Anda di halaman 1dari 9

“Analisis Faktor Strategis dan Sumber Daya Situs Wisata Keraton

Kasephan Ditinjau Dari Minat Wisatawan”


Hilda Firdaus

(Mahasiswa IAIN Syekh Nurjati Cirebon)

Email : firdaushilda21@gmail.com

Vina Hildayanti

(Mahasiswa IAIN Syekh Nurjati Cirebon)

Email : hildayantivinaa@gmail.com

Amanda Alleynisa

(Mahasiswa IAIN Syekh Nurjati Cirebon)

Email : alleynisaamanda@gmail.com

Nur Cholifah

(Mahasiswa IAIN Syekh Nurjati Cirebon)

Email : cholifahn960@gmail.com

Tubagus Asad Muhajir

Email : gusadmuh@mail.syekhnurjati.ac.id

Abstrak

Pariwisata Syariah dipandang sebagai cara baru untuk mengembangkan pariwisata Indonesia
yang menjunjung tinggi budaya dan nilai-nilai Islami. Selama ini wisata syariah dipersepsikan
sebagai suatu wisata ke kuburan (ziarah) ataupun ke masjid. Padahal, wisata syariah tidak
diartikan seperti itu, melainkan wisata yang di dalamnya berasal dari alam, budaya, ataupun
buatan yang dibingkai dengan nilai-nilai Islam. Salah satu obyek wisata di Cirebon yang
menarik perhatian para wisatawan domestik dan wisatawan asing adalah Keraton Kesepuhan
Cirebon. Dengan adanya sistem pengelolaan yang baik dan benar, wisata sejarah tersebut dapat
dimanfaatkan sebagai daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke Cirebon dan sebagai ikon
pariwisata. Dalam upaya membangun daya tarik wisata kepada masyarakat luas, dapat
dilakukan dengan cara melakukan strategi pemasaran yang tepat terhadap potensi pariwisata
yang dimiliki oleh Cirebon. Jenis penelitian ini adalah menggunakan analisis dengan
pendekatan induktif, proses dan makna dari perspektif subjek yang lebih ditonjolkan atau dapat
disebut sebagai penelitian kualitatif deskriptif.

Kata Kunci : Keraton Kasepuhan, Strategi, Wisatawan


Pendahuluan
Indonesia yang merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar didunia dan
terbentang luas, alam yang indah serta budaya yang tak kalah menarik tentu akan menjadi ikon
wisata dunia baru apabila industri pariwisata dikelola dengan baik. Untuk memajukan
pariwisata Indonesia dapat ditempuh dengan cara pendekatan atau menempatkannya dalam
bingkai syariah Islam. Pariwisata Syariah bukan hanya wisata religi saja seperti tempat-tempat
ibadah, makam para wali, maupun peninggalan sejarah, melainkan mencakup hal lain yang
lebih luas dengan melibatkan banyak industri didalamnya seperti restoran/penyedia makan dan
minum, spa, sauna/massage, biro perjalanan wisata syariah serta hotel syariah. Hal ini telah
menandakan bahwa sistem ekonomi syariah telah berkembang cukup luas dari yang awalnya
hanya meliputi perdagangan produk halal, berkembang ke industri keuangan dan sekarang
berkembang ke life style yang dapat berupa hospitality, recreation, perawatan dan kesehatan
dan lain sebagainya. (Riyanto Sofyan: 2012)

Pariwisata Syariah dipandang sebagai cara baru untuk mengembangkan pariwisata


Indonesia yang menjunjung tinggi budaya dan nilai-nilai Islami. Selama ini wisata syariah
dipersepsikan sebagai suatu wisata ke kuburan (ziarah) ataupun ke masjid. Padahal, wisata
syariah tidak diartikan seperti itu, melainkan wisata yang di dalamnya berasal dari alam,
budaya, ataupun buatan yang dibingkai dengan nilai-nilai Islam.

Cirebon merupakan sebuah kota yang dikenal dengan kota wali memiliki kekayaan
sejarah penyebaran agama Islam yang besar. Salah satu obyek wisata yang menarik perhatian
para wisatawan domestik dan wisatawan asing adalah Keraton Kesepuhan Cirebon. Selain
wisata ziarah, Cirebon juga memiliki peninggalan sejarah yang potensial, yaitu Keraton
Kesepuhan, Keraton Kanoman, Keraton Kacirebonan, Gua Sunyaragi dan lain sebagainya.
Pada momen tertentu seperti bulan Maulid Nabi Muhammad SAW, keraton-keraton ini ramai
dikunjungi para wisatawan dalam maupun luar Cirebon. Dengan adanya sistem pengelolaan
yang baik dan benar, wisata-wisata sejarah tersebut selain sebagai aset daerah juga dapat
dimanfaatkan sebagai daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke Cirebon dan sebagai ikon
pariwisata daerah yang tidak ada di tempat lain.

Seperti Keraton Kasepuhan sebagai bagian dari sejarah kerajaan Cirebon yang pernah
ada. Tempat wisata ini mampu menjadi bagian daya tarik tersendiri bagi mereka yang datang
ke Cirebon. Namun dengan kondisi tempat tersebut sekarang ini, dinilai masih belum maksimal
untuk dijadikan sebagai bagian dari pusat wisata yang ada di Cirebon. Diperlukan adanya
penanganan yang lebih agar mampu menjadi pusat wisata yang ada di Cirebon ini. Tentunya
penanganan ini tidak hanya dilakukan oleh kalangan pemerintah saja, tetapi di dukung juga
oleh kalangan masyarakat, pengusaha, dan lain sebagainya.

Oleh karena itu, strategi pemasaran dan pembenahan komponen-komponen daya tarik
sangatlah dibutuhkan dalam mengembangkan potensi-potensi yang ada di Cirebon, agar dapat
menarik minat wisatawan untuk datang ke kota Cirebon. Pelaksanaan strategi pemasaran dan
pembenahan ini dapat dilakukan oleh berbagai pihak yang berkepentingan dalam membangun
perekonomian masyarakat kota Cirebon, seperti pemerintah, pihak internal keraton dan para
pelaku usaha, khususnya dibidang pariwisata. Dan perlu mensinergikan antara kebijakan
pemerintah daerah dan para pelaku usaha untuk bersama-sama membangun perekonomian
masyarakat dengan memasarkan potensi dan daya tarik objek wisata Cirebon. Ketika
perpaduan antara daya tarik wisata dan strategi pemasaran tepat, maka akan dapat menjadikan
kota Cirebon sebagai destinasi wisata unggulan tersendiri untuk para wisatawan.

Berdasarkan latar belakang masalah dan potensi diatas, keraton kesepuhan merupakan
salah satu objek wisata yang menjadi wisata unggulan Jawa Barat. Oleh karena itu, penulis
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Faktor Strategi dan Sumber Daya
Destinasi Wisata Keraton Kesepuhan Terhadap Minat Berkunjung Wisatawan”.

Kajian Pustaka
A. Teori Strategi
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia kata Strategi berasal dari kata Strategos
dalam bahasa Yunani merupakan gabungan dari Stratos atau tentara dan Ego atau
pemimpin. Suatu Strategi mempunyai dasar atau skema untuk mencapai sasaran yang
dituju. Pada dasarnya Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan dalam kaitannya
dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber
daya. Strategi juga dapat dipandang sebagai pola tujuan, kebijakan, program tindakan,
keputusan atau alokasi sumber daya yang mendefinisikan bagaimana organisasi itu, apa
yang dilakukan, dan mengapa organisasi melakukannya.
Menurut Rangkuti (2005), strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan.
Menurut Yoeti (1996), pengertian strategi harus dibedakan dengan pengertian taktik.
Strategi diperlukan agar suatu perencanaan dapat dilaksanakan secara praktis dan
sespesifik mungkin, maka didalamnya harus mencakup pertimbangan dan penyesuaian
terhadap reaksi-reaksi orang dan pihak yang dipengaruhi, dalam hal demikian
diperlukan suatu strategi yang dapat membantu perencanaan yang telah dibuat.
B. Teori Pengembangan
Menurut Suwantoro (2004) pengembangan bertujuan untuk mengembangkan
produk yang pelayanannya berkualitas, seimbang dan bertahan. Selanjutnya Suwantoro
(2004) mengatakan bahwa pengembangan merupakan salah satu bagian manajemen
yang menitikberatkan pada implementasi potensi budaya yang harus dilaksanakan
dengan rentang waktu, beberapa langkah sistematis yang dapat mengarah pada
pencapaian hasil, dan diharapkan pada perencanaan manajemen dengan kegiatan yang
sangat spesifik untuk mencapai tujuan visi, tujuan, dan sasaran dari rencana tersebut.

Dari pendapat para ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengembangan
merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar, terencana, terarah untuk membuat
atau memperbaiki, sehingga menjadi produk yang semakin bermanfaat untuk
meningkatkan kualitas sebagai uapaya untuk menciptakan mutu yang lebih baik.
C. Pengembangan Pariwisata
Pengembangan Pariwisata bertujuan memberikan keuntungan baik bagi
wisatawan maupun warga setempat. Basis pengembangan pariwisata adalah potensi
sumber daya keragaman budaya, seni, dan alam (pesona alam). Pengembangan sumber
daya tersebut dikelola melalui pendekatan peningkatan nilai tambah sumber daya
secara terpadu antara pengembangan produk pariwisata dan pengembangan pemasaran
pariwisata melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat lokal dalam rangka
pengembangan pariwisata.
Ada dua hal yang dapat ditawarkan kepada wisatawan untuk berkunjung
kesuatu daerah tujuan wisata, dimana kedua hal tersebut dapat berupa alamiah atau
buatan manusia yaitu sumber alam dan hasil karya buatan manusia yang ditawarkan :
(Wahab : 1992).
D. Sumber Daya Manusia
Keberadaan SDM berperanan penting dalam pengembangan pariwisata. SDM
pariwisata mencakup wisatawan/pelaku wisata (tourist) atau sebagai pekerja
(employment). Peran SDM sebagai pekerja dapat berupa SDM di lembaga pemerintah,
SDM yang bertindak sebagai pengusaha (wirausaha) yang berperan dalam menentukan
kepuasan dan kualitas para pekerja, para pakar dan profesional yang turut berperan
dalam mengamati, mengendalikan dan meningkatkan kualitas kepariwisataan serta
yang tidak kalah pentingnya masyarakat di sekitar kawasan wisata yang bukan
termasuk ke dalam kategori di atas, namun turut menentukan kenyamanan, kepuasan
para wisatawan yang berkunjung ke kawasan tersebut.
SDM merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam memajukan
sektor pariwisata. Pentingnya SDM di sektor pariwisata adalah manusia (people)
merupakan sumber daya yang sangat penting di sebagian besar organisasi. Khususnya
di organisasi berbasis jasa (service-based organization), SDM berperan sebagai faktor
kunci dalam mewujudkan keberhasilan kinerja (Evans, Campbell, & Stonehouse,
2003). Pada beberapa industri, faktor manusia berperan penting dan menjadi faktor
kunci sukses terhadap pencapaian kinerja. Seperti pada industri pariwisata, dimana
perusahaan memiliki hubungan langsung yang bersifat intangible (tak berwujud)
dengan konsumen yang sangat bergantung pada kemampuan individu karyawan dalam
membangkitkan minat dan menciptakan kesenangan serta kenyaman kepada para
konsumennya (Rony Ika Setiawan : 2016).
Dari uraian di atas, maka dapatlah dikatakan bahwa terdapat beberapa peran
penting keberadaan SDM di industri pariwisata, yaitu sebagai motor penggerak
kelangsungan industri; pelaku utama yang menciptakan produk inti pariwisata
(pengalaman); dan salah satu faktor penentu daya saing industri.
E. Faktor Pendorong Pengembangan Pariwisata
Modal kepariwisataan (tourism assets) sering disebut sumber kepariwisataan
(tourism resources). Suatu daerah atau teat hanya dapat menjadi tujuan wisata kalau
kondisinya sedemikian rupa, sehingga ada yang dikembangkan menjadi atraksi wisata.
Apa yang dapat dikembangkan menjadi atraksi wisata itulah yang disebut modal atau
sumber kepariwisataan (tourism resources). Modal kepariwisataan itu mengandung
potensi untuk dikembangkan menjadi atraksi wisata, sedang atraksi wisata itu sudah
tentu harus komplementer dengan motif perjalanan wisata. Maka untuk menemukan
potensi kepariwisataan disuatu daerah orang harus berpedoman kepada apa yang dicari
oleh wisatawan (Nyoman S Pendit : 1994).
F. Faktor Penghambat Pengembangan Pariwisata
Menurut Moh Reza Tirtawinata selain masalah konsep pengembangan sebuah
obyek agrowisata, masalah didalam pengelolaan agrowisata juga perlu dicarikan jalan
keluarnya. Berikut beberapa hal yang perlu dijadikan perhatian diantaranya : (Yoeti :
1999)
1. Potensi yang belum dikembangkan sepenuhnya
2. Promosi dan pemasaran agrowisata yang masih terbatas
3. Kurangnya kesadaran pengunjung terhadap lingkungan
4. Koordinasi yang belum berkembang
5. Terbatasnya kemampuan manajerial dibidang agrowisata
Belum adanya peratutan yang lengkap

Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Arifin
(2005), menyampaikan bahwa pendekatan induktif merupakan cara berpikir yang digunakan
apabila seseorang membuat kesimpulan berdasarkan informasi atau fakta yang dimiliki dan
berdasarkan prinsip-prinsip penemuan, serta dibuat dari yang spesifik menuju hal umum.
proses dan makna dari perspektif subjek yang lebih ditonjolkan atau dapat disebut sebagai
penelitian kualitatif deskriptif. Dalam Penelitian ini Kamu juga mengumpulkan data melalui
wawancara dan Observasi Ke tempat terkait.

Pembahasan
A. Strategi Dalam Meningkatkan Daya Tarik Wisata Keraton Kasepuhan

Wisata Keraton Kasepuhan merupakan ikon yang dimiliki oleh Cirebon, karena
hanya di Cirebon saja wisata keraton yang ada di Jawa Barat. Keraton Kasepuhan ini
memiliki nilai sejarah yang kuat dan menjadi prioritas wisata yang mempunyai daya
jual tinggi. Selain kereta kencana Singa Barong yang menjadi ciri khas Keraton
Kasepuhan ini, juga ada masjid sang Cipta Rasa yang memiliki nilai sejarah dan
arsitektur unik. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai daya dukung yang kuat untuk
menjual objek wisata Keraton Kasepuhan ini.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak manajemen Keraton Kasepuhan,
wisatawan asing yang berkunjung ke Keraton Kasepuhan didominasi oleh wisatawan
asing yang berasal dari benua Eropa. Keraton Kasepuhan ini merupakan salah satu
wisata budaya dan wisata edukasi, karena Keraton Kasepuhan ini merupakan situs
sejarah peninggalan Sunan Gunung Jati pada saat penyebaran agama Islam di Kota
Cirebon. Dalam menarik wisatawan agar berkunjung ke Keraton Kasepuhan pihak
manajemen Keraton Kasepuhan telah melakukan upaya-upaya dalam hal
mempromosikan Keraton Kasepuhan.
Upaya yang telah dilakukan oleh pihak manajemen Keraton Kasepuhan yaitu
promosi yang berbentuk kerja sama dengan beberapa pihak. Hal yang ditawarkan dalam
kerja sama yaitu berupa paket wisata dan penginapan bagi wisatawan. Oleh karena itu,
berdasarkan paket yang ditawarkan pihak manajemen Keraton Kasepuhan bekerjasama
dengan pihak travel wisata maupun dengan hotel-hotel yang ada di sekitar Kota
Cirebon. Selain kepada pihak travel, manajemen Keraton Kasepuhan juga mengirimkan
surat kepada instansi pendidikan yang ada di sekitar kota dan kabupaten Cirebon.
Adapun bentuk lain promosi yang dilakukan oleh pihak manajemen Keraton
Kasepuhan yaitu dengan cara promosi melalui media sosial berupa website, instagram
dan melalui media cetak berupa iklan di koran dan poster. Website yang digunakan
dalam mempromosikan Keraton Kasepuhan yaitu www.kasepuhan.com dan akun
instagram yang bernama @kasepuhanpalace lalu ada juga di Facebook.

B. Sumber Daya Dalam Meningkatkan Daya Tarik Wisatawan


Keilmuan dalam bidang pariwisata memiliki perbedaan dengan keilmuan
bidang lainnya. Oleh karena itu, penting dilakukan program pendidikan dan pelatihan
bidang pariwisata bagi sumber daya manusia yang belum pernah mengikutinya.
Melalui program pendidikan dan pelatihan diharapkan kemampuan sumber daya
manusia yang dimiliki akan semakin baik dan menjadi ahli dalam bidangnya.
Wisata Keraton Kasepuhan merupakan wisata yang membutuhkan pemandu
untuk menjelaskan setiap informasi karena berbeda dengan wisata lainnya seperti water
boom yang tidak memerlukan pemandu. Sumber daya manusia yang berada di Keraton
Kasepuhan walau bukan berasal dari lulusan pendidikan pariwisata tetapi selalu
mengikuti pelatihan yang diadakan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan yang ada di
Kota Cirebon.
Keraton Kasepuhan ini mempunyai 15 orang pemandu, yang bekerjanya secara
sukarela. Sistem upah yang diberikan kepada pemandu bukan berdasarkan Upah
Minimum Relatif (UMR), tetapi upah tersebut diberikan secara sukarela dan dilihat
berdasarkan pengabdiannya kepada keraton. Oleh karena itu, jumlah pemandu (sumber
daya manusia) di Keraton pun terbatas. Pada saat hari libur biasanya pengunjung
mengalami peningkatan yang signifikan. Akan tetapi, dengan tersedianya 15 orang
pemandu tidak mencukupi kebutuhan wisatawan sehingga tidak jarang para wisatawan
tidak mendapatkan pelayanan pemandu dari pihak Keraton Kasepuhan.

C. Faktor Pendukung dan Penghambat Pengembangan Wisata Keraton Kasepuhan

Sistem tiket yang digunakan Keraton Kasepuhan sudah tidak menggunakan


manual lagi, akan tetapi berubah menjadi e-tiket (elektronik tiket). Pengembangan e-
ticketing ini merupakan dukungan PT. Telkom Indonesia yang bekerjasama dengan
PATA (Pasific Asia Travel Asociation) chapter Indonesia untuk mendukung kemajuan
pembangunan ekonomi Indonesia melalui pengembangan pariwisata yang ada dan
dalam hal Keraton Kasepuhan menjadi salah satu objek wisata yang berbasis ICT.
Adapun upaya-upaya yang telah dilakukan pihak Keraton Kasepuhan yaitu
merevitalisasi gedung-gedung. Namun demikian, ada pula upaya yang belum dilakukan
yaitu melokalisasi pedagang-pedagang yang ada di depan Keraton Kasepuhan,
pelestarian keraton pun perlu dilakukan secara berlanjut tidak hanya sekali dan biaya
untuk pelestarian bangunan tua pun memerlukan biaya yang besar. Hal ini dikarenakan
kurangnya anggaran dari pemerintah setempat untuk pengelolaan Keraton Kasepuhan.
Keamanan yang ada di lingkungan Keraton sudah cukup aman, pihak keamanan
pun yang berasal dari Keraton Kasepuhan. Namun pihak Keraton Kasepuhan pun tidak
memungkiri kalau mereka pun ingin adanya pihak keamanan yang berasal dari polisi
pariwisata. Tetapi pada kenyataannya itu semua hanya keinginan yang belum
terelialisasi karena kurang nya anggaran dari pemerintah untuk Keraton Kasepuhan.
Dalam pengembangannya, wisata Keraton Kasepuhan pun memiliki faktor-
faktor yang menghambat. Salah satu dari faktor penghambat ini yaitu kurang adanya
dukungan dari pemerintah setempat.
Keraton Kasepuhan pun masih memiliki kekurangan fasilitas yang memadai
dan masi ada yang kurang terawat mengenai kebersihan lingkungan yang berada di
belakang dan seperti terbelangkainya tempat yang dekat kerata kencana dengan hal itu
bisa mengurangi kedatangan tamu yang manfaatnya bisa dirasakan kepada pedagang,
para ojek online ataupun transportasi angkutan umum yang lainnya.
Selain kurang didukungnya dari pemerintah setempat, masyarakat atau pihak
instansi pendidikan yang ada di wilayah Cirebon pun kurang mendukung adanya wisata
sejarah Keraton Kasepuhan ini. Karena pihak instansi sekolah lebih banyak memilih
berwisata sejarah ke luar kota seperti Yogyakarta atau yang lainnya dibandingkan di
kota sendiri. Masyarakat sekitar Keraton Kasepuhan pun masih kurang nya kesadaran
akan adanya Keraton Kasepuhan yang menjadi wisata religi. Karena masyarakat sekitar
masih kurang ramah terhadap pengunjung Wisata Keraton Kasepuhan, serta kurangnya
menjaga kebersihan di lingkungan Keraton Kasepuhan

Kesimpulan
Strategi yang dilakukan oleh Keraton Kasepuhan dalam meningkatkan daya tarik
wisatawan adalah menjalin kerjasama dengan beberapa agen travel wisata baik lokal maupun
agen travel mancanegara, beberapa hotel dan instansi pendidikan. Adapun strategi yang lainnya
berupa promosi melalui media cetak dan media eletronik. Media cetak meliputi brosur dan
koran, sedangkan media elektronik meliputi website serta media sosial seperti Instagram dan
Facebook.
Keraton Kasepuhan sudah memiliki beberapa sumber daya manusia yang membantu
dalam pengembangan wisata Keraton Kasepuhan. Tenaga ahli yang ada di Keraton Kasepuhan
bekerja secara sukarela dan hal itu merupakan suatu bentuk pengabdian terhadap Keraton
Kasepuhan. Pemandu yang ada di Keraton Kasepuhan pun masih mengalami kendala dalam
hal berbahasa asing. Dengan adanya kendala tersebut, pihak Keraton Kasepuhan mencoba
mengatasinya dengan cara memberikan pelatihan bahasa asing kepada para pemandu yang
dilaksanakan pada saat bulan Ramadhan, karena tingkat persentasi pengunjung relatif
menurun.
Faktor pendukung pengembangan Keraton Kasepuhan yaitu dari pihak-pihak agen
travel dan hotel yang bekerja sama dengan Keraton Kasepuhan. Sedangkan faktor penghambat
pengembangan Keraton Kasepuhan diantaranya, kurangnya anggaran serta perhatian dari
pemerintah setempat sehingga banyak sarana dan prasarana ataupun fasilitas yang kurang layak
Faktor penghambat selanjutnya adalah kurang dukungan dari instansi pendidikan yang
menjadikan Keraton Kasepuhan sebagai wisata budaya dan wisata pendidikan. Masyarakat
sekitar Keraton Kasepuhan pun kurang mendukung dalam pengembangan wisata Keraton
Kasepuhan diantaranya kurang ramahnya masyarakat terhadap pengunjung, serta kurang
adanya perhatian khusus terhadap kebersihan.
Daftar Pustaka

Albertus, B. (2010). Analisis proses keputusan berwisata dan kepuasan pengunjung di Kebun
Raya Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Perrtanian
Bogo.

Setiawan, R. I. (2016). Pengembangan sumber daya manusia di bidang pariwisata: perspektif


potensi wisata daerah berkembang. Jurnal Penelitian Manajemen Terapan
(PENATARAN), 1(1), 23-35.

Sofyan, R. (n.d.). Prospek bisnis pariwisata syariah. Buku Republika. 2012.

ukotjo, H. &. (2010). . Analisa Marketing Mix-7P (Produk, Price, Promotion, Place,
Partisipant, Process, dan Physical Evidence) terhadap Keputusan Pembelian Produk
Klinik Kecantikan Teta di Surabaya. . Jurnal Mitra Ekonomi dan Manajemen Bisnis,
1(2), 216-228.

Yana Wardani, R. (2013). Strategi Pengembangan Pariwisata Kota Tanjungpinang.


Tanjungpinang: Jurnal Fakultas Ilmu Sosial dan Politik,Universitas Maritim Raja Ali
Haji.

Anda mungkin juga menyukai