Anda di halaman 1dari 10

BIG CASE 3

(Lumpur Lapindo)
Group 1
Giri Trisno Putra S.
Rofi Qotus Saidah
Muhammad Hafidz R
TABLE OF CONTENTS

01 02 03
The Facts Why it Happened Decision Involved

04 05 06
Most Responsible Party Ethical Evaluation How to Prevent
Let’s
Start !
● Penelitian independen menyimpulkan, semburan lumpur panas pada 29 Mei 2006 itu buah keteledoran Lapindo
dalam mengebor Sumur Banjar Panji 1 di Desa Renokenongo, Porong, Sidoarjo.

● Mahkamah Agung menyatakan kasus lumpur Lapindo sebagai dampak bencana alam, sehingga perusahaan tidak
bisa dijerat tindak pidana

● Penggantian kerugian yang diderita korban telah direduksi menjadi sebatas ‘jual-beli’ tanah dan bangunan antara
warga-korban dengan Lapindo atau pemerintah.

● Penelitian WALHI pada tahun 2008 menyimpulkan, tanah dan air di area sekitar lumpur panas mengandung
Polycyclic Aromatic Hydrocarbon (PAH) hingga dua ribu kali di atas ambang batas normal. sedangkan Pada 2016,
penelitian logam berat menunjukkan level Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) pada air sungai Porong mencapai angka
10 kali diatas ambang batas yang diperbolehkan di lingkungan

● Lapindo Brantas Inc, kembali aktif untuk melakukan pengeboran di Kabupaten Sidoarjo, untuk membayar utang
kepada pemerintah.

● Pemerintah Tak Beri Ganti Rugi Perusahaan Korban Lumpur Lapindo

● Pemerintah menerbitkan Perpres No. 14 Tahun 2007 tentang Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS).
Perpres tersebut telah menghilangkan kewajiban Lapindo untuk membayar ganti rugi kepada korban.

The Facts
Why it Happened
● PT Lapindo tidak melaksanakan pengeboran sesuai
dengan surat perizinan eksplorasi, seperti misalnya biaya
yang diusulkan Lapindo adalah sebanyak 6.297.244 USD
tetapi pelaksanaanya hanya berkisar 3 juta USD, selain
itu kontrak seharusnya selama 6 tahun dan perpanjangan
4 tahun, yakni tahun 2000 lalu. Tapi sampai sekarang
masih terus berlanjut.

● Ditambah lagi PT Lapindo tidak menerapkan standar


keamanan dalam pengeboran, sehingga muncul
semburan lumpur panas yang tidak bisa dikendalikan dan
merusak sekitar 640 hektar lahan di sekitarnya.

● Namun PT Lapindo mengelak bahwa hal itu merupakan


sebuah bencana alam, sehingga mereka tidak mau
menindaklanjuti untuk mengganti rugi atau memperbaiki
atas kerusakan-kerusakan baik ekologis, ekonomi,
maupun sosial yang dialami masyarakat.
Decision Involved
Makro Corporate
● Mahkamah Agung ● keputusan PT Lapindo untuk
menyatakan kasus lumpur tidak menindak lanjuti
Lapindo sebagai dampak penanganan atas
bencana alam, sehingga kerusakan-kerusakan
perusahaan tidak bisa dijerat (ekologis, ekonomi, maupun
tindak pidana. sosial) yang terjadi hingga
saat ini.
● Pemerintah memutuskan tidak
menanggung kerugian
perusahaan yang terdampak
Lumpur Lapindo di Kabupaten
Sidoarjo
The Parties

PT Lapindo Brantas Pemerintah Masyarakat Sekitar


The most responsible The second most The party that bear most
responsible cost
Ethical Evaluation
Utilitarian Right
● Hak-hak masyarakat yang terdampak dilanggar baik
● Benefit oleh PT Lapindo dan Pemerintah.
○ Pembukaan ladang minyak baru ● Pemerintah mengabaikan hak tuntut masyarakat
● Harm dengan menganggap kasus lapindo sebagai
○ Rp 5,5 triliun (ganti rugi dari pemerintah ke bencana alam.
masyarakat)
○ Rp 8,9 miliar (belum dibayarkan) Justice
○ Rp 701,68 miliar (kerugian pengusaha PAT)
○ Kerugian ekologis dan kesehatan ● Masyarakat menanggung harm yang besar tanpa
masyarakat yang tidak dapat dinominalkan mendapat kemungkinan keuntungan sementara PT
Lapindo menanggung kerugian tapi masih mendapat
kemungkinan keuntungan.
● Pemerintah juga menanggung kerugian besar pada
APBN yang seharusnya bisa dialokasikan ke sektor
lain.
How to Prevent
PT Lapindo Brantas
● Lebih mengembangkan teknologi dan penelitiannya terkait aktivitas pengeboran gas dan minyak.
● Perusahaan harus lebih memperhatikan aspek lingkungan dalam usahanya dan mematuhi peraturan
AMDAL

Pemerintah
● Menciptakan peraturan yang lebih selektif dan progresif untuk pengawasan terhadap usaha yang
berkaitan dengan lingkungan.
● Memiliki hukum yang jelas untuk pertanggungjawaban atas pelanggaran Etika Lingkungan

Masyarakat Sekitar
● Meningkatkan kepedulian terhadap proses usaha/bisnis yang ada di sekitarnya terutama yang berkaitan
dengan masyarakat dan lingkungan.
Thank You
Any Questions ?

Anda mungkin juga menyukai