Anda di halaman 1dari 7

Istilah observasi berasal dan bahasa Latin yang berarti ”melihat” dan “memperhatikan”.

Istilah observasi diarahkan


pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan
hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut. Observasi menjadi bagian dalam penelitian berbagai disiplin
ilmu, baik ilmu eksakta maupun ilmu-ilmu sosial, Observasi dapat berlangsung dalam konteks laboratoriurn
(experimental) maupun konteks alamiah.

Observasi yang berarti pengamatan bertujuan untuk mendapatkan data tentang suatu masalah, sehingga
diperoleh pemahaman atau sebagai alat re-checkingin atau pembuktian terhadap informasi / keterangan yang
diperoleh sebelumnya.Sebagai metode ilmiah observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan
fenomena-fenomena yang diselidiki secara sistematik. Dalam arti yang luas observasi sebenarnya tidak hanya
terbatas kepada pengamatan yang dilakukan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengamatan tidak
langsung misalnya melalui questionnaire dan tes.

Observasi perlu dilakukan karena beberapa alasan, yaitu:

1. Memungkinan untuk mengukur banyak perilaku yang tidak dapat diukur dengan menggunakan alat ukur
psikologis yang lain (alat tes). Hal ini banyak terjadi pada anak-anak.

2. Prosedur Testing Formal seringkali tidak ditanggapi serius oleh anak-anak sebagaimana orang dewasa, sehingga
sering observasi menjadi metode pengukur utama.

3. Observasi dirasakan lebih mudah daripada cara peugumpulan data yang lain. Pada anak-anak observasi
menghasilkan informasi yang lebih akurat daripada orang dewasa. Sebab, orang dewasa akan memperlihatkan
perilaku yang dibuat-buat bila merasa sedang diobservasi.

2.1 Definisi Penelitian Observasi

Penelitian observasi merupakan penelitian yang datanya dihimpun dengan cara peneliti melakukan observasi atau
pengamatan. Penelitian observasi juga diartikan sebagai suatu proses penyelidikan dengan menggunakan metode
pengamatan. Prinsip dari metode penelitian ini adalah mengamati prilaku subyek, subyek adalah orang yang diteliti
sedangkan obyek adalah aspek yang diteliti. Kegiatan mengamati tidak hanya dengan menggunakan panca indra
mata (visual) tetapi juga bisa melibatkan beberapa panca indra.

Sebagai contoh ketika seseorang ingin meneliti tentang proses pembelajaran seorang guru, peniliti bisa mengamati
proses pembelajaran itu melalui rekaman cctv dengan menggunakan panca indra mata (visual) dan telinga (audio).
Dengan mata (visual), dia bisa melihat prosesnya sedangkan dengan telinga (audio), dia bisa mendengar apa saja
yang dibicarakan guru dalam proses pembelajaran itu. Hakikat penelitian observasi ini adalah ingin memperoleh
fakta yang sesungguhnya.

2.2 Karakteristik Penelitian Observasi

Beberapa karakteristik penelitian observasi diantaranya:

1) Dalam pelaksanaannya menggunakan pengamatan

2) Mempunyai arah yang khusus

3) Sistematik

4) Bersipat kuantitatif
5) Diikuti pencatatan segera (pada waktu observasi berlangsung)

6) Menuntut keahlian

7) Hasilnya dapat dicek dan dibuktikan.

2.3 Langkah-langkah Penelitian Observasi

Untuk mengadakan observasi yang baik agar memperoleh data representatif, Rummel (1958) memberikan
langkah-langkah sebagai berikut:

1) Memiliki pengetahuan tentang apa yang akan diobservasi .

2) Menyelidiki tujuan penelitian (baik umum maupun khusus).

3) Menentukan cara untuk mencatat hasil observasi penelitian.

4) Membatasi macam tingkat kategori tegas. Penelitian harus membuat tingkatannya misalnya: utama, penting
dan tidak penting mengenai data yang akan dikumpulkan apabila kalau pengumpulan datanya orang banyak
(team).

5) Berlaku sangat cermat dan kritis. Penelitian tidak boleh gegabah, tergesa-gesa atau serampangan agar apa yang
dicatat dalam observasi adalah benar-benar data yag dibutuhkan.

6) Mencatat tiap gejala secara terpisah ini dimaksudkan supaya gejala yang dicatat tidak dipengaruhi oleh situasi
pencatatan, karena keadaan atau kondisi waktu mencatat dapat berpengaruh kepada observer, kalau terjadi
pengaruh itu maka terjadilah apa yang disebut Carry Over Offects.

7) Mengetahui seluk beluk alat-alat pencatatan dan cara pnggunaannya sebelum observasi dilakukan.

Langkah-langkah Observasi dalam Pembelajaran

Beberapa langkah observasi dalam pembelajaran diantaranya:

1) Menentukan tujuan observasi.

2) Menentukan subjek atau kelompok objek yang akan diobservasi.

3) Mendapatkan izin atau persetujuan untuk melakukan observasi.

4) Memeperoleh penerimaan baik dari subjek.

5) Melakukan observasi terhadap subjek dan merekam catatan lapangan dalam kurun waktu tertentu.

6) Menyelesaikan peristiwa kritis seperti meluruskan kekeliruan subjek yang memandang evaluator sebagai mata-
mata.

7) Mengakhiri kegiatan observasi.

8) Menganalisis data hasil observasi.


9) Menyusun laporan hasil observasi dan mempresentasikannya.

2.4 Prinsip-prinsip Penelitian Observasi

Untuk memperoleh hasil yang baik, seseorang yang hendak melakukan observasi sebaiknya memperhatikan
prinsip-prinsip observasi sebagai berikut:

1) Observasi sebagai suatu cara pengumpulan data harus dilakukan secara cermat, jujur, dan objektif serta terfokus
pada objek yang diteliti.

2) Dalam menentukan objek yang hendak diobservasi, seorang observer harus mengingat bahwa makin banyak
objek yang diobservasi, makin sulit observasi dilakukan dan makin tidak teliti hasilnya.

3) Sebelum observasi dilaksanakan, observer sebaiknya menentukan cara dan prosedur observasi.

4) Agar observasi lancar, pengamat perlu memahami apa yang hendak dicatat serta bagaimana membuat catatan
atas hasil observasi yang terkumpul.

2. 5 Bentuk- bentuk Penelitian Observasi

Berdasarkan keterlibatan penelitinya, metode observasi dibedakan sebagai berikut:

1) Observasi biasa, pada observasi biasa, observer merupakan orang yang sepenuhnya melakukan observasi
(complete observer), ia tidak memiliki keterlibatan apa pun dengan pelaku yang menjadi objek penelitian.

2) Observasi terkendali (controlled observation), dalam observasi terkendali, observer juga sepenuhnya melakukan
observasi. la tidak memiliki hubungan apa pun dengan objek (pelaku) yang diamatinya. Akan tetapi, berbeda
dengan observasi biasa, pada observasi terkendali orang yang menjadi sasaran penelitian ditempatkan dalam
suatu ruangan yang dapat diamati oleh peneliti. Observasi terkendali umumnya dikembangkan untuk
meningkatkan ketepatan dalam melaporkan hasil observasi dan biasanya banyak digunakan dalam penelitian yang
mengkhususkan perhatian pada usaha mengetahui sebanyak mungkin sifat kelompok kecil.

3) Observasi terlibat (participant observation), observasi terlibat merupakan jenis observasi yang paling sering
digunakan dalam penelitian antropologi khususnya etnografi. Metode semacam ini dalam bahasa Jerman disebut
juga verstehen, yaitu suatu metode yang memungkinkan terjadinya keterlibatan seorang peneliti pada masyarakat
yang dijadikan objek penelitiannya.Dalam observasi terlibat, observer ikut berpartisipasi dalam kegiatan yang
diamati. Caranya peneliti datang ke lokasi penelitian, tinggal di tempat tersebut untuk jangka waktu tertentu,
mempelajari bahasa, atau dialek setempat, kemudian berpartisipasi dalam kehidupan sehari-hari sambil
melakukan observasi.

2.6 Desain, Pelaksanaan, Pelaporan Hasil Penelitian Observasi

Penyusunan Lembar Observasi

Lembar observasi adalah pedoman terperinci mengenai langkah-langkah melakukan observasi, mulai dari
perumusan masalah, kerangka teori untuk menjabarkan tingkah laku yang akan diobservasi, prosedur dan teknik
perekaman serta kriteria analisis dan interpretasi. Pelopor penyusunan lembar observasi untuk pengamatan
tingkah laku adalah Dr. Dorothy Thomas dan Dr Charlotte Buhler. Kedua tokoh ini menemukan cara mereka saat
melakukan observasi dalam setting situasi bermain anak-anak balita sewaktu mereka bertemu pertama kali di
taman kanak-kanak. Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk menyusun lembar observasi ini adalah sebagai
berikut :
1. Lakukan terlebih dahulu studi pendahuluan dengan cara :

a. Mengamati gejala yang idnetik dengan gejala yang akan diamati.

b. Mencoba menggolongkan gejala

c. Mencoba menuangkan butir a dan b dalam lembar rekaman observasi dengan format tertentu.

2. Menentukan tujuan observasi secara jelas dan terperinci. Tujuan mencakup : What, Who, Where, When dan
How.

3. Menjabarkan tujuan tersebut secara terperinci dalam elemen-elemen yang akan diobservasi.

4. Menuangkan elemen-elemen tingkah laku tadi ke dalam lembar rekaman observasi dengan sistem pencatatan.

5. Bila hasil observasi akan menjadi kualitatif, tentukan terlebih dahulu kriteria skor, dan elemen-elemen tingkah
laku untuk analisis.

6. Observasi dilakukan paling sedikit oleh 2 orang observer dengan catatan waktu, tanggal dan tempat kejadian
observasi.

Pencatatan Data Observasi

Ketika observasi dipergunakan sebagai alat evaluasi dalam dunia pendidikan dan pengajaran, maka pencatatannya
pada umumnya jauh lebih sukar dibanding dengan mencatat jawaban-jawaban peserta didik terhadap pertanyaan-
pertanyaan dalam suatu tes, atau ujian. Hal tersebut dikarenakan respon yang diperoleh dalam observasi adalah
berupa tingkah laku.

Pencatatan terhadap tingkah laku bukanlah pekerjaan mudah, evaluator atau observer dituntut untuk dapat
mencatatnya dengan cepat dan tepat. Pencatatan terhadap segala sesuatu yang disaksikan dalam observasi itu
penting sekali karena hal itulah yang akan menjadi landasan untuk menilai makna yang terkandung di balik tingkah
laku peserta didik tersebut. Adapun mengenai cara pencatatan observasi, umumnya menempuh dua cara.
Pertama, unit-unit tingkah laku yang akan diamati dirumuskan dan ditentukan terlebih dahulu, dan catatan-catatan
yang dibuat hanyalah yang bersangkutan dengan aspek-aspek yang telah ditentukan. Dengan kata lain, observasi
dilakukan dengan berdasar pada kerangka kerja yang memuat faktor-faktor yang telah diatur kategorisasinya. Isi
dan luas materinyapun telah ditetapkan dan dibatasi secara tegas, sehingga pengamatan dan pencatatan yang
dilakukan oleh evaluator dalam rangka evaluasi hasil belajar peserta didik sifatnya selektif. Observasi yang
dilakukan dengan menggunakan pencatatan seperti ini dikenal dengan istilah observasi sistematis. Faktor-faktor
yang tidak terdapat dalam pedoman observasi tidak perlu diamati dan dicatat. Pedoman observasi biasanya
berbentuk formulir atau blangko daftar isian yang tersusun, yang didalamnya tercantum gejala-gejala, aspek-aspek
atau tingkah laku apa saja yang perlu diamati dan dicatat pada waktu berlangsungnya kegiatan peserta didik.

Kedua, observasi yang dilakukan tanpa menentukan lebih dulu aspek-aspek atau kegiatan-kegiatan serta tingkah
laku apa yang akan diamati. Jadi, observer melakukan pengamatan dan pencatatan tanpa dibatasi oleh kerangka
kerja (frame work) yang pasti. Dengan demikian, menurut cara ini, observer dapat mencatat apa saja yang terjadi
dalam kegiatan observasi tersebut. Dalam hal ini observer dapat memperoleh data yang luas dan bervariasi.
Instrumen observasi yang umumnya dipergunakan dalam hubungannya dengan model yang kedua ini berupa skala
sikap.

Masih berkaitan dengan pencatatan kegiatan observasi, sekaligus untuk melengkapi penjelasan kedua cara di atas,
dalam membuat catatan, observer atau evaluator harus dapat membedakan hal-hal yang benarbenar merupakan
hasil observasi, dan hal-hal yang merupakan tafsiran atau kesan observer. Kedua hal tersebut jangan
dicampuradukkan. Pencatatan harus dilakukan dengan cermat dan sistematis dengan kode tertentu untuk tiap
topik, kategori dan variabel lalu disimpan terpisah dengan kategori lain, sehingga mempermudah pengolahannya.

2.7 Teknik Sampling dan Teknik Analisis Data dalam Penelitian Observasi

Dalam dunia evaluasi pendidikan dan pengajaran, ada satu hal penting yang harus diperhatikan, yaitu bahwa hasil
yang didapat melalui kegiatan evaluasi tersebut harus sesuai dengan keadaan obyek yang sebenarnya. Suharsimi
Arikunto dalam salah satu tulisannya mengibaratkan kegiatan evaluasi sebagai pekerjaan memotret. Hasil dari
kegiatan memotret dikatakan baik jika sesuai dengan aslinya dan bukan lebih baik dari aslinya. Gambar
pemotretan hasil evaluasi tersebut di dalam kegiatan evaluasi dikenal dengan data evaluasi. Data evaluasi yang
baik yang sesuai dengan kenyataan disebut data valid.

Oleh karena itu, kegiatan observasi hendaknya dilakukan sedemikian rupa sehingga dapat diuji validitas dan
reliabilitasnya. Validitas berkenaan dengan ketetapan alat penilaian terhadap obyek yang dinilai sehingga betul-
betul menilai apa yang seharusnya dinilai. Dengan demikian, suatu teknik evaluasi dikatakan memiliki validitas
tinggi jika ia dapat mengukur apa yang sebenarnya harus diukur.

Dan sebagaimana diketahui bahwa validitas merupakan salah satu syarat terpenting bagi suatu alat penilaian atau
evaluasi. Tingkat validitas suatu teknik evaluasi sangat bergantung pada tujuan yang akan diukur atau dinilai. Suatu
teknik evaluasi dapat mempunyai validitas yang berbeda-beda jika dipergunakan untuk mengukur tujuan kegiatan
belajar yang berlainan.

Teknik observasi, validitasnya sangat tergantung pada kecakapan, pengertian, pengetahuan dan sifat-sifat
pengamat itu sendiri. Oleh karena itu, untuk menjaga tetap validnya observasi yang dilakukan, observer atau
evaluator hendaknya memperhatikan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

⇒ Seharusnya pencatatan di dalam observasi dilakukan segera dan secepat mungkin, artinya peristiwa yang
diamati jangan dibiarkan terlalu lama, sehingga bagian-bagian yang penting tidak terlupakan dan pencatatan dapat
lebih objektif.

⇒ Observer atau evaluator harus selalu menyadari bahaya kesalahan interpretasi yang timbul karena kekacauan
atau tidak dapat membedakan mana yang berupa gejala dan mana yang berupa sebab-sebab.

⇒ Generalisasi dari observasi baru dapat diterima atau dilakukan berdasarkan penelitian yang sangat hati-hati, dan
berdasarkan sampel yang luas. Jika tidak demikian, generalisasi dapat merupakan suatu kesimpulan yang keliru
dan tidak benar.

⇒ Signifikansi hasil observasi sangat tergantung pada kecakapan, pemahaman dan sifat- sifat pengamat sendiri.

Contoh permasalahannya :

Di SMA N 1 Toboali, minat belajar siswa terkait pembelajaran biologi sangat rendah. Lalu beberapa orang observer
ingin mengetahui penyebab rendahnya minat belajar mereka. Setelah melakukan serangkaian langkah-langkah
observasi ditemukan fakta bahwa hal tersebut diakibatkan oleh metode atau cara pembelajaran yang dilakukan
oleh guru sangat monoton, kurang komunikatif dan lebih banyak memberikan tugas berupa soal-soal latihan
namun tidak ada klarifikasi

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan isi dari makalah ini yang membahas mengenai penelitian observasi dapat kita ketahui bahwa istilah
observasi ini tidak terlepas dari adanya pengamatan terhadap subyek atau obyek yang akan di observasi.
Pengamatan bukan hanya sekedar melihat akan tetapi disertai dengan proses analisis terhadap fenomena yang
muncul dan sekaligus melakukan pencatatan-pencatatan sistematis terhadap subyek atau obyek yang diteliti
dengan memperhatikan prinsip-prinsip observasi yang berlaku.

Penelitian deskriptif menurut Etna Widodo dan Mukhtar (2000) kebanyakan tidak dimaksudkan untuk
menguji hipotesis tertentu, melainkan lebih pada menggambarkan apa adanya suatu gejala, variabel, atau
keadaan. Namun demikian, tidak berarti semua penelitian deskriptif tidak menggunakan hipotesis. Penggunaan
hipotesis dalam penelitian deskriptif bukan dimaksudkan untuk diuji melainkan bagaimana berusaha menemukan
sesuatu yang berarti sebagai alternatif dalam mengatasi masalah penelitian melalui prosedur ilmiah.
Penelitian deskriptif tidak hanya terbatas pada masalah pengumpulan dan penyusunan data, tapi juga
meliputi analisis dan interpretasi tentang arti data tersebut. Oleh karena itu, penelitian deskriptif mungkin saja
mengambil bentuk penelitian komparatif, yaitu suatu penelitian yang membandingkan satu fenomena atau gejala
dengan fenomena atau gejala lain, atau dalam bentuk studi kuantitatif dengan mengadakan klasifikasi, penilaian,
menetapkan standar, dan hubungan kedudukan satu unsur dengan unsur yang lain.
Contoh permasalahan penelitian yang tergolong penelitian deskriptif seperti : “Bagaimanakah gambaran
kebiaasaan membaca di kalangan mahasiswa ?”, “ Bagaimanakah gambarn jumlah putus sekolah di tingkat sekolah
dasar ?”, “Bagaimanakah gambaran pelaksanaan sistem kredit semester di perguruan tinggi ?”.
Penelitian memiliki karakteristik atau ciri-ciri sebagai berikut :
1.      Memusatkan penyelidikan pada pemecahan masalah aktual atau masalah yang dihadapi pada masa sekarang.
2.      Data yang telah dikumpulkan disusun dan dijelaskan, kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik analitik.
3.      Menjelaskan setiap langkah penelitian secara rinci.
4.      Menjelaskan prosedur pengumpulan datanya.
5.      Memberi alasan yang kuat mengapa peneliti menggunakan teknik tertentu dan bukan teknik lainnya.
Penelitian deskriptif memiliki keunikan sebagai berikut :
1.      Penelitian deskriptif menggunakan kuesioner dan wawancara, seringkali memperoleh responden yang sangat
sedikit, akibatnya bias dalam membuat kesimpulan.
2.      Penelitian deskriptif yang menggunakan observasi, kadangkala dalam pengumpulan data tidak memperoleh data
yang memadai.
3.      Penelitian deskriptif juga memerlukan permasalahan yang harus diidentifikasi dan dirumuskan secara jelas, agar di
lapangan peneliti tidak mengalami kesulitan dalam menjaring data yang diperlukan.
 Jenis-jenis Penelitian Deskriptif
Furchan (2004) menjelaskan, beberapa jenis penelitian deskriptif, yaitu;
1.      Studi kasus
Yaitu suatu penyelidikan intensif tentang individu, dan atau unit sosial yang dilakukan secara mendalam dengan
menemukan semua variabel penting tentang perkembangan individu atau unit sosial yang diteliti. Dalam penelitian
ini dimungkinkan ditemukannya hal-hal tak terduga kemudian dapat digunakan untuk membuat hipotesis.
2.       Survei
 Studi jenis ini merupakan studi pengumpulan data yang relatif terbatas dari kasus-kasus yang relatif besar
jumlahnya. Tujuannya adalah untuk mengumpulkan informasi tentang variabel dan bukan tentang individu.
Berdasarkan ruang lingkupnya (sensus atau survai sampel) dan subyeknya (hal nyata atau tidak nyata), sensus
dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori, yaitu: sensus tentang hal-hal yang nyata, sensus tentang hal-hal
yang tidak nyata, survei sampel tentang hal-hal yang nyata, dan survei sampel tentang hal-hal yang tidak nyata.
3.      Studi perkembangan
 Studi ini merupakan penelitian yang dilakukan untuk memperoleh informasi yang dapat dipercaya bagaimana
sifat-sifat anak pada berbagai usia, bagaimana perbedaan mereka dalam tingkatan-tingkatan usia itu, serta
bagaimana mereka tumbuh dan berkembang. Hal ini biasanya dilakukan dengan metode longitudinal dan
metode cross-sectional.
4.      Studi tindak lanjut
Yakni, studi yang menyelidiki perkembangan subyek setelah diberi perlakukan atau kondisi tertentu atau
mengalami kondisi tertentu.
5.       Analisis dokumenter
Studi ini sering juga disebut analisi isi yang juga dapat digunakan untuk menyelidiki variabel sosiologis dan
psikologis.
6.      Analisis kecenderungan
Yakni, analisis yang dugunakan untuk meramalkan keadaan di masa yang akan datang dengan memperhatikan
kecenderungan-kecenderungan yang terjadi.
7.       Studi korelasi
Yaitu, jenis penelitian deskriptif yang bertujuan menetapkan besarnya hubungan antar variabel yang diteliti.

C.    Langkah-langkah Penelitian Deskriptif


Penelitian deskriptif mempunyai langkah-langkah penting sebagai berikut :
1.      Mengidentifikasi adanya permasalahan yang signifikan untuk dipecahkan melalui metode deskriptif.
2.      Membatasi dan merumuskan permasalahn secara jelas.
3.      Menetukan tujuan dan manfaat penelitian.
4.      Melakukan studi pustaka yang berkaitan dengan permasalahan.
5.      Menentukan kerangka berpikir, dan pertanyaan penelitian dan atau hipotesis penelitian.
6.      Mendesain metode penelitian yang hendak digunakan termasuk dalam hal ini menetukan populasi, sampel, teknik
sampling, menentukan instrumen pengumpul data, dan menganalisis data.
7.      Mengumpulkan, mengorganisasi, dan menganalisis data dengan menggunakan teknik statistika yang relevan.
8.      Membuat laporan penelitian.

Anda mungkin juga menyukai