Anda di halaman 1dari 3

Nama : Kalvin

Kelas : S2D Ekonomi


NPM : 202114500465
Mata Kuliah : Akhlak dan Etika

LEMBAR JAWABAN UAS


1. a. Kurang setuju, Selain karena sulitnya pengawasan penggunaan ganja jika dilihat dari letak
geografis Indonesia, salah satu peneliti yaitu Arianti juga menyebut belum ada bukti manfaat
klinis dari penggunaan ganja ataupun minyak ganja untuk pengobatan di Indonesia. Tanaman
ganja di Indonesia saat ini juga masih banyak yang bersifat merugikan daripada
mendatangkan manfaat. Kasus sitaan ganja masih tinggi karena banyak disalahgunakan untuk
rekreasi atau penggunaan yang bersifat rekreasional sehingga angka kematian akibatnya lebih
tinggi. Ganja dan produk turunannya saat ini masih dimasukkan dalam bahan yang dilarang
untuk digunakan. Sebab pengendalian ganja yang dimanfaatkan untuk pengobatan hanyalah
sementara dan jangka pendek saja. Sehingga manfaatnya tidak sebanding dengan risiko yang
akan ditanggung ke depan.

b. Selama ini ganja identik dengan tumbuhan yang memiliki konotasi buruk karena dapat
menimbulkan efek negatif seperti rasa mabuk. Dalam hukum Islam sangat jelas kaidahnya;
"Laa dhoror walaa dhiror" (tidak boleh menimbulkan atau menyebabkan bahaya bagi diri
sendiri, dan tidak boleh pula membahayakan orang lain). Juga kaidah: "Adh-dhororu yuzal"
(bahaya itu harus dihilangkan).
Dilansir dari MUI (7/7) Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jatim KH
Ma'ruf Khozin mengatakan masih perlu menunggu hasil uji klinis untuk menemukan
kandungan yang terdapat dalam ganja yang sama sekali tidak ada obat alternatifnya.
"Jika sudah menjadi satu-satunya bahan yang terdapat dalam ganja, maka masuk kategori
darurat," jelas KH Ma'ruf Khozin.
Menanggapi penggunaan ganja untuk medis, lebih lanjut KH Ma'ruf Khozin menegaskan
kapasitasnya hanya menyampaikan dari sisi hukum fikih saja. Ia kemudian menyebutkan
hadis yang diriwayatkan oleh Al-Baihaqi yang menyatakan, "Sungguh Allah tidak
menjadikan obat untuk kalian di dalam hal-hal yang diharamkan," ujar beliau.
Maksud hadits tersebut adalah jika tidak ada keperluan menggunakan barang haram untuk
obat sebaiknya dihindari. Misalnya karena ada benda lain yang suci dan berfungsi sama
seperti benda haram tersebut maka sebaiknya memilih obat yang jelas status halalnya.

c. Secara Sosial Saat ini, pemerintah masih melarang pembudidayaan, penggunaan, maupun
peredaran ganja. Ganja termasuk narkotika golongan I, artinya ganja tidak dapat digunakan
untuk kesehatan dan dianggap berpotensi sangat tinggi menyebabkan ketergantungan bagi
penggunanya. Bagi sebagian masyarakat Indonesia, ganja dipercaya memiliki efek buruk
seperti kecanduan dan perilaku negatif lainnya.
Secara ekonomi Di sektor kesehatan, obat dari olahan ganja disinyalir jauh lebih murah dan
alami ketimbang obat-obat berbahan kimia sintetis produk industri farmasi. Ini relevan di kala
saat ini sebanyak 90% obat di Indonesia berbahan baku impor yang berharga mahal.
Optimalisasi ganja untuk medis tidak hanya digunakan untuk penyembuhan penyakit, tetapi
juga dapat menjadi alternatif sumber pendapatan negara.
Secara kesehatan Penelitian mengenai kemungkinan ganja sebagai obat penyakit diabetes
pernah diusahakan oleh Lingkar Ganja Nusantara (LGN) di 2014. Penelitian ini didasari pada
hasil studi oleh Lola Weiss, peneliti Hadassah University Hospital Ein Kerem, Israel, pada
2006, yang menunjukkan bahwa cannabinoid berpotensi mengurangi kasus diabetes.

2. a. Faktor penyebab korupsi bahkan sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari. Kurangnya
pengetahuan tentang korupsi membuat praktik ini terus ada. Bahkan tak sedikit orang yang
tidak mengetahui apa yang telah dilakukannya adalah tindak korupsi. Maka dari itu penting
mendapatkan pendidikan antikorupsi sedini mungkin. Salah satu subjek yang wajib dipahami
adalah faktor penyebab korupsi. Dengan mengetahui faktor penyebab korupsi, perilaku ini
bisa dihindari. Faktor penyebab korupsi bisa berupa faktor eksternal yaitu faktor hukum,
politik, ekonomi, dan organisasi, sedangkan faktor internal nya yaitu sifat tamak/rakus
manusia, moral yang kuat, gaya hidup yang konsumtif dan aspek sosial Merespons usaha
LGN, pada Januari 2015, menteri kesehatan saat itu, Nila F. Moeloek, melalui Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan menerbitkan sebuah keputusan yang menyetujui
penelitian yang diusulkan oleh LGN dengan syarat harus dilakukan di laboratorium
pemerintah.
b. Hambatan Dalam Upaya Pemberantasan Korupsi
Upaya pemberantasan korupsi bukanlah hal yang mudah. Meski sudah dilakukan berbagai
upaya untuk memberantas korupsi, masih ada beberapa hambatan dalam pelaksanaannya.
Operasi tangkap tangan (OTT) sudah sering dilakukan oleh KPK, tuntutan dan putusan yang
dijatuhkan oleh penegak hukum juga sudah cukup keras, namun korupsi masih tetap saja
dilakukan. Hambatan dalam pemberantasan korupsi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

• Hambatan Struktural
Yaitu hambatan yang bersumber dari praktik-praktik penyelenggaraan negara dan
pemerintahan yang membuat penanganan tindak pidana korupsi tidak berjalan
sebagaimana mestinya.

• Hambatan Kultural
Yaitu hambatan yang bersumber dari kebiasaan negatif yang berkembang di masyarakat.

• Hambatan Instrumental
Yaitu hambatan yang bersumber dari kurangnya instrumen pendukung dalam bentuk
peraturan perundangundangan yang membuat penanganan tindak pidana korupsi tidak
berjalan sebagaimana mestinya.

• Hambatan Manajemen
Yaitu hambatan yang bersumber dari diabaikannya atau tidak diterapkannya prinsip-
prinsip manajemen yang baik (komitmen yang tinggi dilaksanakan secara adil, transparan
dan akuntabel) yang membuat penanganan tindak pidana korupsi tidak berjalan
sebagaimana mestinya.
c. Solusi dan Regulasi dalam pemberantasan korupsi yaitu mendesain dan menata ulang
pelayanan publik, memperkuat transparansi, pengawasan dan sanksi, meningkatkan
pemberdayaan perangkat pendukung dalam pencegahan korupsi. Dalam Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 1999 korupsi diklasifikasikan ke dalam: merugikan keuangan negara,
suap-menyuap, penggelapan dalam jabatan, pemerasan, perbuatan curang, benturan dalam
pengadaan, gratifikasi. Dalam rangka pemberantasan korupsi perlu dilakukan penegakan
secara terintegrasi, adanya kerja sama internasional dan regulasi yang harmonis.

3. a. Kesalehan pribadi atau kesalehan individual adalah hubungan baik antara manusia dengan
Sang Pencipta. Hubungan itu disebut terpelihara baik jika serang makhluk.manusia mengikuti
perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya, itulah yang disebut kesalehan pribadi.
Sementara kesalehan sosial adalah hubungan baik antarsesama makhluk manusia dengan
tidak pernah menyakiti siapa pun, itulah yang dinamakan kesalehan sosial.
Bila kedua kesalehan ini dihadapkan pada pilihan tentang mana yang lebih diutamakan, maka
berdasarkan hadits Nabi kesalehan sosial lebih diutamakan daripada kesalehan individual.
Karena itu pula kebaikan yang berhubungan dengan masyarakat jauh lebih prioritas.

b. Kesalehan Individual contohnya Sholat 5 waktu, Berpuasa, Membaca Al Quran, zakat,


Pergi Haji.
Kesalehan Sosial Contohnya tolong menolong, menghargai hak hak, menjalankan kewajiban,
zakat , Menghormati dan toleransi.

c. Mengimplementasikan isi dalam Al Quran dalam kehidupan sehari hari Menjalankan


perintah Allah dan menjauhi larangannya Berkumpul dengan orang orang saleh.

Anda mungkin juga menyukai