Anda di halaman 1dari 13

PAPER ARSITEKTUR LINGKUNGAN

UTS 2021/2022

JUDUL PAPER

Oleh:
Kelly / B12220074
Novela Cleine, Tan / B12220078

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN


UNIVERSITAS KRISTEN PETRA
SURABAYA
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu cara yang dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Berbagai infrastruktur terbukti dapat memfasilitasi semua kegiatan di
berbagai daerah. Namun tanpa kebijakan yang ramah lingkungan, pembangunan akan berdampak
negatif terhadap kualitas lingkungan, misalnya pertumbuhan ekonomi melalui sektor industri telah
mengubah lahan yang indah menjadi tempat yang tidak ramah lingkungan sehingga menyebabkan
pencemaran lingkungan. Pembukaan lahan melalui pembangunan infrastruktur dapat menimbulkan
berbagai masalah lingkungan seperti banjir, tanah longsor, punahnya satwa langka, kekurangan air
bersih, dan polusi udara. Karena pembangunan berkaitan dengan lingkungan, maka dampak
pembangunan terhadap lingkungan sangat besar, baik positif maupun negatif. Kurangnya minat dari
para pemangku kepentingan, para pemangku kepentingan hanya memikirkan bagaimana proses
pembangunan ini terus dilakukan secara intensif sebagai upaya untuk mencapai taraf hidup yang lebih
baik.

1.2 Rumusan Masalah


Efek negatif dari pembangunan infrastruktur sangat lah besar hingga dapat menyembabkan
pengerusakan lingkungan. Apa langkah perlu di ambil dan bagaimana bangunan dapat meningkatkan
kualitas lingkungan dan kualitas hidup manusia dari dampak perubahan lingkungan?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan ini untuk mencari permasalahan lingkungan akibat dari bangunan
sehingga dapat memperbaiki kualitas lingkungan dan hidup manusia agar lebih baik.
BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Lingkungan hidup dan Keberlanjutan Lingkungan Hidup


2.1.1 Lingkungan Hidup
Lingkungan atau lingkungan hidup adalah perpaduan antara keadaan fisik yang
mencakup keadaan sumber daya alam seperti tanah, air, cahaya matahari, mineral, serta flora
dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan, dengan berbagai karya ciptaan
manusia seperti keputusan bagaimana menggunakan lingkungan fisik tersebut. Lingkungan
dapat didefinisikan sebagai elemen biologis dan abiotik yang mengelilingi organisme individual
atau spesies, termasuk banyak yang berkontribusi pada kesejahteraannya. "Lingkungan" juga
dapat didefinisikan sebagai semua komponen alami Bumi (udara, air, tanah, vegetasi, hewan,
dll.) Beserta semua proses yang terjadi di dalam dan di antara komponen ini.
Otto Soemarwoto (1983) mendefinisikan lingkungan atau lingkungan hidup merupakan
segala sesuatu yang ada pada setiap makhluk hidup atau organisme dan berpengaruh pada
kehidupannya. Sebagai contoh pada manusia, segala sesuatu yang berada di sekeliling
manusia yang berpengaruh pada kelangsungan hidupnya itulah lingkungan hidup manusia.

2.1.2 Jenis-jenis lingkungan hidup


Lingkungan hidup di bagi menjadi 3 jenis, yaitu:
1) Lingkungan hidup alami
Lingkungan hidup alami mencakup semua hal di bumi yang diciptakan oleh tuhan berupa
biotik dan biotik, yang sangat mempengaruhi keberlangsungan makhluk hidup jika
keseimbangannya tidak terjaga.
2) Lingkungan hidup buatan
Lingkungan hidup buatan merupakan lingkungan buatan manusia yang dibangun dengan
teknologi baik sederhana dan modern. Lingkungan hidup buatan ini lah yang di bentuk
menggunakan bahan dari lingkungan hidup alami.
3) Lingkungan hidup sosial
Lingkungan hidup sosial adalah sebuah interaksi sosial antar masyarakat dimana interaksi
ini yang dapat membentuk lingkungan hidup buatan dan menjaga lingkungan hidup alami.

2.1.3 Lingkungan Berkelanjutan


Keberlanjutan memiliki arti yang luas, yaitu kemampuan untuk melanjutkan sesuatu
yang pasti tanpa batas waktu. Keberlanjutan dapat berarti ketahanan, keseimbangan,
keterkaitan. Atau, keberlanjutan dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk bertahan
dalam mengejar perilaku yang ditentukan tanpa batas. Komisi Dunia untuk Lingkungan dan
Pembangunan mendefinisikan keberlanjutan sebagai kemampuan untuk memenuhi
kebutuhan saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhinya.
Lingkungan berkelanjutan dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang mengelilingi
makhluk hidup yang mempengaruhi kehidupannya dengan kondisi yang terjaga secara alami
atau dengan kontak tangan manusia tanpa batas waktu. Kelestarian lingkungan juga dapat
didefinisikan sebagai cara memenuhi kebutuhan sumber daya yang ada untuk generasi
sekarang dan mendatang tanpa mengorbankan kesehatan ekosistem yang menyediakannya.
Lebih khusus lagi, kelestarian lingkungan didefinisikan sebagai kondisi keseimbangan,
ketahanan, dan keterkaitan yang memungkinkan masyarakat memenuhi kebutuhannya tanpa
melebihi kapasitas daya dukung ekosistemnya dan mampu memenuhi kebutuhan hingga
masa depan.
2.1.4 Prinsip Lingkungan Berelanjutan
Lingkungan berkelanjutan memiliki prinsip-prinsip dalam mempertahankan kelestarian,
diantaranya.
1) Melindungi sistem penunjang kehidupan
2) Melindungi dan meningkatkan keanekaragaman biotik
3) Memelihara atau meningkatkan integritas ekosistem, serta mengembangkan dan
menerapkan ukuran-ukuran rehabilitasi untuk ekosistem yang rusak
4) Mengembangkan dan menerapkan strategi yang pencegahan dan adaptasi untuk
menanggapi ancaman perubahan lingkungan global

Di bidang ekologi, Herman Daly (1990), salah satu pelopor pertama keberlanjutan ekologi,
mengusulkan bahwa:

1) Untuk sumber daya terbarukan, tingkat panen tidak boleh melebihi tingkat regenerasi (hasil
yang berkelanjutan).
2) Laju timbulan sampah proyek tidak boleh melebihi kapasitas asimilasi lingkungan
(pengolahan sampah berkelanjutan).
3) Untuk sumber daya tak terbarukan, penipisan sumber daya tak terbarukan memerlukan
pengembangan pengganti terbarukan untuk sumber daya tersebut.
2.1.5 Ruang Lingkup Lingkungan Berkelanjutan
Untuk mewujudkan lingkungan yang berkelanjutan, terutama didasarkan pada konsep
ekologi. Dimana setiap komponen ekologi dimulai dari yang terkecil tidak boleh diabaikan.
Pencapaian lingkungan yang berkelanjutan bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup
secara keseluruhan, baik sekarang maupun di masa yang akan datang, tidak hanya
memperhatikan ekologi, tetapi juga memperhatikan banyak hal lain dalam bentuk
kemasyarakatan dan ekonomi. Ketiga faktor ini, ekologi, sosial dan ekonomi harus dipadukan
dengan baik untuk mencapai lingkungan yang berkelanjutan.

Lingkup lingkungan berkelanjutan dapat di jabarkan sebagai berikut :


A. Lingkungan Hidup
• Menghasilkan apa yang dibutuhkan untuk generasi masa depan untuk menjaga
keberlanjutan.
• Merancang produk yang berperan dalam keberlanjutan ekonomi.
B. Lingkungan Sosial dan Ekonomi
• Memelihara keanekaragaman hayati sumber daya alam.
• Bertanggung jawab dalam penggunaan sumber daya berkelanjutan dengan
penggunaan energi yang efisien.
• Menjaga tingkat panen dengan tidak melebihi tingkat regenerasi.
• Mengembangkan sumber daya tak terbarukan sebanding berkurangnya sumber daya
tersebut Penerapan daur ulang atau penggunaan ulang material.
• Mengurangi emisi limbah sebagai pertimbangan dampak terhadap lingkungan.

2.2 Etika, Peraturan, dan Sanksi Akibat Pelanggaran Lingkungan


2.2.1 Etika Lingkungan
Kita sebagai manusia sudah seharusnya menjaga lingkungan. lingkungan tidak hanya
dilihat sebagai sesuatu yang berguna bagi manusia, tetapi juga memiliki nilai tersendiri. Jika
kita dipaksa untuk mengganggu lingkungan, maka hanya seperlunya sambil menjaga
integritasnya.menggangu disini dicontohkan salah satunya pembukaan lahan baru. Sehingga
kita terutama arsitek harus menanamkan rasa tanggung jawab khusus terhadap lingkungan.
Dalam konteks ini, yang perlu dikembangkan adalah kesadaran yang tajam bahwa kita sendiri
adalah bagian dari lingkungan, sebagai bagian dari lingkungan yang keseimbangannya tidak
boleh diganggu.

Perlu dikembangkannya prinsip proporsionalitas dimana Pembangunan pasti akan


merubah atau merusak lingkungan. Dalam hal ini sebagai arsitek juga harus memperhatikan
urgensi suatu program dengan akibat kerusakan lingkungan yang akan ditimbulkannya, selain
itu prinsip pembebanan biaya pada kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh pihak terkait
akan menyebabkan kerugian bagi seluruh masyarakat. Ini dianggap tidak adil ketika seluruh
masyarakat menanggung beban yang diakibatkan pihak terkait. Sehingga sehartusnya pihak
terkait perlu bertanggung jawab untuk meminimalisir kerusakan lingkungan.

Untuk meminimalisir kerusakan lingkungan ini pemerintah juga membuat perarturan


hingga sanksi bagi pelanggarnya baik itu arsitek mau pun pengguna bangunan.
2.2.2 Peraturan dan sanksi
Pelaksanaan pengendalian dampak lingkungan hidup dilakukan atas dasar
perencanaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup termasuk inventarisasi
lingkungan, identifikasi kawasan ekologi dan RPPLH (rencana perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup) (Pasal 5), yang 99harus diatur lebih lanjut dalam peraturan pemerintah (PP)
dan peraturan daerah (Perda) untuk memastikan pelaksanaan peraturan tersebut secara
efektif.

Ada beberapa hal penting yang perlu diingat tentang pengendalian dampak lingkungan
ini.

Pertama, hal yang paling menarik di sini adalah pembaruan UU 32/09, khususnya
identifikasi zona ekologis. Pasalnya, lingkungan tidak mengenal batas administrasi.
Lingkungan menyajikan peta wilayah yang berbeda, berdasarkan kesamaan fitur lanskap,
daerah aliran sungai, iklim, flora dan fauna, lembaga sosial budaya, ekonomi, masyarakat, dan
inventarisasi lingkungan (Pasal 7, Klausul 2). Ekoregion ini memiliki lokasi yang strategis
karena semua pengendalian dampak lingkungan, termasuk izin lingkungan yang dikeluarkan
oleh regulator lingkungan, akan didasarkan pada toleransi dan kapasitas lingkungan hidup di
sebuah wilayah.

Kedua, pengendalian dampak lingkungan mencakup tiga aspek penting, yaitu


pencegahan, mitigasi, dan pemulihan (Pasal 13). Dari ketiga aspek pengendalian tersebut,
pencegahan dampak lingkungan paling banyak diatur. Ada banyak instrument pencegahan
yang terintegrasi dan diatur oleh undang-undang.

Penegakan hukum mengenai masalah lingkungan hidup di Negara kita khususnya


pada pembuangan limbah, berdasarkan Pasal 98 UU No. 32 Tahun 2009 tentang perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup memberikan sanksi pidana (1) setiap orang yang dengan
sengaja melakukan perbuatan yang mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara ambien,
baku mutu air, baku mutu air laut, atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup, di pidana
dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan
denda paling sedikit Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) dan paling banya
Rp10.000.000.000,00 ( sepuluh miliar rupiah).

Pada pasal 78 ayat (2) UU No. 32 Tahun 2009 menyatakan, apabila perbuatan
sebagaimana yang di maksud pada ayat (1) mengakibatkan orang luka dan/atau bahaya
kesehatan manusia, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling
lama 12 (dua belas) tahun dan denda paling sedikit Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah)
dan paling banyak Rp12.000.000.000,00 (dua belas miliar rupiah).
2.3 Pengolahan 6R akan Limbah Pembangunan dan Aktivitas Manusia
Minimalisasi limbah domestik merupakan cara pecegahan untuk mengatasi berbagai limbah
yang dihasilkan dari aktivitas manusia, mengingat jumlah limbah akan terus bertambah.
Pengelolahan limbah secara terintegrasi diharapkan dapat memberikan hasil yang optimal bagi
kegiatan minimalisasi limbah. Prinsip 6R terdiri atas (Rethinking, Reducing, Recovering, Reusing,
Recycling dan Responding).

2.3.1 Rethinking (Berfikir Ulang)


Rethinking adalah mengubah pemikiran masyarakat terhadap limbah yakni dari “limbah
merupakan sampah yang tidak berguna yang tidak memiliki nilai lingkungan hidup dan
ekonomi” menjadi “limbah merupakan sampah yang dapat di manfaatkan kembali menjadi
sesuatu yang berguna untuk menaikkan nilai lingkungan hidup dan ekonomi”. Dengan ini kita
dapat merubah paradigma penanganan limbah dari hanya di buang begitu saja melainkan
memanfaatkan kembali limbah dengan berbagai cara.

2.3.2 Reducing (Mengurangi)


Reducing adalah tindakan paling pokok dan efektif dalam pengolahan limbah , yakni dengan
mengurangi potensi munculnya limbah ditempat lain.seperti contoh tidak membuang sampah
sembarangan sehingga limbah tersebut tidak berada pada tempatnya.

2.3.3 Recovering (Mendapatkan Ulang)


Recovering ialah memanfaatkan kembali barang atau benda yang masih tersisa untuk
digunakan kembali. Contohnya , sludge dari proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO
(Crude Palm Oil) yang dibuang biasanya dimanfaatkan kembali oleh penduduk sekitar dengan
cara memisahkan sisa CPO yang terbuang bersama substrat limbah cair dan padat, dan di
olah kembali menjadi olein (minyak goreng).

2.3.4 Reusing (Penggunaan Ulang)


Reusing adalah tindakan memanfaatkan kembali limbah untuk menghasilkan barang yang
dapat berguna lagi.

2.3.5 Recycling (Mendaur Ulang)


Recycling adalah mendaur ulang sebagian atau seluruh limbah untuk menghasilkan produk
lain yang biasanya berbeda bentuk dan sifatnya dari produk aslinya.

2.3.6 Responding (Sikap Tanggap)


Resoponding adalah menyikapi dilema limbah dengan mempertimbangankan ulang
penanganan kegiatan produksi dalam industri atau kegiatan rumah tangga dengan hasil limbah
yang ada dan menggantikannya dengan proses produksi yang menghasilkan lebih sedikit
limbah.
BAB 3

PEMBAHASAN

3.1 Contoh Bangunan Yang Dapat Merusak Lingkungan


3.1.1 Hotel Aston di Cianjur
Pembangunan hotel aston di Cianjur dinilai telah merusak lingkungan dengan
hilangnya kawasan resapan air dan zona hijau di kawasan puncak Cipanas. Hal ini
disampaikan Ketua Rumah Pergerakan untuk Negeri (Rumpun) Cianjur, Dikdik Sodikin.
Menurutnya, adanya pelanggaran yang dilakukan Aston Ciloto Puncak Hotel juga diperkuat
dengan adanya pernyataan dari pihak Dinas Lingkungan Hidup (DLH).

sumber https://sri-media.com/aston-ciloto-puncak-sedang-membangun-project-hotel/

Aston diduga melanggar Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan


dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pasal 69 Ayat 1 huruf a menyebutkan, setiap orang
dilarang melakukan perbuatan yang mengakibatkan kerusakan dan/atau perusakan
lingkungan hidup, serta Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang
Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak dan Cianjur. Dimana kawasan
tersebut masuk dalam kawasan hijau yang berfungsi sebagai daerah resapan air untuk
mencegah bencana banjir.
Dari permasalahn hotel aston hanya mengambil keuntungan dari administratif mereka
sedangkan masyarakat mendapatkan dampak negatif berupa bencana banjir.

3.1.2 Solusi untuk permasalahan Hotel Aston

Jika di lihat dari pelanggaran yang terjadi, pada awal pembangunan pihak aston tidak
memperdulikan peraturan yang ada pada undang-undang, dan kemungkinan terdapat pihak-
pihak yang melancarkan pembangunan tersebut.

Berdasarkan 6R sebelumnya seharusnya para penanggung jawab berfikir ulang


terhadap dampak dari pembangunan hotel aston tersebut di mana pembangunan tersebut
tidak menghasilkan keuntungan jangka panjang melainkan dapat menghancurkan dan
merusak alam dan merugikan masyarakat sekitar jika daerah resapan air di daerah tersebut
berkurang. Dan bagi penegak hukum seharusnyadengan tegas menyikapi permasalahan dari
hotel aston.

sumber https://sri-media.com/aston-ciloto-puncak-sedang-membangun-project-hotel/

3.2 Contoh Bangunan Yang Telah Berusaha Menjaga Lingkungan


3.2.1 L’oreal Indonesia Office
L’Oréal diumumkan sebagai perusahaan pertama di Indonesia yang mendapatkan
sertifikasi ‘Greenship Interior Space’ dari Green Building Council Indonesia setelah berhasil
memenuhi persyaratan dalam sistem rating ramah lingkungan.
Sumber https://www.avip.com/project/loreal

L’Oréal telah berhasil mencapai skor 77% dari minimum 73% poin untuk kategori
‘Platinum’ sertifikasi Greenship Interior Space,berdasarkan kriteria kesesuaian
pengembangan area, efisiensi, dan konservasi penggunaan energi dan air, penggunaan
bahan dan pengelolaan ramah lingkungan, manajemen prinsip ramah lingkungan, serta
kesehatan dan kenyamanan dalam ruang sehingga pemilik kantor dapat mengetahui tingkat
kesehatan kantor mereka.

3.2.2 Apa Yang Menjadi Perhatian L’oreal Indonesia Office Untuk Menjaga Lingkungan

Sumber https://www.avip.com/project/loreal

Salah satu cara L’oreal Indonesia Office untuk menjaga lingkungan yaitu
mengefisiensikan penggunaan energi. L’oreal Indonesia Office memanfaatkan sinar matahari
sebagai pencahayaan alami secara maksimal pada siang hari untuk mengurangi penggunaan
energi listrik dan memanfaatkan penghawaan alami sebagai pengganti air conditioner kedua
hal ini merupaskan konsep spesifikasi untuk wilayah beriklim tropis.
BAB 4
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Pembangunan infrastruktur merupakan upaya sadar oleh pemerintah atau swasta untuk
meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Apalagi di Indonesia merupakan negara berkembang yang
memanfaatkan infrastruktur untuk memenuhi kesejahteraan rakyatnya, namun pembangunan
infrastruktur tidak lepas dari lingkungan hidup, dampak negatif lingkungan yang berbeda-beda selalu
terjadi akibat pembangunan infrastruktur, seperti kerusakan lingkungan akibat pembukaan lahan dan
pencemaran udara, tanah, dan air akibat terdampak langsung kegiatan pembangunan infrastruktur
terhadap tumbuhan, hewan, dan manusia. banyak makhluk hidup yang tinggal di daerah
pembangunan yang menjadi korban pertumbuhan yang tidak terkendali. Contohnya pada hotel aston
yang melakukan pembangun di daerah resapan air, sehingga dapat menimbulkan berbagai bencana
yang merugikan masyarakat sekitar. Di bandingkan dengan gedung L’oreal Indonesia Office yang
dapat memberikan efek positif tidak hanya kepada pengguna bangunan melainkan masarakat sekitar
dan untuk masa depan lingkungan.
Daftar Pustaka
Erwin Muhamad, Hukum Lingkungan Dalam Sistem Kebijaksanaan Pembangunan Lingkungan
Hidup, Bandung : PT Refika Aditama, 2008.

Keraf Sonny, Etika Lingkungan Hidup, Jakarta, Buku Kompas, 2010.

Manurung, R.C., 2009, Prinsip-prinsip pengelolaan lingkungan, dalam Buku Materi Pokok
Manajemen Pembangunan dan Lingkungan, Modul 3, Jakarta: Universitas Terbuka.

Soemarwoto, O., 1994, Ekologi, lingkungan hidup dan pembangunan, Jakarta: Penerbit Jambatan.

Suhono, A., 2004, Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Develoment) dalam Perubaha


Lingkungan Global. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

UU R.I No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Jakarta : CV.
Tamita Utama.

Wardhana Wisnu, Dampak Pencemaran Lingkunga, Yogyakarta : Andi, 2001.

Anda mungkin juga menyukai