Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa remaja adalah masa perkembangan, yakni perkembangan secara
moral, seksual, sosial, fisik. Masa perubahan atau peralihan dari masa kanakkanak
ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologik, perubahan psikologik, dan
perubahan sosial. Remaja sebagai penerus generasi bangsa yang aktif dan
berwawasan luas guna terciptanya remaja- remaja yang handal dalam segala bidang
baik akademis maupun non akademis. Remaja harus memiliki sehat jasmani dan
rohani didalam sisi kehidupannya agar dapat terciptanya generasi penerus yang
bebas dari pengaruh buruk dunia luar dan prilaku menyimpang lainya, salah satunya
adalah masalah penyalahgunaan narkoba/narkotika.
Penyalahgunaan narkoba/narkotika di kalangan remaja khususnya di
kalangan pelajar harus melibatkan banyak faktor dan kerjasama dari semua pihak
yang bersangkutan, seperti pemerintah, aparat, masyarakat, media massa, keluarga,
remaja itu sendiri, dan pihak-pihak lain, penyalahgunaan narkoba terjadi karena
korban kurang atau tidak memahami tentang narkoba sehingga dapat dibohongi
oleh pihak yang tidak bertanggung jawab (pengedar).
Pencegahan penyalahgunaan Narkoba/narkotika pada pelajar, khususnya di
SMU Negeri 2 Rangkasbitung telah cukup banyak dilakukan dengan cara
penyuluhan, pencegahan, dan memberikan pengetahuan kepada siswa tentang
bahaya narkoba/narkotika. Selain itu peran orang tua juga perlu mengenal teman
anaknya, hal ini dimaksud agar orang tua mengetahui bagaimana pergaulan
anaknya diluar rumah, serta yang paling penting orang tua harus bekerjasama
dengan guru-guru di sekolah dan sering berkonsultasi terutama kepada guru.
Kerjasama yang baik antara orang tua dan guru didalam upaya penanggulangan
masalah pepnyalahgunaan narkotika sangat diperlukan karena anak merupakan
tanggungjawab orang tua dan gurunya. Hal ini juga mengharapkan peran serta para
guru disekolah dalam melakukan pembinaan-pembinaan kepada para siswa agar
terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan atau dengan kata lain tidak terjerumus
kedalam tindak kejahatan yang melanggar hukum dengan memberikan pengertian
serta pembinaan kepada para siswa tentang bahaya atau resiko dari penyalahgunaan
narkoba.
Selama ini SMU Negeri 2 Rangkasbitung telah mengupayakan suatu
keadaan yang dapat menguatkan motivasi siswa untuk belajar di sekolah melalui
berbagai aktivitas dan ekstrakurikuler yang menyenangkan dan berorientasi atau
berpusat pada pelajar agar dapat mencegah penyalahgunaan narkoba pada siswa.
Sehubungan dengan itu, maka dalam penelitian ini penulis merumuskan judul
upaya pencegahan Narkoba/Narkotika di kalangan siswa (Studi Kasus pada siswa
SMU Negeri 2 Rangkasbitung.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat penulis rumuskan dalam
bentuk pertanyaan yaitu : bagaimanakah upaya pencegahan Narkoba/narkotika di
kalangan siswa di SMU Negeri 2 Rangkasbitung?

C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan
penulisan penelitian ini adalah untuk mengetahuiupaya pencegahan
Narkoba/narkotika di kalangan siswa di SMU Negeri 2 Rangkasbitung.

D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam penanganan narkoba/narkotika
2. Sebagai pengetahuan bagi siswa tentang bahaya narkoba/narkotika
3. Sebagai masukan dan pengetahuan bagi orang tua dan masyarakat akan
pentingnya pengawasan terhadap anak dari bahaya narkoba/narkotika.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
1. Narkotika/ Narkoba dan Penyalahagunaannya
"Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang
dibedakan ke dalam golongan sebagaimana terlampir dalam UU ini" Sedang
pengertian psikotropika menurut UU no. 5 tahun 1997 pasal 1 angka 1 ialah :
" zat atau obat, baik ilmiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat
psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada mental dan perilaku" Sedangkan yang
dimaksud dengan obat-obatan lainnya disini adalah bahan adiktif atau zat
adiktif yaitu zat / bahan lain bukan narkotika atau psikotropika yang
berpengaruh pada kerja otak tidak tercantum dalam perundang-undangan
tentang narkotika dan psikotropika. Adapun pengertian hukum ini dapat
disebutkan salah satunya sebagaimana diungkap oleh Utrecht yaitu Hukum itu
adalah himpunan peraturan-peraturan (perintah-perintah dan larangan-
larangan) yang mengurus tata tertib suatu masyarakat dan karena itu harus
ditaati oleh masyarakat itu."
Akan tetapi dengan adanya hukum yang memuat peraturan tidak
menjamin kehidupan berjalan dengan tertib, dimana pada kenyataannya
pelanggaran-pelanggaran terhadap hukum itu masih terjadi. Pelanggaran
tersebut disebut pula sebagai perbuatan pidana sebagaimana dikutip oleh Joko
Prakoso sebagai berikut : "Perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum,
larangan mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu, bagi
barang siapa melanggar larangan tersebut dapat pula dikatakan bahwa
perbuatan pidana adalah suatu peraturan yang oleh suatu ajaran di hukum
dilarang dan diancam pidana, asal saja dalam pada itu bahwa larangannya
ditujukan pada perbuatan (yaitu suatu keadaan atau kejadian yang ditimbulkan
oleh kelakuan orang, sedang ancaman pidananya ditujukan kepada yang
menimbulkan kejadian itu)."
Mengenai kenakalan remaja, W.A. Bonger telah memberikan perhatian
dengan mengemukakan bahwa : "Bahwa kenakalan anak dan pemuda sudah
merupakan bagian besar dalam kejahatan, lagi pula kebanyakan penjahat yang
sudah dewasa pada umumnya sejak mudanya sudah menjadi penjahat yang
merosot kesusilaannya sejak kecil".
Dari pengertian tersebut diatas yang dimaksud dengan kenakalan anak-
anak atau remaja adalah suatu perbuatan yang dapat dikualifikasakan sebagai
tindak kejahatan. Jika seseorang yang belum dewasa dituntut karena perbuatan
yang dikerjakannya ketika ia belum berumur 16 tahun, Hakim boleh :
memerintah supaya si tersalah itu dikembalikan kepada orangtuanya atau
walinya, memeliharanya dengan baik dengan tidak dikenakan suatu hukuman,
atau memerintahkan supaya si tersalah diserrahkan kepada pemerintah dengan
suatu hukuman, yakni jika perbuatan itu masuk bagian kejahatan atau salah
satu pelanggaran.
Pengaruh sosial budaya memiliki peranan yang besar dalam
pembentukan atau pengkondisian tingkah laku kriminal anak-anak remaja.
Kejahatan/kenakalan anak-anak muda, merupakan gejala sakit (patologis)
secara sosial pada anakanak dan remaja yang disebabkan oleh suatu bentuk
pengabaian sosial, sehingga mereka itu mengembangkan bentuk tingkah laku
yang menyimpang". Anak-anak remaja yang melakukan penyalahgunaan
narkoba itu pada umumnya kurang dapat mengontrol diri, dimana anak remaja
tersebut menunjukkan tingkah laku yang berlebihan dan juga meremehkan
keberadaan orang lain. Penyalahgunaan narkoba yang mereka lakukan itu pada
umumnya disertai unsur-unsur mental dengan motif-motif yang agresi. Pada
umumnya anakanak muda tadi sangat egoistis dan cenderung ingin
menonjolkan diri di lingkungannya baik itu lingkungan tempat tinggal maupun
lingkungan sekolah.
2. Faktor Penyalahgunaan Narkotika
Meningkatnya penyalahgunaan narkoba yang dilakukan oleh kalangan
remaja, karena berbagai faktor yang menyebabkan remaja dapat terjerumus
ke hal yang negatif yang antara lain memakai atau mengkonsumsi narkoba
yang pada dasarnya menurut penelitian penulis dan menurut keterangan dari
berbagai pihak, disebabkan oleh beberapa penyebabnya antara lain :
a. Faktor Kurangnya Bimbingan dan Pengawasan Dari Orang Tua
Kesibukan orang tua serta kurangnya perhatian dan ketidaktahuan
orang tua dalam pengetahuan yang dimiliki orang tua dalam mendidik
secara benar agar anak dan remaja menerima cara penyampaian atau
nasehat orang tua dalam bahayanya penyalahgunaan narkoba yang
dapat merusak mental serta pola pikir si anak dan remaja. Bimbingan
yang diberikan orang tua dalam lingkungan keluarga membuat anak
merasa mendapatkan perhatian dari orang tua, sehingga anak yang
mendapatkan bimbingan dan perghatian yang cukup akan nurut dan
patuh dalam segala nasehat yang diberikan orang tua. Berbeda dengan
anak yang kurang mendapatkan bimbingan dan pengawasan dari
orang tua, mereka akan melakukan hal- hal yang seharusnya tidak
boleh dilakukan.
b. Faktor Individu (Pribadi Pelaku)
Faktor psikologis dalam arti diri pelaku, juga mempengaruhi
seseorang untuk berbuat diluar batas kesadarannya. Perbuatan
tersebut dilakukannya dikarenakan adanya gejolak jiwa yang
menyuruh orang itu untuk berbuat. Dan tidak jarang melakukan
penyalahgunaan narkoba yang dilakukannya itu adalah perbuatan
yang bertentangan dengan hukum.
c. Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi adalah merupakan faktor penyebab para pelajar
melakuykan penyalahgunaan narkoba. Para remaja yang orang tuanya
termasuk golongan ekonomi menengah kebawah cenderung
menyalahgunakan narkoba dengan maksud untuk menutupi
kekurangan yang mereka rasakan baik didalam pergaulan sehari-hari
maupun pergaulan. Bagi mereka yang tergolong pada tingkat ekonomi
keatas, meraka akan berusaha sampai berhasil maka tekanan ekonomi
akan teratasi. Tetapi pada merka yang tergolong pada tingkat ekonomi
kebawah dan gagal dalam usahanya, maka membuat mereka
melakukan suatu perbuatan yang melanggar hukum demi untuk
memenuhi kebutuhan ekonomi sehingga pembinaan dan pengawasan
terhadap meraka akan terabaikan.
d. Faktor lingkungan
Disamping faktor-faktor yang telah disebutkan tadi, faktor lingkungan
juga menjadi penyebab terjadinya penyalahgunaan narkoba yang
dilakukan oleh remaja. Pada masa remaja ini, anak-anak sedang
mengalami gejolak jiwa yang kadang-kadang tanpa mereka sadari
telah terpengaruh dan terkerumus dalam pergaulan yang tidak baik
yang mereka dapatkan didalam tempat tinggal mereka.

3. Akibat Yang Ditimbulkan Dari Penyalahgunaan Narkoba.


Penyalahgunaan narkoba oleh kalangan remaja yang masih berstatus
pelajar sekolah lanjutan tingkat atas di Kota Pontianak yang sampai saat ini
masih meresahkan, yang mana pelajar sekolah lanjutan tingkat atas merupakan
generasi yang memang diharapkan untuk melanjutkan perjuangan cita-cita
Bangsa Indonesia. Penyalahgunaan narkoba dalam hal ini perlu diartikan agar
tidak terjadi kesalahpahaman terhadap pemahaman mengenai obat-obatan
psikotropika dan 38 narkotika. Menurut UU no. 35 tahun 2009 pasal 1 ayat 15
Penyalahgunaan adalah orang yang menggunakan narkotika dan psikotropika
tanpa hak atau melawan hukum. penggunaan yang bukan untuk tujuan
pengobatan atau yang digunakan tanpa mengikuti aturan atau pengawasan
dokter melainkan digunakan secara berkali-kali, kadang-kadang atau terus
menerus.
Hal tersebut dapat menyebabkan ketagihan atau ketergantungan, baik
secara fisik atau jasmani, maupun mentalemosional, dan fungsi sosial. Dari
penjelasan diatas tentu perlu kita ketahui tentang Ketergantungan. Dan dalam
pasal 1 ayat 14 pengertian Ketergantungan adalah kondisi yang ditandai oleh
dorongan untuk menggunakan narkotika dan psikotropika secara terus-menerus
dengan takaran yang meningkat agar menghasilkan efek yang sama dan apabila
penggunaannya dikurangi dan/atau dihentikan secara tiba-tiba menimbulkan
gejala fisik dan psikis yang khas. suatu keadaan kebutuhan fisik atau jiwa
terhadap obat-obatan psikotropika dan narkotika yang terjadi sebagai akibat
penyalahgunaan narkoba secara terus menerus atau berlebihan. Ketergantungan
psikologis dapat diartikan suatu keinginan atau dorongan yang tidak tertahankan
untuk menyalahgunakan narkoba.

B. Penelitian yang Relevan


Penelitian yang relevan dalam penelitian ini yaitu hasil penelitian yang
dilakukan oleh : (1) Rinah Istiqomah (2012) Kerjasama Aparat, Orang Tua Dan
Sekolah Dalam Pencegahan Obat Terlarang dan Tawuran di Kalangan siswa
Jakarta, (2) Yelis Agustini Amelia (2014) Pengetahuan Siswa Tentang Bahaya
Narkoba di SMK Muhammadiyah Bogor
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa upaya pencegahan sangat
berdampak pada penyalahagunaan kenalakanan siswa. Persamaan penelitian ini
adalah sama-sama merujuk pada upaya pencegahan. Namun yang membedakan
dari penelitian yang akan penulis angkat adalah peran dan program sekolah di SMU
Negeri 2 Rangkasbitung sebagai upaya untuk pencegahan narkoba.

Pencegahan penyalahgunaan Narkoba/narkotika pada pelajar, khususnya di


SMU Negeri 2 Rangkasbitung telah cukup banyak dilakukan dengan cara
penyuluhan, pencegahan, dan memberikan pengetahuan kepada siswa tentang
bahaya narkoba/narkotika. Selain itu peran orang tua juga perlu mengenal teman
anaknya, hal ini dimaksud agar orang tua mengetahui bagaimana pergaulan
anaknya diluar rumah, serta yang paling penting orang tua harus bekerjasama
dengan guru-guru di sekolah dan sering berkonsultasi terutama kepada guru.
Kerjasama yang baik antara orang tua dan guru didalam upaya penanggulangan
masalah pepnyalahgunaan narkotika sangat diperlukan karena anak merupakan
tanggungjawab orang tua dan gurunya. Untuk menyederhanakan penelitian maka
penulis sajikan kerangka berfikir dalam penelitian ini yaitu :

Gambar 2.1
Kerangka Berfikir

Upaya penyalahgunaan narkoba


di kalangan siswa

Penyuluhan
Peran guru atau Pencegahan Peran orang tua
sekolah
kerjasama

Terciptanya situasi yang


kondusif dan bebas dari
obat terlarang/narkoba
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Tempat yang akan penulis lakukan dalam penelitian ini adalah di SMU Negeri
2 Rangkasbitung yang berlokasi di jalan Jalan Siliwangi Ona Kecamatan
Rangkasbitung Kabupaten Lebak. Sedangkan waktu penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini pada Tanggal 17 s/d 25 Oktober 2017

B. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif,
untuk mengetahui upaya pencegahan Narkoba/Narkotika di kalangan siswa (Studi
Kasus pada siswa SMU Negeri 2 Rangkasbitung yang sesuai dengan rumusan
masalah dan tujan penelitian, maka dalam penelitian ini penulis menggunakan
metode pendekatan kualitatif. Metode penelitian sering disebut metode penelitian
naturalistic karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah, disebut juga
sebagai metode etnografi. Penelitian kualitatif dilakukan pada objek alamiah yang
berkembang apadanya tidak dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak
begitu mempengaruhi dinamika pada objek tersebut. Menurut Sugiyono (2008:15)
pengertian tentang metode penelitian kualitatif adalah metode yang berlandaskan
pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti kondisi obyek yang
alamiah, (sebagai lawanya adalah eksperimen) dimana peniliti adalah sebagai
instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi
(gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif
lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

C. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini diperoleh langsung dari sumber asli.
Sumber data yang penulis dapat diantaranya dari pihak sekolah (kepala sekolah,
guru, guru BAK dan guru ekstrakurikuler), selain dari pihak sekolah juga dari
siswa, orang tua siswa, dan masyarakat.
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk menghasilkan suatu karya ilmiah yang dapat teruji secara ilmiah dan
objektif, maka dibutuhkan sarana untuk menemukan dan mengetahui lebih
mendalam yaitu melalui teknik pengumpulan data yang penulis lakukan sebagai
berikut :
1. Penelitian Pustaka
Dalam penelitian ini penulis memperoleh data melelui jalan membaca berbagai
buku, majalah, koran, jurnal ilmiah, internet dan literatur lainnya yang
mempunyai keterkaitan dengan materi pembahasan.
2. Teknik Observasi
Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat
bekerja berdasarkan data, yaitu pakta mengenai dunia kenyataan yang
diperoleh melalui observasi.
3. Teknik wawancara
Merupakan proses untuk memproleh keterangan untuk mencapai tujuan
penelitian yang dilakukan melalui kegiatan komunikasi verbal berupa
percakapan. Pada penelitian ini wawancara dilakukan dengan menggunakan
pedoman wawancara dan percakapan tersebut ditulis kembali.

E. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan dalam
menganalisis data penelitian ini yaitu:
1. Reduksi Data (pengumpulan data), Reduksi data diartikan sebagai proses
pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan
transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan.
Reduksi data bersifat terus menerus sebelum data benar-benar terkumpul.
Peneliti melakukan reduksi data dengan mengumpulkan hasil wawancara dari
para informan atau responden, mengumpulkan data yang telah ada,
mengumpulkan data (hasil) selama turun lapang, kemudian memilih data yang
perlu disimpan dan membuang data yang dianggap tidak diperlukan.
2. Penyajian Data. Penyajian data adalah sekumpulan informasi yang tersusun
dan memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan. Penyajian data diwujudkan dalam bentuk uraian, tabel dan bagan.
Paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian ini adalah
dengan teks naratif.
3. Penarikan Kesimpulan. Penarikan kesimpulan adalah melakukan verifikasi
secara terus menerus sepanjang proses penelitian berlangsung yaitu sejak awal
memasuki lokasi penelitian dan selama proses pengumpulan data. Peneliti
menganalisis dan mencari pola, tema, hubungan persamaan, hal-hal yang
sering timbul yang dituangkan dalam kesimpulan. Penarikan kesimpulan
dilakukan dengan pengambilan intisari dari rangkaian kategori hasil penelitian
berdasarkan observasi, wawancara serta dokumentasi hasil penelitian.

Anda mungkin juga menyukai