Anda di halaman 1dari 3

KASUS LUMPUR LAPINDO DITINJAU DARI ASPEK HUKUM ADMINISTRASI

NEGARA

Semburan lumpur panas di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur menyebabkan


tergenangnya kawasan,pemukiman,pertanian,dan penindustian
di kecamatan sekitarnya, serta mempengaruhi aktivitas perekonomian di
jawa timur.Semburan lumpur disebabkan karena adanya patahan, jumlah lumpur di
sidoarjo yang keluar dari perut bumi sekitar 100.000 m kubik per hari, semburan
lumpur di sidoajo ini menyebabkan dibuat tanggul diatas tanah
milik masyarakat, yangkarena volumenya besar sehingga tidak mungkin
menampung seluruh luapanlumpur dan akhirnya me njadikan lahan yang
terkena dampak menjadi semakinluas.1
Sebab terjadinya luapan lumpur panas di Kabupaten Sidoarjo,Jawa Timur yang
diakibatkan aktivitas pengeboran gas yang dilakukan oleh PT.Lapindo Brantas Inc.
Setiap aktivitas subyek hukum baik manusia ataupun badan hukum pasti ada regulasi
yang mengaturnya baik undang-undang atau pun perizinan dari pemerintah baik
kementrian dan kepala daerah yang mempunyai kekuatan hukum mengikat.Didalam
Kamus Hukum ,Izin (Vergunning) dijelaskan sebagai;”Overheidestoestemming door
wet of verordening vereist gesteld voor tal van handeling waarop in het algemeen
belang speciaal toezicht vereist is,maar die,in het algemeen,niet als onwenselijk
worden beschouwd”(Perkenan/izin dari pemerintah berdasarkan undang-undang atau
peraturan pemerintah yang disyaratkan untuk perbuatan yang pada umumnya
memerlukan pengawasan khusus, tetapi yang pada umumnya tidaklah dianggap
sebagai hal-hal yang sama sekali tidak dikehendaki)2
Lapindo Brantas Inc. adalah salah satu perusahaan Kontraktor Kontrak Kerja
Sama (KKKS) yang ditunjuk SKK MIGAS untuk melakukan proses
pengeboran minyak dan gas bumi di Indonesia.3
Pengeboran gas yang dilakukan oleh PT.Lapindo Brantas Inc merupakan kegiatan
usaha hulu dimana Kegiatan Usaha Hulu mencakup:
a. Eksplorasi;
b. Eksploitasi
Yang diatur oleh Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas
Bumi4 mengenai Kegiatan usaha hulu dilaksanakan dan dikendalikan melalui Kontrak
Kerja Sama dimana dalam Bab IV Kegiatan Usaha Hulu Pasal 11 ayat 1-3
Kegiatan Usaha Hulu sebagaimana dimaksud dalam dilaksanakan oleh Badan Usaha
atau Bentuk Usaha Tetap berdasarkan Kontrak Kerja Sama dengan Badan Pelaksana.
Setiap Kontrak Kerja Sama yang sudah ditandatangani harus diberitahukan secara
tertulis kepada Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.
Kontrak Kerja Sama wajib memuat paling sedikit ketentuan-ketentuan pokok yaitu:
a. penerimaan negara;
b. Wilayah kerja dan pengembaliannya;
c. kewajiban pengeluaran dana;
d. perpindahan kepemilikan hasil produksi atas Minyak dan Gas Bumi;
e. jangka waktu dan kondisi perpanjangan kontrak;
f. penyelesaian perselisihan;

2
Dr.Ridwan HR,Hukum Administrasi Negara,Jakarta,Rajawali pers,2016,,hlm 198.
3
https://id.wikipedia.org/wiki/Lapindo_Brantas_Inc.
4
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas Bumi
g. kewajiban pemasokan Minyak Bumi dan/atau Gas Bumi untuk
kebutuhan dalam negeri
h. berakhirnya kontrak;
i. kewajiban pasca operasi pertambangan;
j. keselamatan dan kesehatan kerja;
k. pengelolaan lingkungan hidup;
l. pengalihan hak dan kewajiban;
m. pelaporan yang diperlukan;
n. rencana pengembangan lapangan;
o. pengutamaan pemanfaatan barang dan jasa dalam negeri;
p. pengembangan masyarakat sekitarnya dan jaminan hak-hak
masyarakat adat;
q. pengutamaan penggunaan tenaga kerja Indonesia.

Dari pemaparan diatas kita dapat identifikasikan bahwa PT.Lapindo Brantas inc.
Merupakan Badan Usaha yang kegiatannya merupakan kegiatan usaha hulu yang
dilaksanakan dan dikendalikan melalui Kontrak Kerja sama dengan Badan Pelaksana
(SKK MIGAS) Kontrak kerja sama tersebut diberitahukan kepada Dewan Perwakilan
Rakyat Republik Indonesia ,Dapat kita ketahui juga bahwa Pemerintah yang
bertanggung jawab atas luapan lumpur lapindo yaitu Kementrian Energi dan Sumber
Daya Mineral ,Badan Pelaksana (SKK MIGAS),Pemerintahan Daerah yang
menetapkan Wilayah Kerja PT.Lapindo Brantas inc.
Pertanggungjawaban/Verantwoordelijk berarti “Verplicht tot het afleggen van
verantwoording en tot het dragen van event toerekenbare schade (desgevorderd),inr
echte of in bestuursverband”(Kewajiban untuk memikul tanggung jawab dan
kewajiban untuk menangungg kerugian yang muncul (jika diperlukan),baik dalam
hukum maupun dalam hubungan pemerintahan)5

Tindakan pemerintah
Presiden telah mengeluarkan Peraturan Presiden No. 14/2007. Melalui Perpres
tersebut pemerintah telah menetapakan bahwa PT. Lapindo Brantas harus
bertanggung jawab atas bencana lumpur lapindo. Namun dalam penerapannya belum
dituntaskan baik oleh pemerintah maupun korporasi namun akan melakukan
pengeboran kembali seperti yang dilansir
detiknews:Mahasiswa Tolak Lapindo Ngebor Lagi di Sidoarjo, Suparno Selasa,
10 Des 2019 15:34 WIB

Memberitakan bahwa Korlap aksi Immawan Didin mengatakan, hingga kini masalah
lumpur Sidoarjo tidak kunjung dituntaskan. Kini masyarakat semakin gelisah dengan
adanya pengeboran kembali.6

Upaya hukum administratif


Setiap Penggunaan wewenang dan penerapan instrumen hukum oleh pejabat
Pemerintahan pasti menimbulkan akibat hukum,karena memang dimaksudkan untuk

5
Dr.Ridwan HR,op.cit.,,hlm 320.

6
https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-4817173/mahasiswa-tolak-
lapindo-ngebor-lagi-di-sidoarjo/1
menciptakan hubungan dan akibat hukum.7 dalam hal ini menteri ESDM harus
bertanggung jawab atas penunjukan eksplorasi yang diberikan kepada Lapindo.
Upaya administrasi yang dapat ditempuh adalah dengan pencabutan kontrak kerja
sama eksplorasi, baik di sidoarjo maupun kota lainnya. Selain itu juga dapat dilakukan
upaya administrasi seperti paksaan pemerintah (bestuur dwang) dan uang paksa
(dwangsom). Pemrintah dapat memaksa lapindo untuk memperbaiki keadaan seperti
sedia kala

7
Dr.Ridwan HR,Op.Cit,hlm 341.

Anda mungkin juga menyukai