Anda di halaman 1dari 7

TUGAS 5

Asesmen BK Non Test

“Observasi”

Dosen Pengampu:

Prof. Dr. Mudjiran, M.s., Kons.

Oleh:
Afri Yuni Febrianti
22006055

DEPARTEMEN BIMBINGAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023
MATERI

A. Pengertian Observasi
Sebagai metode ilmiah observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan
pencatatan fenomena-fenomena yang diselidiki secara sistematik. Dalam arti
yang luas observasi sebenarnya tidak hanya terbatas kepada pengamatan yang
dilakukan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengamatan tidak
langsung misalnya melalui questionnaire dan tes. Observasi harus dilakukan
pada beberapa periode waktu. Walaupun tidak ada ketetapan waktu khusus
pada pelaksanaan pengamatan, akan tetapi semakin lama dan semakin sering
dilakukan, akan memantapkan reliabilitas hasil pengamatan. Selain itu, teknik
ini perlu dilakukan pada situasi berbeda dan situasi natural karena tingkah laku
yang alami atau apa adanya akan tampil pada situasi yang alami.
Pengamatan juga harus dilakukan dalam konteks situasi keseluruhan. Dan
data hasil pengamatan harus diintegrasikan dengan data lain. Saat melakukan
analisis hal yang sangat penting adalah menyertakan semua data atau hal
tentang objek yang diamati. Kegiatan pengamatan juga harus dilakukan pada
kondisi yang baik. Pengamat yang lelah, situasi yang tidak menguntungkan
atau banyak gangguan akan mempengaruhi hasil pengamatan. Observasi
merupakan kegiatan yang memperhatikan secara akurat, kemudiam mencatat
fenomena yg muncul selanjutnya melihat hubungan antar aspek dlm fenomena
tersebut.
Pengertian observasi Menurut Patton (1990: 201 dalam Poerwandari,
1998: 63) menegaskan observasi merupakan metode pengumpulan data
esensial dalam penelitian, apalagi penelitian dengan pendekatan kualitatif.
Agar memberikan data yang akurat dan bermanfaat, observasi sebagai metode
ilmiah harus dilakukan oleh peneliti yang sudah melewati latihan-latihan yang
memadai, serta telah mengadakan persiapan yang teliti dan lengkap.
B. Fungsi dan Tujuan Observasi
1. Fungsi dari diadakannya observasi
a. untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan tindakan dengan rencana
tindakan yang telah disusun sebelumnya.
b. untuk mengetahui seberapa jauh pelaksanaan tindakan yang sedang
berlangsung
c. Sebagai metode pembantu dalam penelitian yang bersifat eksploratif.
Bila kita belum mengetahui sama sekali permasalahan, biasanya
penelitian-penelitian pertama dilakukan melalui pengamatan di tempat-
tempat gejala terjadi.
d. Sebagai metode pembantu dalam penelitian yang sifatnya sudah lebih
mendalam. Dalam hal ini,biasanya observasi dijadikan sebagai metode
pembantu untuk menunjang wawancara sebagai metode utama.
e. Sebagai metode utama dalam penelitian. Penelitian-penelitian yang
menyangkut tingkah laku bayi maupun hewan akan mempergunakan
metode observasi.
2. Tujuan diadakannya observasi
Dalam melakukan pengamatan, konselor harus memiliki kriteria spesifik
untuk melakukan observasi. Kita melakukan observasi untuk suatu tujuan,
oleh karena itu kita melihat karakteristik individu untuk mencapai tujuan
tersebut. Hal itu menjadi dasar untuk mengidentifikasi kriteria spesifik
yang akan mengarahkan pada kita apa yang akan diamati.
C. Jenis-jenis Observasi
1. Pengamatan partisipasi
Pada pengamatan jenis ini, pengamat(konselor) turut mengambil
bagian dari situasi kehidupan dan situasi dari individu(peserta didik) yang
diobservasi. Misalnya konselor ikut berpartisipasi dalam berbagai aktivitas
yang dilakukan peserta didik disekolah, misalnya saat berolahraga, saat
pramuka, dan sebagainya sehingga konselor dapatmengamati tingkah laku
dan sifat-sifat peserta didik yang ingin diketahui saat diamati.
2. Pengamatan nonpartisipasi
Pada pengamatan jenis ini, pengamat (konselor) tidak turut
mengambil bagian secara langsung didalam situasi kehidupan dan situasi
dari individu (peserta didik) yang diobservasi. Tetapi berperan sebagi
penomton. Misalnya konselor mengamati peserta didik saat melakukan
berbagai aktivitas di sekolah. Seperti saat peserta didik bermain dengan
teman-temannya. Berolahraga, mengikuti pelajaran di kelas, mengikuti
upacara, pramuka, dan lain sebagainya. Sehingga konselor dapat
mengamati tingkah laku, relasi sosial dan sifat-sifat peserta didik yang
ingin diketahui saat diamati
3. Pengamatan sistematis/terstruktur
Pengamatan ini dilakukan dengan menggunakan kerangka rencana
terlebih dahulu, dimana sudah ditetapkan tujuan pengamatan, individu
yang akan diamati, waktu dan tempat pengamatan, frekuensi dilakukan
pengamatan, apa yang akan diamati, metode pencatatan hasil pengamatan
yang akan digunakan, siapa yang akan melakukan pengamatan, dan lain
sebagainya.
4. Pengamatan nonsistematis
Pada pengamatan ini tetap dilakukan perencanaan, hanya saja
materi atau fokus apa yang akan diamati belum dibatasi atau
dikategorisasi. Sehingga gejala yang diamati geraknya lebih luas tidak
terbatas pada hal-hal yang dikategorikan, kalau ada kategorisasi pengamat
tinggal memberikan tanda cek.
5. Free situation
Pengamatan yang dilakukan pada situasi bebas, tidak dibatasi
bagaimana jalannya pengamatan dan dalam situasi yang tidak terkontrol.
Misalnya melakukan pengamatan terhadap berbagai aktivitas peserta didik
selama di sekolah.
6. Manipulasi situasi
Pengamatan yang situasinya sengaja diadakan, memasukan
berbagai faktor atau variabel kondisi yang diperlukan untuk memunculkan
perilaku yang diharapkan. Biasanya pengamatan ini lebih banyak
dilakukan pada format eksperimen.
7. Percampuran antara dua situasi
Merupakan percampuran antara situasi bebas dan manipulasi
situasi , Sebagian situasi sengaja dikondisikan sehingga sifatnya terkontrol
dan sebagian lagi tetap dalam situasi bebas
D. Kelebihan dan Kekurangan Observasi
Kelebihan observasi
1. Membarikan informasi yang tidak mungkin didapat melalui teknik lain.
2. Memberi tambahan informasi yang sudah didapat melalui teknik lain
3. Dapat menjaring tingkah laku nyata bila saat observasi tidak diketahui
4. Pengamatan bersifat selektif.
5. Pengamatan mendorong perkembangan subjek pengamatan.
Kekurangan observasi
1. Observasi tidak dapat dilakukan terhadap beberapa situasi atau beberapa
peserta didik sekaligus
2. Hasil pengamatan pada suatu kejadian tidak dapat diulang pada waktu lain.
3. Untuk mendapatkan gambaran menyeluruh dan ketepatan hasil,
pengamatan perlu dilakukan beberapa kali sehingga memerlukan waktu
yang panjang
4. Penafsiran terhadap hasil observasi sering kali bersifat subjektif, sehingga
diperlukan keterlibatan beberapa orang pengamat
5. Sikap pengamat, jarak waktu yang panjang antara satu situasi dengan
situasi yang diamati, dan objektivitas pencatatan akan sangat
mempengaruhi validitas pengamatan.
6. Orang akan salah tingkah jika ia tahu menjadi objek observasi yang dapat
menyebabkan tidak alaminya pengamatan
E. Pedoman Observasi
Langkah Penyusunan Pedoman Observasi
1. Menetapkan tujuan
2. Mengidentifikasi tem atau kriteria yang akan digunakan.
3. Melakukan identifikasi deskriptor dari setiap kriteria yang telah ditetapkan
4. Mengidentifikasi proses evaluasi (menetapkan klasifikasi penilaian yang
digunakan, banyaknya interval skala, menetapkan evaluator, menyediakan
kolom komentar, dsb)
5. Membuat format skala penilaian
6. Membuat pedoman pengisian yang jelas
F. Cara Merangcang Observasi
Langkah penyusunan pedoman pengamatan yaitu:
1. Menetapkan tujuan pengamatan
2. Menetapkan bentuk format pencatat hasil pengamatan sesuai tujuan
3. Membuat format pencatat hasil pengamatan
4. Melakukan uji coba pedoman pengamatan.
Pada saat konselor melakukan pengamatan, perlu memperhatikan beberapa hal
berikut ini.
1. Menetapkan peserta didik yang aka diamati (subjek pengamatan) sesuai
tujuan.
2. Menetapkan jadwal dan tempat pengamatan
3. Menetapkan jumlah peserta didik yang akan diamati
4. Menetapkan jumlah konselor yang akan berfungsi sebagai pengamat.
5. Mempersiapkan format pencatat hasil dan alat perekam gambar sesuai
kebutuhan.
6. Mengambil posisi yang tidak diketahui subjek pengamatan, sehingga
kehadiran pengamat tidak menarik perhatian subjek. Kemudian
melaksanakan pengamatan,
7. Selama proses pengamatan, konselor harus melakukan pemusatan
perhatian pada situasi dan tingkah laku yang diamati. Menutup
pengamatan dengan membuat kesimpulan hasil pengamatan bersama
dengan seluruh pengamat
Analisis hasil pengamatan
1. Hasil pencatatan atau perekaman proses pengamatan yang dilakukan oleh
setiap pengamat dikumpulkan
2. Setiap pengamat melakukan penskoran dan membuat deskripsi hasil
pengamatannya.
3. Hasil pencatatan dan perekaman seluruh pengamat peserta didik,
diidentifikasi dan dikelompokkan sesuai dengan pokok-pokok tingkah
laku yang diamati dan pencapaian tujuan yang ditetapkan. Ini dilakukan
dalam tim pengamat.
4. Kemudian secara bersama-sama melakukan analisi dan sintesa hasil
pengamatan dan menarik kesimpulan, sehingga memperkecil
kemungkinan terjadi bias hasil dan menjaga objektivitas hasil pengamatan
REFERENSI

Winkel, W.S & Hastuti Sri. 2006. Bimbingan dan Konseling Di Institusi
Pendidikan. Yogyakarta : Media Abadi

Djemari Marpadi. (2008). Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Nontes.


Yogyakarta: Mitra Cendekia Press.

Walgito,B, 2004. Bimbingan dan Konseling (Studi &Karir), Yogyakarta : CV


Andi Offset

Margono S. Drs. 2007. Metologi Penelitian Pendidikan Komponen MKDK.


Jakarta : PT. Rineka Cipta

Anda mungkin juga menyukai