PENDAHULUAN
1
pendidikan diterapkan dilingkungan sekolah baik pendidikan formal , non formal
maupun pada perguruan tinggi. Manajemen olahraga rekreasi diterapkan pada
organisasi olahraga masyarakat. Sedangkan manajemen olahraga prestasi
umumnya digunakan oleh induk-induk organisasi olahraga , tingkat kabupaten
dan kota, tingkat propinsi maupun tingkat nasional, maupun pada organisasi
perkumpulan-perkumpulan olahraga, termasuk juga olahraga profesional.
Manajemen olahraga adalah suatu kombinasi keterampilan yang
berhubungan dengan perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan,
pengendalian, penganggaran, dan evaluasi dalam kontek suatu organisasi yang
memiliki produk utama berkaitan dengan olahraga. Pengkombinasian tersebut
perlu SDM yang terlibat dalam organisasi, bersatu dalam sebuah sistem bahu
membahu bekerja untuk mencapai tujuan. Manajer adalah orang salah satu orang
yang utama dalam organisasi olahraga karena harus mampu merencanakan,
mengambil keputusan, melakukan koordinasi serta memotivasi produktivitas
karyawan dan hubungan antar pengurus, memahami dan mengerti fungsi-fungsi
manajemen.
Akhir-akhir ini manajemen berkembang pesat dalam pengertian kegiatan
olahraga yang dimaksud bukan hanya olahraga kompetitif, tetapi kegiatan
olahraga secara menyeluruh, mencakup aspek olahraga rekreatif, olahraga
rehabilitasi, olahraga untuk orang cacat, olahraga untuk kelompok khusus
(misalnya, untuk manula atau yang kekurangan fisik).
2
1.3 Tujuan Penulisan
Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan
penulisan makalah ini yaitu untuk :
1. Untuk mengetahui pengertian manajemen dolahraga
2. Untuk mengetahui masalah manajemen dalam penjas dan pemecahannya
3. Untuk mengetahui ragam manajemen olahraga
4. Untuk mengetahui fasilitas dalam manajemen olahraga
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
perencanaan (Planning), (2) pengorganisasian (Organizing), (3) penggerakan
(Actuating), (4) pengawasan (Controlling).
Perencanaan merupakan dasar dari pelaksanaan kegiatan-kegiatan lainnya
dalam suatu organisasi, sehingga perencanaan ditempatkan sebagai fungsi
pertama. Perencanaan dapat disusun dengan mempertimbangkan hasil penelitian,
observasi atau dengan argumentasi. Perencanaan merupakan penjabaran dari
strategi awal organisasi. Untuk melaksanakan perencanaan dengan baik
diperlukan adanya suatu organisasi yang cocok. Sehingga kemudian muncul
fungsi yang kedua yaitu fungsi pengorganisasian. Dalam fungsi pengorganisasian
perlu ditelaah tentang kegiatan yang dilakukan, hakekat organisasi, proses
interaksi, prinsip organisasi dan tipe organisasi yang akan dijalankan.
Dengan terbentuknya suatu organisasi, dibutuhkan adanya usaha untuk
menggerakkan organisasi tersebut. Dalam proses penggerakkan tersebut perlu
dicermati pula proses intraksi antar manusia. Sehingga perlu adanya tatanan
menyangkut manusia, pendekatan, potensi, perilaku serta segala hal yang
berkaitan dengan pelaksanaan aktivitas organisasi. Setelah ketiga fungsi tersebut
berjalan, yang terakhir muncul adalah perlu adanya suatu pengawasan terhadap
jalannya proses-proses sebelumnya. Pada hakekatnya pengawasan mencakup
penilaian adanya kemajuan atau tidak, perlunya penyegaran atau tidak. Sehingga
pengawasan harus mampu menjadi suatu upaya dalam meluruskan roda organisasi
agar tidak terjadi penyimpangan dalam organisasi tersebut. Pengawasan juga
dapat dijadikan sebagai langkah pengawasan dan evaluasi aktivitas organisasi
menyangkut proses perencanaan, pengorganisasian maupun tahapan pelurusan
sesuai dengan visi dan misi yang diemban.
Manajemen menurut Parker Follet (1997), adalah seni dalam
menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain (management is the art of getting
things done through people). Menurut Hasibuan (2001) manajemen adalah ilmu
dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber
daya lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Meskipun banyak definisi manajemen yang telah diungkapkan para ahli sesuai
pandangan dan pendekatannya masing-masing, namun tidak satu pun yang
5
mernuaskan. Walaupun demikian, esensi manajemen dapat dipandang, baik
sebagai proses (fungsi) maupun sebagai tugas (task). Olehnya manajemen
sebagaimana dikemukakan Nickels and McHugh dalam Sule dan Saefullah
(2005), bahwa manajemen adalah sebuah proses yang dilakukan untuk
mewujudkan tujuan organisasi melalui rangkaian kegiatan berupa perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian orang-orang serta sumber daya
organisasi lainnya.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
manajemen pada dasarnya merupakan seni atau proses dalam menyelesaikan
sesuatu yang terkait dengan pencapaian tujuan. Dalam penyelesaian akan sesuatu
tersebut terdapat tiga faktor yang terlibat; (1) Adanya penggunaan sumberdaya
organisasi, baik sumberdaya manusia, maupun faktor-faktor produksi lainnya.
Atau menurut Griffin (2002), sumber daya tersebut meliputi sumberdaya manusia,
sumberdayaalam, sumberdaya keuangan, serta informasi, (2) Adanya proses yang
bertahap dari mulai perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengimplementasian, hingga pengendalian dan pengawasan, (3) Adanya seni
dalam menyelesaian pekerjan.
Sebagimana diketahui masih belum ada keseragaman mengenai jumlah
fungsi-fungsi manajemen. Barangkali konsesus yang dapat disepakati adalah
terdapatnya dua klasifikasi utama yaitu : A. Fungsi-fungsi organik, dan B.Fungsi
pelengkap. ( Sondang P. Siagian, 1989).
A.Contoh teori fungsi-fungsi yang organik dari manjemen.
1. George R. Terry , megklasifikasikan fungsi-fungsi manajemen sbb. :
a. Perencanaan (Planning)
b. Pengorganisasian (Organizing)
c. Penggerakan (Actuating)
d. Pengawasan (Controlling)
2. Koontz dan O”Donnel membagikannya sbb
a. Planning
b. Organizing
c. Staffing
6
d. Directing
e. Controlling.
3. Henry Fayol, mengatakan sbb.
a. Planning
b. Organizing
c. Commanding
d. Coordinating
e. Controlling.
4. Luther M. Gullick, membagikan sebagai demikian :
a. Planning
b. Organizing
c. Staffing
d. Directing
e. Coordinating
f. Reporting
g. Budgetting.
5. John F. Mee berpendapat sbb.
a. Planning
b. Organizing
c. Motivating
d. Controlling.
Sementara itu Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) membagikan
fungsi tsb
1. Perencanaan ,sebagai rintisan dan persiapan sebelum pelaksanaan, sesuai
kebijaksanaan yang dirumuskan.
2. Pengendalian, sebagai pengarahan , bimbingan dan koordinasi selama
pelaksanaan
3. Penilaian, untuk memperbandingkan hasil pelaksanaan dengan keinginan,
Sedangkan pemakalah cenderung untuk menggunakan pendapat DuBrin,
Ireland dan Williams seperti yang tertera pada bagan diatas, yaitu:
7
a. Planning
b. Organizing
c. Leading
d. Controlling
e. Staffing.
Perkembangan ini didukung kuat oleh dokter olahraga yang dikenal di tingkat
internasional yaitu Sargent (1906) di Amerika Serikat, dan Schmidt (1912) di
Jerman. Kedua tokoh itu menganjurkan tipe latihan senam dan metode pengajaran
yang tekanannya pada pembentukan (forming) fisik. Metoda alamiah menjadi
populer di Denmark dan Swedia yang dipromosi oleh Torngren (1914), Knudsen
(1915) dan Bukh (1923). Usaha mereka mendorong terjadinya reorganisasi
8
reformasi pendidikan jasmani di Jerman, Belanda, Inggris, dan negara Eropa
lainnya pada tahun 1920‑an dan 1930‑an (Grossing. 1991; Kramer membantu
Lommen, 1987; McIntosh, 1968; dalam Naul. 1994). Pada masa itu didirikan
lembaga pendidikan tenaga guru bertaraf universitas dan diperkenalkan ke dalam
dunia akademik yang tumbuh di beberapa negara di Eropa. Namun sekarang, di
beberapa negara Eropa itu, masih terdapat perbedaan status akademik pendidikan
jasmani dan pendidikan tenaga guru. Pada tahun 1960‑an terjadi perubahan di
beberapa negara. Kebugaran jasmani dianggap sebagai bagian penting dari tujuan
pendidikan jasmani baik di Barat maupun di Timur, semacam kebangkitan
kembali aliran Swedia yang menekankan kebugaran jasmani sebagai tujuan
utama, manusia sebagai “mesin” yang harus dibina agar berfungsi dengan baik,
sementara landasan ilmiahnya adalah biologi (lihat, Crum, 1994). Aspek performa
menjadi bagian yang lebih penting karena berbagai alasan. Pada tahun 1970‑an,
pendidik ail jasmani dengan peningkatan yang amat dramatis, ditandai dengan
perbaikan dalam fasilitas, peningkatan kualifikasi tenaga guru, dan pengalokasian
jam pelajaran 3 jam per minggu, di samping pendidikan jasmani harian di SD,
sementara di pendidikan tinggi diperkenalkan dari diorganisasi program
pemeliharaan kesehatan.
tingkat global karena pengaruh ekonomi, politik, dan perubahan pada pendidikan
itu sendiri. Krisis pendidikan jasmani, seperti yang dimunculkan dalam kongres
dunia di Berlin tahun 1999 1 terjadi tidak hanya pada tingkat nasional suatu
negara seperti di AS, Australia, Inggris dan Jerman, namun menjadi persoalan
akut di bekas negara blok sosialis (Foldesi, 1993; dalam Naul, 1994). Bahkan
dalam paparan Ken Hardman pada konferensi internasional di Bangkok
diungkapkan yakni tidak banyak perubahan atau kemajuan yang dicapai sebagai
9
implementasi dari Deklarasi Berlin. Konferensi internasional bertema Sport and
Education di Bangkok (2005) kembali mengetengahkan isu keterlaksanaan
pendidikan jasmani, seperti dipaparkan oleh Ken Hardman, sampai pada
kesimpulan yakni tidak banyak perubahan yang dicapai pada tataran praksis.
Lahirnya Bangkok Agenda, sebagai “gong” dari konferensi bertujuan untuk
mengakselerasi perubahan untuk mendorong peningkatan mutu pendidikan
jasmani, yang juga untuk tujuan yaitu peningkatan mutu pendidikan.
Rangkaian pembahasan tentang pemberdayaan pendidikan jasmani ini
yang menghasilkan pemikiran tentang visi dan misi baru peindidikan iasmani,
10
pertumbuhan dan perkembangan aspek lain dari manusia itulah yang
menjadikannya unik. Tidak ada bidang tunggal lainnya seperti pendidikan jasmani
yang berkepentingan dengan perkembangan total manusia.
Dengan demikian pendidikan jasmani dan olahraga dapat diartikan suatu
kegiatan mendidik anak dengan proses pendidikan melalui pembelajaran aktivitas
jasmani dan olahraga baik itu dilakukan secara individu maupun kelompok.
Perbedaan pendidikan jasmani dan olahraga dengan masa pelajaran lainnya adalah
alas yang digunakan adalah gerak insani, manusia yang bergerak secara sadar.
Gerak itu dirancang secara sadar oleh gurunya dan diberikan dalam situasi
yangtepat, agar dapat merangsang pertumbuhan dan perkembangan peserta didik.
11
Kondisi bangsa kita sekarang sedang dihadapkan pada kondisi krisis
ekonomi, ditandai dengan mahalnya kebutuhan bahan pokok, tetapi tidak
dibarengi dengan pendapatan yang seimbang, hingga kini masih membekaskan
Iuka yang dalam bagi sebagian besar masyarakat kita. Hal tersebut lebih terasa
dan pedih bagi bangsa kita, ditengah kondisi dunia Yang sedang dihadapkan pada
krisis perebutan kekuasaan politik dunia, dengan nuansa kental perebutan
kekuasaan ekonomi dan teknologi di sebagian besardunia maju dan imbasnya
kena bangsa kita.
Menurut Husdarta (2009) kemampuan ekonomi bangsa Indoensia telah
terlempar pada keadaan tak terkendali, menghasilkan persoalan-persoalan seperti
pemangkasan anggaran, harga barang yang membubung, kesulitan dan konflik
penduduk kota, rangkaian pengangguran, hingga deficit pemernitah yang semakin
menggunung. jika negara maju lainnya sudah mengambil langkah-langkah pasti
terhadap persoalan global yang menantang tersebut, Indonesia tetap berada dalam
kondisi lesu.
Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang sudah mencapai
tahap sangat maju telah Pula menghadapkan bangsa kita, terutama Para anak-anak
dan remaja, pada gaga hidup yang semakin menjauh dari semangat perkembangan
total, karena lebih mengutamakan keunggulan kecerdasan intelektual, sambil
mengorbankan kepentingan keunggulan fisik (physical conditioning) dan moral
individu. Budaya hidUp mudah/gampang, sedenter (kurang gerak) karennya
semakin kuat mengejala di kalangan anak-anak dan remaja, berkomunikasi
dengan semakin hilangnya ruang-ruang publik dan tugas kehidupan yang
memerlukan upaya fisik yang keras, segalanya menjadi mudah, sehingga lambat
lawn kemampuan fisik manusia sudah tidak diperlukan lagi. Dikhawatirkan secara
evolutif manusia akan berubah bentuk fisiknya, mengarah pada bentuk yang tidak
bisa kita bayangkan karena banyak anggota tubuh kita dari mulai kaki dan lengan
sudah dipandang tidak berfungsi (Husdarta, 2009).
Dalam kondisi demikian patutlah kita pertanyakan kembali peranan dan
fungsi pendidikan, khususnya pendidikan jasmani dan olahraga, apakah peranan
yang bisa dimainkan oleh program Penjasor dalam kondisi dunia dan bangsa yang
12
semakin dihadapkan pada kuatnya potensi konflik tersebut? Apakah peranan
pendidikan jasmani dan olahraga dalam mempersiapkan Para pewaris bangsa ini
untuk mampu bersaing secara sehat dalam persaingan global sekarang ini dan
yang akan datang? Apa Pula peranan pendidikan jasmani dan olahraga dalam
mengantisipasi kemungkinan terjadinya evolusi kehidupan manusia yang
cenderung tidak lagi memerlukan perangkat fisik yang utuh untuk menjalankan
tugasnya sehari-hari? Pertanyaan-pertanyaan mendasar tersebut, serta penawaran
satu alternatif dalam memandang peranan dan fungsi pendidikan jasmani dan
olahraga yang seharusnya dilaksanakan di sekolah-sekolah dasardan menengah di
Indoensia lebih diseriusi dan ditingkatkan.
Pendidikan jasmani dan olahraga pada hakikatnya adalah proses
pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik (jasmani) dan olahraga untuk
menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik,
mental serta emosional. Penjasor memperlakukan anak sebagai sebuall kesatuan
utuh, makhluk total, dari pada hanya menganggapnya sebagai seorang yang
terpisah kualitas fisik dan mental nya.
Fokus perhatian pendidikan jasmani dan olahraga adalah peningkatan
gerak manusia, lebih khusus lagi pendidikan jasmani dan olahraga berkaitan
dengan hubungan antara gerak manusia dan wilayah pendidikan lainnya, misalnya
hubungan dan perkembangan tubuh-fisik dengan pikiran dan jiwanya. Pengaruh
perkembangan fisik terhadap wilayah pertumbuhan dan perkembangan aspek lain
dari manusia itulah yangmenjadikannya unik.
Menurut Husdarta (2009) bahwa pendidikan jasmani memanfaatkan alai
fisik untuk mengembangkan keutuhan manusia. Berkaitan dengan hal tersebut,
diartikan bahwa melalui fisik, aspek mental dan emosional pun turut
terkembangkan, bahkan dengan penekanan yang cukup dalam. Berbeda dengan
bidang lain, misalnya pendidikan moral, yang penekanannya benar-benar pada
perkembangan moral, tetapi aspek fisik tidak turut terkembangkan, baik langsung
maupun tidak langsung. Karena hasil-hasil kependidikan dari pendidikan jasmani
dan olahraga tidak.hanya terbatas pada manfaat penyempurnaan fisik atau tubuh
semata. Pengertian pendidikan jasmani tidak hanya menunjuk pada pengertian
13
tradisional dari aktivitas fisik. Kita harus melihat istilah pendidikan jasmani dan
olahraga pada bidangyang lebih luas dan lebih abstrak, sebagai satu proses
pembentukan kualitas pikiran dan juga tubuh.
Pendidikan jasmani dan olahraga karena harus menyebabkan Perbaikan
dalam pikiran dan tubuh yang mempengaruhi seluruh aspek kehidupan seharian
seseorang. Pendekatan holistiktubuh-jiwa ini termasuk Pula penekanan pada
ketiga domain kependidikan, yakni; psikor-notor, kognitif, dan afektif. Dengan
meminjam ungkapan Robert Gensemer, pendidikan jasmani dilstilahkan sebagai
proses menciptakan "tubuh yang baik bagi tempat pikiran atau jiwa". Artinya
dalam tubuh yang baik diharapkan Pula terdapatjiwa yang what, sejalan dengan
pepatah Romawi Kuno, "men sang in corporesano".
Salah satu pertanyaan sulit di sepanjang jaman adalah pemisahan antara
jiwa dan raga. Kepercayaan umum menyatakan bahwa jiwa dan raga terpisah,
dengan penekanan berlebihan pada satu sisi tertentu, disebut dualism, yang
mengarah pada penghormatan lebih pada jiwa, dan menempatkan kegiatan fisik
secara lebih inferior. pandangan yang berbeda lahir dari filsafat monisme, yaitu
suatu kepercayaan yang memenangkan kesatuan tubuh dan jiwa. Kita bisa
melacak pandangan ini dari pandangan Athena Kuno dengan konsepnya "jiwa
yang baik di dalam raga yang baik". Motto tersebut seri ng d i pern mbangkan,
sebagai pertanyaan ideal dari tujuan pendidikan jasmani tradisional yaitu;
aktivitasfisik mengembangkan seluruh aspek dari tubuh yaitu jiwa, raga dan spirit.
Tepatlah ungkapan dari Zigler bahwa fokus dari bidang pendidikan jasmani
adalah aktivitas fisik yang mengembangkan, bukan semata-mata aktivitas fisik itu
sendiri.
Dalam masyarakat konsep dan kepercayaan terhadap pandangan dualisme
tersebut masikkuat berlaku, bahkan termasuk juga pada sebagian besar guru
pendidikan jasmani dan olahraga sendiri. Barangkali pandangan demikian masih
kuat mengakar, entah akibat dari kurangnya pemahaman terhadap falsafah
pendidikan jasmani dan olahraga itu sendiri, maupun karena kuatnya kepercayaan
itu
14
2.3 Ragam Manajemen Olahraga
Sebagaimana diketahui bahwa U.U. R.I. No. 3 , Tahun 2005, Tenrang
Sistem Keolahragaan Nasional, pada Bab IV menyebutkan adanya tiga ruang
lingkup olahraga.yang meliputi kegiatan Olahraga pendidikan , olahraga rekreasi
dan olahraga prestasi. Oleh karenanya dikenal manajemen Olahraga pendidikan,
olahraga rekreasi dan olahraga prestasi. Manajemen olahraga pendidikan
diterapkan dilingkungan sekolah baik pendidikan formal , non formal maupun
pada perguruan tinggi. Manajemen olahraga rekreasi diterapkan pada organisasi
olahraga masyarakat. Sedangkan manajemen olahraga prestasi umumnya
digunakan oleh induk-induk organisasi olahraga , tingkat kabupaten dan kota,
tingkat propinsi maupun tingkat nasional, maupun pada organisasi perkumpulan-
perkumpulan olahraga, termasuk juga olahraga profesional.
Disamping itu terdapat juga pembagian manajemen olahraga pemerintah
dan manajemen olahraga non pemerintah atau swasta, seperti manajemen bisnis
dan manajemen industri olahraga. Pembagian menurut fungsinya , seperti
manajemen perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengawasan,
pemasaran. Pembagian menurut sumber daya, seperti manajemen sumber daya
manusia, manajemen keuangan, manajemen fasilitas olahraga (infra struktur) dan
sumber daya materi, seperti komputer, foto copy, alat olahraga dan peralatan
kesehatan. Pembagian seperti diatas tidaklah baku, namun masih ada variasi-
variasi lain yang dewasa ini banyak dikembangkan seperti misalnya manajemen
perencanaan saja kita kenal “strategic planning”, network planning , dll. Demikian
juga model-model manajemen lain untuk tujuan-tujuan tertentu juga
dikembangkan, misalnya “management by objectives”, “planning, programming
and budgetting system”, “total quality management”.
15
keluhan guru penjas tidak henti-hentinya mereka mengemukakan dalam berbagai
kesempatan, namun pemecahan masalahnya tidak kunjung tuntas.
Persoalan tersebut terkait langsung dengan tataran atas pada tingkat
kebijakan, bahwa bidang studi penjas belum menjadi prioritas. Hal ini tidak lepas
dari kebijakan nasional pendidikan yang selama ini masih memberikan proritas
pada bidang studi IPA, dihubungkan dengan upaya bangsa Indonesia untuk
memajukan bidang iptek. Nasib bidang studi kelompok IPS tidak begitu jauh
dengan bidang studi penjaskes. Walaupun kita insan penjas dan olahraga
mengklain bahwa bidang studi penjas adalah paling unik. Sebab bidang studi
penjas satu-satunya bidang yang mengurus bidang jasmaniah. Namun secara
langsung mengintervensi pendidikan secara menyeluruh. Namun masih banyak
orang yang belum memahami bahwa penjas itu, juga sangat potensial untuk
merangsang perkembangan penalaran dan fungsi saraf yang dibutuhkan dalam
pembuatan keputusan. Masih banyak orang yang belum faham konsep inteligensi
mejemuk yang perlu mendapat penanganan dengan implikasi pada perluasan
spectrum layanan bagi setiap anak, sesuai dengan potensinya. Di samping maslah
statuus dan keadaannya yang masih merana, seperti tercermin dalam dukungan
sarana dan prasarana olahraga, termasuk anggaran biaya yang sangat terbatas,
persoalan pengembangan penjas, juga terkait langsung dengan pengelolaannya.
Pelaksanaan fungsi manajemen dalam pengertian luas, yang tertuju pada
pengembangan program yang mampu memenuhi kebutuhan siswa dan merespon
aspirasi masyarakat, merupakan titik yang paling rawan. Pertanyaan kita, adakah
selama ini seluruh program penjas dilaksanakan dengan menerapkan fungsi
manajemen?
Dengan tidak memandang remeh apa yang telah dikerjakan oleh para guru
yang dengan sepenuh hati dan kegigihan mengatasi berbagai masalah dan
tantangan di lapangan, tampaknya dimensi kemampuan menejerial dalam penjas
harus ditingkatkan. Hal ini perlu ditata lebih lanjut, mulai dari perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan atau penggerakan melalui kepemimpinan, hingga
penilaian, termasuk evaluasi. Kelemahan yang tampak adalah bahwa seluruh
kegiatan itu seolah-olah ingin dari sentuhan kreatifitas guru, disebabkan oleh
16
pertama, struktur dan isi kurikulum yang sangat monolitik, merujuk pada
kurikulum nasional. Sistem pengawasan juga tidak memberikan luang dan
semangat bagi guru penjas untuk mengembangkan programnya. Dalam konteks
yang lebih terbatas, namun sangat strategis, adalah aplikasi manajemen dakam
pengelolaan proses belajar mengajar. Ada 3 unsur pokok yang perlu dikelola oleh
guru yaitu :
1. Manajemen tugas ajar
2. Manajemen perilaku siswa
3. Manajemen atmosfir belajar
Ketiga hal ini lebih berbobot akademiknya dibandingkan pelaksanaan
fungsing administrasi yang lebih ringan, tetapi memberatkan, seperti pembuatan
Satuan Acara Pelajaran ( SAP ), mengawalkehadiran siswa mengutamakan
seragam, dan lain-lain yang meskipun tetap harus diperhatikan, namun menggeser
kedudukan manajemen PBM yang jauh lebih strategis.
Dalam keadaan status dan kondisi penjas yang masih lemah, maka
pembinaannya memadukan dukungan. Kepemimpinan guru penjas sangat
dibutuhkan untuk mampu membangkkitkan hubungan dari warga masyarakat
sekolah ( termasuk kepala sekolah dan guru lainnya ) serta warga masyarakat pada
umumnya, seperti organisasi induk olahraga dan orang tua siswa. Kepemimpinan
itu jualah yang ikut menciptakan atmosfir baru yang mengangkat citra penjas
sebagai bidang studi yang dapat diandalkan untuk mendidik. Praktik pengajaran
yang menelantarkan siswa, model pendekatan “ Remote Kontrol “ gurunya entah
kemana siswanya aktif sendiri merupakan contoh perlakuan dalam pendidikan
yang menimbulkan citra memperendah kedudukan penjas. Oleh karena itu,
berkaitan dengan kepemimpinan tersebut, factor kecakapan untuk membangun
relasi antar orang dan komunikasi, selain koordinasi dalam kontek manajemen,
sungguh sangat dibutuhkan.
1. Pemecahan masalah
Seorang pemimpin harus mempunyai tindakan dalam pemecahan terhadap
suatu masalah. Ada beberapa langkah dalam mengambil kputusan pemecahan
masalah :
17
a. Pemahaman pada masalah ( Identifikasi dari tujuan )
Langkah pertama adalah membaca soalnya dan meyakinkan diri bahwa
anda memahaminya secara benar. Tanyalah diri anda dengan pertanyaan :
1) Apa yang tidak diketahui?
2) Kuantitas apa yang diberikan pada soal?
3) Kondisinya bagaimana?
4) Apakah ada kekecualian?
Untuk beberapa masalah akan sangat berguna untuk
1) Membuat diagranmnya dan mengidentifikasi kuantitas-kuantitas yang
diketahui dan dibutuhkan pada diagram tersebut. Biasanya dibutuhkan
2) Membuat beberapa notasi ( x, a, b, c, V=volume, m=massa dsb ).
3) Membuat Rencana Pemecahan Masalah
Carilah hubungan antara informasi yang diberikan dengan yang tidak
diketahui yang memungkinkan anda untuk memhghitung variabel yang
tidak diketahui. Akan sangat berguna untuk membuat pertanyaan :
“Bagaimana saya akan menghubungkan hal yang diketahui untuk mencari
hal yang tidak diketahui? “. Jika anda tak melihat hubungan secara
langsung, gagasan berikut ini mungkin akan menolong dalam membagi
masalah ke sub masalah
18
2.5 Manajemen Dalam Olahraga dan Pemecahannya
Manajemen olahraga adalah suatu kombinasi keterampilan yang
berhubungan dengan perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan,
pengendalian, penganggaran, dan evaluasi dalam kontek suatu organisasi yang
memiliki produk utama berkaitan dengan olahraga.(Janet Park,1998:4).
Pengkombinasian tersebut perlu SDM yang terlibat dalam organisasi, bersatu
dalam sebuah sistem bahu membahu bekerja untuk mencapai tujuan. Manajer
adalah orang salah satu orang yang utama dalam organisasi olahraga karena harus
mampu merencanakan, mengambil keputusan, melakukan koordinasi serta
memotivasi produktivitas karyawan dan hubungan antar pengurus, memahami dan
mengerti fungsi-fungsi manajemen.
1. Fungsi – fungsi manajemen olahraga
a. Perencanaan
b. Pengorganisasian
c. Penentuan keputusan
d. Pembimbingan /directing
e. Pengendalian
f. Evaluasi
19
5) Pendanaan
6) Dukungan lingkungan
3. Pemecahannya Masalah
Masalah pembinaan dalam olahraga jauh lebih komplek. Kecendrungan di
Indonesia akhir-akhir ini tetap menunjukkan orientasi pada pembinaan
olahraga kompetitif untuk berprestasi, Namun sayang, tidak didukung oleh
pondasi yang kuat. Penjas merupakan sub system pembinaan keolahragaan
nasional, dan kekuatan keolahragaan nasional akan terjamin jika dapat
diciptakam pembinaan bersinambung, berawal dari pembinaan sikap,
kecintaan, dan partisipasi aktif secara meluas. Keadaan demikian dapat
dicapai dalam penjas. Namun, isu sentral adalah antara penjas dan
pembinaan olahraga dan olahraga kompetitif tidak terjalin kerjasama yang
erat.
Keadaan demikian sebagai akibat, kecendrungan selama ini yang lebih
memprioritaskan olahraga kompetitif, seperti tercermin dalam penyaluran
dana yang lebih besar kepada kegiatan itu.
20
Tentu saja, persoalan tersebut jauh lebih rumit dam memerluakan keahlian
sebagai professional. Kelemahan di Indonesia adalah bahwa pengelolaan olahraga
masih belum ditangani secara professional, seperti tampak dalam beberapa
indikator-indikator, yakni ditangani secara sambilan oleh orang-orang yang bukan
ahlinya.
Akhir-akhir ini manajemen berkembang pesat dalam pengertian kegiatan
olahraga yang dimaksud bukan hanya olahraga kompetitif, tetapi kegiatan
olahraga secara menyeluruh, mencakup aspek olahraga rekreatif, olahraga
rehabilitasi, olahraga untuk orang cacat, olahraga untuk kelompokj khusus
( misalnya, untuk manula ). Dikatakan bahwa suatu masalah (problem) atau krisis
adalah sustu kesempatan yang berbahaya, ini adalah sesuatu yang mempunyai
ketegangan sendiri, tetapi ini juga mempunyai kesempatan bagi pemecahan yang
relatif berfaedah.
Terdapat enam langkah dalam pemecahan nasalah :
1. Mengenali dan mendefinisikan masalah
2. Menganalisis dan menjelaskan masalah
3. Mencari alternatif pemecahan
4. Memilih suatu pemecahan
5. Mengetrapkan pemecahan.
6. Mengevaluasi keputusan.
21
h. Bagaimana saya memberikan kontribusi pada keberadaan yang terus
menerus pada masalah ?
i. Apa yang tidak saya kerjakan untuk menolong menghilangkan masalah
itu ?
22
5. Hentikan jika ada yang melanggar aturan.
6. Memilih suatu pemecahan.
a. Identifikasikan sebanyak mungkin alternatif pemecahan masalah.
b. Identifikasikan ciri-ciri yang penting untuk evaluasi setiap alternatif.
c. Adakan tes setiap pemecahan alternatif dengan ciri-ciri. Tentukan
bilasatu alternative muncul lebih beralasan dari yang lain.
d. Bila perlu, adakan tes pada alasan anda dan memilih pemecahan pada
yang lain.
7. Menerapkan pemecahan.
a. Buatlah daftar langkah-langkah kegiatan utama yang akan anda ambil.
b. Terangkan langkah-langkah ini dalam urutan yang engkau harapkan
akan terjadi.
c. Instansi mana yang anda perlukan untuk memproses pemecahan
masalah anda.
d. Kelompok kuci mana atau perorangan mana yang anda inginkan untuk
terlibat guna menyediakan sumber-sumber daya.
e. Kendala utama apa yang perlu diatasi ?
f. Langkah pertama mana yang perlu diambil pada minggu-minggu yang
akan dating
g. Siapa yang akan mengambil inisiatif ?
h. Siapa yang perlu untuk selalu dilapori ?
8. Evaluasi.
a. Perubahan apa ?
b. Sistem feedback apa yang anda gunakan ?
c. Data kuantitatif apa yang dapat anda ukur guna menunjukkan
perubahan?
d. Area yang bagaimana yang untuk perbaikan yang anda akan lihat ?
23
Karena kompetisi antar pusat kebugaran dan program olahraga, kualitas
fasilitas harus meningkat. Fasilitas multiguna, didesain untuk mencukupi berbagai
aktivitas, merupakan sesuatu yang sangat diperlukan oleh organisasi olahraga.
1. Perencanaan fasilitas
Fasilitas yang bermutu, seperti program yang berkualitas, dimulai dengan
perencanaan yang seksama. Ada kriteria umum yang harus dipatuhi dalam
perencanaan, pembangunan, dan pemeliharaan. Hal-hal tersebut akan
disajikan berikut ini. Kriteria Umum untuk Perencanaan Fasilitas Olahraga
a. Melayani kebutuhan yang telah teridentifikasi: mememnuhi kebutuhan
para anggota yang akan menggunakan fasilitas merupakan prioritas
utama dalam daftar kriteria.
b. Konstruksi yang bermutu dan mempertimbangkan keselamatan: Anda
memperoleh seharga yang anda bayar. Bangunlah fasilitas sesuai
dengan biaya yang harus dikeluarkan, Jangan mengurangi sedikitpun
anggaran, agar hasilnya memberikan kenyamanan dan keselamatan
bagi pengguna.
c. Multiguna
Fasilitas yang digunakan dapat digunakan untuk berbagai macam
aktivitas olahraga, juga dapat digunakan untuk kegiatan pamrena,
seminar, dan kegiatan lainnya dalam ruangan.
d. Lokasi yang strategis
e. Pilih lokasi fasilitas olahraga yang tidak mengganggu aktivitas lainnya
yang memerlukan ketenangan.
f. Mudah dijangkau
g. Harga yang efektif
Pertimbangan di atas tentang fasilitas harus diseimbangkan dengan
biaya yang harus dikeluarkan.
h. Mudah disupervisi
Supervisi merupakan pertimbangan yang penting bagi keselamatan
pengguna. Oleh karenany itu, fasilitas olahraga banyak yang beruang
luas dan jarang berdinding.
24
i. Pemeliharaan/penjagaan yang efisien
Perencana perlu memepertimbangkan kriteria ini agar pengelola
fasilitas dapat menghemat biaya pemeliharaan.
j. Bisa diperluas
Perencana gedung perlu membuat rancangan yang memungkinkan
fasilitas dapat diperluas di masa yang akan datang
k. Memperhatikan segi keindahan Lokasi
Menempatkan sebuah fasilitas baru merupakan sebuah keputusan yang
sulit untuk ditetapkan. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan
dalam penentuan lokasi adalah mudah dijangkau (accessibility),
kualitas lingkungan (environmental quality), berbagi fasilitas yang ada
(sharing existing facilitas), situs yang tidak konvensional
(unconventional sites)
2. Desain fasilitas
Fasilitas terbaik yang dapat digunakan oleh sebagain besar organisasi
olahraga dalah fasilitas multiguna. Lapangan harus didesain agar dapat
digunakan untuk berbagai kegiatan. Gedung olahraga dapat dipergunakan
untuk berbagai cabang olahraga. Hal penting yang perlu diingat adalah
seluruh fasilitas harus didesain untuk meningkatkan kesehatan dan
keselamatan dan mengembangkan aktivitas olahraga bagi semua orang.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam desain fasilitas adalah sumber ide
(sources of idea), faktor-faktor yang membatasi (limiting factors),
bahanbahan bangunan (construction materials).
25
Fasilitas olahraga yang outdoor banyak dijumpai di sekolah-sekolah dan
daerah perkotaan. Fasilitas outdoor memiliki fungsi yang epnting bagi
aktivitas olahraga. Bagian-bagian fasilitas outdoor yang perrlu
diperhatikan adalah sebagai berikut.
a. Pagar (fences)
Karena peserta kegiatan outdoor menampilkan kegembiraan dan
energy yang tinggi, pagar pengaman perlu dipertimbangkan sebagai
alat pengaman bagi peserta. Bahan untuk pembuatan pagar perlu
mempertimbangkan keamanan, privacy, keselamatan, dan kebutuhan
biaya.
b. Permukaan (surfaces)
Permukaan fasilitas olahraga beragam jenisnya, sesuai dengan fungsi
fasilitas tersebut. Drainase yang laik perlu dibuat agar permukaan
fasilitas memberi jaminan keselamatan dan kegembiraan bagi
penggunanya. Jenis-jenis permukaan yang digunakan oleh fasilitas
olahraga adalah nonturf surfacing, natural turf, artificial turf.
c. Orientasi (orientation)
Fasilitas olahraga outdoor harus menyesuaikan posisinya dengan arah
sinar matahari, sehingga para pengguna pada siang hari tidak
menentang sinar matahari. Lapangan bolabasket, sepakbola harus
membujur sesuai dengan perputaran matahari. Lokasi fasilitas olahraga
di sekolah jangan sampai mengganggu ruang kelas.
d. Perlampuan (lighting)
Agar dapat digunakan malam hari, fasilitas harus diberi lampu
penerangan. Kegiatan malam hari banyak diminati karena menghindari
panas sinar matahari, dan tingkat kelembaban yang tinggi. Satu hal
yang diperhatikan adalah pemasangan lampu jangan sampai
mengganggu penglihatan pemain pada saat bermain.
26
2) Fasilitas Indoor
Fasilitas indoor yang dimiliki oleh sekolah untuk kepentingan
pembelajaran Pendidikan Jasmani, atau atau fasilitas indoor yang dimiliki
oleh pemerintah dan swasta untuk publik perlu memperhatikan hal-hal
sebagai berikut.
a. Permukaan fasilitas perlu memperhatikan keselamatan dan kesenangan
pengguna fasilitas. Permukaan (surfaces) yang perlu diperhatikan
adalah : a) lantai (flooring): beton, karpet, kayu, ubin, dan linoleum; b)
tembok (walls); c) atap (ceilings);
b. Pencayahaan (lighting) perlu memperhatikan cahaya alami (sinar
matari) dan cahaya listrik;
c. Pengontrolan kualitas udara (air quality control) kualitas udara
merupakan salah satu aspek desain fasilitas yang tidak boleh
terlewatkan. Sistem pemanas dan pending ruang, dan ventilasi harus
berfungsi dengan baik, sehingga temperatur udara tetap terjaga dan
nyaman untuk melakukan aktivitas jasmani.
d. Koridor atau selasar harus disediakan agar orang yang cacat dapat
masuk, pintu darurat perlu disediakan dan memiliki tanda yang mudah
dibaca.
e. Ruang perkantoran dan gudang (strorage and office areas) fasilitas
gudang dan kantor harus berlokasi yang mudah ditemukan dan
dijangkau dari tempat aktivitas. Ruang supervisor perlu dibuat dengan
jendela yang besar.
f. Ruang ganti dan lemari pakaian. Tempat ganti pakaian perlu
memperhatikan jumlah tim yang akan menggunakan, ruang diskusi tim
perlu disediakan. Ruang lemari penyimpanan barang (locker rooms),
dan ruang mandi (wet areas).
3) Kolam Renang
27
Kolam renang dapat berupa fasilitas indoor ataupun outdoor. Kedalaman
kolam harus memperhatikan kegiatan yang akan berlangsung. Hal-hal
yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut.
a. decks adalah area yang mengelilingi kolam. Lantai decks harus
didesain secara cermat agar aman bagi pengguna. Lantainya jangan
licin dan mudah dirawat.
b. Lampu penerangan (lighting). Pencahayaan bagi kolam indoor atau
outdoor merupakan hal penting diperhatikan
c. Pemeliharaan. Pemeliharaan yang layak untuk kesehatan kolam
dengan pemberian disinfektan dan pengawasan tingkat keasaman (pH)
air kolam.
4) Layanan Makanan
Di semua fasilitas, ketersedian pancuran air (drinking fountains) perlu
diperhatikan baik kantin makanan ada ataupun tidak. Bila layanan
makanan tersedia dalam fasilitas, kedai minuman disediakan yang
letkanya mudah dijangkau oleh penggguna
28
keamanan fasilitas. Perangkat aturan terpampang di semua pintu masuk
dan tempat strategis. Tim supervisor dan keamanan mudah dikenali. Sikap
yang ramah dan membantu harus ditampilkan oleh anggota tim supervisor
dan keamanan.
3. Pemeliharaan fasilitas. Untuk memperpanjang keawetan fasilitas dan
menurunkan keharusan perbaikan, pemeliharan yang tetap perlu
dikerjakan. Agar pekerjaan pemeliharaan berjalan dengan baik perlu
dipilih koordinator pemeliharaan yang tepat.
4. Pengontrolan (inventory control). Melakukan pengawasan yang cermat
terhadap segala fasilitas dan peralatan yang dimiliki oleh organisasi.
5. Penjadwalan fasilitas. Jadwal pemakaian harus ditata dengan baik,
sehingga memberi kenyamanan bagi pengguna. Contoh daftar prioritas
penggunaan fasilitas olehraga yang dimiliki oleh sekolah: (a) pelajaran
pendidikan jasmani terjadwal, (b) kegiatan latihan dan
perlombaan/pertandingan olahraga, (c) kegiatan olahraga rekreasi dan
intramural, (d) kelompok akademik dalam sekolah , (e) kelompok
nonakademik dalam kampus, dan (f) kelompok dari luar kampus.
29
BAB III
KESIMPULAN
30
DAFTAR PUSTAKA
http://www.pelatihbelajar.wordpress.com
http://www.ilmukita.blogspot.com
http://belajarbersama.blogspot.com
http://ilmuituindah.wordpress.com
http://gurukita.wordpress.com
31
KATA PENGANTAR
Puji suyukur kami panjatkan Kepada Allah SWT yang telah memberikan
sehat jasmani dan rohani, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan, baik dari cara penulisan maupun dari materinya. Maka dari itu saran
dan kritik yang sifatnya membangun sangat kami harapkan guna perbaikan
makalah berikutnya.
Semoga makalah ini bisa menjadi acuan pembelajaran di kalangan
mahasiswa, juga dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca
umumnya.
i
32
DAFTAR ISI
ii33
MAKALAH
MANAJEMEN OLAHRAGA
Oleh
Muhamad Sidik
NIRM. 432231405001
34