Anda di halaman 1dari 30

I.

2 Metode Pengumpulan Data Metode Pengumpulan Data merupakan teknik atau cara yang dilakukan untuk mengumpulkan data. Metode menunjuk suatu cara sehingga dapat diperlihatkan penggunaannya melalui observasi, survey, kuesioner, angket, wawancara, dokumentasi dan sebagainya. Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Untuk menentukan metode pengumpulan data yang akan digunakan kita dapat menyesuaikan dengan beberapa keadaan. Misalnya kita tidak memiliki biaya yang banyak kita dapat menggukan metode pengumpulan data dengan kuesioner, karena metode ini terbilang sangat murah dari metode lainnya Seperti yang ditunjukan pada tabel dibawah : KEADAAN Tujuan Eksplorasi Analisis -Skala variabel Nominal&ordinal Interval & ratio -Sampel Besar Kecil -Lokasi Luas Terbatas -Biaya Besar Terbatas -Waktu Cukup Terbatas V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V Observasi V V METODE PENGUMPULAN DATA Dokumentasi V Wawancara V V Kuesener

-Pelaksana Banyak Terbatas V V V V V

Metode pengumpulan data juga tergantung pada karekteristik data variabel. Suatu variabel memiliki dua metode yang dipergunakan tidak selalu sama untuk setiap variabel. Suatu variabel juga dapat mempergunakan dua metode atau lebih, yang pertama adalah metode utama, dan yang lainuntuk kontrol silang. Berikut ini adalah contoh metode pengumpulan data pada suatu penelitian. Variabel X1 X2 X3 X4 Wawancara V X Kuesioner V V V Pengamatan X X Dokumenter X -

Contohnya pada variabel X2, misalnya pada suatu penelitian mengenai bagaimana kualitas air di sekitar TPA Antang kita dapat menggunakan dua metode pengumpulan data yaitu wawancara dan dokumenter. Begitu juga dengan X4, misalnya pada penelitian kenyamaan dan keaamanan disekitar jalan Veteran Makassar dengan menggunakan metode Adapaun beberapa penjelasan secara lengkap mengenai metode-metode pengumpulan data yang terdiri dari observasi, survey, kuesioner dan wawancara sebagai berikut : a. PENGAMATAN(OBSERVASI)

- Definisi Observasi Observasi berasal dan bahasa Latin yang berarti melihat dan memperhatikan. Istilah observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut. Observasi dapat berlangsung dalam konteks laboratoriurn (experimental) maupun konteks alamiah. Dalam

arti yang luas observasi sebenarnya tidak hanya terbatas kepada pengamatan yang dilakukan, baik secara langsung maupun tidak langsung.

- Tujuan Observasi Pada dasarnya observasi bertujuan untuk mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian dilihat dan perspektif mereka terlibat dalam kejadian yang diamati tersebut Observasi perlu dilakukan karena beberapa alasan, yaitu: 1. Memungkinan untuk mengukur banyak perilaku yang tidak dapat diukur dengan menggunakan alat ukur psikologis yang lain (alat tes). Hal ini banyak terjadi pada anak-anak. 2. Prosedur Testing Formal seringkali tidak ditanggapi serius oleh anak-anak sebagaimana orang dewasa, sehingga sering observasi menjadi metode pengukur utama. 3. Observasi dirasakan lebih mudah daripada cara peugumpulan data yang lain. Pada anak-anak observasi menghasilkan informasi yang lebih akurat daripada orang dewasa. Sebab, orang dewasa akan memperlihatkan perilaku yang dibuat-buat bila merasa sedang diobservasi.

Tahapan Pengamatan Secara umum ada beberapa thapan dalam observasi itu sendiri yaitu : 1. Persiapan termasuk latihan (trening) 2. Memasuki lingkungan penelitian 3. Memulai interaksi 4. Pengamatan dan pencatatan 5. Menyelesaikan tugas lapangan

Teknik Observasi Ada tiga jenis teknik pokok dalam observasi yang masing-masing umumnya cocok untuk keadaan-keadaan tertentu, yaitu:

1. Observasi Partisipan Peranan pengamatan dapat dibedakan berdasarkan hubungan pertisipatifnya dengan kelompok yang diamati.yaitu : a. Partisipan penuh Suatu observasi disebut observasi partisipan jika orang yang rnengadakan dengan observasi (observer) turut ambil bagian dalam perikehidupan observer. Teknik ini biasa juga disebut partisipan penuh. Jenis teknik observasi partisipan umumnya digunakan orang untuk penelitian yang bersifat eksploratif. b. partisipan sebagai pengamat. masing-masing pihak, baik pengamat mauun yang diaamti, menyadari peranannya. Peneliti membatasi diri daldam berpartisipasi sebagai pengamat dan responden menyadari bahwa dirinya adalah objek pengamatan. Oleh karena itu, pengamat membatasi aktivitasnya dalam kelompok. c. Pengamat sebagai parisipan hanya berpartisipasi sepanjang yang dibutuhkan daldam penelitian d. pengamat sempurna. Peneliti menjadi pengamat tanpa partisipasi dengan yang diamatinya. Ia mempunya jarak dengan responden yang diamati.

Beberapa persoalan pokok yang perlu mendapat perhatian yang cukup dan seorang participan observer adalah sebagai berikut:

a. Metode Observasi Observer perlu memusatkan perhatiannya pada apa yang sudah diterangkan dalam pedoman observasi (observation guide) dan tidak terlalu insidental dalam observasi-observasinya. b. Waktu dan Bentuk Pencatatan Masalah kapan dan bagaimana mengadakan pencatatan adalah masalah yang penting dalam observasi partisipan. Sudah dapat dipastikan bahwa

pencatatan dengan segera terhadap kejadian-kejadian dalam situasi interaksi merupakan hal yang terbaik. d. Intensi dan Ekstensi Partisipasi Seacara garis besar, partisipasi tidaklah sama untuk semua penelitian dengan observasi partisipan ini. Dalam observasi partisipan, observer berperan ganda yaitu sebagai pengamat sekaligus menjadi bagian dan yang diamati. Sedangkan dalam observasi nonpartisipan, observer hanya memerankan diri sebagai pengamat. Perhatian peneliti terfokus pada bagaimana mengamati, merekam, memotret, mempelajari, dan mencatat tingkah laku atau fenomena yang diteliti. Observasi nonpartisipan dapat bersifat tertutup, dalam arti tidak diketahui oleh subjek yang diteliti, ataupun terbuka yakni diketahui oleb subjek yang diteliti.

2.

Observasi Eksperimental Observasi dapat dilakukan dalam lingkup alamiah/natural ataupun

dalam lingkup experimental. Dalam observasi alamiah observer rnengamati kejadian-kejadian, peristiwa-peristiwa dan perilaku-perilaku observe dalam lingkup natural, yaitu kejadian, peristiwa, atau perilaku murni tanpa adanya usaha untuk menguntrol. Ciri-ciri penting dan observasi eksperimental adalah sebagai berikut : Observer dihadapkan pada situasi perangsang yang dibuat seseragam mungkin untuk semua observee. - Situasi dibuat sedemikian rupa, untuk memungkinkan variasi timbulnya tingkah laku yang akan diamati oleh observee. - Situasi dibuat sedemikian rupa, sehingga observee tidak tahu maksud yang sebenannya dan observasi. - Observer, atau alat pencatat, membuat catatan-catatan dengan teliti mengenai cara-cara observee mengadakan aksi reaksi, bukan hanya jumlah aksi reaksi semata.

- Kelebihan Observasi 1. Pengamat mempunyai kemungkinan untuk langsung mencatat hal-hal, perilaku pertumbuhan, dan sebagainya, sewaktu kejadian tersebut masih berlaku, atau sewaktu perilaku sedang terjadi sehingga pengamat tidak menggantungkan data-datadari ingatan seseorang. 2. Pengamatan dapat memperoleh data dan subjek, baik dengan berkomunikasi verbal ataupun tidak, misalnya dalam melakukan penelitian. Sering subjek tidak mau berkomunikasi secara verbal dengan peneliti karena takut, tidak punya waktu atau enggan. Namun, hal ini dapat diatasi dengan adanya pengamatan (observasi) langsung. - Kelemahan Observasi 1. Memerlukan waktu yang relatif lama untuk memperoleh pengamatan langsung terhadap satu kejadian, misalnya adat penguburan suku Toraja dalam peristiwa ritual kematian, maka seorang peneliti harus menunggu adanya upacara adat tersebut. 2. Pengamat biasanya tidak dapat melakukan terhadap suatu fenomena yang berlangsung lama, contohnya kita ingin mengamati fenomena perubahan suatu masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern, akan sulit atau tidak mungkin dilakukan. 3. Adanya kegiatan-kegiatan yang tidak mungkin diamati, misalnya kegiatankegiatan yang berkaitan dengan hal-hal yang sifatnya pribadi, seperti kita ingin mengetahui perilaku anak saat orang tua sedang bertengkar, kita tidak mungkin melakukan pengamatan langsung terhadap konflik keluarga tersebut karena kurang jelas yang tidak mungkin diamati bahkan mungkin dapat membahayakan si pengamat jika diamati b. Survey - Definisi Survey Survei adalah salah satu pendekatan penelitian yang pada umumnya digunakan untuk pengumpulan data yang luas dan banyak. Metode survei adalah metode penelitian yang menggunakan kuesioner sebagai instrumen utama untuk mengumpulkan data. Metode ini adalah yang paling sering dipakai di kalangan mahasiswa.

Van Dalen mengatakan bahwa survei merupakan bagian dari studi deskriptif yang bertujuan untuk mencari kedudukan (status), fenomena (gejala) dan menentukan kesamaan status dengan cara membandingkannya dengan standar yang sudah ditentukan. Survey dapat dilakukan secara pribadi ataupun kelompok. Persiapan survei dilakukan secara sistematis dan berencana. survei bukanlah hanya bermaksud mengetahui status gejala, tetapi juga bermaksud menentukan kesamaan status dengan cara membandingkannya dengan standar yang sudah dipilih atau ditentukan. Disamping itu juga, untuk membuktikan atau membenarkan suatu hipotesis. - Tujuan Survey Tujuan dari survey adalah memaparkan data dari objek penelitian, dan menginterpretasikan dan menganalisisnya secara sistematis. Kebenaran

informasi itu tergantung kepada metode yang digunakan dalam survei. Kegunaan dari survei antara lain: 1. Untuk memperoleh fakta dari gejala yang ada; 2. Mencari keterangan secara faktual dari suatu kelompok, daerah dsb; 3. Melakukan evaluasi serta perbandinagn terhadap hal yang telah dilakukan orang lain dalam menangani hal yang serupa; 4. Dilakukan terhadap sejumlah individu / unit baik secara sensus maupun secara sampel; dan 5. Hasilnya untuk pembuatan rencana dan pengambilan keputusan; - Tahapan Survei
Secara umum survei dilakukan dalam beberapa tahapan, yakni: 1. Menentukan masalah penelitian ; 2. Membuat desain survei ; 3. Mengembangkan instrumen survei; 4. Menentukan sampel;

5. Melakukan pre-test; 6. Mengumpulkan data; 7. Memeriksa data(editing); 8. Mengkode data; 9. Data entry; 10. Pengolahan dan analisis data; 11. Interpretasi data; dan 12. Membuat kesimpulan serta rekomendasi.

- Jenis Survei Ada beberapa kategori penelitian survei dilihat dari proses pelaksanaannya dan perlakuan terhadap sampel. 1. Survei Sekali Waktu (Cross-sectional Survei). Data hanya dikumpulkan untuk waktu tertentu saja dengan tujuan menggambarkan kondisi populasi. 2. Survei Rentang Waktu (Longitudinal Survei). Survei dilakukan berulang untuk mengetahui kecenderungan suatu fenomena dari waktu ke waktu. 3. Survei Tracking/Trend. Survei dilakukan pada populasi yang sama namun dengan sampel berbeda untuk mengetahui kecenderungan suatu fenomena dari waktu ke waktu. 4. Survei Panel. Survei dilakukan terhadap sampel yang sama untuk memahami suatu fenomena dari waktu ke waktu. 5. Survei Cohort. Survei dilakukan pada sekelompok populasi yang spesifik untuk mengetahui perkembangan suatu fenomena dari waktu ke waktu. - Kelebihan Survey Kelebihan menggbihaunakan metode survei : 1. Dapat dilakukan untuk menginvestigasi masalah yang terkait dengan kehidupan manusia tanpa harus melalui riset laboratorium atau melalui perancangan suatu kondisi tertentu. 2. Tidak membutuhkan biaya yang besar 3. Pengumpulan data yang luas dapat dilakukan dengan relatif mudah. 4. Tidak dibatasi oleh faktor geografi 5. Data yang telah ada di lapangan memberikan kemudahan survei - Kelemahan Survey Kelemahan menggunakan metode survey. 1. Tidak bisa menjangkau semua persoala 2. Memiliki potensi biasa.

3. Responden dapat memahami pertanyaan secara berbeda dari yang diinginkan. ANGKET DAN KUESIONER Angket dan kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan kepada orang lain yang dijadikan responden untuk dijawabnya. Meskipun terlihat mudah, teknik pengumpulan data melalui angket dan kuesioner cukup sulit dilakukan jika respondennya cukup besar dan tersebar di berbagai wilayah. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan angket dan kuesioner menurut Uma Sekaran (dalam Sugiyono, 2007:163) terkait dengan prinsip penulisan angket dan kuesioner, prinsip pengukuran dan penampilan fisik adalah : Isi dan tujuan pertanyaan yaitu jika isi pertanyaan ditujukan untuk mengukur maka harus ada skala yang jelas dalam pilihan jawaban.

Bahasa yang digunakan harus disesuaikan dengan kemampuan responden. Tidak mungkin menggunakan bahasa yang penuh istilah-istilah bahasa Inggris pada responden yang tidak mengerti bahasa Inggris, dsb. Tipe dan bentuk pertanyaan apakah terbuka atau terturup. Jika terbuka artinya jawaban yang diberikan adalah bebas, sedangkan jika pernyataan tertutup maka responden hanya diminta untuk memilih jawaban yang disediakan. Pertanyaan tidak mendua Tidak menanyakan yang sudah lupa

Pertanyaan tidak menggiring, artinya usahakan pertanyaan tidak menggiring pada jawaban yang baik saja atau yang jelek saja. Panjang pertanyaan, pertanyaan dalam angket/ kuesioner sebaiknya tidak terlalu panjang, sehingga akan membuat jenuh responden dalam mengisi. Urutan pertanyaan, urutan pertanyaan dalam angket/ kuesioner, dimulai dari yang umum menuju ke hal yang spesifik, atau dari yang mudah menuju hal yang sulit. Secara garis besar ada dua cara pengguanaan angket/kuesioner sebagai teknik pengumpulan data,yaitu (1) disebarkan yang kemudian diisi oleh responden dan (2) digunakan sebagai pedoman wawancara dengan responden. Penyebaran angket/kuesioner dapat dilakukan dengan cara dikirim lewat pos atau diantar sendiri oleh peneliti. Jenis jenis angket /kuesioner a) Angket/kuesioner terbuka dan tertutup

Angket/kuesioner terbuka atau open ended questionnaire memberi kesempatan kepada responden untuk memberi jawaban secara bebas dengan menggunakan kalimatnya sendiri. Misalnya : Bagaimana pendapat anda kalau : 1). Pelajaran bahasa Inggris di SLTP dihapus? 2). Pelajaran bahasa Inggris di SLTP dijadikan mata pelajaran pilihan? Untuk menjawab pertanyaan ini responden bebas menggunakan kalimatnya sendiri. Angket/kuesioner tertutup atau closed questionare, adalah angket/angket/kuesioner yang jawabanya telah disediakan, responden tinggal memilih jawaban yang sesuai. Misalnya: Bagaimana pendapat anda kalau : 1). Pelajaran bahasa Inggris diberikan di SD? A. sangat setuju B. setuju C. kurang setuju D. tidak setuju 2). Pelajaran bahasa Inggris di SLTP dihapus? A. sangat setuju B. setuju C. kurang setuju D. tidak setuju 3). Pelajaran bahasa Inggris di SLTP dijadikan mata pelajaran pilihan? A. sangat setuju B. setuju C. kurang setuju D. tidak setuju Untuk menjawab pertanyaan ini responden tinggal memilih jawaban mana yang dianggap sesuai atau benar. Angket/kuesioner semi terbuka, merupakan angket/ kuesioner yang pertanyaan atau pernyataanya memberikan kebebasan pada respondenya untuk memberikan jawaban dan pendapat menurut pilihan-pilihan jawaban yang telah disediakan. b) Angket/ kuesioner langsung dan tidak langsung Angket/kuesioner langsung kalau responden ditanya mengenai dirinya, pengalamanya, keyakinanya atau diminta untuk menceritakan tentang dirinya sendiri. Misalnya : 1). Apakah Anda suka belajar Matematika? 2). Apakah Anda pernah mengikuti PKG? 3). Metode apa yang Anda gunakan untuk mengajar membaca? Angket/kuesioner tak langsung jika responden diminta untuk memberikan jawaban tentang orang lain. Misalnya angket/ kuesioner yang diberikan kepada kepala sekolah yang menanyakan tentang keadaan guru disekolah yang dipimpimnya. Menurut pendapat Anda apakah 1). Guru matematika di sekolah ini disukai siswanya? 2). Guru matematika di sekolah ini dapat mengajar dengan baik?

o Bentuk Angket/ kuesioner: Dilihat dari bentuknya, maka ada angket/kuesioner pilihan ganda, bentuk isian, bentuk check list, dan bentuk skala. Bentuk-bentuk angket/kuesioner tersebut pada dasarnya sama dengan bentuk tes. Mungkin yang perlu diberi contoh adalah bentuk skala. Sebagian besar penelitian umumnya menggunakan angket/kuesioner sebagai metode yang dipilih untuk mengumpulkan data. Angket/kuesioner memang mempunyai banyak kebaikan sebagai instrumen pengumpul data. Memang angket/kuesioner baik asal cara dan pengadaannya mengikuti persyaratan yang telah digariskan dalam penelitian. Sebelum angket/kuesioner disusun, maka harus melalui prosedur: 1. Merumuskan tujuan yang akan dicapai 2. Mengidentifikasikan variabel yang akan dijadikan sasaran 3. Menjabarkan setiap variabel menjadi sub-variabel yang lebih spesifik dan tunggal. 4. Menentukan jenis data yang akan dikumpulkan, sekaligus untuk menentukan teknik analisisnya. Kelebihan teknik angket/ kuesioner: a. Angket/kuesioner baik untuk sumber data yang banyak dan tersebar. b. Responden tidak merasa terganggu, karena dapat mengisi angket/kuesioner dengan memilih waktunya sendiri yang paling luang. c. Angket/kuesioner secara relatif lebih efisien untuk sumber data yang banyak. d. Karena angket/kuesioner biasanya tidak mencantumkan identitas responden, maka hasilnya dapat lebih objektif. Kekurangan teknik angket/kuesioner: 1. Angket/kuesioner tidak menggaransi responden untuk menjawab pertanyaan dengan sepenuh hati. 2. Angket/kuesioner cenderung tidak fleksibel, artinya pertanyaan yang harus dijawab terbatas yang dicantumkan di angket/kuesioner saja, tidak dapat dikembangkan lagi sesuai dengan situasinya. 3. Pengumpulan sampel tidak dapat dilakukan secara bersama-sama dengan daftar pertanyaan, lain halnya dengan obeservasi yang dapat sekaligus mengumpulkan sampel 4. Angket/kuesioner yang lengkap sulit untuk dibuat. WAWANCARA

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan tanya jawab langsung antara pengumpul data maupun peneliti terhadap nara sumber atau sumber data. Wawancara pada penelitian sampel besar biasanya hanya dilakukan sebagai studi pendahuluan karena tidak mungkin menggunakan wawancara pada 1000 responden, sedangkan pada sampel kecil teknik wawancara dapat diterapkan sebagai teknik pengumpul data (umumnya penelitian kualitatif) Wawancara terbagi atas wawancara terstruktur dan tidak terstruktur. 1. Wawancara terstruktur artinya peneliti telah mengetahui dengan pasti apa informasi yang ingin digali dari responden sehingga daftar pertanyaannya sudah dibuat secara sistematis. Peneliti juga dapat menggunakan alat bantu tape recorder, kamera photo, dan material lain yang dapat membantu kelancaran wawancara. 2. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas, yaitu peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan yang akan diajukan secara spesifik, dan hanya memuat poin-poin penting masalah yang ingin digali dari responden. Wawancara dapat dilakukan dengan tatap muka maupun melalui telpon. Beberapa kelebihan wawancara tatap muka antara lain : Bisa membangun hubungan dan memotivasi responden Bisa mengklarifikasi pertanyaan, menjernihkan keraguan, menambah pertanyaan baru Bisa membaca isyarat non verbal Bisa memperoleh data yang banyak Sementara kekurangan wawancara tatp muka adalah : Membutuhkan waktu yang lama Biaya besar jika responden yang akan diwawancara berada di beberapa daerah terpisah Responden mungkin meragukan kerahasiaan informasi yang diberikan Pewawancara perlu dilatih Bisa menimbulkan bias pewawancara Responden bias menghentikan wawancara kapanpun Wawancara via phone Kelebihan wawancara via phone Biaya lebih sedikit dan lebih cepat dari warancara tatap muka Bisa menjangkau daerah geografis yang luas Anomalitas lebih besar dibanding wawancara pribadi (tatap muka) Kelemahan wawancara via phone

Isyarat non verbal tidak bisa dibaca Wawancara harus diusahakan singkat Nomor telpon yang tidak terpakai bisa dihubungi, dan nomor yang tidak terdaftar pun dihilangkan dari sampel Keberhasilan suatu wawancara sangat ditentukan oleh bagaimana hubungan antara subjek dan pewawancara (Lerbin,2007). Suasana hubungan yang kondusif (disebut juga sebagai rapport) untuk keberhasilan suatu wawancara mencakup adanya sikap saling mempercayai dan kerja sama di antara mereka. Suasana yang demikian dapat diusahakan melalui beberapa cara, diantaranya pewawancara sebaiknya lebih dulu memperkenalkan diri dan mengemukakan secara jelas dan lugas tujuan wawancara yang akan dilakukannya. Hal itu dilakukan dengan sikap rendah hati dan bahwa yang berkepentinagan adalah pewawancara. Pada awal pertemuan, pewawancara juga harus menciptakan suasana yang santai dan bebas serta tidak formal agar proses wawancara dapat berlangsung secara lebih alamiah. Pewawancara sebaiknya mengawali pembicaraan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan pemanasan sebagai pendahuluan, sekalipun pertanyaan itu mungkin tidak berkaitan langsung dengan tujuan penelitian. Kemudian, secara perlahan-lahan, pewawancara mengarahkan pembicaraan pada tujuan penelitian. Hal itu dilakukan untuk memperlancar proses wawancara. Halhal yang ditanyakan pada pendahuluan itu sebaiknya adalah hal-hal yang menarik minat subjek. Dalam keadaan yang demikian, penggunaan bahasa ibu dari subjek mungkin akan sangat membantu. Pada pelaksanaan wawancara, pewawancra jangan menunjukkan sikap tidak percaya terhadap dan kurang menghargai jawaban yang diberikan subjek dan ajngan menunjukkan siakp yang tergesa-gesa. Adakalanya subjek mengalami blocking, pikirannya tersumbat sehingga proses wawancara tidak berjalan dengan lancar. Dalam keadaan yang demikian, pewawancara harus dapat membantu subjek untuk keluar dari keadaan itu. Itu dapat dilakukan, misalnya denagn mengalihkan topik pembicaraan ke topik lain untuk sementara waktu. Hal lain yang perlu diperhatikan oleh pewawancara adalah bahwa ia harus dapat memahami keadaan subjek, ia harus memiliki empati. Dengan cara yang demikain, pewawancara akan lebih dapat mengarahkan wawancara sesuai dengan kondisi subjek. Suatu hal yang penting dalam wawancara adalah si pewawancara dapat mengganti subjeknya (Nazir, 1988). Jika seorang responden misalnya tidak ingin memberikan keterangan tentang suatu hal, maka peneliti dapat pindah mencari responden lain. Tidak demikian halnya dalam pengamatan langsung. Karena itu, si peneliti harus dapat mencari jalan supaya pengamatan terhadap kejadian yang ingin diamati tidak boleh gagal.

Sebelum pewawancara turun untuk melaksanakan wawancara, maka dia harus lebih dahulu memeutuskan apakah ia akan memperkenalkan dirinya sebagai peneliti, ataukah ia akan bekerja sebagai incognito. Tetapi, pengalaman memprlihatkan bahwa sebaiknya si peneliti atau pewawancara memperkenalkan dirinya sebagai peneliti kelompok objek. METODE DOKUMENTER Dokumen merupakan sumber data yang digunakan untuk melengkapi penelitian, baik berupa sumber tertulis, film, gambar (foto), dan karya-karya monumental, yang semuanya itu memberikan informasi bagi proses penelitian. Macam-Macam Bahan dan Jenis Dokumen a. Menurut Bungin (2008); dokumen pribadi dan dokumen resmi. Dokumen pribadi adalah catatan seseorang secara tertulis tentang tindakan, pengalaman, dan kepercayaannya. Berupa buku harian, surat pribadi, & otobiografi. Dokumen Resmi terbagi dua: pertamaintern; memo, pengumuman, instruksi, aturan lembaga untuk kalangan sendiri, laporan rapat, keputusan pimpinan, konvensi; keduaekstern; majalah, buletin, berita yang disiarkan ke mass media, pemberitahuan. (termasuk dalam klasifikasi di atas, pendapat lexy Moleong dan Nasution) b. Menurut Sugiyono (2005), berbentuk tulisan, gambar, dan karya Bentuk tulisan, seperti; catatan harian, life histories, ceritera, biografi, peraturan, kebijakan, dan lainnya. Bentuk gambar, seperti; foto, gambar hidup, sketsa, dan lainnya. Bentuk karya, seperti; karya seni berupa gambar, patung, film, dan lainnya. c. Menurut E. Kosim (1988) jika diasumsikan dokumen itu merupakan sumber data tertulis, maka terbagi dalam dua kategori yaitu sumber resmi dan tak resmi. Sumber resmi merupakan dokumen yang dibuat/dikeluarkan oleh lembaga/perorangan atas nama lembaga. Ada dua bentuk yaitu sumber resmi formal dan sumber resmi informal. Sumber tidak resmi, merupakan dokumen yang dibuat/dikeluarkan oleh individu tidak atas nama lembaga. Ada dua bentuk yaitu sumber tak resmi formal dan sumber tak resmi informal. Metode dokumenter merupakan salah satu jenis metode yang sering digunakan dalam metodologi penelitian sosial yang berkaitan dengan teknik pengumpulan datanya. Terutama sekali metode ini banyak digunakan dalam lingkup kajian sejarah. Namun

sekarang ini studi dokumen banyak digunakan oleh lapangan ilmu sosial lainnya dalam metodologi penelitiannya, karena sebagian besar fakta dan data sosial banyak tersimpan dalam bahan-bahan yang berbentuk dokumenter. Oleh karenanya ilmu-ilmu sosial saat ini serius menjadikan studi dokumen dalam teknik pengumpulan datanya. Data dalam penelitian kualitatif kebanyakan diperoleh dari sumber manusia atau human resources, melalui observasi dan wawancara. Akan tetapi ada pula sumber bukan manusia, non human resources, diantaranya dokumen, foto dan bahan statistik. Studi dokumen yang dilakukan oleh para peneliti kualitatif, posisinya dapat dipandang sebagai nara-sumber yang dapat menjawab pertanyaan; Apa tujuan dokumen itu ditulis?; Apa latarbelakangnya?; Apa yang dapat dikatakan dokumen itu kepada peneliti?; Dalam keadaan apa dokumen itu ditulis?; Untuk siapa? dan sebagainya.(Nasution, 2003) Menurut Sugiyono (2005) studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Bahkan kredibilitas hasil penelitian kualitatif ini akan semakin tinggi jika melibatkan / menggunakan studi dokumen ini dalam metode penelitian kualitatifnya hal senada diungkapkan Bogdan (seperti dikutip Sugiyono) in most tradition of qualitative research, the phrase personal document is used broadly to refer to any first person narrative produce by an individual which describes his or her own actions, experience, and beliefs. Metode kualitatif menggunakan beberapa bentuk pengumpulan data seperti transkrip wawancara terbuka, deskripsi observasi, serta analisis dokumen dan artefak lainnya. Data tersebut dianalisis dengan tetap mempertahankan keaslian teks yang memaknainya. Hal ini dilakukan karena tujuan penelitian kualitatif adalah untuk memahami fenomena dari sudut pandang partisipan, konteks sosial dan institusional. Sehingga pendekatan kualitatif umumnya bersifat induktif. Selain itu, di dalam penelitian kualitatif juga dikenal tata cara pengumpulan data yang lazim, yaitu melalui studi pustaka dan studi lapangan. Studi pustaka (berbeda dengan Tinjauan Pustaka) dilakukan dengan cara mengkaji sumber tertulis seperti dokumen, laporan tahunan, peraturan perundangan, dan diploma/sertifikat. Sumber tertulis ini dapat merupakan sumber primer maupun sekunder, sehingga data yang diperoleh juga dapat bersifat primer atau sekunder. Pengumpulan data melalui studi lapangan terkait dengan situasi alamiah. Peneliti mengumpulkan data dengan cara bersentuhan langsung dengan situasi lapangan, misalnya mengamati (observasi), wawancara mendalam, diskusi kelompok (Focused group discussion), atau terlibat langsung dalam penilaian.( Djoko Dwiyanto, djoko_dwiy@ugm.ac.id) Kajian dokumen merupakan sarana pembantu peneliti dalam mengumpulkan data atau informasi dengan cara membaca surat-surat, pengumuman, iktisar rapat, pernyataan

tertulis kebijakan tertentu dan bahan-bahan tulisan lainnya. Metode pencarian data ini sangat bermanfaat karena dapat dilakukan dengan tanpa mengganggu obyek atau suasana penelitian. Peneliti dengan mempelajari dokumen-dokumen tersebut dapat mengenal budaya dan nilai-nilai yang dianut oleh obyek yang diteliti. Pengumpulan data perlu didukung pula dengan pendokumentasian, dengan foto, video, dan VCD. Dokumentasi ini akan berguna untuk mengecek data yang telah terkumpul. Pengumpulan data sebaiknya dilakukan secara bertahap dan sebanyak mungkin peneliti berusaha mengumpulkan. Maksudnya, jika nanti ada yang terbuang atau kurang relevan, peneliti masih bisa memanfaatkan data lain. Dalam fenomena budaya, biasanya ada data yang berupa tatacara dan perilaku budaya serta sastra lisan. Penggunaan Studi Dokumen dalam Penelitian Kualitatif Seperti telah dikemukakan di atas, bahwa studi dokumen menjadi metode pelengkap bagi penelitian kualitatif, yang pada awalnya menempati posisi yang kurang dimanfaatkan dalam teknik pengumpulan datanya, sekarang ini menjadi bagian yang tak terpisahkan dari teknik pengumpulan data dalam metodologi penelitian kualitatif. Hal senada diungkapkan Nasution (2003) bahwa meski metode observasi dan wawancara menempati posisi dominan dalam penelitian kualitatif, metode dokumenter sekarang ini perlu mendapatkan perhatian selayaknya, dimana dahulu bahan dari jenis ini kurang dimanfaatkan secara maksimal. Ada catatan penting dari Sugiyono (2005) mengenai pemanfaatan bahan dokumenter ini, bahwa tidak semua dokumen memiliki kredibilitas yang tinggi, sehingga harus selektif dan hati-hati dalam pemanfaatannya. Ada beberapa keuntungan dari penggunaan studi dokumen dalam penelitian kualitatif, seperti yang dikemukakan Nasution (2003); 1. Bahan dokumenter itu telah ada, telah tersedia, dan siap pakai. 2. Penggunaan bahan ini tidak meminta biaya, hanya memerlukan waktu untuk mempelajarinya. 3. Banyak yang dapat ditimba pengetahuan dari bahan itu bila dianalisis dengan cermat, yang berguna bagi penelitian yang dijalankan. 4. Dapat memberikan latar belakang yang lebih luas mengenai pokok penelitian. 5. Dapat dijadikan bahan triangulasi untuk mengecek kesesuaian data. 6. Merupakan bahan utama dalam penelitian historis. Kajian Isi Dokumen (Content Analysis Document)

Penggunaan dokumen ini berkaitan dengan apa yang disebut analisa isi. Cara menganalisa isi dokumen ialah dengan memeriksa dokumen secara sistematik bentukbentuk komunikasi yang dituangkan secara tertulis dalam bentuk dokumen secara obyektif. Kajian isi atau content analysis document ini didefinisikan oleh Berelson yang dikutip Guba dan Lincoln, sebagai teknik penelitian untuk keperluan mendeskripsikan secara objektif, sistematis dan kuantitatif tentang manifestasi komunikasi. Sedangkan Weber menyatakan bahwa kajian isi adalah metodologi penelitian yang memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik kesimpulan yang sahih dari sebuah buku atau dokumen. Definisi lain dikemukakan Holsti, bahwa kajian isi adalah teknik apapun yang digunakan untuk menarik kesimpulan melalui usaha menemukan karakteristik pesan, dan dilakukan secara objektif, dan sistematis (Moleong, 2007). Dalam metode sejarah, pembahasan mengenai analisis konten dokumen ini merupakan bagian yang penting yang akan mempertaruhkan kredibilitas hasil penelitian sejarah. Oleh karenanya pembahasan kajian isi ini memiliki segmen khusus dalam pembahasan dan penggunaannya. Adapun yang terpenting dari kajian isi ini berkaitan dengan kritik intern (kredibilitas) dan kritik ekstern (otentisitas) sumber data. Selanjutnya Kosim (1988) menjabarkan secara detail mengenai kajian isi dokumen dengan kritik ekstern dan intern. Masalah otentisitas dokumen (kritik ekstern) berupaya menjawab tiga pertanyaan penting, yaitu 1. Apakah sumber tersebut memang sumber yang kita kehendaki? Singkatnya apakah sumber tersebut palsu atau tidak?. Bisa dikaji dengan meneliti; tanggal, materi yang dipakai seperti tinta, pengarang, tulisan tangan, tanda tangan, materai, jenis huruf. 2. Apakah sumber itu asli atau turunan?. Disini digunakan analisis sumber. Jaman dulu cara menggandakan sebuah dokumen dengan menyalin lewat tulisan tangan, berbeda dengan sekarang menggunakan mesin fotocopy dan teknologi komputer dan scanner. 3. Apakah sumber itu utuh atau sudah berubah?. Disini digunakan kritik teks, seperti yang banyak digunakan para ahli filologi. Langkah selanjutnya menurut Kosim, melakukan kritik intern yang bertugas menjawab pertanyaan Apakah kesaksian yang diberikan oleh sumber itu kredibel / dapat dipercaya?. Langkah-langkah untuk menjawabnya sebagai berikut; 1. Mengadakan penilaian intrinsik (yang hakiki) terhadap sumber. Dimulai dengan menentukan sifat dari sumber, lalu menyoroti pengarang sumber tersebut. 2. Komparasi dengan kesaksian dari berbagai sumber.

Pengertian Menurut Suharsimi Arikunto, instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Ibnu Hadjar berpendapat bahwa instrumen merupakan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan informasi kuantitatif tentang variasi karakteristik variabel secara objektif. Instrumen pengumpul data menurut Sumadi Suryabrata adalah alat yang digunakan untuk merekam-pada umumnya secara kuantitatif-keadaan dan aktivitas atribut-atribut psikologis. Atibut-atribut psikologis itu secara teknis biasanya digolongkan menjadi atribut kognitif dan atribut non kognitif. Sumadi mengemukakan bahwa untuk atribut kognitif, perangsangnya adalah pertanyaan. Sedangkan untuk atribut non-kognitif, perangsangnya adalah pernyataan. Instrumen itu merupakan alat yang digunakan untuk melakukan sesuatu. Sedangkan penelitian memiliki arti pemeriksaan, penyelidikan, kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyajian data secara sistematis dan objektif. Dengan masingmasing pengertian kata tersebut di atas maka instrumen penelitian adalah semua alat yang digunakan untuk mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki suatu masalah, atau mengumpulkan, mengolah, menganalisa dan menyajikan data-data secara sistematis serta objektif dengan tujuan memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis. Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan informasi tentang variabel yang sedang diteliti.

Kegunaan Instrumen Penelitian Suatu alat ukur atau instrumen dikembangkan untuk menterjemahkan variabel (peubah), konsep dan indikator yang dipergunakan dalam mengungkap data dalam suatu penelitian. Semakin suatu peubah, konsep, dan indikator penelitian diukur dengan baik, maka akan semakin baik pula instrumen penelitian tersebut dikembangkan.. Secara sederhana fungsi dari instrumen penelitian: 1) sebagai alat pencatat informasi yang disampaikan oleh responden 2) sebagai alat untuk mengorganisasi proses wawancara dan

3) sebagai alat evaluasi terhadap hasil penelitian dari staff peneliti. Jenis Jenis Instrumen Penelitian Ada beberapa jenis instrumen yang biasa digunakan dalam penelitian, yaitu: 1. Tes Tes adalah sederetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengukuran, inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. 2. Angket atau kuesioner. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atu halhal yang ia ketahui. 3. Interviu (interview). Interviu digunakan oleh peneliti untuk menilai keadaan seseorang, misalnya untuk mencari data tentang variabel latar belakang murid, orang tua, pendidikan, perhatian, sikap terhadap sesuatu. 4. Observasi. Di dalam artian penelitian observasi adalah mengadakan pengamatan secara langsung, observasi dapat dilakukan dengan tes, kuesioner, ragam gambar, dan rekaman suara. Pedoman observasi berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang mungkin timbul dan akan diamati. 5. Skala bertingkat (ratings). Rating atau skala bertingkat adalah suatu ukuran subyektif yang dibuat berskala.Walaupun skala bertingkat ini menghasilkan data yang kasar, tetapi cukup memberikan informasi tertentu tentang program atau orang. Instrumen ini dapat dengan mudah memberikan gambaran penampilan, terutama penampilan di dalam orang menjalankan tugas, yang menunjukan frekuensi munculnya sifat-sifat. Di dalam menyusun skala, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana menentukan variabel skala. Apa yang ditanyakan harus apa yang dapat diamati responden. 6. Dokumentasi. Dokumentasi, dari asal kata dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Didalam melaksanakan metode dokumentasi, penelitian menyelidiki benda-benda

tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, dan sebagainya. Jenis instrumen pengumpulan data pada bagian ini perlu dijelaskan. Namun perlu diingat penentuan instrument penelitian atau pengumpulan data ini sangat bergantung pada model penelitian yang dipilih. Selain itu, perlu disajikan pula alasan penggunaan instrumen tersebut yang terkait dengan jenis penelitian dan metode pendekatan yang termuat dalam ruang lingkup penelitian. Pemilihan instrumen penelitian tergantung pada beberapa pertimbangan berikut ini. 1. Jumlah responden. Apabila jumlahnya sedikit, maka instrumen pengumpulan data melalui wawancara lebih tepat daripada kuesioner. 2. Lokasi Apabila lokasi penelitian meliputi daerah yang relatif luas, maka penggunaan kuesioner sebagai instrumen pengumpulan data akan lebih efektif. 3. Data. Jika ingin memperoleh data yang lebih mendalam, maka instrumen pengumpulan data yang lebih tepat adalah dengan menggunakan pedoman wawancara. 4. Pelaksana. Jika pelaksana penelitian cukup banyak, sedangkan responden terbatas, maka instrument pengumpulan data yang tepat adalah dengan melakukan wawancara. Dalam keadaan sebaliknya, penggunaan kuesioner lebih tepat. Metode dan instrumen Pengumpulan Data Instrumen merupakan alat bantu bagi peneliti di dalam menggunakan metode pengumpulan data. Dengan demikian terdapat kaitan antara metode dengan instrumen pengumpulan data. Pemilihan satu jenis metode pengumpulan data kadang-kadang dapat memerlukan lebih dari satu jenis instrumen. Sebaliknya satu jenis instrumen dapat digunakan untuk berbagai macam metode. Jika daftar metode dan daftar instrumen tersebut dipasangkan, akan terlihat kaitan dalam tabel berikut ini.

Jenis Metode Angket (questionnaire)

Jenis Instrumen Angket (questionnaire) Daftar cocok (checklist) Skala (scala), inventori (inventory) Pedoman wawancara (interview guide) Daftar cocok (checklist) Lembar Pengamatan, panduan pengamatan, panduan observasi (observation sheet, observation schedule), (checklist). Soal ujian, soal tes atau tes (test), inventori (inventory). Daftar cocok (checklist) Tabel tabel

Dari

Wawancara (interview) Pengamatan/Observasi (Observation)

Ujian/Tes (test) Dokumentasi

tersebut dapat diketahui bahwa: 1. Inventors dapat digunakan sebagai angket (tidak digunakan untuk mengetahui sesuatu yang sifatnya "ketat" seperti tes, (misalnya angket minat) tetapi ada yang berkedudukan seperti tes. 2. Daftar cocok (checklist) dapat digunakan dalam berbagai metode, karena nama "daftar cocok" lebih menunjuk pada cara mengerjakan dan wujud tampiIan instrumen dibandingkan dengan jenis instrumen sendiri. Langkah Langkah Menyusun Instrumen Iskandar (2008: 79) mengemukakan enam langkah dalam penyusunan instrumen penelitian, yaitu: a. Mengidentifikasi variabel-variabel penelitian b. Menjabarkan variabel tersebut menjadi sub-variabel c. Menderetkan diskriptor dari setiap indikator d. Merumuskan setiap deskriptor menjadi butir-butir instrumen. Pengujian Instrumen Penelitian Sebuah instrumen dikatakan baik jika memenuhi dua kriteria sebagai berikut :

1. Valid Valid adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Analoginya misalnya meteran yang valid dapat digunakan untuk mengukur panjang dengan teliti, karena meteran memang alat untuk mengukur panjang. Meteran tersebut menjadi tidak valid jika digunakan untuk mengukur berat. Jadi hasil penelitian dikatakan valid jika terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. . (Sugiyono: 2010) a. Pengujian Validitas konstruk Instrumen yang mempunyai validitas konstruk jika instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur gejala sesuai dengan dengan yang didefinisikan. Misalnya akan mengukur efektivitas kerja, maka perlu didefinisikan terlebih dahulu apa itu efektivitas kerja. Setelah itu disiapkan instrumen yang digunakan untuk mengukur efektivitas kerja sesuai dengan definisi. Untuk menguji validitas konstruk, maka dapat digunakan pendapat ahli. Setelah instrumen dikonstruksikan tentang aspek-aspek yang akan diukur, dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli. Para ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun itu. Jumlah tenaga ahli yang digunakan minimal tiga orang, dan umumnya mereka telah bergelar doktor sesuai dengan lingkup yang diteliti. Setelah pengujian konstruk dengan ahli, maka diteruskan dengan uji coba instrumen. Setelah data ditabulasi, maka pengujian validitas konstruk dilakukan dengan analisis faktor, yaitu dengan mengkorelasikan antar skor item instrumen. b. Pengujian Validitas Isi Instrumen yang harus memiliki validitas isi adalah instrumen yang digunakan untuk mengukur prestasi belajar dan mengukur efektivitas pelaksanaan program dan tujuan. Untuk menyusun instrumen prestasi belajar yang mempunyai validitas isi, maka instrumen harus disusun berdasarkan materi pelajaran yang telah diajarkan. Sedangkan instrumen yang digunakan untuk

mengetahui pelaksanaan program, maka instrumen disusun berdasarkan program yang telah direncanakan. Untuk instrumen yang berbentuk tes, maka pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan. Jika dosen memberikan ujian di luar pelajaran yang telah ditetapkan, berarti instrumen ujian tersebut tidak mempunyai validitas isi. Secara teknis, pengujian validitas konstruksi dan validitas isi dapat dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrumen. Dalam kisi-kisi itu terdapat variabel yang diteliti, indikator sebagai tolok ukur, dan nomor butir (item) pertanyaan atau pernyataan yang telah dijabarkan dari indikator. Dengan kisi-kisi instrumen itu, maka pengujian validitas dapat dilakukan dengan mudah dan sistematis. c. Pengujian Validitas Eksternal Validitas eksternal instrumen diuji dengan cara membandingkan (untuk mencari kesamaan) antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta empiris yang terjadi di lapangan. Misalnya instrumen untuk mengukur kinerja sekelompok pegawai. Maka kriteria kinerja pada instrumen tersebut

dibandingkan dengan catatan-catatan di lapangan (empiris) tentang kinerja yang baik. Bila telah terdapat kesamaan antara kriteria dalam instrumen dengan fakta di lapangan, maka dapat dinyatakan instrumen tersebut mempunyai Validitas eksternal yang tinggi. 2. Reliable Reliable adalah keajekan (konsistensi) alat pengumpul data/ instrumen dalam mengukur apa saja yang diukur. Instrumen yang reliabel maksudnya instrumen yang jika digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Meteran dari karet yang digunakan untuk mengukur panjang merupakan contoh alat ukur yang tidak reliabel. Sebagian besar langkah - langkah yang dilakukan dalam suatu proses penelitian adalah dengan mengumpulkan informasi. Informasi tersebut bisa didapat baik secara langsung (data primer) maupun tidak langsung (data sekunder, tersier, dsb). Pengujian reliabilitas instrumen menurut Sugiyono (2010:354) dapat dilakukan secara eksternal dan internal. Secara eksternal, pengujian dilakukan dengan test

retest (stability), equivalent, dan gabungan keduanya. Secara internal pengujian dilakukan dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik-teknik tertentu. a. Test retest Instrumen penelitian dicobakan beberapa kali pada responden yang sama dengan instrumen yang sama dengan waktu yang berbeda. Reliabilitas diukur dari koefisien korelasi antara percobaan pertama dengan yang berikutnya. Bila koefisien korelasi positif dan signifikan, maka instrumen tersebut sudah dinyatakan reliabel. b. Ekuivalen Instrumen yang ekuivalen adalah pertanyaan yang secara bahasa berbeda, tetapi maksudnya sama. misalnya, berapa tahun pengalaman Anda bekerja di lembaga ini? Pertanyaan tersebut ekuivalen dengan tahun berapa Anda mulai bekerja di lembaga ini? Pengujian dengan cara ini cukup dilakukan sekali, tetapi instrumennya dua dan berbeda, pada responden yang sama. Reliabilitas diukur dengan cara mengkorelasikan antara data instrumen yang satu dengan instrumen yang dijadikan ekuivalennya. Bila korelasi positif dan signifikan, maka instrumen dapat dinyatakan reliabel. c. Gabungan Pengujian dilakukan dengan cara mencobakan dua instrumen yang ekuivalen beberapa kali ke responden yang sama. cara ini merupakan gabungan dari test-retest (stability) dan ekuivalen. Reliabilitas instrumen dilakukan dengan mengkorelasikan dua instrumen, setelah itu dikorelasikan pada pengujian kedua dan selanjutnya dikorelasikan secara silang. Jika dengan dua kali pengujian dalam waktu yang berbeda, maka akan dapat dianalisis keenam koefisien reliabilitas. Bila keenam koefisien korelasi itu semuanya positif dan signifikan, maka dapat dinyatakan bahwa instrumen itu reliabel. d. Internal Consistency Pengujian reliabilitas dengan internal consistency, dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis

dengan teknik-teknik tertentu. Hasil analisis dapat digunakan untuk memprediksi reliabilitas instrumen. Jadi hasil penelitian dikatakan reliable jika terdapat kesamaan data pada waktu yang berbeda. Dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliable dalam pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan reliable. Jadi instrumen yang valid dan reliable merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliable. Hal ini tidak berarti bahwa dengan menggunakan instrument yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya, otomatis hasil (data) penelitian menjadi valid dan reliable. Karena hal tersebut masih dipengaruhi oleh kondisi obyek yang diteliti, dan kemampuan orang yang menggunakan instrumen untuk mengumpulkan data. Oleh karena itu, peneliti harus mampu mengendalikan dan menggunakan instrumen untuk mengukur variabel yang diteliti. Instrumen yang reliable belum tentu valid. Misalnya meteran yang putus dibagian ujungnya, bila digunakan berkali kali akan menghasilkan data yang sama (reliable) tetapi selalu tidak valid, karena instrument tersebut sudah rusak. Reliabilitas instrumen merupakan syarat untuk pengujian validitas instrument. Oleh karena itu, walaupun instrumen yang valid umumnya pasti reliable, tepi pengujian reliabilitas instrumen perlu dilakukan, untuk menambah keakuratan data. Selain itu Kriteria lain Instrumen yang baik adalah Kekuatan penelitian bisa diketahui dari validitas baik internal maupun eksternalnya. Validitas internal adalah keyakinan terhadap hubungan sebab akibat atau pengaruh dalam desain penelitian yang dilakukan. Validitas Eksternal adalah berkenaan dengan kemampuan digeneralisasinya hasil penelitian pada lingkungan, orang, atau peristiwa lain. Skala pengukuran Variabel Pengukuran variabel adalah proses pemberian nilai atau atribut pada suatu objek. Terdapat empat jenis skala pengukuran variabel yaitu nominal, ordinal, interval, ratio. Skala yang paling rendah adalah nominal dan yang tertinggi adalah skala rasio.

Skala Pengumpulan Data Nominal Jenis Data 1.Kuantitatif 2. Kualitatif Metode 1. Observasi 2. Dokumentasi 3. Wawancara 4. Kuesioner Ordinal Interval Rasio

Setelah melakukan pengumpulan data melalui proses observasi, wawancara, angket kemudian kita akan menafsirkan jawaban dari beberapa pertanyaan yang

diajukan.dengan menggunakan skala pengukuran variable. 1. Jawaban untuk variable nominal Data nominal adalah ukuran yang paling sederhana, dimana angka yang diberikan kepada objek mempunyai arti sebagai label saja, dan tidak menunjukkan tingkatan apapun. Ciri-ciri data nominal adalah hanya memiliki atribut, atau nama, atau diskrit. Data nominal merupakan data diskrit dan tidak memiliki urutan. Jawaban yang akan diberikan oleh responden mengandung pengukuran. Untuk variable nominal, pengukurannya dinyatakan dalam bentuk kategori yang setara. Jumlah kategori pada umumnya tertutup jika mengetahui jumlahnya. Misalnya variable genre. Variabel ini hanya terdiri atas dua ketegori, yaitu pria dan wanita. Tetapi, jika jumlah ketegorinya tidak diketahui dengan jelas, atau tidak tertentu, kurang mengetahui jumlahnya, atau banyak sekali, maka pilihan jawaban dibuat terbuka. Misalnya Anda termasuk suku (1) Jawa (2) Sunda (3) Bugis. Bila objek dikelompokkan ke dalam set-set, dan kepada semua anggota set diberikan angka, set-set tersebut tidak boleh tumpang tindih dan bersisa. Misalnya

tentang jenis olah raga yakni tenis, basket dan renang. Kemudian masing-masing anggota set di atas kita berikan angka, misalnya tenis (1), basket (2) dan renang (3). Jelas kelihatan bahwa angka yang diberikan tidak menunjukkan bahwa tingkat olah raga basket lebih tinggi dari tenis ataupun tingkat renang lebih tinggi dari tenis. Angka tersebut tidak memberikan arti apa-apa jika ditambahkan. Angka yang diberikan hanya berfungsi sebagai label saja. Seseorang yang pergi ke Jakarta, tidak akan pernah mengatakan dua setengah kali, atau tiga seperempat kali. Tetapi akan mengatakan dua kali, lima kali, atau tujuh kali. Begitu juga tentang ukuran jumlah anak dalam suatu keluarga. Numerik yang dihasilkan akan selalu berbentuk bilangan bulat, demikian seterusnya. Tidak akan pernah ada bilangan pecahan. Data nominal ini diperoleh dari hasil pengukuran dengan skala nominal. 2. Jawaban untuk variable Ordinal Skala Ordinal Adalah skala variabel yang menunjukkan tingkatan tingkatan. Skala Ordinal Adalah Himpunan yang beranggotakan menurut rangking, urutan, pangkat atau jabatan. Skala Ordinal adalah Kategori yang dapat diurutkan atau diberi peringkat. Skala Ordinal adalah Skala Data Kontinum yang batas satu variasi nilai ke variasi nilai yang lain tidak jelas, sehingga yang dapat dibandingkan hanyalah nilai tersebut lebih tinggi, sama atau lebih rendah daripada nilai yang lain. Bagian lain dari data kontinum adalah data ordinal. Data ini, selain memiliki nama (atribut), juga memiliki peringkat atau urutan. Angka yang diberikan mengandung tingkatan. Ia digunakan untuk mengurutkan objek dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi, atau sebaliknya. Ukuran ini tidak memberikan nilai absolut terhadap objek, tetapi hanya memberikan peringkat saja. Jika kita memiliki sebuah set objek yang dinomori, dari 1 sampai n, misalnya peringkat 1, 2, 3, 4, 5 dan seterusnya, bila dinyatakan dalam skala, maka jarak antara data yang satu dengan lainnya tidak sama. Ia akan memiliki urutan mulai dari yang paling tinggi sampai paling rendah. Atau paling baik sampai ke yang paling buruk. Misalnya dalam skala Likert, mulai dari sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju sampai sangat tidak setuju. Atau jawaban pertanyaan tentang

kecenderungan masyarakat untuk menghadiri rapat umum pemilihan kepala daerah, mulai dari tidak pernah absen menghadiri, dengan kode 5, kadang-kadang saja menghadiri, dengan kode 4, kurang menghadiri, dengan kode 3, tidak pernah menghadiri, dengan kode 2 sampai tidak ingin menghadiri sama sekali, dengan kode 1. Dari hasil pengukuran dengan menggunakan skala ordinal ini akan diperoleh data ordinal. Perhatikan contoh pertanyaan dibawah ini dengan menggunakan jawaban untuk variable ordinal.

3. Data Interval Skala Interval Adalah skala data

kontinum yang batas variasi nilai satu dengan yang lain jelas, sehingga jarak atau intervalnya dapat dibandingkan. Dikatakan Skala Interval bila jarak atau perbedaan antara nilai

pengamatan satu dengan nilai pengamatan lainnya dapat diketahui secara pasti. variasi pada Skala Interval juga Nilai dapat
Contoh data interval tinggi badan

dibandingkan seperti halnyapada

skala ordinal (Lebih Besar, Sama, Lebih Kecil..dsb); tetapi Nilai Mutlaknya tidak dapat dibandingkan secara Matematis, Data interval Pemberian angka kepada set dari objek yang mempunyai sifat-sifat ukuran ordinal dan ditambah satu sifat lain, yakni jarak yang sama pada pengukuran dinamakan data interval. Data ini

memperlihatkan jarak yang sama dari ciri atau sifat objek yang diukur. Akan tetapi ukuran interval tidak memberikan jumlah absolut dari objek yang diukur. Data yang diperoleh dari hasil pengukuran menggunakan skala interval dinamakan data interval. Misalnya tentang nilai ujian 6 orang mahasiswa, yakni A, B, C, D, E dan F diukur dengan ukuran interval pada skala prestasi dengan ukuran 1, 2, 3, 4, 5 dan 6, maka dapat dikatakan bahwa beda prestasi antara mahasiswa C dan A adalah 3 1 = 2. Beda prestasi antara mahasiswa C dan F adalah 6 3 = 3. Akan tetapi tidak bisa dikatakan bahwa prestasi mahasiswa E adalah 5 kali prestasi mahasiswa A ataupun prestasi mahasiswa F adalah 3 kali lebih baik dari prestasi mahasiswa B.

4. Data Rasio Skala Ratio Adalah Skala yang disamping batas intervalnya jelas, juga variasi nilainya memunyai batas yang tegas dan mutlak. Ukuran yang meliputi semua ukuran di atas ditambah dengan satu sifat yang lain, yakni ukuran yang memberikan keterangan tentang nilai absolut dari objek yang diukur dinamakan ukuran rasio (data rasio). Data rasio, yang diperoleh melalui pengukuran dengan skala rasio memiliki titik nol. Karenanya, interval jarak tidak dinyatakan dengan beda angka rata-rata satu kelompok dibandingkan dengan titik nol di atas. Oleh karena ada titik nol, maka data rasio dapat dibuat perkalian ataupun pembagian. Angka pada data rasio dapat menunjukkan nilai sebenarnya dari objek yang diukur. Jika ada 4 orang pengemudi, A, B, C dan D mempunyai pendapatan masingmasing perhari Rp. 10.000, Rp.30.000, Rp. 40.000 dan Rp. 50.000. Bila dilihat dengan ukuran rasio maka pendapatan pengemudi C adalah 4 kali pendapatan pengemudi A. Pendapatan pengemudi D adalah 5 kali pendapatan pengemudi A. Pendapatan pengemudi C adalah 4/3 kali pendapatan pengemudi B.

Dengan kata lain, rasio antara pengemudi C dan A adalah 4 : 1, rasio antara pengemudi D dan A adalah 5 : 1, sedangkan rasio antara pengemudi C dan B adalah 4 : 3. Interval pendapatan pengemudi A dan C adalah 30.000, dan pendapatan pengemudi C adalah 4 kali pendapatan pengemudi A. Contoh data rasio lainnya adalah berat badan bayi yang diukur dengan skala rasio. Bayi A memiliki berat 3 Kg. Bayi B memiliki berat 2 Kg dan bayi C memiliki berat 1 Kg. Jika diukur dengan skala rasio, maka bayi A memiliki rasio berat badan 3 kali dari berat badan bayi C. Bayi B memiliki rasio berat badan dua kali dari berat badan bayi C, dan bayi C memiliki rasio berat badan sepertiga kali berat badan bayi A, dst. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh data di bawah ini.

Anda mungkin juga menyukai