Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat ini lingkungan pendidikan yang sangat kompetitif akan memiliki
dampak seperti tuntutan untuk selalu membangun keunggulan kompetitif,
pemutakhirkan peta perjalanan (roadmap) organisasi secara berkelanjutan,
penentuan langkah-langkah strategik ke depan, pengerahkan, pemusatkan
kapabilitas dan komitmen seluruh staf dalam mewujudkan masa depan organisasi.
Dan kecenderungan umum, pendidikan saat ini hanya mengandalkan anggaran
tahunan sebagai alat perencana masa depan organisasi, sehingga menjadi tidak
koheren antara Visi dan Misi, Tujuan organisasi, Rencana Jangka Pendek dan
Jangka Panjang, Implementasi.
Sebagian besar organisasi hanya mengandalkan manajemen puncak untuk
menyusun perencanaan strategik, sementara manajemen menengah sampai
karyawan hanya melakukan implementasi rencana jangka panjang dan pendek.
Sistem ini hanya pas untuk lingkungan yang stabil yang di dalamnya prediksi
masih dapat diandalkan untuk memperkirakan masa depan organisasi.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :
1. Bagaimana pengertian manajemen sekolah?
2. Bagaimana fungsi manajemen?
3. Bagaimana Manajemen Pendidikan Nasional?

1.3 Tujuan Penulisan


Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan penulisan
makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian manajemen sekolah
2. Untuk mengetahui fungsi manajemen
3. Untuk mengetahui Manajemen Pendidikan Nasional

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Manajemen Sekolah


Dalam konteks pendidikan, memang masih ditemukan kontroversi dan
inkonsistensi dalam penggunaan istilah manajemen. Di satu pihak ada yang tetap
cenderung menggunakan istilah manajemen, sehingga dikenal dengan istilah
manajemen pendidikan. Di lain pihak, tidak sedikit pula yang menggunakan
istilah administrasi sehingga dikenal istilah adminitrasi pendidikan. Dalam studi
ini, penulis cenderung untuk mengidentikkan keduanya, sehingga kedua istilah ini
dapat digunakan dengan makna yang sama.
Selanjutnya, di bawah ini akan disampaikan beberapa pengertian umum
tentang manajemen yang disampaikan oleh beberapa ahli. Dari Kathryn . M.
Bartol dan David C. Martin yang dikutip oleh A.M. Kadarman SJ dan Jusuf
Udaya (1995) memberikan rumusan bahwa :
“Manajemen adalah proses untuk mencapai tujuan – tujuan organisasi
dengan melakukan kegiatan dari empat fungsi utama yaitu merencanakan
(planning), mengorganisasi (organizing), memimpin (leading), dan
mengendalikan (controlling). Dengan demikian, manajemen adalah sebuah
kegiatan yang berkesinambungan”.
Sedangkan dari Stoner sebagaimana dikutip oleh T. Hani Handoko (1995)
mengemukakan bahwa:
“Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber
daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan”.
Secara khusus dalam konteks pendidikan, Djam’an Satori (1980)
memberikan pengertian manajemen pendidikan dengan menggunakan istilah
administrasi pendidikan yang diartikan sebagai “keseluruhan proses kerjasama
dengan memanfaatkan semua sumber personil dan materil yang tersedia dan
sesuai untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan secara efektif dan
efisien”.

2
2.2 Fungsi Manajemen
1. Perencanaan (planning)
Indriyo Gito Sudarmo dan Agus Mulyono (1996) mengemukakan langkah-
langkah pokok dalam perencanaan, yaitu :
Penentuan tujuan dengan memenuhi persyaratan sebagai berikut : (a)
menggunakan kata-kata yang sederhana, (b) mempunyai sifat fleksibel, (c)
mempunyai sifat stabilitas, (d) ada dalam perimbangan sumber daya, dan (e)
meliputi semua tindakan yang diperlukan.
Pendefinisian gabungan situasi secara baik, yang meliputi unsur sumber
daya manusia, sumber daya alam, dan sumber daya modal.
Merumuskan kegiatan yang akan dilaksanakan secara jelas dan tegas.
Hal senada dikemukakan pula oleh T. Hani Handoko (1995) bahwa
terdapat empat tahap dalam perencanaan, yaitu : (a) menetapkan tujuan atau
serangkaian tujuan; (b) merumuskan keadaan saat ini; (c) mengidentifikasi segala
kemudahan dan hambatan; (d) mengembangkan rencana atau serangkaian
kegiatan untuk pencapaian tujuan.
Pada bagian lain, Indriyo Gito Sudarmo dan Agus Mulyono (1996)
mengemukakan bahwa atas dasar luasnya cakupan masalah serta jangkauan yang
terkandung dalam suatu perencanaan, maka perencanaan dapat dibedakan dalam
tiga bentuk, yaitu : (1) rencana global yang merupakan penentuan tujuan secara
menyeluruh dan jangka panjang, (2) rencana strategis merupakan rencana yang
disusun guna menentukan tujuan-tujuan kegiatan atau tugas yang mempunyai arti
strategis dan mempunyai dimensi jangka panjang, dan (3) rencana operasional
yang merupakan rencana kegiatan-kegiatan yang berjangka pendek guna
menopang pencapaian tujuan jangka panjang, baik dalam perencanaan global
maupun perencanaan strategis.

2. Pengorganisasian (organizing)
Berkenaan dengan pengorganisasian ini, Hadari Nawawi (1992)
mengemukakan beberapa asas dalam organisasi, diantaranya adalah: (a) organisasi
harus profesional, yaitu dengan pembagian satuan kerja yang sesuai dengan
kebutuhan; (b) pengelompokan satuan kerja harus menggambarkan pembagian

3
kerja; (c) organisasi harus mengatur pelimpahan wewenang dan tanggung jawab;
(d) organisasi harus mencerminkan rentangan kontrol; (e) organisasi harus
mengandung kesatuan perintah; dan (f) organisasi harus fleksibel dan seimbang.
Ernest Dale seperti dikutip oleh T. Hani Handoko mengemukakan tiga langkah
dalam proses pengorganisasian, yaitu : (a) pemerincian seluruh pekerjaan yang
harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan organisasi; (b) pembagian beban
pekerjaan total menjadi kegiatan-kegiatan yang logik dapat dilaksanakan oleh satu
orang; dan (c) pengadaan dan pengembangan suatu mekanisme untuk
mengkoordinasikan pekerjaan para anggota menjadi kesatuan yang terpadu dan
harmonis.

3. Pelaksanaan (actuating)
Dari seluruh rangkaian proses manajemen, pelaksanaan (actuating)
merupakan fungsi manajemen yang paling utama. Dalam fungsi perencanaan dan
pengorganisasian lebih banyak berhubungan dengan aspek-aspek abstrak proses
manajemen, sedangkan fungsi actuating justru lebih menekankan pada kegiatan
yang berhubungan langsung dengan orang-orang dalam organisasi
Bahwa actuating merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota
kelompok sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk
mencapai sasaran perusahaan dan sasaran anggota-anggota perusahaan tersebut
oleh karena para anggota itu juga ingin mencapai sasaran-sasaran tersebut. Dari
pengertian di atas, pelaksanaan (actuating) tidak lain merupakan upaya untuk
menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui berbagai pengarahan
dan pemotivasian agar setiap karyawan dapat melaksanakan kegiatan secara
optimal sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya.
Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pelaksanan (actuating) ini
adalah bahwa seorang karyawan akan termotivasi untuk mengerjakan sesuatu jika
: (1) merasa yakin akan mampu mengerjakan, (2) yakin bahwa pekerjaan tersebut
memberikan manfaat bagi dirinya, (3) tidak sedang dibebani oleh problem pribadi
atau tugas lain yang lebih penting, atau mendesak, (4) tugas tersebut merupakan
kepercayaan bagi yang bersangkutan dan (5) hubungan antar teman dalam
organisasi tersebut harmonis.

4
4. Pengawasan (controlling)
Pengawasan (controlling) merupakan fungsi manajemen yang tidak kalah
pentingnya dalam suatu organisasi. Semua fungsi terdahulu, tidak akan efektif
tanpa disertai fungsi pengawasan. Dalam hal ini, Louis E. Boone dan David L.
Kurtz (1984) memberikan rumusan tentang pengawasan sebagai : “… the process
by which manager determine wether actual operation are consistent with plans”.
Sementara itu, Robert J. Mocker sebagaimana disampaikan oleh T. Hani Handoko
(1995) mengemukakan definisi pengawasan yang di dalamnya memuat unsur
esensial proses pengawasan, bahwa :
“Pengawasan manajemen adalah suatu usaha sistematik untuk menetapkan
standar pelaksanaan dengan tujuan – tujuan perencanaan, merancang sistem
informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah
ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-
penyimpangan, serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk
menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan dipergunakan dengan cara
paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan-tujuan perusahaan.”
Dengan demikian, pengawasan merupakan suatu kegiatan yang berusaha
untuk mengendalikan agar pelaksanaan dapat berjalan sesuai dengan rencana dan
memastikan apakah tujuan organisasi tercapai. Apabila terjadi penyimpangan di
mana letak penyimpangan itu dan bagaimana pula tindakan yang diperlukan untuk
mengatasinya.
Fungsi-fungsi manajemen ini berjalan saling berinteraksi dan saling kait
mengkait antara satu dengan lainnya, sehingga menghasilkan apa yang disebut
dengan proses manajemen. Dengan demikian, proses manajemen sebenarnya
merupakan proses interaksi antara berbagai fungsi manajemen.
Dalam perspektif persekolahan, agar tujuan pendidikan di sekolah dapat
tercapai secara efektif dan efisien, maka proses manajemen pendidikan memiliki
peranan yang amat vital. Karena bagaimana pun sekolah merupakan suatu sistem
yang di dalamnya melibatkan berbagai komponen dan sejumlah kegiatan yang
perlu dikelola secara baik dan tertib. Sekolah tanpa didukung proses manajemen
yang baik, boleh jadi hanya akan menghasilkan kesemrawutan lajunya organisasi,

5
yang pada gilirannya tujuan pendidikan pun tidak akan pernah tercapai secara
semestinya.
Dengan demikian, setiap kegiatan pendidikan di sekolah harus memiliki
perencanaan yang jelas dan realisitis, pengorganisasian yang efektif dan efisien,
pengerahan dan pemotivasian seluruh personil sekolah untuk selalu dapat
meningkatkan kualitas kinerjanya, dan pengawasan secara berkelanjutan.

2.3 Manajemen Pendidikan Nasional


H.A.R. Tilaar mengemukakan tentang keberhasilan pembangunan
pendidikan nasional, “Kalau etape pertama berkenaan dengan berbagai target
kuantitatif dalam pembangunan, yang kedua berkaitan dengan kepengaturan
sistem pendidikan nasional”. Pernyataan tersebut menegaskan kepada kita tentang
pentingnya manajemen pendidikan sebagai bagian dari manajemen pembangunan
nasional. Manajemen pendidikan nasional sangat penting karena bukan saja
pendidikan itu merupakan kebutuhan dasar manusia Indonesia, akan tetapi
merupakan salah satu dinamisator pembangunan. Oleh karena itu manajemen
pendidikan haruslah merupakan subsistem dri sistem manajemen pembangunan
nasional. Seperti apa dan bagaimana manajemen pendidikan nasional? Di dalam
tulisan ini penulis mengartkan “manajemen pendidikan” sebagai suatu kegiatan
anggota mengimplikasikan adanya perencanaan atau rencana pendidikan serta
kegiatan implementasinya.
Ditegaskan oleh HAR. Tilaar bahwa pada dekade 90-an ini dunia
menyaksikan suatu perubahan besar dalam tata kehidupan manusia dengan
runtuhnya tatanan kehidupan sosial, politik dan ekonomi yang tidak berakar pada
nilai-nilai kemanusiaan yang hakiki. Kecenderungan itu adalah humanisasi dri
proses pembangunan, globalisasi dari masalah yang dihadapi umat manusia serta
proses demokratisasi.
Berbagai kebijakan dan program yang diuraikan dalam bab ini adalah
dalam rangka mendukung pelaksanaan prioritas pembangunan nasional yang
keempat, yaitu membangun kesejahteraan rakyat, meningkatkan kualitas
kehidupan beragama, dan ketahanan budaya.

6
Pada awal abad XXI ini, dunia pendidikan di Indonesia menghadapi tiga
tantangan besar. Tantangan pertama, sebagai akibat dari krisis ekonomi, dunia
pendidikan dituntut untuk dapat mempertahankan hasil-hasil pembangunan
pendidikan yang telah dicapai. Kedua, untuk mengantisipasi era global dunia
pendidikan dituntut untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang kompeten
agar mampu bersaing dalam pasar kerja global. Ketiga, sejalan dengan
diberlakukannya otonomi daerah, perlu dilakukan perubahan dan penyesuaian
sistem pendidikan nasional sehingga dapat mewujudkan proses pendidikan yang
lebih demokratis, memperhatikan keberagaman kebutuhan/keadaan daerah dan
peserta didik, serta mendorong peningkatan partisipasi masyarakat.
Pada saat ini pendidikan nasional juga masih dihadapkan pada beberapa
permasalahan yang menonjol (1) masih rendahnya pemerataan memperoleh
pendidikan; (2) masih rendahnya kualitas dan relevansi pendidikan; dan (3) masih
lemahnya manajemen pendidikan, di samping belum terwujudnya kemandirian
dan keunggulan ilmu pengetahuan dan teknologi di kalangan akademisi.
Ketimpangan pemerataan pendidikan juga terjadi antarwilayah geografis yaitu
antara perkotaan dan perdesaan, serta antara kawasan timur Indonesia (KTI) dan
kawasan barat Indonesia (KBI), dan antartingkat pendapatan penduduk ataupun
antargender.
Kualitas pendidikan di Indonesia masih sangat memprihatinkan. Hal
tersebut tercermin, antara lain, dari hasil studi kemampuan membaca untuk
tingkat Sekolah Dasar (SD) yang dilaksanakan oleh organisasi International
Educational Achievement (IEA) yang menunjukkan bahwa siswa SD di Indonesia
berada pada urutan ke-38 dari 39 negara peserta studi. Sementara untuk tingkat
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), studi untuk kemampuan matematika
siswa SLTP di Indonesia hanya berada pada urutan ke-39 dari 42 negara, dan
untuk kemampuan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) hanya berada pada urutan ke-40
dari 42 negara peserta.
Manajemen pendidikan nasional secara keseluruhan masih bersifat
sentralistis sehingga kurang mendorong terjadinya demokratisasi dan
desentralisasi penyelenggaraan pendidikan. Manajemen pendidikan yang
sentralistis tersebut telah menyebabkan kebijakan yang seragam yang tidak dapat

7
mengakomodasi perbedaan keragaman/kepentingan daerah/sekolah/peserta-didik,
mematikan partisipasi masyarakat dalam proses pendidikan, serta mendorong
terjadinya pemborosan dan kebocoran alokasi anggaran pendidikan.
Sementara itu, penyebaran sumber daya manusia penelitian dengan berbagai
macam dan tingkatan belum sesuai dengan kebutuhan dan tantangan yang
dihadapi. Selain itu, masih dirasakan kurangnya budaya berpikir kritis,
penghargaan karya cipta (HAKI) yang belum memadai, kurang efektifnya sistem
kelembagaan dan perangkat perundang-undangan serta sertifikasi profesi ilmiah.
Secara teoritis seperti diungkapkan oleh Tilaar ada beberapa alasan mengenai
pendidikan di Indonesia. Pertama, Masyarakat dan bangsa kita dalam ancang-
ancang memasuki tahap pembangunan nasional yang penting yaitu pembangunan
nasional jangka panjang kedua. Untuk itu diperlukan pemikiran-pemikiran
mengenai kebijakan yang perlu dirumuskan dalam berbagai bidang, termasuk
bidang pedidikan, yang teramat strategis dan vital. Menurutnya pada tahap
pembangaunan nasional jangka pajang kedua akan menitik beratkan pada
peningkatan kualitas manusia dan masyarakat Indonesia, yang tidak lain akan
bertumpu pada pendidikan.
Alasan. Kedua, Tilaar konsen pada pendidikan saat ini ialah pengamatan
dia mengenai perkembangan dunia pendidikan nsional dewasa ini yang semakin
membutuhkan suatu manajemen atau npengelolaan yang semakin baik. Dikatakan
krisis pendidikan yang kita hadapi dewasa ini berkisar kepada krisis
manajemen. Menurutnya manajemen pendidikan dirumuskan sebagai mobilisasi
segala sumber daya pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan yang
ditetapkan, maka apa yang kita hadapi ialah berbagai hambatan yang menghadang
pencapaian tujuan tersebut. Misalnya masalah pembiayaan pendidikan, masalah
tenaga kependidikan khususnya guru SD, dualisme pengelolaan SD, masalah
penggauran lulusan perguruan tinggi dan menengah. Masalah perguruan swasta,
dan sebagai kulminasi dari keseluruhan masalah manajemen tersebut di atas ialah
rendahnya kulaitas pendidikan kita.
Masalah manajemen pendidikan menyangkut efisiensi dalam pemanfaatan
sumber yang ada. Masih lembahnya manajemen pendidikan kita menunjukkan
sisem pdnidikan nasional masih belum efisien. Hal itu bisa ditunjukkan bahwa

8
pengembangan sistem pendidikan nasional kita bukan hanya memerlukan konsep-
konsep manajemen pendidikan yang mantap, tetapi juga mmerlukan pengetahuan
dan pengalaman manajemen pendidikan secara sistematis yang dikembangkan dan
diterapkan dalam situasi dan kondisi sosial ekonomi negara kita yang beraneka
ragam tersebut. Sejalan dengan itu kebutuhan manajer-manajer pendidikan
yang profesional sudah merupakan keharusan.

9
BAB III
KESIMPULAN

Keseluruhan proses kerjasama dengan memanfaatkan semua sumber


personil dan materil yang tersedia dan sesuai untuk mencapai tujuan pendidikan
yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien. adapun fungsi Manajemen 1)
Perencanaan (planning), 2) Pengorganisasian (organizing), 3) Pelaksanaan
(actuating), 4) Pengawasan (controlling)
Manajemen pendidikan nasional sangat penting karena bukan saja
pendidikan itu merupakan kebutuhan dasar manusia Indonesia, akan tetapi
merupakan salah satu dinamisator pembangunan.

10

Anda mungkin juga menyukai