Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN RINGKAS

PEMERIKSAAN KECELAKAAN MELEDAKNYA


TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH
YANG TERJADI PADA TGL. 16 JUNI 2009, PUKUL 10.00 WIB
DI BUKIT BUAL/NGALAU CIGAK, DESA BATU TANJUNG
KECAMATAN TALAWI, KOTA SAWAHLUNTO
PROVINSI SUMATERA BARAT

I. KASUS KECELAKAAN
1. Pada hari Minggu dan Senin tanggal 14 s.d. 15 Juni 2009 tambang batubara
bawah tanah tidak beroperasi karena hari gajian dan hari pasar;
2. Pada hari Selasa tgl 16 Juni 2009 pukul 08:00 WIB kegiatan penambangan mulai
beroperasi kembali, dengan pekerja di dalam tambang sebanyak 33 orang
termasuk 1 orang foreman listrik dan di luar tambang 7 orang termasuk 1 orang
operator hoist dan 1 orang supir truk;
3. Sekitar pukul 10:00 WIB saat foreman listrik menyambung instalasi listrik untuk
lampu penerangan di bukaan buntu lubang No. 2. Ketika pemasangan diduga
timbul percikan bunga api listrik (electric spark);
4. Percikan bunga api tersebut menyulut gas metana (yang konsentrasinya pada
rentang ledak), sehingga terjadi ledakan gas metana diikuti dengan terbakarnya
debu batubara serta semburan api di lubang No. 2;
5. Ledakan dan semburan api merambat ke seluruh area tambang batubara bawah
tanah (lubang No. 3, 4, dan No. 5);
6. Akibatnya 31 orang pekerja meninggal dunia ditempat, 3 orang cidera berat dan
10 orang cidera ringan;
7. 2 orang yang mengalami cidera berat akhirnya meninggal dunia di RSU M. Djamil
Padang;
8. Ledakan ini juga mengakibatkan konstruksi mesin hoist, lori, dan kantin yang ada
didepan Lubang No. 2 dan konstruksi mesin hoist di depan Lubang No. 5 rusak.

II. PEMERIKSAAN KECELAKAAN

A. DATA KORBAN
Jumlah korban keseluruhan 44, dengan rincian yaitu :
- Pekerja tambang 40 orang
- Bukan pekerja tambang 4 orang
- Jumlah korban meninggal dunia 33 orang (31 orang di tempat kejadian)
semuanya pekerja tambang
1
- Cidera berat 3 orang ( 2 orang akhirnya meninggal dunia di rumah sakit ), dan
- Cidera ringan 10 orang.

B. DATA LAPANGAN / LINGKUNGAN KERJA


Jumlah lubang tambang ada 5 buah, dengan rincian:
- 2 lubang tambang sebagai sarana transportasi batubara
- 1 lubang sebagai jalan masuk pekerja tambang, dan
- 2 lubang sebagai jalur ventilasi alamiah.

Dimensi lubang-lubang tersebut bervariasi yaitu:


- Lebar 2,0 – 2,3 m
- Tinggi 0,8 – 2,7 m, dan
- Kemiringan 20 – 30 derajat menuju seam batubara.

Sistem Pengangkutan
Pada lubang No. 2 menggunakan rel sepanjang 120 m dengan lebar 0,6 m. Dari
front penambangan menuju ke batas rel pengangkutan batubara menggunakan
gerobak dorong (manual).

Sistem Ventilasi
Menggunakan sistem ventilasi alamiah, dan dibantu dengan 2 buah kipas angin
lokal (local fan) dengan kapasitas 0,7 HP.

Penerangan
Menggunakan aliran listrik yang di supply dari PLN, dengan menggunakan lampu
pijar/bohlam yang spesifikasinya tidak memenuhi standar tambang batubara
bawah tanah.

Sistem Penyanggaan
Hanya dipasang dibeberapa tempat yang terdapat runtuhan, dengan
menggunakan kayu ramin.

Penirisan Tambang
Sistem penirisan tidak ada, tapi digunakan pompa jika diperlukan untuk daerah-
daerah kerja yang berair.

Penambangan
Penambangan dilakukan secara manual (menggunakan gancu, belincong, sekop,
gerobak dorong).

Peralatan Keselamatan Kerja


Tidak memiliki peralatan pengukuran / deteksi gas, tidak ada Alat Pelindung Diri
(APD), dan tidak memiliki self rescuer.

2
C. FAKTA – FAKTA
1. Lokasi tambang secara administratif berada di Bukit Bual/Ngalau Cigak, Desa
Batu Tanjung, Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto terletak diperbatasan
dengan Kabupaten Sijunjung, sedangkan pemilik tambang dan pekerja berasal
dari Kabupaten Sijunjung;
2. Pada awalnya kegiatan penambangan dilakukan tanpa ijin oleh Sdr. Agustar
alias Caguk (Dt. Rajo Batua) sebagai kepala lubang sejak tahun 2004 s.d.
2005 di lokasi tersebut di atas. Lokasi kegiatan penambangan merupakan
tanah Ulayat;
3. Walikota Sawahlunto menerbitkan Kuasa Pertambangan Pengangkutan dan
Penjualan (KW 1371 DSA 6606) kepada PT Dasrat Sarana Arang Sejati
dengan luas 125,40 ha, melalui surat keputusan Nomor: 07.40. Perindagkop.
Tahun 2006, tanggal 02 Juni 2006;
4. Meskipun KP PT Dasrat Sarana Arang Sejati telah resmi diterbitkan, tetapi
kegiatan penambangan tetap dilakukan oleh Sdr. Agustar alias Caguk (Dt.
Rajo Batua) sebagai kepala lubang;
5. Pada tahun 2007 di lokasi tersebut di atas pernah terjadi kecelakaan
meledaknya gas metana yang mengakibatkan 3 orang meninggal dunia.
Kecelakaan ditangani langsung oleh Polres Kabupaten Sijunjung;
6. Pada tanggal 7 Mei 2008, Wakil Bupati Sijunjung mengeluarkan surat
keputusan Bupati Sijunjung dengan Nomor: 503/211/HO/PEREK-2008 tentang
Surat Izin Tempat Usaha kepada CV Perdana dengan pemilik perusahaan Sdr.
Agustar Dt. Rajo Batua. Jenis usaha adalah Pengumpulan dan Perdagangan
Batubara.
7. Pada tanggal 14 Mei 2008, Bupati Sijunjung mengeluarkan Tanda Daftar
Perusahaan (TDP) dengan Nomor TDP: 03.14.3.51.00748 kepada CV
Perdana dengan penanggung jawab Sdr. Agustar Dt. Rajo Batua. Jenis usaha
pokok adalah perdagangan besar batubara.
8. Pada tanggal 16 Mei 2008, Pemilik CV Perdana Sdr. Agustar mengeluarkan
Surat Kuasa kepada Sdr. Adi Gusmanto (Manejer Personalia). Salah satu poin
isi surat menyatakan memberikan kuasa pengelolaan tambang batubara dalam
KP PT Dasrat Sarana Arang Sejati kepada Sdr. Adi Gusmanto;
9. Pada tanggal 02 September 2008, telah ditandatangani surat perjanjian
bermaterai antara PT Dasrat Sarana Arang Sejati (Pihak I) dan CV Perdana
(Pihak II). Salah satu isi perjanjian menyebutkan bahwa CV Perdana (Pihak II)
bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan tambang dan menanggung
segala resiko maupun biaya-biaya yang ditimbulkan;
10. Pada tanggal 17 Desember 2008 telah dilakukan Inspeksi Tambang oleh Tim
dari Dinas Pertambangan Industri Perdagangan dan Koperasi (Perindagkop)
Kota Sawahlunto, dengan hasil bahwa aktifitas penambangan untuk
sementara dihentikan melalui surat No. 2170/Perindagkop-Swl/Tam/II-2008;

3
11. Perintah penghentian sementara tidak diindahkan oleh pemilik tanah ulayat
CV Perdana yang bertindak sebagai Kontraktor Tambang Batubara Bawah
Tanah PT Dasrat Sarana Arang Sejati. Kegiatan penambangan batubara
bawah tanah tetap dilakukan;
12. Pada bulan Februari 2009, PIT dan Tim datang ke lokasi untuk memantau dan
memastikan bahwa perintah penghentian kegiatan penambangan sudah
dilaksanakan, tetapi pada saat sampai di lokasi Tim ditolak dan mendapat
perlawanan dari para penambang;
13. Pada pasca evakuasi tanggal 18 Juni 2009 pukul 12:00 WIB dilakukan
pengukuran gas dan pemeriksaan lokasi ledakan:
a. di mulut tambang menggunakan alat multi gas detector M40 dengan hasil
sbb:
Lubang No. 2: CO 3,0 ppm, H2S 0 ppm, O2 20,9 %, CH4 0,70 %
Lubang No. 5: CO 3,0 ppm, H2S 0 ppm, O2 20,7 %, CH4 0,65 %
b. di bukaan buntu lubang produksi terjauh sekitar 210 m dari mulut lubang,
oleh tim rescue dengan alat deteksi multi gas R7, dengan hasil:
CO 260 ppm, H2S 0 ppm, O2 15,1 %, CH4 50,0 %
14. Tim rescue telah menemukan sebuah tas ransel yang berisi tanda pengenal,
HP, rokok, dan korek gas milik Sdr. Beni (foremen electrician), salah satu
korban yang meninggal dunia di dalam lubang. Saat korban Sdr. Beni
ditemukan masih memegang tang listrik dan tester;
15. Pasca Kecelakaan Tambang, Kepala Dinas Perindagkop Kota Sawahlunto
menghentikan sementara kegiatan tambang batubara bawah tanah PT Dasrat
Sarana Arang Sejati melalui surat Nomor: 1175/Perindagkop-SWL/TAM/VI-
2009, tanggal 18 Juni 2009.

III. ANALISA KECELAKAAN

1. Kedalaman front kerja telah mencapai 210 meter, dengan lubang utama
sebanyak 5 lubang dan di dalam setiap lubang terdapat banyak lubang-lubang
front penggalian batubara yang tidak beraturan mengakibatkan sistem ventilasi
alam tidak memadai, meskipun telah dibantu local fan (blower) dengan
kapasitas 0,7 HP;
2. Tambang batubara bawah tanah sempat berhenti beroperasi selama 2 hari dan
mesin ventilasi (local fan) berhenti juga selama 2 hari, diduga terjadi
peningkatan konsentrasi gas metana di bukaan buntu lubang No. 2;
3. Pada saat itu seorang foreman listrik melakukan pemasangan instalasi listrik
untuk lampu penerangan di bukaan buntu lubang No. 2 tersebut tanpa terlebih
dahulu memutus aliran listrik, pada saat itu diduga terjadi percikan bunga api
listrik (electric spark);
4. Percikan bunga api tersebut menyulut gas metana mengakibatkan ledakan gas
metana yang diikuti dengan terbakarnya debu batubara yang menyebabkan
semburan api;
4
5. Semburan api keluar dari mulut tambang No. 2 dan 3. Dalam waktu sangat
singkat merambat ke lubang No. 4 serta ke lubang No. 5;
6. Semburan api dan gas Karbon Monoksida (CO) memasuki lubang-lubang
permuka kerja (coal face) mengakibatkan korban pekerja sebanyak 31 orang
meninggal dunia di tempat, 2 orang meninggal dunia di rumah sakit, serta 1
orang cidera berat dan 10 orang cidera ringan.

IV. KESIMPULAN

A. Penyebab Langsung Kecelakaan


1. Tindakan Tidak Aman :
- Foreman listrik melakukan pemasangan instalasi listrik untuk lampu
penerangan di bukaan buntu lubang No. 2 tanpa terlebih dahulu
memutusan aliran listrik (circuit breaker);
2. Kondisi Tidak Aman :
- Akumulasi gas metana telah mencapai rentang ledak (5 s.d. 15% volume)
di bukaan buntu lubang No. 2;
- Ventilasi tidak memadai, hanya mengandalkan ventilasi alam dan local fan
dengan kapasitas 0,7 HP;
- Instalasi listrik tidak sesuai dengan standard (unexplosion proof).
B. Penyebab Dasar Kecelakaan
1. Faktor Pribadi
- Kurangnya pengetahuan pekerja terhadap keselamatan tambang batubara
bawah tanah dan bahaya-bahayanya;
- Kepala Teknik Tambang tidak memiliki kompetensi.

2. Faktor Pekerjaan :
- Kurangnya pengawasan oleh Kepala Teknik Tambang;
- Kurangnya peralatan keselamatan kerja (khususnya gas detector);
- Tidak tersedianya Standard Operating Procedure (SOP) kegiatan
penambangan.

V. TINDAKAN KOREKSI
(Pencatatan dalam Buku Tambang)

1. Menegaskan kembali surat Dinas Perindagkop/KAPIT Kota Sawahlunto nomor


1175/Perindagkop-SWL/TAM/VI-2009 tanggal 18 Juni 2009 yang
memerintahkan kepada PT Dasrat Sarana Arang Sejati untuk menghentikan
sementara semua aktifitas tambang batubara bawah tanahnya baik yang
penambangannya dilakukan oleh CV Perdana maupun dilakukan sendiri sampai
pada batas waktu yang ditentukan; (Kepmen 2555.K/1993, Pasal 7)
5
2. Manajemen Perusahaan PT Dasrat Sarana Arang Sejati supaya menunjuk
Calon Kepala Teknik Tambang yang kompeten, dan mendapat pengesahan dari
Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang Kota Sawahlunto; (Kepmen 555.K/1995,
Pasal 5)
3. Dilarang menggunakan lampu terbuka, membawa korek api, alat mekanik,listrik
yang dapat menimbulkan bunga api dan lampu penerangan di tambang
batubara bawah tanah harus memenuhi persyaratan kedap gas dan debu yang
mudah terbakar. Apabila melakukan perbaikan perlistrikan supaya mematikan
aliran arus listrik terlebih dahulu; (Kepmen 555.K, Pasal 99 dan 432; Pasal 494 )
4. Menunjuk Kepala Tambang Bawah Tanah, Pengawas Operasional, dan
Pengawas Teknis sebagai penanggung jawab operasional tambang bawah
tanah; (Kepmen 555.K, pasal 296)
5. Menyediakan Alat Proteksi Diri (APD) sesuai dengan jumlah dan jenis
pekerjaannya secara cuma-cuma serta menyediakan alat deteksi gas metana
(CH4), CO, O2 (Pasal 4 ayat 3) dan membuat daftar hadir para pekerja tambang;
(Kepmen 555.K, Pasal 31)
6. Membicarakan dengan pihak-pihak pemegang Tanah Ulayat dan menuangkan
kembali dalam bentuk Kesepakatan Bersama (MOU) tentang hak dan kewajiban
antara pemegang KP dengan Pemilik Tanah Ulayat (Pihak kontraktor) sesuai
dengan peraturan yang berlaku, pada kegiatan Tambang Batubara Bawah
Tanah khususnya menyangkut Keselamatan dan Kesehatan Kerja, sehingga
kegiatan penambangan dapat berjalan dengan baik dan benar;

7. Melakukan pengamanan lubang-lubang tambang bawah tanah Pasca


Kecelakaan Tambang, dengan melakukan penyumbatan (sealing) dan
memasang lubang pemantau gas-gas tambang batubara bawah tanah serta
memasang tanda peringatan dan larangan memasuki daerah tersebut. Lubang
tambang batubara bawah tanah yang telah disumbat (sealed) dan ditimbun
dilarang dibuka kembali secara tambang bawah tanah; (Kepmen 555.K, Pasal
501 ayat 4)
8. Membuat SOP penanganan gas metana (CH4) dan O2 dan pekerjaan listrik di
tambang bawah tanah; (Kepmen 555.K, Pasal 32 ayat 2)
9. PT Dasrat agar mengadakan training khusus tambang batubara bawah tanah
bagi pengawas/foreman dan pekerja kontraktor CV Perdana, atau bekerjasama
dengan Pusat Pendidikan Tambang Bawah Tanah Sawahlunto dibawah
koordinasi Dinas Perindagkop Kota Sawahlunto; (Kepmen 555.K ,Pasal 28 dan
Pasal 474 ayat 1)
10. Dilarang menggunakan sistem ventilasi alamiah apabila membuka tambang
batubara bawah tanah yang baru sebelum mendapat persetujuan KAPIT.
(Kepmen 555.K, Pasal 371).

Anda mungkin juga menyukai