Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia

dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan, berdasarkan

kemampuan nasional dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta

memperhatikan tantangan perkembangan global. Pembangunan dilakukan sebagai

bentuk upaya meningkatkan pertumbuhan kearah yang lebih baik di berbagai

bidang ekonomi, politik, sosial dan budaya, maupun keamanan agar tercipta

proses pemerataan kesejahteraan dalam kehidupan masyarakat di Indonesia tanpa

terkecuali. Tujuan pembangunan nasional, yaitu : mewujudkan suatu masyarakat

adil dan makmur material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945

dalam wadah NKRI yang merdeka, berdaulat, bersatu, berkedaulatan rakyat dalam

suasana kehidupan bangsa yang aman, tentram, tertib, dan dinamis dalam

lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai.

Pembangunan nasional bertumpu pada trilogi pembangunan yaitu :

pemerataan pembangunan, pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, stabilitas

nasional yang sehat dan dinamis. Dari ketiga trilogi pembangunan ini yang paling

dominan harus terpenuhi adalah pertumbuhan ekonomi yang tinggi khususnya di

perkotaan seperti Kota Medan dimana setiap tahunnya pertumbuhan penduduk

terus mengalami peningkatan. Pertumbuhan penduduk tersebut berimbas kepada

pertumbuhan kawasan perumahan dan permukiman. Namun disisi lain,

ketersediaan ruang kota berbanding terbalik dengan jumlah penduduk dalam suatu

wilayah kota, dimana jumlah penduduk terus meningkat dan luas ruang kota yang

tersedia relatif tetap.


Pertumbuhan penduduk yang tinggi di perkotaan menyebabkan

meningkatnya masalah-masalah sosial, ekonomi dan perkembangan kota,

misalnya peningkatan pengangguran, peningkatan kriminalitas, peningkatan

pencemaran, menjamurnya pedagang kaki lima, penurunan kualitas permukiman,

dan menyebarnya kemacetan lalu lintas. Kecendrungan pertumbuhan penduduk di

daerah perkotaan yang semakin meningkat dan cepat ini merupakan suatu hal

yang wajar karena adanya anggapan bahwa daerah perkotaan memiliki daya tarik

yang kuat. Misalnya kesempatan kerja yang lebih luas, memberikan pendapatan

yang lebih tinggi, memberikan peluang pengembangan karir dan lain sebagainya

(Wilonoyudho, 2009).

Daya tarik kota mendorong tingginya perpindahan penduduk atau

urbanisasi. Urbanisasi yang terus terjadi bahkan meningkat hampir di semua

wilayah lingkungan perkotaan akibat daya tarik kegiatan pembangunan yang

memikat ditambah pula dengan terjadinya kemiskinan di pedesaan akibat semakin

terbatasnya lahan usaha ‘memaksa’pendatang membangun permukiman seadanya,

yaitu mencari ruang atau lahan-lahan, yang menurut mereka tampaknya masih

memungkinkan untuk lokasi hunian sementara, bahkan di sekitar lokasi

pembuangan sampah (Nugroho,2006).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, tahun

2016, jumlah migrasi masuk ke Sumatera Utara menurut kabupaten/kota, tampak

bahwa tingkat migrasi masuk ke Kota Medan sebanyak 142.069 orang atau

sebesar 7,08 persen. Maka berdasarkan data tersebut menjadikan Kota Medan

sebagai salah satu kota yang berjumlah penduduk terbanyak di Indonesia,

tentunya Kota Medan mengalami ketidakseimbangan wilayah dan jumlah


penduduk. Terlebih lagi Kota Medan adalah salah satu kota metropolitan, dimana

aktivitas masyarakat semakin pesat dan membutuhkan ruang. Selain hal tersebut,

di Kota Medan sangat sering dijumpai bangunan yang tidak sesuai dengan fungsi

ruang kota. Bahkan, sampai menyebabkan kerusakan keseimbangan dan

lingkungan hidup.

Meningkatnya jumlah penduduk akan menuntut pembangunan perumahan

melibatkan pengembang, pemerintah, dan masyarakat. Keterlibatan pemerintah

berupa pemberian ijin pengelolaan kepada investor/pengembang dan pembebasan

lahan, pengembang yang melakukan pembangunan fisiknya, dan masyarakat yang

tergusur oleh pengembang karena lahannya dikenai proyek pembangunan menjadi

sebuah kombinasi problematika yang muncul dalam hal kebijakan izin mendirikan

bangunan atau melakukan pembangunan di Kota Medan.

Izin Mendirikan Bangunan (IMB) di Kota Medan telah diatur dalam Perda

Kota Medan No 5 Thaun 2012, tetapi pada pelaksanaannya Peraturan Daerah

Kota Medan No 5 Tahun 2012 dalam Penerbitan Izin Mendirikan Bangunan di

Kota Medan ternyata masih menuai berbagai hambatan. Diketahui beradasarkan

observasi awal peneliti kebeberapa kelurahan yang ada di Kota Medan,

menunjukkan masih banyak bangunan-bangunan yang tidak sesuai dengan aturan

sebagaimana yang dijabarkan dalam Peraturan Daerah tersebut.

Pada pasal 9 disebutkan bahwa : Setiap mendirikan bangunan dan atau

bangunan-bangunan, baik perorangan atau badan wajib memiliki izin mendirikan

bangunan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Walikota. Akan tetapi dalam

pelaksanaanya masih tingginya tingkat pelanggaran Izin Mendirikan Bangunan


baik berupa pembangunan tanpa izin ataupun pelanggaran terhadap izin

mendirikan bangunan yang telah diterbitkan.

Proses penerbitan izin mendirikan bangunan juga mengalami

permasalahan yaitu mulai dari ketidak pastian waktu, dipersulit, sampai tingginya

biaya pengurusan perizinan izin mendirikan bangunan. Hal inilah yang

menyebabkan masyarakat enggan untuk mengajukan permohonan izin mendirikan

bangunan yang pada akhirnya berdampak pada tata ruang Kota Medan yang tidak

sesuai lagi dengan strategi dan arah kebijakan pembangunan Kota Medan.

Sehingga hal ini berpengaruh pada pendapatan daerah yang menurun serta

menghambat pertumbuhan ekonomi di Kota Medan. Berdasarkan penjelasan latar

belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih mendalam

terkait hal tersebut, dengan judul penelitian “Evaluasi Kebijakan Peraturan

Daerah Kota Medan Nomor 5 Tahun 2012 Dalam Penerbitan Izin

Mendirikan Bangunan Di Kota Medan”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah

adalah bagaimana evaluasi kebijakan Peraturan Daerah Kota Medan No.5 Tahun

2012 dalam penerbitan Izin Mendirikan Bangunan di Kota Medan dengan

menggunakan kriteria efektifitas, efesiensi,resvonsipitas dan ketepatan, dengan

tujuan untuk mengumpulkan informasi yang terkait dengan hasil evaluasi

pelaksanaan Kebijakan Peraturan Daerah Kota Medan No.5 Tahun 2012 dalam

penerbitan Izin Mendirikan Bangunan di Kota Medan.


1.3 Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan tentunya mempunyai sasaran yang

hendak dicapai atau apa yang menjadi tujuan penelitian tentunya jelas diketahui

sebelumnya. Suatu riset khusus dalam ilmu pengetahuan empiris pada umumnya

bertujuan untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu ilmu

pengetahuan itu sendiri. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan jawaban

terhadap perumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, adapun yang

menjadi tujuan penelitian adalah untuk mengetahui penerapan Kebijakan

Peraturan Daerah Kota Medan No 5 Tahun 2012 dalam Penerbitan Izin

Mendirikan Bangunan di Kota Medan oleh Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan

Kota Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat secara ilmiah, penelitian ini bermanfaat bagi peneliti dalam

mengembangkan kemampuan menulis karya ilmiah dan menambah

pengetahuan ilmiah pada studi administrasi negara dalam kaitannya dengan

implementasi kebijakan yakni Peraturan Daerah Kota Medan No 5 Tahun 2012

dalam Penerbitan Izin Mendirikan Bangunan di Kota Medan.

2. Manfaat secara praktis, penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pihak-pihak

yang terkait dalam pengimplementasian Perda Kota Medan No 5 Tahun 2012

dalam Penerbitan Izin Mendirikan Bangunan, khususnya bermanfaat bagi

Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan untuk melakukan

perbaikan-perbaikan dimasa yang akan datang.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Kebijakan Publik

Secara etimologis, istilah kebijakan atau policy berasal dari bahasa Yunani

polis berarti negara, kota yang kemudian masuk ke dalam bahasa Latin menjadi

politia yang berarti negara. Kemudian di terjemahkan ke dalam bahasa Inggris

policie yang artinya berkenaan dengan pengendalian masalah-masalah publik

atau administrasi pemerintahan. Istilah "kebijakan" atau "policy" dipergunakan

untuk menunjuk perilaku seorang aktor (misalnya seorang pejabat, suatu

kelompok maupun suatu badan pemerintah) atau sejumlah aktor dalam suatu

bidang kegiatan tertentu.

Kebijakan publik merupakan proses pembuatan kebijakan oleh pemerintah

atau pemegang kekuasaan yang berdampak kepada masyarakat luas. Proses

kebijakan baru dimulai ketika para pelaku kebijakan mulai sadar bahwa adanya

situasi permasalahan,yaitu situasi yang dirasakan adanya kesulitan atau

kekecewaan dalam perumusan kebutuhan, nilai dan kesempatan. Menurut William

Dunn (2003), kebijakan publik adalah suatu proses ketata pemerintahan dan

administrasi pemerintah yang menghasilkan keputusan pemerintah, dimana

instansi yang terkait mempunyai wewenang atau kekuasaan dalam mengarahkan

masyarakat dan tanggung jawab melayani kepentingan umum.

Kebijakan publik memberikan arah tindakan bagi prilaku di masa depan

sekaligus merupakan kesatuan arah bagi sejumlah program dan proyek yang

membutuhkan keputusan-keputusan besar dan kecil. Arah tindakan ini dihasilkan

melalui proses pemilihan oleh pengambil kebijakan dari sejumlah alternatif


pilihan yang tersedia sehingga tindakan ini merupakan tindakan yang disengaja.

Pilihan tersebut tidak bermaksud untuk memecahkan semua masalah, tetapi

memberikan solusi dari situasi yang terbatas.

Tahjan (2008), mengemukakan bahwa bila pemerintah mengambil suatu

keputusan maka harus memiliki tujuan yang jelas, dan kebijakan publik mencakup

semua tindakan pemerintah, jadi bukan semata-mata merupakan pernyataan

keinginan pemerintah atau pejabat pemerintah saja melainkan karena keputusan

bersama untuk mencapai satu tujuan yang lebih baik. Dalam permasalahan ini

adanya kebijakan penggabungan Kantor Pelayanan Perizinan Satu Pintu dengan

Badan Penanaman Modal Kota Tebing Tinggi memiliki tujuan untuk

mempermudah masyarakat dalam mengurus perizinan usaha khususnya usaha

kecil dan menengah pada satu tempat saja.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kebijakan publik

merupakan serangkaian tindakan yang ditetapkan dan dilaksanakan atau tidak

dilaksanakan oleh pemerintah yang mempunyai tujuan tertentu berkenaan dengan

masalah tertentu yang diorientasikan pada kepentingan masyarakat. Mengingat

kompleksitas konteks kebijakan publik, maka pemerintah sebagai pihak yang

memiliki otoritas untuk mengambil keputusan dituntut untuk mampu memilih

alternatif keputusan secara tepat dengan berorientasi pada sebesar mungkin

kepentingan masyarakat. Salah satu yang menjadi kebijakan publik pada

penelitian ini adalah Kebijakan Pemerintah Daerah Kota Medan dalam Penerbitan

Izin Mendirikan Bangunan di Kota Medan yang tertulis pada Peraturan Daerah

Kota Medan No 5 Tahun 2012.


2.2 Evaluasi Kebijakan Publik

Evaluasi ditujukan untuk melihat sebagian-sebagian kegagalan suatu

kebijakan dan untuk mengetahui apakah kebijakan yang telah dirumuskan dan

dilaksanakan dapat menghasilkan dampak yang dinginkan. Evaluasi sebagai

sebuah proses menentukan hasil yang telah dicapai beberapa kegiatan yang

direncanakan untuk mendukung tercapainya tujuan (Leo, 2008).


Secara umum menurut Nugroho (2009), menjelaskan mengenai indikator-

indokator dalam melakukan evaluasi terhadap suatu kebijakan yakni :


1. Efektifitas ; apakah hasil yang diinginkan telah dicapai?
2. Efisiensi ; seberapa banyak usaha diperlukan untuk mencapai hasil yang

diinginkan?
3. Responsivitas ; apakah hasil kebijakan memuaskan kebutuhan, preferensi,

atau nilai kelompok-kelompok tertentu?


4. Ketepatan ; apakah hasil (tujuan) yang diinginkan benar-benar berguna

atau bernilai?
Dari beberapa definisi yang telah dijelaskan dapat ditarik kesimpulan bahwa

evaluasi kebijakan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dalam rangka

melihat implementasi kemudian melakukan penilaian terhadap jalannya suatu

kebijakan apakah kebijakan sudah terealisasi dengan baik atau belum, adapun

tujuan dari evaluasi ialah untuk mengetahui apakah kebijakan tersebut layak untuk

dilanjutkan atau tidak.

2.3 Izin Mendirikan Bangunan

Dalam kamus besar bahasa Indonesia izin memiliki arti pernyataan

mengabulkan (tidak melarang dsb); per-setujuan membolehkan: ia telah

mendapat. IZIN (verguning), adalah suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan

Undang-undang atau Peraturan Pemerintah untuk dalam keadaan tertentu

menyimpang dari ketentuanketentuan larangan peraturan perundangundangan.


Jadi izin itu pada prinsipnya adalah sebagai dispensasi atau pelepasan/

pembebasan dari suatu larangan (Kusumanegara, 2010).

Perizinan dapat berbentuk pendaftaran, rekomendasi, sertifikasi, penentuan

kuota dan izin melakukan suatu usaha yang biayanya harus dimiliki atau diperoleh

suatu organisasi perusahaan atau seseorang sebelum yang bersangkutan dapat

melakukan suatu kegiatan atau tindakan. Ketentuan tentang perizinan mempunyai

fungsi yaitu sebagai fungsi penertib dan fungsi pengatur. Sebagai fungsi penertib,

dimaksudkan agar izin atau setiap izin atau tempat-tempat usaha, bangunan dan

bentuk kegiatan usaha masyarakat lainnya tidak bertentangan satu sama lain.

Berkaitan dengan itu, maka ketertiban dalam setiap segi kehidupan masyarakat

dapat terwujud. Sedangkan izin sebagai fungsi mengatur dimaksudkan agar

perizinan yang ada dapat dilaksanakan sesuai dengan peruntukkannya, dengan

kata lain fungsi pengaturan ini dapat disebut juga sebagai fungsi yang dimiliki

oleh pemerintah (Kusumanegara, 2010).

Dalam hal Izin Mendirikan Bangunan, fungsi dari izin bangunan ini dapat

dilihat dalam beberapa hal diantaranya:

1. Segi Teknis Perkotaan Pemberian izin mendirikan banguan sangat penting

artinya bagi pemerintah daerah guna mengatur, menetapkan dan

merencanakan pembangunan perumahan diwilayahnya sesuai dengan

potensial dan prioritas kota yang dituangkan dalam Master Plan Kota.

Untuk mendapatkan pola pembangunan kota yang terencana dan terkontrol

tersebut, maka untuk pelaksanaan sutau pembangunan diatas wilayah suatu

kota diwajibkan memiliki izin mendirikan bengunan dan penggunaannya

sesuai dengan yang disetujui oleh Dinas Perizinan dan Pengawasan


Pembangunan Kota (DP3K). Dengan adanya pengaturan pembangunan

perumahan melalui izin ini, maka pemerintah didarah dapat merencanakan

pelaksanaan pembangunan berbagai sarana serta unsur kota dengan

berbagai instansi yang berkepentingan. Hal ini penting artinya agar wajah

perkotaan dapat ditata denga rapi serta menjamin keterpaduan pelaksanaan

pekerjaan pembengunan perkotaan. Penyesuaian pemberian izin

mendirikan bengunan dengan Master Plan Kota akan memungkinkan

adanya koordinasi antara berbagai departemen teknis dalam melaksanakan

pembangunan kota.
2. Segi Kepastian Hukum izin mendirikan bangunan penting artinya sebagai

pengawasan dan pengendalian bagi pemerintah dalam hal pembangunan

perumahan. Mendirikan bangunan dapat menjadi acuan atau titik tolak

dalam pengaturan perumahan selanjutnya. Bagi masyarakat pentingnya

izin mendirikan bangunan ini adalah untuk mendapatkan kepastian hukum

terhadap hak bangunan yang dilakukan sehingga tidak adanya gangguan

atau hal-hal yang merugikan pihak lain dan akan memungkinkan untuk

mendapatkan keamanan dan ketentraman dalam pelaksanaan usaha atau

pekerjaan.

Dalam Pasal 1 ayat 18 Izin Mendirikan Bangunan, yang selanjutnya

disingkat IMB adalah perizinan yang diberikan oleh pemerintah daerah kecuali

untuk bangunan fungsi khusus oleh Pemerintah kepada pemilik bangunan gedung

untuk membangun baru, mengubah/ memperbaiki/ rehabilitasi/ renovasi/,

memperluas, mengurangi, dan atau merawat bangunan, dan/atau memugar dalam

rangka melestarikan bangunan sesuai dengan persyaratan administratif dan

persyaratan teknis yang berlaku.


Dalam penerbitan izin mendirikan bangunan diperlukan pengetahuan akan

peraturan-peraturannya sehingga dalam mengajukan izin mendirikan bangunan,

informasi mengenai peraturan tersebut sudah didapatkan sebelum pembuatan

gambar kerja arsiktektur. Izin mendirikan bangunan mutlak harus dimiliki oleh

setiap pemilik yang berniat mendirikan bangunan sebab memiliki dasar hukum

yang harus dipenuhi. Adapun dasar-dasar hukum yang berlaku disetiap daerah

berbeda-beda, demikian juga Kota Medan yang memiliki peraturannya sendiri.

Pasal 1 ayat 33, Wajib retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut

peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran

retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi tertentu. Ayat 34, masa

retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi

wajib retribusi untuk memanfaatkan Ijin Mendirikan Bangunan atau untuk

memulai pelaksanan pembangunan.

2.4 Penelitian Terdahulu

1. Penelitian Yang Sama Pernah Dilakukan Oleh Putri (2017) dengan judul

penelitian “Evaluasi Damapak Penertiban Izin Mendirikan Bangunan Di Kota

Tanjung pinang”. Penelitian ini menjelaskan terkait Pemerintah Kota

Tanjungpinang sebagai daerah otonom telah berupaya membuat suatu kebijakan

yang telah tersusun rapi, untuk melakukan penataan, pengaturan, penertiban dan

pengawasan terhadap pertumbuhan bangunan yang berkembangsemakin pesat

diwilayah Kota Tanjungpinang sebagai daerah otonom telah berupaya membuat

suatu kebijakan untuk mengatur pembangunan daerahnya yaitu pada Peraturan

Daerah No 7 Tahun 2010 Tentang Izin Mendirikan Bangunan.


Masalah yang dirumuskan pada penelitian ini adalah Mengevaluasi Dampak

Penertiban Izin Mendirikan Bangunan Di Kota Tanjungpinang (Studi Kasus

Pembangunan Ruko Di Kecamatan Bukit Bestari). Adapun tujuan penelitian ini

untuk Mengevaluasi Dampak Penertiban Izin Mendirikan bangunan Di

Kecamatan Bukit Bestari. Adapun teknik analisis data yang peneliti gunakan

adalah analisis deskriptif kualitatif, penelitian ini mengambil 9 orang informan

yang terdiri dari 2 orang Bidang Pengawasan Penertiban Bangunan, 5 orang

masyarakat pemilik ruko dan 2 orang masyarakat sekitar. Adapun hasil penelitian

ini melihat dari indikator evaluasi dampak kebijakan bahwa, pengawasan izin

mendirikan bangunan oleh Dinas Tata Kota belum keseluruhan tercapai karena

belum melakukan sosialisasi terlebih dahulu.

Dampak dimasa yang akan datang menjadikan Kota yang dicita-citakan

sesuai harapan tidak mempengaruhi ekonomi disaat adanya penertiban serta

jumlah pelanggaran semakin berkurang. Evaluasi Dampak pada masyarakat,

apabila bangunan tidak memiliki izin mendirikan bangunan untuk kedepannya

bangunan itu akan roboh. Kesimpulan dalam pelaksanaan penertiban Izin

Mendirikan Bangunan tentu tenaga pelaksana harus melakukan sosialisasi terlebih

dahulu terhadap sasaran kebjakan, namun kenyataannya Dinas Tata Kota belum

mampu menjalankan penertiban secara keseluruhan. Saran Agar Dinas Tata Kota

selaku pelaksana penertiban Izin Mendirikan Bangunan melakukan sosialisasi

pengawasan terlebih dahulu kepada masyarakat guna penegakan kebijakan dalam

menertibkan Izin Mendirikan Bangunan.

2. Penelitian yang sama juga dilakukan Budiman dkk (2013), dengan judul

“Evaluasi Retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB)”. Tujuan penelitian ini


adalah untuk mengetahui dan menganalisis faktor apa saja yang mempengaruhi

evaluasi Peraturan Daerah No. 24 Tahun 2001 tentang Retribusi Izin Mendirikan

Bangunan (IMB) di Kabupaten Kuantan Singingi. Penelitian ini menggunakan

jenis penelitian deskriptif dengan analisa kualitatif, yaitu prosedur pemecahan

masalah yang diteliti dengan menggunakan cara memaparkan data yang diperoleh

dari pengamatan kepustakaan dan pengamatan lapangan, kemudian dianalisa dan

diinterprestasikan dengan memberikan kesimpulan.

Hasil penelitian ditekankan pada pemberian gambaran secara objektif

tentang keadaan yang sebenarnya dari objek yang diselidiki. Pengumpulan data

dilakukan dengan tehnik wawancara dan observasi, setelah data terkumpul

kemudian dianalisa dengan menggunakan analisa deskriptif kualitatif. Hasil

penelitian menunjukkan evaluasi retribusi IMB masih belum baik. Ditemukan

faktor-faktor yang mempengaruhi evaluasi Perda, yaitu faktor SDM, faktor

pengawasan, faktor partisipasi masyarakat dan faktor kepatuhan implementor.

3. Arfandy (2017) juga melakukan penelitain yang sama dengan judul

“Implementasi Kebijakan Pelayanan izin Mendirikan Bangunan Di Badan

Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Manado”. Adapun tujuan dalam penelitian ini

adalah Untuk mengetahui Implementasi Kebijakan Pelayanan Izin Mendirikan

Bangunan (IMB) di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Manado serta apa

kendala yang terjadi dalam Mengimplementasikan Kebijakan Pelayanan IMB di

Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Manado.

Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa pemerintah Kota Manado telah

mengeluarkan berbagai kebijakan terkait IMB. Metode penelitian yang digunakan

adalah metode Kualitatif . Dalam implementasi IMB Kota Manado juga


membutuhkan peran aktif aktor pelaksana implementasi salah satunya Pemerintah.

Yang terjadi di lapangan adalah pemerintah sebagai aktor pelaksana dalam

implementasi kebijakan pelayanan IMB masih belum optimal dan di pandang

belum sesuai dengan yang seharusnya, pada ketetapan pelaksanaan dalam

impelementasi pelayanan IMB di Kota Manado terkait pelayanan dan biaya dapat

dilihat pertama mengenai pelayanan masih belum berjalan dengan baik, banyak

ketidak jelasan dalam meberikan pelayanan misalnya mengenai prosedur yang

tidak sesuai dengan perda dan sangat berbelit-belit sehingga jasa calo pun menjadi

pilihan utama bagi masyarakat.

4. Andi Irawan (2015) juga melakukan penelitian yang sama dengan judul

penelitian “Implementasi Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2001 Tentang Izin

Mendirikan Bangunan Di Kecamatan Malinau Kota Kabupaten Malinau”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 5

Tahun 2001 Tentang Izin Mendirikan Bangunan di Kecamatan Malinau Kota serta

faktor penghambat yang timbul dan dihadapi Pemerintah yang berwewenang.

Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Pelayanan Terpadu (KPT) dengan

menggunakan jenis penelitian kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara

observasi, wawancara mendalam dan penelitian dokumen. Nara sumber dalam

penelitian ini adalah Kepala Kantor Pelayanan Terpadu, Kasi Perijinan Kantor

Pelayanan Terpadu, Kasubag Tata Usaha Kantor Pelayanan Terpadu beserta

masyarakat yang telah melakukan pelayanan perijinan guna memperoleh surat

Izin Mendirikan Bangunan (IMB) di Kantor Pelayanan Terpadu (KPT).

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Implementasi Peraturan Daerah

Nomor 5 Tahun 2001 Tentang Izin Mendirikan Bangunan Di Kecamatan Malinau


Kota Kabupaten Malinau belum berjalan dengan baik, karena masih banyak

masyarakat yang belum mengetahui tentang isi PERDA tersebut serta ketentuan-

ketentuan yang harus ditaati dalam melakukan pembangunan dikarenakan

sosialisasi yang kurang maksimal kepada masyarakat, adapun hambatannya

adalah pelaksanaan Peraturan Daerah ini, kurangnya kesadaran masyarakat

terhadap hukum hambatan lainnya iyalah transfortasi dan komunikasi.

5. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Mansur (2016) dengan judul

penelitian “Evaluasi Kebijakan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan (Imb) Di

Kabupaten Mamuju Utara”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi

sejauh mana pembangunan retribusi efektivitas kebijakan izin (IMB) di

Kabupaten Mamuju utara. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan

observasi dan wawancara mendalam, sedangkan teknik analisis data meliputi

reduksi data, menampilkan data dan menarik kesimpulan dan verifikasi

menggunakan analisis deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan Kinerja kebijakan retribusi izin mendirikan

bangunan (IMB) di Kabupaten Mamuju utara belum memenuhi dua aspek kriteria

evaluasi yang baik, dalam kriteria umum dan kriteria aktuaris. Selain itu keempat

aspek kriteria evaluasi tidak dimaksimalkan seperti kinerja efektivitas, efisiensi,

Kecukupan, dan daya tanggap.

Kerangka Berpikir

Bagan 2.1

Perda Kota Medan No 5 Tahun 2012


Terkait Ijin Mendirikan Bangunan
Evaluasi Perda

Efektifitas Perda Efisiensi Perda Responsivitas Perda Kepatan Perda

Maka berdasarkan alur kerangka berpikir tersebut dapat dilihat bahwa

dalam penelitian ini, akan menganalisis dan mengevaluasi kebijakan pemerintah

Kota Medan yang tertuang dalam Peraturan Daerah No 5 Tahun 2012 Terkait Ijin

Mendirikan Bangunan dengan menganalisis berdasarkan empat hal yakni:

1. Efektifitas perda tersebut apakah hasil yang diinginkan oleh pemerintah

melalui perda tersebut telah dicapai,


2. Efisiensi perda tersebut, seberapa banyak usaha yang telah dilakukan

untuk mencapai hasil yang diinginkan.


3. Responsivitas dari masyarakat terkait pelaksanaan kebijakan perda

tersebut; apakah hasil kebijakan memuaskan kebutuhan preferensi, atau

nilai kelompok-kelompok tertentu saja.


4. Ketepatan fungsi perda, apakah tujuan yang diinginkan benar-benar

berguna atau bernilai bagi masyarakat Kota Medan.

BAB III

METODE PENELITIAN

2.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang dipakai oleh peneliti studi deskriptif dengan

pendekatan kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan, berbagai

kondisi, berbagai situasi yang ada didalam kebijakan peraturan pemerintah daerah

Kota Medan terkait izin mendirikan bangunan di Kota Medan sehingga perlu
dilakukan evaluasi secara keseluruhan melalui penelitian ini sehingga terlihat

bagaimana realitas sosial yang sebenarnya ada dan sedang terjadi dalam peraturan

pemerintah daerah Kota Medan terkait memberikan izin mendirikan bangunan.


2.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Medan. Hal ini berdasarkan hasil pra

observasi yang peneliti lakukan dibeberapa kecamatan yang ada di Kota Medan,

terlihat banyaknya bangunan-bangunan ruko yang dilaporkan oleh masyarakat

tidak memiliki ijin bangunan yang resmi dari pemerintah Kota Medan.

3.3 Informan

Dalam penelitian ini ada dua jenis informan yang akan diwawancarai:

3.3.1 Informan Kunci

Informan kunci merupakan mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai

informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. Adapun dalam penelitian ini

yang menjadi informan kunci adalah masyarakat yang pernah melakukan urusan

dengan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Medan

sebanyak lima orang. Alasan ini dilakukan karena peneliti ingin mengetahui

proses yang dilalui oleh masyarakat selama melakukan pengurusan izin, sehingga

kebijakan peraturan tersebut dapat dievaluasi oleh peneliti.

3.3.2 Informan Tambahan

Sedangkan dalam pemilihan informan tambahan, peneliti menggunakan teknik

perposive sampling, dimaan peneliti menetapkan beberapa kriteria untuk informan

yang dapat memberikan informasi kepada peneliti (Idrus, 2009). Adapun kriteria

tersebut adalah:

1. Pembuat Kebijakan Perizinan Mendirikan Bangunan di Kota Medan


2. Mengetahui tentang kebijakan Perizinan Mendirikan Bangunan di Kota

Medan

Maka dalam penelitian ini yang menjadi informan tambahan adalah:

1. Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

Kota Medan..

2. Kepala Bidang Pengaduan, Kebijakan dan Pelaporan

3. Kepala Seksi Penanganan Pengaduan Masyarakat dan Seksi Pelaporan

dan Peningkatan Pelayanan

3.4 Teknik Pengumpulan Data

3.4.1. Teknik Pengumpulan Data Primer

Teknik pengumpulan data primer adalah pengumpulan data yang diperoleh

melalui kegiatan penelitian langsung ke lokasi penelitian untuk mencari data-data

yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti. Adapun teknik

pengumpulan data yang dilakukan adalah :

a. Observasi, yaitu metode pengumpulan data yang digunakan untuk

menghimpun data penelitian, dimana data penelitian itu dapat diamati

peneliti. Dalam arti data tersebut dihimpun melalui pengamatan peneliti

melalui penggunaan pancaindra (Bungin, 2010). Dalam penelitian ini, peneliti

melakukan pengamatan langsung ke kawasan Kelurahan Polonia Kecamatan

Medan Polonia.

b. Wawancara Mendalam, yaitu proses tanya jawab yang dilakukan secara

langsung dan mendalam ditujukan terhadap informan di lokasi penelitian

dengan draf pertanyaan yang sudah siapkan dan disesuaikan dengan rumusan

masalah yang telah ada. Maka dalam penelitian ini peneliti melakukan
wawancara ke seluruh informan untuk mengetahui lebih dalam terkait

kebijakan yang dibuat oleh pemerintah untuk ijin mendirikan bangunan.

3.4.2 Teknik Pengumpulan Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung dari

objek penelitian dan data yang dapat diambil dari sumber lain atau instansi lain

yang berkaitan dengan penelitian. Pengumpulan data sekunder dalam penelitian

ini dilakukan dengan penelitian perpustakaan dan pencatatan dokumen, yaitu

menghimpun berbagai informasi dari buku referensi, jurnal, majalah dan internet

yang dianggap relevan dengan penelitian ini.

3.5 Interpretasi Data

Interpretasi data merupakan proses pengolahan data dimulai dari tahap

mengedit data sesuai dengan pokok permasalahan yang diteliti kemudian diolah

secara deskriptif berdasarkan apa yang terjadi dilapangan.Menganalisis data

menunjuk pada kegiatan mengorganisasikan data ke dalam susunan-susunan

tertentu dalam rangka penginterpretasikan data (Faisal, 2007).Analisis data

ditandai dengan pengolahan dan penafsiran data yang diperoleh dari setiap

informasi baik melalui pengamatan, wawancara atau catatan lapangan lainnya

yang telah ada melalui penelitian terdahulu yang kemudian dipelajari dan

ditelaah.Pada tahap selanjutnya adalah penyusunan data dalam satuan-satuan yang

kemudian dikategorikan. Kategori tersebut berkaitan satu sama lain dan

diinterpretasikan secara kualitatif.


DAFTAR PUSTAKA

Agustino, Leo. 2008. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.

Abidin, Said Zainal. 2002. Kebijakan Publik. Jakarta: Yayasan Pancur Siwah.

Bungin, B. M., 2010. Penelitian Kualitatif, Jakarta: PT. Kencana

Dunn, William N. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: UGM


Press.

Idrus. Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif


dan Kuantitatis. Jakarta. Erlangga.

Kusumanegara, Sutedi. 2010. Model dan Aktor dalam Proses Kebijakan Publik.
Yogyakarta: Gava Media
Nugroho, Riant. 2006. Kebijakan Untuk Negara-Negara Berkembang: Model-
Model Perumusan Implementasi Dan Evaluasi. Jakarta: PT.Elex Media
Komputindo.

Parsons, Wayne. 2008. Public Policy: Pengantar Teori dan Praktik Analisis
Kebijakan. Jakarta: Pranada Media.

Prasindo. Tangkilisan, Hesel. 2003. Kebijakan Publik Yang Membumi: Konsep,


Strategi dan Kasus. Yogyakarta:YPAPI.

Putra, Fadillah. 2003. Paradigma Kritis Dalam Studi Kebijakan Publik:


Perubahan Dan Inovasi Kebijakan Publik Dan Ruang Partisipasi
Masyarakat Dalam Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta Bekerjasama
Dengan Universitas Sunan Giri Surabaya: Pustaka Pelajar.

Singarimbun, Masri. 1995. Metode Penelitian Survey. Jakarta: PT.Pustaka LP3ES

Subarsono, AG. 2005. Analisis Kebijakan Publik, Konsep, Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar Pelajar.

Suharsimi Arikunto dan Cepi Safrudin Abdul Jabar. 2004. Evaluasi Program
Pendidikan, Pedoman Teoritis Bagi Praktisi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara:

Suyanto, Bagong & Sutinah. 2005. Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif
Pendekatan. Jakarta: Prenada Media.

Tahjan, Husni. 2008. Implementasi Kebijakan Publik. Bandung: RTH.

Tahir, Arifin. 2015. Kebijakan Publik & Transparansi Penyelenggaraan


Pemerintah Daerah. Bandung : Alfabeta
Winarno, Budi. 2007. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta: Media
Prasindo.

Yanuar, Ikbar. 2012. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Refika Aditama.

Yusuf, Farida. 2008. Evaluasi Program Dan Instrumen Evaluasi Untuk Program
Pendidikan dan Penelitian. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Sumber Jurnal:

Bidara, Arfandy Wichers. 2017. Implementasi Kebijakan Pelayanan izin


Mendirikan Bangunan Di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota
Manado. Manado: Jurnal Eksekutif Universitas Sam Ratulangi,Vol 1.
Irawan, Andi. 2015. Implementasi Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2001
Tentang Izin Mendirikan Bangunan Di Kecamatan Malinau Kota
Kabupaten Malinau. Samarinda: Jurnal Pemerintahan Integratif Vol 3.

Mansyur. 2016. Evaluasi Kebijakan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan (Imb)


Di Kabupaten Mamuju Utara. Mamuju Utara: Jurnal Katalogis
Universitas Tadulako Vol 4.

Putri, Rima Dwi. 2017.Evaluasi Damapak Penertiban Izin Mendirikan Bangunan


Di Kota Tanjung Pinang. Tanjung Pinang: Naskah Publikasi Adiministrasi
Negara Universitas Maritim Raja Ali Haji

Wilonoyudho, Saratri, 2009. Kesenjangan Dalam Pembangunan Kewilayahan.


Surakarta: Jurnal Forum Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Vol 23.

Sumber Lainnya:

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang

Permendagri Nomor 32 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pemberian Izin Mendirikan


Bangunan

Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Izin Mendirikan
Bangunan

Peraturan Walikota Medan Nomor 19 Tahun 2010 Tentang Rincian Tugas Pokok
Dan Fungsi Dinas Tata Ruang Dan Tata Bangunan Kota Medan

Anda mungkin juga menyukai