PT Lapindo Brantas merupakan perusahaan yang ditunjuk oleh Badan Pelaksana
Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BPMIGAS) dalam tata laksana pengeboran minyak dan gas bumi di Indonesia. Terlepas dari sebagai salah satu perusahaan yang dipercayai negara, nama perusahaan ini tak hilang dari ingatan akan insiden "Lumpur Lapindo" yang terjadi di Sidoarjo pada 2006 silam. Peristiwa ini tentu memiliki beberapa dampak bagi masyarakat Indonesia pada umumnya, dan khususnya masyarakat Sidoarjo. Selain korban nyawa, insiden ini menyebabkan kerugian di bidang Ekonomi karena merusak sekitar 90 hektar sawah warga, pendidikan dan sosial karena rumah serta sekolah yang hancur, hingga bidang perhubungan karena transportasi jalan tol surabaya-gempol ditutup sementara untuk beberapa ruas. Terlepas dari beberapa versi pernyataan mengenai akibat dari semburan lumpur panas tersebut, tentu warga sekitar perlu adanya pertanggung jawaban, mengingat banyaknya kerugian yang disebabkan insiden Lumpur Lapindo. Lapindo Brantas mengambil tanggung jawab untuk menutupi biaya tanggap darurat dan pemukiman kembali korban, membayar lebih dari Rp5 triliun (sekitar US$550 juta), meskipun telah dibebaskan sebagai penyebab semburan lumpur pada tahun 2009 oleh Mahkamah Agung Indonesia. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, yang dimaksud dengan hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh Negara, hukum, Pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat Negara baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara melawan hukum mengurangi, menghalangi, membatasi, dan atau mencabut hak asasi manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh undang-undang ini, dan tidak mendapatkan, atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar, berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku. Karena terbatasnya pengertian HAM tersebut, pengaduan pelayanan HAM baru dilayani apabila disertai dengan identitas pengadu yang benar dan bukti yang jelas mengenai perkara yang diadukan. Apabila perkara diadukan oleh pihak lain, persetujuan korban atau pihak yang dilanggar hak asiasi nya pun diperlukan, kecuasli berdasarkan pertimbangan Komisi Nasional (Komnas) HAM. Pengaduan pelanggaran hak asasi manusia yang dimaksud tersebut meliputi pula pengaduan melalui perwakilan mengenai pelanggaran hak asasi manusia yang dialami oleh kelompok masyarakat, termasuk pada kasus ini adalah masyarakat kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo. Kasus lumpur Lapindo sendiri mengalami penolakan terkait adanya kasus pelanggaran hukum pada tahun 2007 oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan atas gugatan No.284/Pdt.G/2007/Pn.Jak.Sel, yang diajukan oleh Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) terhadap PT. Lapindo Berantas, dengan pertimbangan adanya keterangan ahli mengenai terjadinya semburan lumpur Lapindo murni karena fenomena alam akibat gempa di Yogyakarta pada Mei 2006 yang menyebabkan retakan memanjang pada lempeng-lempeng di Indonesia, termasuk di Sidoarjo. Pada 6 tahun setelah kejadian, yakni pada Agustus 2012, Komas HAM telah menyatakan lumpur Lapindo sebagai kejahatan HAM, walau pun termasuk sebagai kejahatan lingkungan, karena menyebabkan kurang lebih 2288 orang tidak dapat bekerja akibat pabrik sekitar, sebagai lapangan pekerjaan warga, sudah tidak dapat beroperasi. Hal ini menunjukkan adanya beberapa pihak atau pun pro dan kontra sehingga terjadi perubahan-perubahan mengenai status kecelakaan lumpur Lapindo oleh sudut pandang HAM dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, perlu dipelajari lebih lanjut mengenai kronologi kejadian, dampak kejadian, peran perintah, penyidikan persidangan dan putusan, serta pendangan rakyat Indonesia mengenai kejadian ini agar dapat dipahami lebih menyeluruh.
Pertanggungjawaban Pidana (Corporate Crime Liability) Pt. Lapindo Brantas Dalam Tindak Pidana Lingkungan (Studi Kasus Semburan Lumpur Banjar Panji I Sidoarjo)