Julu :

2
1. Penyelesaian Akibat dan dampak kejadian baik terhadap korban meninggal, korban yang
sakit sampai sembuh.
2. Pada saat buka sumur radius 300 meter wajib ada dana kompensasi karena di lahan
tersebut tidak bisa bekerja.
3. Pembebasan lahan radius 300meter sebagai daerah penyangga
4. Tali asih bagi masyarakat karena tidak bekerja 100/hari selama 20 hari sejak kejadian.
5. Informasi harus terbuka dan trasparan kepada masyarakat jangan ada yang ditutup-
tutupi oleh Pihak SMGP
6. Memberdayakan dan memprioritaskan penduduk lokal pada pekerjaan yang
memungkinkan dikerjakan oleh penduduk lokal di proyek PLTP PT. SMGP.

 Rekomendasi hasil investigasi Kementerian ESDM kepada PT SMGP:

1. Memberikan santunan yang layak kepada korban meninggal dan korban terdampak
serta menanggung seluruh biaya pengobatan korban hingga sembuh.
2. Berkoordinasi dengan Bupati, EBTKE, Kapolres, maupun Pemda setempat untuk
melakukan penanganan masalah sosial terhadap masyarakat.
3. Membentuk divisi/bagian yang menangani facility engineer untuk mengevaluasi
pekerjaan fasilitas permukaan.
4. Membuat pemetaan kepemilikan lahan warga di area zona terdampak untuk
memudahkan sosialisasi pada saat ada kegiatan berisiko dan memberikan kompensasi
kepada warga setiap dilaksankaan kegiatan yang mengganggu aktivitas warga.
5. Memperbaiki SOP pekerjaan pembukaan sumur:
a. Melakukan air capping sumur panas bumi dengan menggunakan kompresor.
b. Menyediakan peralatan penangkap gas H2S.
c. Pemasangan alat pendeteksi gas H2S pada lokasi di dekat kepala sumur, silencer
serta area lain yang berpotensi menjadi tempat keluarnya gas H2S.
d. Radius bahaya atau jarak aman dari lokasi pembukaan sumur.
e. Pemantauan arah angin melalui wind sock.
f.Merencanakan kegiatan buka sumur secara matang.
g. Memperbaiki metode sosialisasi kepada masyarakat dengan metode secara langsung
dan 2 arah.
h. KTPB harus memastikan seluruh tim pelaksana terkoordinir dengan baik.
i. Melengkapi sekuriti dengan gas detector H2S dan radio komunikasi.

6. Memberikan pelatihan mengenai seluruh potensi bahaya pekerjaan pembukaan sumur


kepada sekuriti.
7. Mamasang H2S detector di sekitar area wellpad.
8. Memastikan kompetensi semua personil.
9. Memasang bleed line di sumur panas bumi.
10. Melaksanakan audit keselamatan dan kesehatan kerja dengan melibatkan auditor
eksternal.
11. Memperbaiki pola komunikasi antar pekerja dan bagian terkait.
12. KTPB menekankan ulang dan selalu mengutamakan pentingnya aspek keselamatan
kepada seluruh pekerja. PT. SMGP harus

 Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dipertegas :


1. Penyelesaian penanganan korban dan lingkungan terdampak, baik dampak Kesehatan
fisik maupun psikis, dampak sosial dan ekonomi masyarakat terdampak yang
merupakan tanggung jawab dan kewajiban Pengembang PLTP, antara lain:

3
a. Pelaksanaan perjanjian PT dengan Korban meninggal
b. Pembayaran kompensasi korban dirawat yang masih belum tuntas
c. Pendampingan psikolog untuk terapi traumatik masyarakat
d. Pemberian tali asih masyarakat terdampak akibat tidak bisa bekerja sampai
beberapa hari setelah kejadian.
e. Pembebasan lahan warga di zona berbahaya radius 300meter dari sumur
f. Garansi PT. SMGP dan Kementerian ESDM terhadap pelaksanaan proyek panas
bumi yang memiliki resiko tinggi yang menyatakan kejadian serupa tidak akan
terulang kembali sehingga memberi kenyamanan hidup warga yang berdampingan
langsung dengan lingkungan proyek panas bumi.
g. Peyertaan, pembinaan dan pemberdayaan masyarakat dilingkungan proyek panas
bumi PT. SMGP
h. Polemik antar masyarakat yang pro dan kontra terhadap keberadaan proyek panas
bumi PLTP SMGP.
2. Proses hukum dipihak Penegak Hukum yang terkesan lamban.
3. Penerapan sanksi administrasi oleh K. ESDM mengingat sudah seringnya terjadi
kecelakaan kerja, insiden dan kejadian lain yang mengakibatkan kematian.
4. Perlunya kajian dan penelitian yang lebih mendalam terhadap resiko dan dampak bagi
lingkungan panas bumi.
5. Pelaksanakan terhadap rekomendasi Kementerian ESDM dan Komisi VII DPR-RI
6. Pengawasan melekat terhadap pelaksanaan kegiatan PT. SMGP
7. Penegasan peran serta masyarakat dalam pelestarian dan perlindungan lingkungan
panas bumi
8. Hal-hal terkait PT. SMGP :
a. Penegasan penggunaan bonus produksi, CSR ataupun hal-hal lain manfaat yang
diperoleh dari PT. SMGP
b. Tata kelola dan manajemen PT. SMGP yang terkesan tidak profesional
c. Sumber Daya Manusia pelaksana kegiatan proyek panas bumi.
d. Keberadaan tenaga kerja asing
e. Amdal dan izin lingkungan
f. Pola komunikasi yang terkesan tertutup.

D. REKOMENDASI AKHIR:

Dari paparan diatas dapat disimpulkan rekomendasi yang perlu untuk segera
dilakukan adalah sebagai berikut:
1. PT. SMGP harus bertanggung jawab menuntaskan penanggulangan dampak dan
akibat yang ditimbulkan baik terhadap lingkungan, dampak Kesehatan fisik maupun
psikis, dampak sosial dan ekonomi masyarakat sehingga tidak ada lagi polemik
ditengah-tengah masyarakat.
a. Pembayaran Kompensasi dan biaya perobatan bagi seluruh korban terdampak
langsung sampai sembuh.
b. Pemulihan efek traumatik psikologis, terutama bagi orang tua dan anak-anak.
c. Dampak Ekonomi warga yang meninggalkan pekerjaannya beberapa hari pasca
kejadian.
d. Penerapan kompensasi yang wajar jika ada aktifitas yang mengharuskan warga
meningglkan pekerjaannya disaat pembukaan sumur.
e. Pembebasan lahan berpotensi beresiko sekitar wellpad sekitar radius 300 meter
dari sumur.

4
f. Perbaikan pola komunikasi dgn keterbukaan informasi yang harus dilakukan PT.
SMGP kepada masyarakat.
g. Memberdayakan, menyertakan dan Memprioritaskan penduduk setempat pada
kegiatan proyek panas bumi PT. SMGP

2. PT. SMGP harus bertanggung jawab melaksanakan semua rekomendasi dari pihak
terkait baik Kementerian ESDM, Komisi VII DPR-RI, DPRD Madina dan komitmen
dengan masyarakat dan FORKOPIMDA Madina.
3. PT. SMGP harus mampu memberikan jaminan dan garansi akan melakukan
kegiatannya sesuai SOP dan regulasi yang ada untuk memberikan keyakinan dan
kenyamanan bagi masyarakat setempat.
4. PT. SMGP harus memperhatikan masyarakat Sekitar WKP dengan senantiasa
mempertimbangkan skala prioritas dalam pelaksanaan kegiatan proyek ataupun
pelaksanaan CSR nya.
5. Penegak Hukum agar segera menuntaskan kasus ini secara berkeadilan dengan
meminta pertanggung jawaban secara personal maupun tanggung jawab korporasi.
6. Kementerian ESDM agar melakukan kajian dan penelitian yang lebih mendalam
terhadap resiko dan dampak lingkungan.
7. Kementerian ESDM agar meninjau kembali izin Panas Bumi PT SMGP atau
memberikan sanksi administrasi paling berat terhadap PT. SMGP, mengingat ini
bukan kejadian yang pertama yang menebabkan korban meninggal dan kejadian ini
merupakan Kejadian berbahaya kategori berat dan kecelakaan panas bumi kategori
cedera sesuai SNI 8868:2020 dan telah berulang kalinya berbagai kecelakaan dan
pelanggaran oleh PT. SMGP.
8. Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah sesuai kewenangannya memperketat
pengawasan pelaksanaan kegiatan PT. SMGP secara berkala dan terhadap kegiatan
yang berpotensi beresiko.
9. Pemerintah Daerah dan PT SMGP mendorong dan mendukung peran serta
masyarakat dalam lingkungan panas bumi, sebagaimana amanah Undang-undang,
dimana masyarakat turut berperan dalam pelestarian dan perlindungan lingkungan
panas bumi
10. Pemerintah Daerah agar memfasilitasi dan mengusulkan pendirian SMK
Pertambangan. Mengingat salah satu penyebab kejadian ini adalah kurangnya SDM
personal PT. SMGP.
11. Pemerintah Daerah harus bersinergi dengan DPRD dan masyarakat setempat dalam
penggunaan Bonus Produksi, CSR dan manfaat lain dari Hasil Panas Bumi.

Panyabungan, 25 Februari 2021

MUHAMMAD IRWANSYAH LUBIS, SH.

Anda mungkin juga menyukai