Anda di halaman 1dari 16

Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.

com

JURNAL INTERNASIONAL TINJAUAN BISNIS (THE JOBS REVIEW), 1 (2), 2018, 93-108

Pengaruh Strategi Hijau dan Investasi Hijau Terhadap


Pengungkapan Emisi Karbon

Zalida Afni1,Lindawati Gani2, Chaerul D Jakman3, Elvia Sauki4


Politeknik Negeri Padang, Padang, Indonesia1
Politeknik Negeri Padang, Padang, Indonesia2
Politeknik Negeri Padang, Padang, Indonesia3

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh strategi hijau dan investasi hijau
terhadap pengungkapan emisi karbon. Pemanasan global menyebabkan perubahan iklim yang
ekstrim di berbagai tempat di dunia termasuk di Indonesia. Terdapat bukti kuat bahwa hal
tersebut disebabkan oleh ulah manusia, terutama dari pembakaran bahan bakar fosil sehingga
berdampak pada meningkatnya gas rumah kaca. Salah satu upaya perusahaan dalam mengurangi
dampak emisi karbon adalah dengan pengungkapan emisi karbon. Penelitian tentang hubungan
pengungkapan emisi karbon dengan faktor strategi hijau dan investasi hijau pada organisasi
sektor swasta masih relatif terbatas dan terdapat perbedaan metode yang digunakan. Penelitian
ini memberikan kontribusi untuk memberikan bukti empiris tentang pengaruh strategi hijau dan
investasi hijau terhadap pengungkapan emisi karbon. Penelitian tentang hubungan
pengungkapan emisi karbon dengan faktor strategi hijau dan investasi hijau pada organisasi
sektor swasta masih relatif terbatas dan terdapat perbedaan metode yang digunakan. Penelitian
ini memberikan kontribusi untuk memberikan bukti empiris tentang pengaruh strategi hijau dan
investasi hijau terhadap pengungkapan emisi karbon. Penelitian ini menggunakan sampel
perusahaan yang terdaftar di bursa saham di negara yang termasuk dalam laju emisi karbon
dunia yaitu Indonesia dan Jerman. Studi ini menggunakan data periode 2014-2016 dalam laporan
tahunan dan laporan keberlanjutan perusahaan.

Kata kunci.strategi hijau; investasi hijau; pengungkapan emisi karbon

Sejarah artikel.Diterima Agustus, 2018. Revisi Oktober, 2018. Diterima Desember, 2018

Penulis yang sesuai.Email: zalida.afni@yahoo.com

Cara mengutip artikel.Afni, Z., Gani, L., Djakman, CD, & Sauki, E. (2018). Pengaruh Strategi Hijau
dan Investasi Hijau Terhadap Pengungkapan Emisi Karbon.Jurnal Internasional Tinjauan Bisnis
(Ulasan Pekerjaan),1(2), 93–108. https://doi.org/https://doi.org/10.17509/tjr.v1i2.13879

PENGANTAR
Peningkatan suhu permukaan bumi, mendapat perhatian yang signifikan sebagai isu pemanasan
global, yaitu perubahan iklim di berbagai tempat di dunia. Pemanasan global diakui sebagai
masalah yang memiliki prioritas tinggi di seluruh dunia dan dampak pemanasan global semakin
parah (Borghei, Leung, & Guthrie, 2016; Luo, Tang, & Lan, 2013). Pemanasan global disebabkan
oleh aktivitas manusia dan ada bukti baru yang kuat bahwa sebagian besar pemanasan global
yang diamati selama 50 tahun terakhir disebabkan oleh aktivitas manusia dan 90% berasal dari
pembakaran bahan bakar fosil (IPCC, 2007). Perkembangan sektor ekonomi dan sektor industri
yang semakin pesat, yang berdampak pada perubahan iklim dan lingkungan, mendorong upaya
yang dilakukan PBB mengatasi dampak perubahan iklim dengan mengembangkan konsep
pembangunan berkelanjutan yang ditujukan untuk Global. Upaya tersebut dimulai pada tahun
1972 melalui konferensi lingkungan hidup di Stockholm, Swedia. Kemudian dilanjutkan dengan
Our Common Future in Nairobi tahun 1982, Earth Summit di

93 | International Journal of Business Review (The Jobs Review) Vol.1 | No.2 | 2018
ZALIDA AFNI, LINDAWATI GANI, CHAERUL D DJAKMAN & ELVIA SAUKI/ Pengaruh Hijau
Strategi dan Investasi Hijau Menuju Pengungkapan Emisi Karbon

Rio De Janiero tahun 1992 tentang isu perubahan iklim, Protokol Kyoto tentang perubahan
iklim tahun 1997 dan tahun 2000 lahirnya tujuan global MDGs (Millennium Development
Goals) 2000-2015. Konferensi di Johannesburg Afrika Selatan dan 2002 di Rio De Jainero 2012,
berkembang menjadi tujuan global SDGs (Sustainable Development Goals) 2015-2030
menggantikan MDGs. Salah satu tujuan SDG's adalah mengambil tindakan segera untuk
memerangi dampak perubahan iklim, dan kesepakatan ini tertuang dalam Paris Agreement
merupakan komitmen internasional dalam melakukan upaya mitigasi dengan cara
menurunkan emisi gas rumah kaca hingga mencapai suhu di bawah 2 c. Data Bank Dunia
menunjukkan untuk tahun 2013 total emisi CO2 dunia sebesar 318 juta metrik ton. Tahun
1990-an, sekitar dua pertiga emisi CO2 berasal dari negara maju. Tapi kali ini, negara-negara
berkembang juga mengalami peningkatan emisi yang cukup besar. 10 besar negara
penyumbang emisi karbon terbesar adalah China, AS, Uni Eropa (28 negara), India, Rusia,
Indonesia, Brasil, Jepang, Kanada, dan Jerman.
Upaya mitigasi emisi karbon telah dilakukan baik di tingkat negara maupun di tingkat perusahaan. Di tingkat negara, upaya mitigasi

dilakukan melalui adanya regulasi terkait emisi karbon seperti EU-UTS European Union Emissions Trading Scheme, termasuk Indonesia dan

dengan komitmen meratifikasi Protokol Kyoto dengan UU No. 17/2004. Namun, setelah berlakunya UU No. 17 Tahun 2004 Indonesia, hanya

sekitar 10% perusahaan manufaktur di Indonesia yang melakukan tindakan yang terkait dengan pengurangan emisi karbon (Lindrianasari.,

2014). Pada tingkat korporasi, upaya mitigasi dampak perubahan iklim dapat dilakukan dengan cara pengungkapan emisi karbon. Semakin

banyak bukti ilmiah menunjukkan bahwa emisi karbon sebagai penyebab utama pemanasan global merupakan ancaman serius terhadap

kehidupan baik secara ekonomi, sosial dan lingkungan (Borghei et al., 2016; K. Li & Lin, 2016; Liao, Luo, & Tang, 2015; Luo Tang & 2014a; Luo et

al., 2013). Pengungkapan emisi karbon sebagian besar belum wajib diungkapkan di sebagian besar negara di dunia. Namun banyak perusahaan

menyiapkan pengungkapan emisi karbon secara sukarela. Hal ini dilakukan untuk menghindari risiko perusahaan adanya peraturan tentang

perubahan iklim di masa mendatang dan dampak negatif terhadap operasional perusahaan (Luo, Lan, Tang &, 2012). Luo et al., 2013).

Pengungkapan emisi karbon sebagian besar belum wajib diungkapkan di sebagian besar negara di dunia. Namun banyak perusahaan

menyiapkan pengungkapan emisi karbon secara sukarela. Hal ini dilakukan untuk menghindari risiko perusahaan adanya peraturan tentang

perubahan iklim di masa mendatang dan dampak negatif terhadap operasional perusahaan (Luo, Lan, Tang &, 2012). Luo et al., 2013).

Pengungkapan emisi karbon sebagian besar belum wajib diungkapkan di sebagian besar negara di dunia. Namun banyak perusahaan

menyiapkan pengungkapan emisi karbon secara sukarela. Hal ini dilakukan untuk menghindari risiko perusahaan adanya peraturan tentang

perubahan iklim di masa mendatang dan dampak negatif terhadap operasional perusahaan (Luo, Lan, Tang &, 2012).

Pelaporan atau pengungkapan emisi karbon melalui laporan tahunan


perusahaan merupakan salah satu upaya pencegahan emisi karbon yang dapat
dilakukan oleh perusahaan. Penelitian sebelumnya tentang pengungkapan emisi
karbon menggunakan panduan kuesioner CDP/Carbon Disclosure Project dengan
pengukuran apakah perusahaan mengungkapkan atau tidak ((Liao et al., 2015; Luo et
al., 2012; Luo Tang & 2014a 2014b,; Luo et al., 2013; Matsumura, Prakash, & Vera-
Munoz, 2014; Tang & Luo, 2011).Penelitian lain mengembangkan pengungkapan
komponen emisi karbon berdasarkan GRI-G3 2006 (Borghei et al., 2016; Y. Li, Eddie, &
Liu, 2014).Penelitian sebelumnya belum mengembangkan komponen pengungkapan
emisi karbon secara lengkap, sehingga belum mengetahui tingkat pengungkapan
yang dilakukan oleh perusahaan.
Penelitian sebelumnya mengidentifikasi strategi hijau terdiri dari hold-up, step-up, dan
frontier (Hansen & Klewitz, 2012). Studi lain yang mengadopsi strategi hijau terdiri dari tiga jenis,
yaitu pencegahan polusi, produk, jasa dan teknologi bersih (Masoumik, Abdul-Rashid, & Olugu,
2015). Penelitian Duarte & Machado (2013) mengidentifikasi green strategy over lean & green.
Belum ada penelitian sebelumnya yang menguji level green strategy firm berdasarkan tipe lean,
defensive, shaded, dan extreme green strategy (Ginsberg & Bloom, 2004). Pengelompokan ini
diperlukan untuk mengetahui apakah perusahaan memanfaatkan peluang dalam menghadapi
dampak perubahan iklim terhadap kemampuan perusahaan dalam mengelola emisi yang
dituangkan dalam keterbukaan informasi emisi karbon. Berdasarkan
94 | International Journal of Business Review (The Jobs Review) Vol.1 | No.2 | 2018
JURNAL INTERNASIONAL TINJAUAN BISNIS (THE JOBS REVIEW), 1 (2), 2018, 93-108

Dari uraian di atas, penelitian ini merumuskan masalah pertama: bagaimana pengaruh tingkat
green strategy terhadap pengungkapan emisi karbon korporasi?
Menurut International Monetary Fund (IMF), investasi hijau merupakan investasi yang diperlukan dalam adaptasi perubahan iklim dengan mengurangi emisi gas rumah kaca

tanpa mengurangi produksi dan konsumsi non-energi secara signifikan. Penelitian sebelumnya memberikan gambaran efisiensi energi dengan menggunakan skema investasi hijau pada

studi kasus sektor perumahan menyumbang 30% emisi karbon. Studi-studi tersebut memberikan bukti bahwa investasi hijau menjadi kekuatan utama di sektor energi (Czako, 2012).

Namun, masih sedikit penelitian untuk memberikan bukti pengaruh investasi hijau terhadap adaptasi perubahan iklim untuk mengurangi emisi gas rumah kaca melalui pengungkapan

emisi karbon. Penelitian sebelumnya belum memberikan bukti empiris yang menguji pengaruh perusahaan investasi hijau terhadap pengungkapan emisi karbon. Indonesia sejak tahun

2004 telah berkomitmen dengan UU RI No 3 mengatur tentang industri hijau, namun sejak tahun 2010-2014 jumlah investasi hijau mencapai 30% dari total investasi. Tahun 2015 lalu

Indonesia menjadi tuan rumah Konferensi Investasi Hijau tingkat internasional dengan tema landscape tropis: global summit investment opportunity dan berkomitmen untuk

meningkatkan investasi hijau sebesar 20% per tahun. Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini merumuskan masalah kedua: bagaimana pengaruh investasi hijau terhadap pengungkapan

emisi karbon. Indonesia sejak tahun 2004 telah berkomitmen dengan UU RI No 3 mengatur tentang industri hijau, namun sejak tahun 2010-2014 jumlah investasi hijau mencapai 30% dari

total investasi. Tahun 2015 lalu Indonesia menjadi tuan rumah Konferensi Investasi Hijau tingkat internasional dengan tema landscape tropis: global summit investment opportunity dan

berkomitmen untuk meningkatkan investasi hijau sebesar 20% per tahun. Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini merumuskan masalah kedua: bagaimana pengaruh investasi hijau

terhadap pengungkapan emisi karbon. Indonesia sejak tahun 2004 telah berkomitmen dengan UU RI No 3 mengatur tentang industri hijau, namun sejak tahun 2010-2014 jumlah investasi

hijau mencapai 30% dari total investasi. Tahun 2015 lalu Indonesia menjadi tuan rumah Konferensi Investasi Hijau tingkat internasional dengan tema landscape tropis: global summit

investment opportunity dan berkomitmen untuk meningkatkan investasi hijau sebesar 20% per tahun. Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini merumuskan masalah kedua: bagaimana

pengaruh investasi hijau terhadap pengungkapan emisi karbon. Tahun 2015 lalu Indonesia menjadi tuan rumah Konferensi Investasi Hijau tingkat internasional dengan tema landscape

tropis: global summit investment opportunity dan berkomitmen untuk meningkatkan investasi hijau sebesar 20% per tahun. Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini merumuskan

masalah kedua: bagaimana pengaruh investasi hijau terhadap pengungkapan emisi karbon. Tahun 2015 lalu Indonesia menjadi tuan rumah Konferensi Investasi Hijau tingkat

internasional dengan tema landscape tropis: global summit investment opportunity dan berkomitmen untuk meningkatkan investasi hijau sebesar 20% per tahun. Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini merumuskan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan


emisi karbon yaitu strategi investasi hijau dan hijau. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan, Pemerintah selaku regulator, dan pelaku industri. Bagi
ilmu pengetahuan diharapkan penelitian ini dapat menambah literatur tentang pengungkapan emisi
karbon pandangan tegas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi strategi hijau dan investasi hijau.
Kajian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi dengan memberikan bukti empiris adanya
pengaruh strategi hijau dan investasi hijau terhadap pengungkapan emisi karbon perusahaan.

LATAR BELAKANG TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS


Teori Pemangku Kepentingan

Stakeholder theory adalah teori yang memberikan gambaran tentang keberadaan para pihak yang berkaitan dengan kepentingan perusahaan. Kelompok pemangku kepentingan atau

individu yang mungkin terpengaruh oleh tujuan perusahaan. Stakeholder didefinisikan sebagai mereka yang memiliki keterlibatan dalam perusahaan baik oleh individu, kelompok atau

organisasi. Pemangku kepentingan utama termasuk karyawan, manajer, pemegang saham, pelanggan, dan pemasok (Phillips, Freeman, & Wicks, 2003). Pemangku kepentingan meliputi

kelompok atau individu meliputi pemegang saham, kreditur, pemerintah, karyawan, masyarakat dan lingkungan sosial, dan lainnya (Chairiri & Ghozali, 2007). Dilihat dari teori pemangku

kepentingan, perusahaan tidak hanya merupakan suatu entitas ekonomi yang hanya menjalankan kegiatan usahanya untuk kepentingannya sendiri tetapi harus memberikan manfaat

bagi pihak-pihak yang bertanggung jawab atas perusahaan tersebut yaitu pemangku kepentingan perusahaan. Perusahaan harus dapat menjaga hubungan baik dengan pemangku

kepentingan dengan memahami keinginan pemangku kepentingan, terutama pemangku kepentingan yang berdampak pada ketersediaan sumber daya yang digunakan untuk kegiatan

operasional perusahaan, seperti karyawan, pelanggan puncak perusahaan dan lain-lain. Ghozali & Chairiri, 2007). Stakeholder theory juga menuntut manajer untuk dapat mengelola

harapan para pemangku kepentingan dan nilai yang mereka ciptakan dan menuntut manajer untuk memahami apa yang diinginkan dan apa yang diciptakan sehingga sesuai dengan apa

yang diharapkan oleh pemangku kepentingan (Freedman & Jaggi, 2005). . Perusahaan harus dapat menjaga hubungan baik dengan pemangku kepentingan dengan memahami keinginan

pemangku kepentingan, terutama pemangku kepentingan yang berdampak pada ketersediaan sumber daya yang digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan, seperti karyawan,

pelanggan puncak perusahaan dan lain-lain. Ghozali & Chairiri, 2007). Stakeholder theory juga menuntut manajer untuk dapat mengelola harapan para pemangku kepentingan dan nilai

yang mereka ciptakan dan menuntut manajer untuk memahami apa yang diinginkan dan apa yang diciptakan sehingga sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pemangku kepentingan

(Freedman & Jaggi, 2005). . Perusahaan harus dapat menjaga hubungan baik dengan pemangku kepentingan dengan memahami keinginan pemangku kepentingan, terutama pemangku

kepentingan yang berdampak pada ketersediaan sumber daya yang digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan, seperti karyawan, pelanggan puncak perusahaan dan lain-lain.

Ghozali & Chairiri, 2007). Stakeholder theory juga menuntut manajer untuk dapat mengelola harapan para pemangku kepentingan dan nilai yang mereka ciptakan dan menuntut manajer

untuk memahami apa yang diinginkan dan apa yang diciptakan sehingga sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pemangku kepentingan (Freedman & Jaggi, 2005). . khususnya stakeholder yang berdampak pada ket

95 | International Journal of Business Review (The Jobs Review) Vol.1 | No.2 | 2018
ZALIDA AFNI, LINDAWATI GANI, CHAERUL D DJAKMAN & ELVIA SAUKI/ Pengaruh Hijau
Strategi dan Investasi Hijau Menuju Pengungkapan Emisi Karbon

Teori Legitimasi
Teori legitimasi ini memberikan penjelasan tentang tanggung jawab sosial yang harus diungkapkan agar perusahaan mendapatkan legitimasi dari

lingkungan sosial di tempat kegiatan perusahaan beroperasi, dan ini akan memberikan kekuatan finansial perusahaan yang maksimal untuk jangka waktu

yang panjang. . Teori legitimasi didasarkan adanya kontrak sosial antara perusahaan dengan masyarakat tuan rumah perusahaan menjalankan usahanya

dan penggunaan sumber daya ekonomi. Legitimasi adalah konsep dinamis yang berubah dalam waktu dan tempat (Ghozali & Chairiri, 2007). Perusahaan

harus dapat melihat antara tujuan perusahaan dengan apa yang menjadi harapan masyarakat terhadap perusahaan. Jika tidak demikian maka akan muncul

catatan antara legitimasi kesenjangan harapan dan bagaimana bersikap dan bertindak dalam organisasi. Untuk itu, organisasi perlu mengadopsi strategi

untuk menghilangkan perbedaan ini dan mengubah persepsi publik melalui pengungkapan informasi lingkungan dan sosial (Gray, Kouhy, & Lavers, 1995).

Legitimasi terkait dengan batasan nilai dan norma perusahaan dalam menjalankan bisnis dan merupakan upaya strategis dalam pengembangan

perusahaan untuk jangka panjang. Legitimasi masyarakat akan mendorong keberlangsungan perusahaan untuk jangka panjang, namun jika perusahaan

tidak dapat beradaptasi dengan norma dan nilai yang berlaku di masyarakat, dapat mengancam keberlangsungan perusahaan di masa depan (Deegan &

Soltys, 2007). ) Legitimasi terkait dengan batasan nilai dan norma perusahaan dalam menjalankan bisnis dan merupakan upaya strategis dalam

pengembangan perusahaan untuk jangka panjang. Legitimasi masyarakat akan mendorong keberlangsungan perusahaan untuk jangka panjang, namun

jika perusahaan tidak dapat beradaptasi dengan norma dan nilai yang berlaku di masyarakat, dapat mengancam keberlangsungan perusahaan di masa

depan (Deegan & Soltys, 2007). ) Legitimasi terkait dengan batasan nilai dan norma perusahaan dalam menjalankan bisnis dan merupakan upaya strategis

dalam pengembangan perusahaan untuk jangka panjang. Legitimasi masyarakat akan mendorong keberlangsungan perusahaan untuk jangka panjang,

namun jika perusahaan tidak dapat beradaptasi dengan norma dan nilai yang berlaku di masyarakat, dapat mengancam keberlangsungan perusahaan di

masa depan (Deegan & Soltys, 2007). )

Teori Kelembagaan
Awalnya, teori institusi berfokus pada bagaimana menjelaskan struktur institusi dalam proses
mempengaruhi organisasi dan perilaku yang dapat diterima sebagai norma dalam Organisasi
(Tolbert & Zucker, 1996; Scott, 2001) dalam (Greenwood & Suddaby, 2006). Institutional theory
atau teori pembentukan kelembagaan bahwa Organisasi pada hakikatnya karena adanya
tekanan terhadap lingkungan lembaga yang menyebabkan terjadinya perubahan organisasi.
Perubahan bentuk ide dan gagasan pada lingkungan organisasi yang membentuk perilaku
dalam bahasa dan simbol yang menjelaskan keberadaan organisasi dan diterima sebagai
norma dalam konsep organisasi (Donaldson & Preston, 1995). Organisasi terbentuk karena
lingkungan kelembagaan yang ada di sekitar Organisasi dan kekuatan dari luar Organisasi
melalui proses mimikri dan kepatuhan. Ide atau gagasan yang mempengaruhi dilembagakan
dan diterima sebagai norma organisasi (DiMaggio & Powell, 1983). Perubahan isomorfisme
institusional dapat diidentifikasi menjadi tiga mekanisme: pertama, isomorfisme koersif yang
berasal dari pengaruh politik dan legitimasi. Kedua, isomorfisme mimetik, yang dihasilkan
dari respons standar terhadap ketidakpastian. Ketiga, isomorfisme normatif, terkait dengan
tuntutan profesionalisme (DiMaggio & Powell, 1983). Isomorfisma menunjukkan hasil dari
tekanan koersif baik formal maupun nonformal yang diberikan pada organisasi sehingga
organisasi mengambil atau melakukan suatu bentuk adopsi terhadap organisasi lain karena
tekanan negara lain, organisasi dan masyarakat luas. Tekanan pada organisasi dapat
dirasakan sebagai kekuatan, atau sebagai ajakan untuk bergabung dalam suatu benturan.

Mimetic isomorphism, adanya ketidakpastian juga memberikan dorongan yang kuat bagi
organisasi untuk meniru atau meniru organisasi lain. Ketika tujuannya masih ambigu, sambil
menciptakan lingkungan ketidakpastian, organisasi dapat meniru organisasi lain. Mimesis atau
model perilaku pada organisasi lain yang lebih sukses adalah bentuk respon dramatis dari
ketidakpastian. Salah satu bentuk pemodelan yang paling dramatis adalah modernisasi Jepang
pada akhir abad ke-19 pada prototipe Barat yang dinilai sukses, dan sekarang perusahaan
Amerika di Jepang untuk menyelesaikan model yang menerapkan masalah produktivitas dan
personel di perusahaan mereka. Perusahaan yang mengadopsi model atau inovasi perusahaan
lainnya, yang bertujuan untuk meningkatkan legitimasi mereka, setidaknya mencoba
96 | International Journal of Business Review (The Jobs Review) Vol.1 | No.2 | 2018
JURNAL INTERNASIONAL TINJAUAN BISNIS (THE JOBS REVIEW), 1 (2), 2018, 93-108

meningkatkan kondisi kerja perusahaan melangkah lebih baik. Isomorfisme normatif


merupakan sumber perubahan organisasi yang disebabkan karena tuntutan profesionalisme.
Untuk mencapai keberhasilan dan legitimasi Organisasi personil, harus memiliki komitmen
dan dapat bekerja secara profesional, dapat berkompromi dengan internal organisasi,
pimpinan, klien, regulator, organisasi profesi.

Strategi Hijau
Istilah hijau dalam kegiatan bisnis utama bukanlah fenomena baru, tetapi sudah dimulai sejak
tahun 1980-an (Makower, 2009). Kegiatan ini tidak hanya menyelamatkan Bumi dari
perubahan iklim akibat peningkatan suhu bumi akibat efek rumah kaca tetapi juga dapat
meningkatkan efisiensi usaha (Ginsberg & Bloom, 2004). Klasifikasi strategi hijau
dikembangkan dari bauran strategi pasar hijau yang dibagi menjadi empat bagian, yaitu lean
green, defensive green, shaded green, dan extreme green. Strategi lean Green, perusahaan
tepat mengurangi perbandingan biaya produk terkait kepedulian terhadap lingkungan, dan
tidak ada kecenderungan dalam memproduksi produk ramah lingkungan. Contohnya, Coca-
Cola Co., memperhatikan lingkungan dengan kegiatan mendaur ulang dan memodifikasi
kemasan, meskipun dibuat untuk memperluas pasar dan membangun merek. Strategi
defensif hijau lebih tepat untuk disadari sangat penting bagi perusahaan akan menjadi
segmen industri yang ramah lingkungan tetapi sifatnya sangat sementara. Misalnya, Huge
Clothing Retailer Gap Inc., mensponsori kegiatan dan program lingkungan dalam skala kecil,
jika ada tekanan dari kompetitor, aktivis lingkungan, atau regulator. Strategi bernaung hijau
lebih berorientasi pada proses bisnis jangka panjang yang ramah lingkungan, namun bukan
sebagai faktor utama, melainkan hanya sebagai faktor penunjang bisnis perusahaan.
Misalnya Toyota Prius, memiliki produk yang ramah lingkungan karena hemat bahan bakar
dibandingkan dengan Toyota Motor. Perusahaan memilih strategi extreme green, pada
proses bisnis mulai dari input, proses, dan keluaran dari proses tersebut ramah lingkungan
dan memiliki filosofi yang kuat akan kepedulian terhadap lingkungan. Misalnya perusahaan
Bodyshop and Honest Tea of Bethesda (Ginsberg & Bloom, 2004).

Pengembangan Hipotesis
Pengaruh Strategi Hijau dan Pengungkapan Emisi Karbon
Perusahaan yang mengungkapkan informasi apakah itu emisi karbon wajib atau sukarela,
mengetahui risiko dan peluang yang mungkin muncul dalam menghadapi perubahan iklim.
Perusahaan dapat mengintegrasikan risiko dan peluang dalam strategi perusahaan yang
berdampak pada lingkungan. Terutama pada perusahaan yang bidang usahanya berkaitan
dengan perubahan iklim seperti kehutanan, energi dan transportasi, pertanian, industri, dan
limbah, yang mengungkapkan informasi tentang emisi karbon. IBM, Ricoh, dan Chevron adalah
contoh perusahaan yang telah menerapkan green strategy dalam proses bisnisnya. Perusahaan
yang ingin memanfaatkan risiko dan peluang perubahan iklim dengan mengintegrasikannya ke
dalam strategi hijau dapat meniru perusahaan yang telah berhasil menerapkannya (mimetic
isomorphism).
Penelitian sebelumnya untuk membangun kerangka pengukuran strategi lean and green (Duarte
& Machado, 2013). Pendekatan model bisnis digunakan sebagai penghargaan, standar, dan
kerangka kerja, untuk memberikan pemahaman yang komprehensif dari masing-masing model.
GRI merupakan salah satu standar yang mengatur aspek tertentu dari green business yang telah
diadopsi oleh puluhan perusahaan besar sebagai standar pelaporan kinerja lingkungan dan sosial
perusahaan dengan menerbitkan laporan keberlanjutan (Sustainability Report) yang mencakup
tiga dimensi, yaitu lingkungan, sosial dan ekonomi, selain internasional lainnya

97 | International Journal of Business Review (The Jobs Review) Vol.1 | No.2 | 2018
ZALIDA AFNI, LINDAWATI GANI, CHAERUL D DJAKMAN & ELVIA SAUKI/ Pengaruh Hijau
Strategi dan Investasi Hijau Menuju Pengungkapan Emisi Karbon

standar seperti ISO14001 (Makower, 2009). Isu keberlanjutan adalah cara yang sistematis dan
efisien yang memberikan nilai bagi prospek bisnis. Manfaat keberlanjutan membantu untuk
menentukan faktor kunci yang mempengaruhi keuntungan, dividen dan harga saham
perusahaan seperti kekuatan merek reputasi, produk kompetitif, rantai pasokan (Blackburn,
2007).
Berdasarkan penjelasan di atas, keterbukaan informasi emisi karbon merupakan salah satu
bentuk kemampuan perusahaan dalam mengelola emisi, sebagai bentuk upaya mengelola
risiko dan peluang akibat perubahan iklim. Risiko dan peluang tersebut dapat diintegrasikan
ke dalam bentuk strategi perusahaan yaitu strategi hijau. Penelitian sebelumnya belum
dilakukan untuk menguji strategi level green yaitu lean, defensive, shaded, dan extreme
green berdasarkan pengelompokan Ginsberg & Bloom (2004) terhadap pengungkapan emisi
karbon perusahaan. Peneliti berpendapat bahwa perusahaan yang memanfaatkan peluang
dari dampak perubahan iklim, dengan memanfaatkan keunggulan kompetitif melalui strategi
hijau, akan menunjukkan Kemampuan mengelola emisi karbon melalui keterbukaan
informasi emisi karbon. Berdasarkan penjelasan di atas, maka hipotesis pertama dalam
penelitian ini adalah:
H1: Perusahaan yang mengadopsi strategi hijau berpengaruh positif terhadap pengungkapan
emisi karbon perusahaan.

Pengaruh Investasi Hijau dan pengungkapan emisi karbon


Investasi hijau merupakan investasi yang diperlukan dalam beradaptasi dengan
perubahan iklim dengan mengurangi emisi gas rumah kaca tanpa mengurangi
produksi dan konsumsi secara signifikan (Eyraud et. al. 2011). Investasi hijau
dapat berasal dari investasi di dalam negeri atau dari FDI (Penanaman Modal
Asing) hijau sebagai sumber pembiayaan sektor swasta dan transfer teknologi
antar negara. Industri ini menggunakan bahan baku dan teknologi ramah
lingkungan, tidak menghasilkan emisi tetapi memiliki nilai tambah, dengan
konsep reduce, reuse, recycle, dan recovery. Kriteria industri hijau menurut
Kementerian Perindustrian Indonesia adalah kelompok sektor investasi potensial
yang digerakkan sebagai investasi ramah lingkungan ramah lingkungan milik
swasta yang meliputi pertanian, kehutanan, perikanan, pengusahaan panas
bumi, industri pengolahan,

UU RI No. 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian (pasal 77-83) mengatur tentang industri hijau di
Indonesia. Perluasan investasi hijau berkaitan dengan kemajuan teknologi dan inovasi. Hal ini
terkait dengan penggunaan teknologi baru yang terkait dengan biaya perusahaan R&D (Eyraud,
Clements, & Wane, 2013). Di sektor keuangan, kepedulian dan tanggung jawab terhadap
lingkungan telah meningkatkan peluang investasi pada reksa dana hijau (Clement & Soriano, 2011;
Czako, 2012). Pertumbuhan ekonomi mengarah pada permintaan yang lebih tinggi terhadap
sumber daya energi, yang kemudian meningkatkan tingkat emisi dan berpotensi menambah
degradasi lingkungan (Ahmed, 2014; Eyraud et al., 2013).
H2: Investasi hijau berpengaruh positif terhadap pengungkapan emisi karbon.

METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia dan Bursa Efek Frankfurt. Pemilihan sampel didasarkan pada negara-negara
penghasil emisi karbon terbesar di dunia, komitmen pada kesepakatan internasional tentang
mitigasi emisi, dan Uni Eropa merupakan negara yang memulai inisiatif percontohan dalam upaya
98 | International Journal of Business Review (The Jobs Review) Vol.1 | No.2 | 2018
JURNAL INTERNASIONAL TINJAUAN BISNIS (THE JOBS REVIEW), 1 (2), 2018, 93-108

mitigasi emisi karbon. Kriteria yang digunakan adalah sampel perusahaan yang terdaftar di
masing-masing bursa masing-masing sampel negara, tidak termasuk sektor keuangan dan
perbankan, perusahaan yang menerbitkan laporan tahunan, Sustainability Report, dan Social
Responsibility Investment (SRI). Periode penelitian adalah tahun 2014-2016. Kerangka penelitian
adalah sebagai berikut:

Hijau H1
Strategi

Emisi karbon
penyingkapan

Hijau
Investasi
H2

Gambar 1: Kerangka Penelitian


Pada penelitian ini dilakukan pengolahan data untuk strategi hijau dan pengungkapan emisi karbon
menggunakan content analysis dengan bantuan program NVIVO11, dan pengujian hipotesis tersebut
menggunakan data panel dengan program STATA. Model yang digunakan dalam menguji pengaruh
strategi hijau dan investasi hijau terhadap pengungkapan emisi karbon adalah sebagai berikut:
EM_DISCdia= α1+ α2GSdia+ α2GI_SRIdia+ α3Ukurandia+ α4IND_SECkd_Ind + α5KD_NEG + εdia

EM_DISC = Pengungkapan Emisi Karbon =

GS Strategi Hijau

SRI = Investasi Hijau

Tabel 1. Rangkuman Variabel


Tidak Variabel Indikator
1 Pengungkapan Analisis kandungan karbon (laporan tahunan)
emisi
2 Strategi Hijau Analisis isi (Laporan Keberlanjutan) Indeks
3 Investasi Hijau Investasi Tanggung Jawab Sosial

Proksi yang digunakan untuk strategi perubahan iklim adalah pengungkapan emisi karbon
(EM_DISC). Pengungkapan Emisi Karbon (EM_DISC) adalah pengungkapan emisi karbon
perusahaan (i) per tahun (t). Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari laporan
tahunan dan laporan keberlanjutan. Komponen pengungkapan emisi karbon dikembangkan
berdasarkan komponen pengungkapan yang berasal dari Perubahan Iklim CDP 2016
99 | International Journal of Business Review (The Jobs Review) Vol.1 | No.2 | 2018
ZALIDA AFNI, LINDAWATI GANI, CHAERUL D DJAKMAN & ELVIA SAUKI/ Pengaruh Hijau
Strategi dan Investasi Hijau Menuju Pengungkapan Emisi Karbon

Informasi, GRI-G4, dan Protokol GRK. Pengungkapan garis besar komponen diambil dari Informasi
Perubahan Iklim CDP 2016 yang mencakup tiga bagian; manajemen, risiko dan peluang,
penghitungan emisi, penggunaan energi dan bahan bakar, komponen perdagangan, tetapi
pengungkapan CDP dalam bentuk kuesioner sukarela, sedangkan dalam penelitian ini tidak dapat
menggunakan kuesioner. Penelitian ini melengkapi penelitian sebelumnya (Borghei et al., 2016;
Choi et al., 2013) dengan menggunakan komponen pengungkapan target penurunan emisi,
cakupan emisi tidak langsung, dan cakupan emisi tidak langsung lainnya (menurut Protokol GRK).

Tabel 2. Daftar Pengungkapan Emisi Karbon


Kategori Item pengungkapan Skor maks Skor
pengantar Periode Laporan GHG01 1
GHG02 Deskripsi umum organisasi 1
Pengelolaan Pemerintahan
GHG03 Departemen/individu/tingkat tertinggi yang 1
bertanggung jawab atas perubahan iklim
GHG04 Insentif untuk pengelolaan 1
perubahan iklim
Strategi
GHG05 Sasaran pengurangan emisi karbon 1
GHG06 Program/kebijakan pengurangan emisi 1
GHG07 Perubahan iklim terintegrasi ke dalam 1
strategi bisnis
GHG08 Kegiatan yang dapat mempengaruhi kebijakan publik 1
baik secara langsung maupun tidak langsung
perubahan iklim.
GHG09 Rencana dan strategi pengelolaan untuk 1
mengurangi pemanasan global
Sertifikasi GHG10 GRK 1
Target dan Inisiatif
a GHG11 Target pengurangan emisi GHG12 1
Barang/jasa yang rendah karbon GHG13 1
Penggunaan teknologi baru GHG13 Konservasi 1
energi (pengurangan konsumsi energi) 1

GHG14 Penggunaan energi terbarukan 1


GHG15 Pelaksanaan rencana/program 1
pengelolaan
GHG16 Pelatihan/insentif karyawan untuk 1
kegiatan yang terkait dengan peringatan global

Mempertaruhkan dan GHG17 Mengidentifikasi risiko perubahan iklim 1


Peluang GHG18 Mengidentifikasi peluang perubahan iklim 1
GHG19 Analisis risiko dan peluang bisnis yang 1
disebabkan oleh iklim
mengubah

Metodologi, Sumber daya emisi GHG20 1


Data Emisi, GHG21 Mengukur/menghitung emisi 1
Enissions karbon
Pertunjukan GHG22 Jumlah total emisi karbon 1
GHG23 Batas emisi karbon 1
Dokumen GHG24 Organizations tentang emisi 1
karbon
GHG25 Cakupan sumber emisi lebih dari satu 1
negara
Emisi karbon intensitas GHG26 1
100 | International Journal of Business Review (The Jobs Review) Vol.1 | No.2 | 2018
JURNAL INTERNASIONAL TINJAUAN BISNIS (THE JOBS REVIEW), 1 (2), 2018, 93-108

Kategori Item pengungkapan Skor maks Skor


Perdagangan Emisi GHG27 1
Total 27

Perusahaan yang mengungkapkan informasi setiap item diberi nilai 1 (satu) dan yang tidak
mengungkapkan diberi nilai 0 (nol). Jumlah total item pengungkapan yang dikumpulkan, dibagi dengan
jumlah total pengungkapan, sehingga diperoleh skor keseluruhan untuk masing-masing perusahaan.
Semakin tinggi nilai indeks pengungkapan suatu perusahaan, berarti semakin tinggi pengungkapan
informasi emisi karbon yang diungkapkan perusahaan tersebut.
Strategi Hijau
Penelitian ini menggunakan standar Global Reporting Initiative GRI/(GRI, 2013). Standar GRI
yang digunakan didasarkan pada pedoman keberlanjutan G4 yang berisi standar umum dan
standar pengungkapan. Aspek terkait pembangunan berkelanjutan GRI yang memuat tiga
dimensi keberlanjutan yaitu lingkungan, sosial dan ekonomi.
Tabel 3. Kategori EKONOMI
Tidak G3 & G4 Indikator Skor
Aspek: Kinerja Ekonomi EC1,
1 G4-EC1 Nilai ekonomi langsung dihasilkan dan didistribusikan
2 EC2, G4-EC2 Implikasi keuangan
3 EC3, G4-EC3 Cakupan kewajiban program imbalan pasti
organisasi
4 EC4, G4-EC4 Bantuan keuangan yang diterima dari pemerintah
Aspek: Keberadaan Pasar
5 EC5, G4-EC5 Rasio standar upah entry-level
6 EC7, G4-EC6 Proporsi manajemen senior yang dipekerjakan
dari komunitas lokal
Aspek: Dampak Ekonomi Tidak
7 Pengembangan
Langsung EC8, G4-EC7 dan dampak investasi
infrastruktur
8 EC9, G4_EC8 Dampak ekonomi tidak langsung yang signifikan
9 G4-EC9 Proporsi pengeluaran untuk pemasok lokal

Tabel 4. Kategori LINGKUNGAN


Tidak G3 & G4 Indikator Skor
Aspek: Bahan
10 EN1, G4-EN1 Bahan yang digunakan berdasarkan berat atau volume Persentase
11 EN2, G4-EN2 bahan yang digunakan yang merupakan bahan input daur ulang

Aspek: Energi
12 EN3, G4-EN3 Konsumsi energi di dalam organisasi
13 EN4, G4-EN4 Konsumsi energi di luar organisasi
14 EN5, G4-EN5 Intensitas energi
15 EN6, G4-EN6 Pengurangan konsumsi energi
16 EN7, G4-EN7 Pengurangan kebutuhan energi produk

Aspek: Air
17 EN8, G4-EN8 Pengambilan air total berdasarkan sumber
18 EN9, G4-EN9 Sumber air sangat dipengaruhi oleh
pengambilan air

101 | International Journal of Business Review (The Jobs Review) Vol.1 | No.2 | 2018
ZALIDA AFNI, LINDAWATI GANI, CHAERUL D DJAKMAN & ELVIA SAUKI/ Pengaruh Hijau
Strategi dan Investasi Hijau Menuju Pengungkapan Emisi Karbon

Tidak G3 & G4 Indikator Skor


19 EN10, G4-EN10 Persentase dan volume total air yang didaur ulang dan
digunakan kembali
Aspek: Keanekaragaman Hayati

20 EN11, G4-EN11 Lokasi operasional yang dimiliki, disewa, dikelola di dalam,


atau berdekatan dengan, kawasan lindung dan kawasan
dengan nilai keanekaragaman hayati tinggi di luar kawasan
21 EN12, G4-EN12 lindung Deskripsi dampak signifikan dari kegiatan produk
dan jasa terhadap keanekaragaman hayati di kawasan
lindung
22 EN13, G4-EN13 Habitat dilindungi atau dipulihkan
23 EN14, G4-EN14 Jumlah total spesies daftar merah IUCN dengan habitat
di area yang terkena dampak operasi, menurut tingkat
risiko kepunahan
Aspek: Emisi
24 EN16, G4-EN15 Cakupan Emisi GRK Langsung 1
25 EN17, G4-EN16 Cakupan emisi GRK tidak langsung
26 G4-EN17 2 Cakupan emisi GRK lainnya 3
27 G4-EN18 Intensitas emisi GRK
28 EN18, G4-EN19 Pengurangan emisi GRK
29 EN19, G4-EN20 Emisi zat perusak ozon NOx, Sox, dan
30 EN20, G4-EN21 emisi udara signifikan lainnya
Aspek: Efek dan Pemborosan
31 EN21, G4-EN22 Total debit air berdasarkan kualitas dan
tujuan
32 EN22, G4-EN23 Berat total limbah menurut jenis dan metode
pembuangan
33 EN23, G4-EN24 Jumlah total dan volume tumpahan yang signifikan
34 EN24, G4-EN25 Bobot limbah yang diangkut, diimpor, atau diolah
yang dianggap berbahaya
35 EN25, G4-EN26 Identitas, ukuran, status lindung dan nilai
keanekaragaman hayati badan air
Aspek: Produk dan Layanan
36 EN26, G4-EN27 sejauh mana mitigasi dampak dampak
lingkungan dari produk dan jasa

37 EN27, G4-EN28 Persentase produk yang terjual dan bahan kemasannya


yang diklaim kembali berdasarkan kategori
Aspek: Kepatuhan
38 EN28, G4-EN29 Nilai uang dari denda yang signifikan dan
jumlah sanksi non-moneter untuk
ketidakpatuhan terhadap hukum lingkungan
Aspek: Transportasi
39 EN29, G4-EN30 Signifikan dampak lingkungan dari
pengangkutan produk dan barang lainnya
Aspek: Keseluruhan
40 EN30, G4-EN31 Total pengeluaran dan investasi perlindungan
lingkungan menurut jenisnya.
Aspek: Penilaian Lingkungan Pemasok
102 | International Journal of Business Review (The Jobs Review) Vol.1 | No.2 | 2018
JURNAL INTERNASIONAL TINJAUAN BISNIS (THE JOBS REVIEW), 1 (2), 2018, 93-108

Tidak G3 & G4 Indikator Skor


41 G4-EN32 Persentase pemasok baru
42 G4-EN33 Dampak lingkungan negatif aktual dan
potensial yang signifikan dalam rantai pasokan
Aspek : Mekanisme pengaduan lingkungan
43 G4-EN34 Jumlah keluhan tentang bidang dampak
lingkungan

Tabel 5. Kategori SOSIAL


G3 & G4 Indikator Skor
Aspek: Ketenagakerjaan
LA1, G4-LA1 Jumlah total dan tingkat perekrutan karyawan baru dan
perputaran karyawan berdasarkan kelompok usia, jenis
kelamin, dan wilayah
LA2, G4-LA2 Tunjangan yang diberikan kepada karyawan penuh
LA3, G4-LA3 waktu Kembali bekerja dan tingkat retensi setelah cuti
melahirkan
Aspek: Manajemen
Ketenagakerjaan LA4, G4-LA4
Periode pemberitahuan minimum mengenai perubahan
operasional
Aspek: Kesehatan dan keselamatan kerja
LA6, G4-LA5 Persentase total tenaga kerja yang terwakili dalam
manajemen gabungan formal
LA7, G4-LA6 Jenis cedera dan tingkat cedera
G4-LA7 Seorang pekerja dengan topik insiden tinggi atau risiko tinggi
LA9, G4-LA8 Kesehatan dan keselamatan
Aspek: Pelatihan dan Pendidikan
LA10, G4-LA9 Rata-rata jam pelatihan per tahun per karyawan
berdasarkan jenis kelamin
LA11,G4-LA10 Program untuk manajemen keterampilan Persentase
LA12, G4-LA11 karyawan untuk menerima kinerja reguler dan
pengembangan karir
Aspek: Keanekaragaman dan kesempatan yang sama
LA13, G4-LA12 Komposisi badan tata kelola Aspek:
Remunerasi yang setara untuk pria dan wanita LA14, G4-
LA13 Rasio gaji pokok dan remunerasi Masyarakat

Aspek: SO1 masyarakat


lokal, G4-SO1 Persentase operasi dengan keterlibatan masyarakat
lokal yang diimplementasikan
SO9, G4-SO2 Operasi dengan dampak negatif aktual dan
potensial yang signifikan terhadap
masyarakat lokal
Aspek: Korupsi
SO2, G4-SO3 Jumlah total dan persentase operasi yang
dinilai memiliki risiko terkait korupsi
SO3, G4-SO4 Komunikasi dan pelatihan antikorupsi

SO4, G4-SO5 Konfirmasi kejadian korupsi


103 | International Journal of Business Review (The Jobs Review) Vol.1 | No.2 | 2018
ZALIDA AFNI, LINDAWATI GANI, CHAERUL D DJAKMAN & ELVIA SAUKI/ Pengaruh Hijau
Strategi dan Investasi Hijau Menuju Pengungkapan Emisi Karbon

G3 & G4 Indikator Skor


Aspek: Kebijakan publik
SO5, G4-SO6 Nilai total kontribusi politik oleh negara
dan penerima
Aspek: SO7 anti
Jumlah tindakan hukum untuk perilaku
persaingan, G4-SO7
anti persaingan, antitrust dan monopoli
Aspek: Kepatuhan
SO8, G4-SO8 Nilai moneter dari denda yang signifikan dan
jumlah total sanksi non-moneter
Aspek : Penilaian pemasok terhadap dampak terhadap masyarakat
G4-SO9 Persentase pemasok baru
G4-SO10 Dampak negatif aktual dan potensial yang signifikan
terhadap masyarakat dalam rantai pasokan
Aspek: Mekanisme pengaduan dampak terhadap masyarakat
G4-SO11 Jumlah keluhan tentang masyarakat dampak pada
yang diajukan
Aspek: Tanggung jawab produk
PR1, G4-PR1 Persentase kategori produk dan layanan
signifikan yang dampak kesehatan dan
keselamatannya dinilai untuk peningkatan
PR2, G4-PR2 Jumlah total insiden ketidakpatuhan
terhadap peraturan
PR3, G4-PR3 Jenis informasi produk dan layanan yang
diperlukan oleh prosedur organisasi
PR4, G4-PR4 Jumlah total insiden ketidakpatuhan
terhadap peraturan
PR5, G4-PR5 Hasil survei mengukur kepuasan
pelanggan
PR6, G4-PR6 Penjualan produk yang dilarang atau disengketakan

PR7, G4-PR7 Jumlah total insiden ketidakpatuhan


terhadap peraturan
PR8, G4-PR8 Jumlah total keluhan yang terbukti terkait
pelanggaran privasi pelanggan
PR9, G4-PR9 Nilai uang dari denda yang signifikan untuk
ketidakpatuhan terhadap hukum dan peraturan

Berdasarkan tabel di atas, indikator yang digunakan sebagian besar berasal dari indikator standar G4-GRI
yang khusus digunakan masing-masing memiliki nilai 1 (satu) jika informasi tersebut diungkapkan dalam
laporan keberlanjutan dan nilai 0 (nol) jika informasi tersebut diungkapkan. tidak diungkapkan.

Investasi Hijau
Indeks SRI (Investasi Berkelanjutan dan Bertanggung Jawab atau Investasi Bertanggung Jawab
Sosial). SRI adalah strategi investasi yang berupaya mempertimbangkan keuntungan finansial dan
sosial. Indeks SRI tersebut memberikan pemaparan tentang level perusahaan yang digambarkan
berdasarkan tiga kategori aspek fundamental persyaratan lingkungan, sosial dan tata kelola (ESG)
sesuai dengan prinsip berkelanjutan yang peduli terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar,
akan peduli terhadap manusia. hak, pekerjaan, dan pemerintahan yang baik.

104 | International Journal of Business Review (The Jobs Review) Vol.1 | No.2 | 2018
JURNAL INTERNASIONAL TINJAUAN BISNIS (THE JOBS REVIEW), 1 (2), 2018, 93-108

Selain ketiga aspek fundamental tersebut, aspek perubahan iklim menjadi fokus
wilayah tertentu.

HASIL DAN DISKUSI

Sampel

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan yang terdaftar di bursa saham di negara masing-masing.
Namun tidak semua perusahaan di Indonesia dan Jerman memiliki kelengkapan data yang dibutuhkan.
Semua jenis perusahaan industri yang terdaftar di pasar modal merupakan sampel penelitian kecuali
perusahaan perbankan dan jasa lainnya. Periode data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
selama 3 tahun, yaitu tahun 2014, 2015 dan 2016. Ketersediaan data sampel untuk penelitian dapat
dilihat pada tabel 6:

Tabel 6. Pemilihan Sampel


Pemilihan sampel Tidak ada perusahaan Perusahaan-tahun

Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan


Bursa Efek Frankfurt yang menerbitkan laporan
keberlanjutan 69 207
Data tidak sesuai dengan Pedoman GRI Data (12) (36)
tidak lengkap (10) (30)
Sampel Akhir 47 141

Pada tabel 6 diatas merupakan jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian. Sampel awal yang
digunakan adalah perusahaan yang menerbitkan laporan keberlanjutan. Namun tidak semua
perusahaan yang terdaftar di pasar modal menerbitkan laporan keberlanjutan sesuai dengan instruksi
GRI. Dalam kurun waktu 3 tahun penelitian, terdapat 69 perusahaan (207 firm-year) yang membuat
sustainability report. Data yang diperoleh menunjukkan perusahaan yang membuat sustainability
report sesuai GRI sebanyak 47 perusahaan (141 firm-year).

Statistik deskriptif
Tabel 7. Deskriptif Statistik
Tidak Variabel Berarti St. Dev Min Maks

1 Em_Disc 0,59 0,29 0 1,07


2 GS (Strategi Hijau) 0,53 0,27 0,06 1,02
3 SRI 0,55 0,49 0 1
4 Ln_TA 32,19 1,87 27,6 35,7
5 Kd_Ind 7,5 4,7 1 16
6 Kd_Neg 0,7 0,45 0 1

N 141

Sumber: Data hasil statistik

105 | International Journal of Business Review (The Jobs Review) Vol.1 | No.2 | 2018
ZALIDA AFNI, LINDAWATI GANI, CHAERUL D DJAKMAN & ELVIA SAUKI/ Pengaruh Hijau
Strategi dan Investasi Hijau Menuju Pengungkapan Emisi Karbon

Pada tabel 7, variabel pengungkapan emisi karbon menunjukkan rata-rata (59%) perusahaan
mengungkapkan informasi kegiatan terkait emisi. Untuk variabel strategi hijau menunjukkan
bahwa rata-rata (53%) perusahaan berupaya meningkatkan strategi perusahaan dengan
meningkatkan dimensi ekonomi, sosial dan lingkungan. SRI (Socially Responsible Investing)
dengan rata-rata lebih dari 50% perusahaan melakukan strategi investasi yang berupaya
mempertimbangkan pengembalian finansial dan sosial.

Pengujian Hipotesis

Hipotesis pertama menyatakan bahwa strategi hijau berdampak pada


pengungkapan emisi karbon. Hasil pengujian menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh positif yang signifikan antara strategi hijau dan pengungkapan emisi
karbon. Perusahaan yang mengungkapkan informasi apakah itu emisi karbon
wajib atau sukarela, mengetahui risiko dan peluang yang mungkin muncul dalam
menghadapi perubahan iklim. Perusahaan dapat mengintegrasikan risiko dan
peluang dalam strategi perusahaan yang berdampak pada lingkungan. Hipotesis
kedua diduga ada pengaruh SRI (Socially Responsible Investing) terhadap
pengungkapan emisi karbon. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh positif
yang signifikan terhadap investasi hijau dan pengungkapan emisi karbon.

Tabel 8. Hasil Regresi


Regresi berbasis model
EM_DISCdia= α1+ α2GSdia+ α2GI_SRIdia+ α3Ukurandia+ α4IND_SECkd_Ind + α5
KD_NEG + εdia
Variabel Prediksi Koof statistik T Sig
Arah
Variabel bebas : GS
+ 0,834 8.55 0,000***
SRI + 0.0.18 2.91 0,005***
Variabel kontrol :
Ukuran + 0,064 1.21 0,229
Industri_detik
Kd_Neg

R2 0,463
N 141

KESIMPULAN

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menganalisis pengaruh strategi hijau, investasi hijau,
terhadap pengungkapan emisi karbon. Pemanasan global menyebabkan perubahan iklim yang ekstrim
di berbagai tempat di dunia termasuk di Indonesia. Terdapat bukti kuat bahwa hal tersebut disebabkan
oleh ulah manusia, terutama dari pembakaran bahan bakar fosil sehingga berdampak pada
meningkatnya gas rumah kaca. Salah satu upaya perusahaan dalam mengurangi dampak emisi karbon
adalah dengan pengungkapan emisi karbon. Hasil penelitian menunjukkan adanya a

106 | International Journal of Business Review (The Jobs Review) Vol.1 | No.2 | 2018
JURNAL INTERNASIONAL TINJAUAN BISNIS (THE JOBS REVIEW), 1 (2), 2018, 93-108

berpengaruh signifikan terhadap strategi investasi hijau dan berdampak pada pengungkapan
emisi karbon perusahaan.

Implikasi penelitian ini memberikan bukti pengaruh strategi hijau dan investasi hijau
terhadap pengungkapan emisi karbon. Namun perlu diperhatikan juga bahwa setiap negara
memiliki peraturan yang berbeda-beda. Misalnya, Indonesia belum mewajibkan emiten
menerbitkan laporan keberlanjutan, sedangkan di Eropa publik perusahaan diwajibkan
menerbitkan laporan keberlanjutan.

Keterbatasan penelitian ini memiliki keterbatasan rentang waktu yang digunakan hanya selama 3 (tiga)
tahun, dan sampel yang digunakan terbatas pada perusahaan di Indonesia dan Jerman yang termasuk
negara penghasil emisi karbon terbesar di dunia. Masih banyak negara di Eropa, USA, China yang
merupakan negara penghasil emisi terbesar di dunia. Untuk penelitian diharapkan lebih
mengeksplorasi faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap pengungkapan emisi karbon dan
melakukan perbandingan dengan negara lain yang melakukan pengungkapan emisi karbon dan
menggunakan metode penelitian yang berbeda.

REFERENSI
Ahmad, K (2014). Kurva Kuznets lingkungan untuk emisi CO2 di Mongolia: an
analisis empiris.Manajemen Kualitas Lingkungan: Sebuah Jurnal Internasional,
25(4), 505-516
Blackburn, WR (2007). Buku Pegangan Keberlanjutan: Panduan manajemen lengkap
untuk mencapai tanggung jawab sosial, ekonomi, dan lingkungan. Earthscan
London. Borghei, Z., Leung, P., & Guthri, J. (2006). Sifat gas rumah kaca sukarela
pengungkapan-penjelasan tentang alasan yang berubah: bukti Australia.Riset
Akuntansi Perantara, 24(1), 1-27.
Choi, BB, Lee, D., & Psaros, J. (2013). Analisis karbon perusahaan Australia
pengungkapan emisi.Tinjauan Akuntansi Pasifik, 25(1), 58-79.
Klimen, F., & Soriano, P. (2001). Hijau dan Bagus? Kinerja investasi AS
Reksa Dana Lingkungan.Jurnal Etika Bisnis, 103, 275-287. Czako, V. (2012).
Evolusi dukungan efisiensi energi perumahan Hungaria
program: jalan menuju operasi di bawah skema investasi hijau. Efisiensi
Energi, 5, 163-178.
Deegan, C., & Soltys, S. (2007). Penelitian akuntansi sosial: Perspektif Australia.
Forum Akuntansi, 31(1), 73-89.
DiManggio, PJ, & Powell, WW (1983). Kandang Besi Ditinjau Kembali: Kelembagaan
Isomorfisme dan kolektif secara rasional dalam bidang organisasi.Tinjauan
Sosiologis Amerika, 48(2), 147-160.
Donaldson, T., & Preston, LE (1995). Teori pemangku kepentingan korporasi: Konsep,
bukti, dan implikasi.Tinjauan Akademi Manajemen, 20(1), 85-91 Duarte, S., &
Machado, C. (2013). Pemodelan ramping dan hijau: review dari model bisnis.
Jurnal Internasional Lean Six Sigma, 4(3), hlm 228-250.
Egyedi, T., & Muto, S. (2010). Standar TIK-strategi hijau di sektor abu-abu. Jaarboek
ICT en Samenleving, 7, hlm.221-239.
Erygit, N., & Ozcure, G. (2015). Eco-Innovation sebagai strategi era modern perusahaan di
negara berkembang: Perbandingan Antara Turki dan Uni Eropa. Procedia-
Sosial Ilmu Perilaku, 195, pp1216-1225.
Eyraud, L., Clements, B., & Wane, A. (2013). Investasi Hijau: Tren dan penentu.
Kebijakan Energi, 60, 852-865.
107 | International Journal of Business Review (The Jobs Review) Vol.1 | No.2 | 2018
ZALIDA AFNI, LINDAWATI GANI, CHAERUL D DJAKMAN & ELVIA SAUKI/ Pengaruh Hijau
Strategi dan Investasi Hijau Menuju Pengungkapan Emisi Karbon

Freedman, M., & Jaggi, B. (2005). Peringatan global, komitmen terhadap Protokol Kyoto, dan
pengungkapan akuntansi oleh perusahaan publik global terbesar dari industri
pencemar. Jurnal Akuntansi Internasional, 40, 215-232.
Ghozali, & Chairiri. (2007). Teori Akuntansi. Badan Penerbit Undip Semarang. Ginsberg,
JM, & Mekar, PN (2004). Memilih strategi pemasaran hijau yang tepat.MIT
Tinjauan Manajemen Sloan, 46(1).
Gray, R., Kouhy, R., & Lavers, S. (1995). Pelaporan sosial dan lingkungan perusahaan.
Jurnal Akuntansi, Audit & Akuntabilitas, 8(2), 47-77.
Greenwood, R., & Suddaby, R. (2006). Kewirausahaan Institusional di Bidang Matang: The
Lima Besar Kantor Akuntan. Jurnal Akademi Manajemen, 49(1), 27-48. Guenther, E.,
Guenther, T., Schiemann, F., & Weber, G. (2015). Relevansi Pemangku Kepentingan untuk
Pelaporan: Faktor Penjelasan Pengungkapan Karbon.Bisnis dan Masyarakat, 1-37.
Hahn, R., Reimsbach, D., & Schiemann, F. (2015). Organisasi, Perubahan Iklim, dan
Transparansi: Meninjau literatur tentang Pengungkapan Karbon. Organisasi &
Lingkungan, 28(1), 80-102.
Hansen, EG, & Klewitz, J. (2012). Peran Strategi Hijau UKM di Publik-Swasta
Inisiatif Inovasi Ramah Lingkungan: Kasus keuntungan ramah lingkungan.Jurnal Usaha Kecil &
Kewirausahaan, 25(4), hlm. 451-478.
IPCC. (2007). Perubahan Iklim 2007 Mitigasi Perubahan Iklim. Kelompok Kerja III
Kontribusi terhadap Laporan Penilaian Keempat Panel Antarpemerintah tentang
Perubahan Iklim UNEP.
Jannah, R., & Muid, D. (2014). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Emisi Karbon
Disclosure perusahaan di Indonesia (Studi empiris pada perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2012.Jurnal Akuntansi
Diponegoro, 3(2), 1.
Li, K., & Lin, B. (2006). Analisis heterogenitas pengaruh kemajuan teknologi pada
intensitas karbon di Cina.Jurnal Internasional Strategi dan Manajemen Perubahan
Iklim, 8(1), 129-152.
Li, Y., Luo, L., & Tang, Q. (2015). Keanekaragaman gender, kemandirian dewan, lingkungan
komite, dan pengungkapan gas rumah kaca.Tinjauan Akuntansi Inggris, 47, 409- 424.

Lindrianasari, A., Y. (2014). Perbandingan Pengungkapan Emisi Gas Rumah Kaca Sebelumnya
dan setelah Pemberlakuan Undang-Undang Indonesia No.17 Tahun 2004. Akuntansi Sosial &
Lingkungan, 8(4), 224-234.
Luo, L., Lan, Y., C., & Tang, Q. (2012). Insentif Perusahaan untuk Mengungkap Karbon
Informasi: Bukti dari laporan CDP Global 500.Jurnal Manajemen &
Akuntansi Keuangan Internasional, 23(2), 94-120
Luo, L., & Tang, Q. (2014a). Pajak karbon, profil karbon perusahaan, dan keuntungan finansial.
Tinjauan Akuntansi Pasifik, 26(3), 351-373.
Luo, L., & Tang, Q. (2014b). Apakah pengungkapan karbon sukarela mencerminkan karbon yang mendasarinya
pertunjukan?Jurnal Akuntansi & Ekonomi Kontemporer, 10, 191-205. Luo, L., Tang,
Q., & Lan, YC (2013). Perbandingan kecenderungan pengungkapan karbon
antara negara berkembang dan negara maju Perspektif kendala sumber daya.
Jurnal Riset Akuntansi, 26(1), 6-34.
Makower, J. (2009). Strategi untuk ekonomi hijau: peluang dan tantangan untuk
dunia baru bisnis greenbiz.com.
Matsumura, EM, Prakash, R., & Vera-Munoz, SC (2014). Efek Nilai Perusahaan dari Karbon
Pengungkapan Emisi dan Karbon.Tinjauan Akuntansi, 89(2), 695-724.

108 | International Journal of Business Review (The Jobs Review) Vol.1 | No.2 | 2018

Anda mungkin juga menyukai