Anda di halaman 1dari 14

Etika Penggunaan Obat Dalam Islam

Disusun Oleh : Kelompok 1


LATAR BELAKANG

Sebagai negara yang penduduknya mayoritas beragama islam,


indonesia telah memiliki undang-undang yang mengatur tentang
kehalalan suatu produk, salah satunya obat.
Undang-undang tersebut tentu sangat berguna bagi seluruh umat
muslim di indonesia. Tetapi fakta dilapangan ada banyak sekali
obat-obat yang tidak halal beredar dan dikonsumsi oleh umat
muslim di indonesia. selain itu, ada banyak umat muslim yang
sudah tidak memperdulikan masalah kehalalan suatu obat.
REGULASI KEHALALAN OBAT DI INDONESIA
Jaminan penyelenggaraan produk halal bertujuan untuk
memberikan kenyamanan, keamanan, keselamatan, dan kepastian
ketersediaan produk halal bagi masyarakat.
Hal itu berpengaruh secara nyata pada pengolahan dan
pemanfaatan bahan baku untuk makanan, minuman, kosmetik dan
obat-obatan.
Oleh karena itu, untuk mengetahui kehalalan dan kesucian suatu
produk, diperlukan suatu kajian khusus.
Berkaitan dengan itu, dalam realitasnya banyak produk yang
beredar dimasyarakat belum terjamin kehalalannya. Oleh karena
itu, pengaturan mengenai JPH perlu diatur dalam suatu undang-
undang.
pokok-pokok pengaturan dalam undang-undang tersebut, yaitu:
• Ditetapkan bahan produk yang halal dan ditentukan pula PPH
• Mengatur hak dan kewajiban pelaku usaha
• Menyelenggarakan JPH yang pelaksanaannya dilakukan oleh
BPJPH
• Cara memperoleh sertifikat halal diawali dengan pengajuan
permohonan kepada BPJPH
• Biaya sertifikat halal dibebankan kepada pelaku usaha
BEROBAT DENGAN YANG HARAM

Mereka yang menghalalkan berobat dengan obat-obatan yang


haram berdalil bahwa berobat merupakan hal yang bersifat
darurat. oleh karena itu, mereka yang mendukung pendapat ini
mensyaratkan beberapa hal penting, yaitu:
• Usahakan yang halal terlebih dahulu
• Tidak menikmati
• Berobat secukupnya
• Terbukti manjur secara mutlak
Pendapat mereka yang tidak bisa menerima obat haram
sebagai unsur kedaruratan memiliki pandangan
mengomsumsi makanan haram dengan alasan pengobatan
adalah hal yang tidak bisa dibenarkan secara syariat.
Salah satu dalilnya adalah:
Dari Abi Ad-Darda’ ra. Bahwa Nabi saw. Bersabda,
“Sesungguhnya Allah telah menurunkan penyakit dan obat
dan dia menjadikan buat tiap-tiap penyakit ada obatnya.
Maka, makanlah obat, tapi janganlah makan obat dari yang
haram.” –HR. Abu Daud.
APAKAH OBAT YANG DIKONSUMSI SUDAH HALAL?

Obat halal harus memenuhi persyaratan berikut:


• Sumber yang halal
• Metode pembuatan obat harus higienis
• Aspek kebersihan harus diperhatikan
Islam memiliki panduan dan pedoman untuk berbagai
bahan aktif dan bahan eksipien yang berstatus tidak
halal, yaitu:
• Babi
• Alkohol
• Gelatin
STANDARISASI OBAT YANG AMAN DIKONSUMSI

Menurut BPOM, Peraturan Kepala BPOM RI Nomor


HK.04.1.33.12.11.09938 Tahun 2011 Pasal 1 menyebutkan
standar atau persyaratan mutu obat yaitu, produk biologi yang
merupakan bahan atau paduan bahan, digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki system fisiologi atau keadaan
patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan, dan
kontrasepsi untuk manusia.
Pasal 3 menjelaskan penarikan obat tidak terbatas pada:
a.Pemerian
b.Sterilitas
c.Uji disolusi
d.Uji potensi
e.Kadar
f.Keseragaman sediaan (keseragaman kandungan dan bobot)
g.pH
h.Label tidak sesuai dengan kandungan atau kekuatan zat aktif
(mislabel)
i.Kadar air
j.Ketidaksesuaian penandaan dengan yang disetujui
k.Keseragaman bobot
l.Volume terpindahkan
m.Isi minimum
n.Waktu hancur
Pengguaan paracetamol yang tidak tepat (jangka
panjang/dosis besar) bisa menyebabkan kerusakan hati.
Sedangkan fenilbutazon merupakan obat keras yang harus
digunakan atas petunjuk dokter. Karena jika digunakan
secara tidak tepat bisa menyebabkan gangguan kesehatan
mulai dari mual, muntah, ruam kulit, hingga resiko berat
seperti penimbunan cairan, pendarahan lambung, reaksi
hipersensitifitas, hepatitis, gagal ginjal, dan leukopenia.
PENGEDARAN OBAT ILEGAL DI JAWA BARAT

Tahun 2018 terdapat obat berbahan herbal yang menurut


masyarakat lebih aman karena tidak mengandung zat kimia
ternyata mengandung bahan kimia obat (BKO). Kebanyakan
obat-obatan tersebut teridentifikasi dicampur penghilang rasa
sakit dan rematik seperti paracetamol dan fenilbutazon. Dua
zat kimia tersebut sama sekali tidak boleh ada di obat
tradisional
Usaha Pemerintah dalam Menanggulangi Masalah
Pengedaran Obat Ilegal

Kepala Balai Besar POM Bandung I Gusti Ngurah Bagus


Kusuma Dewa menyatakan, membuang sampah obat secara
benar adalah program pemberdayaan masyarakat dalam
rangka Gerakan Waspada Obat Ilegal, kelanjutan dari Aksi
Pemberantasan Obat Ilegal dan Penyalahgunaan Obat yang
dicanangkan Presiden Republik Indonesia. BPOM
berkolaborasi dengan asosiasi profesi dan pihak lainnya dalam
rangka mengedukasi masyarakat tentang cara membuang obat
dengan benar, dibentuk gerakan “Ayo Buang Sampah Obat”.
BPOM menyelenggarakan sosialisasi desk konsultasi
dan workshop dibidang farmasi dalam upaya
memberikan jaminan keamanan obat yang diedarkan
untuk masyarakat. Izin edar merupakan hal yang sangat
krusial dalam peredaran obat. Menurut Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 1010/MENKES/PER/XI/2008, izin
edar adalah bentuk persetujuan registrasi obat untuk
dapat diedarkan di wilayah Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai