Anda di halaman 1dari 3

DUNIA KERJA TELAH BERUBAH BUNG

(SERIAL :  Service Beyond Expectation - first edition)

Sudah terlalu banyak buku, majalah atau tulisan yang mengingatkan kita akan perubahan dahsyat
yang kini terjadi, khususnya dalam dunia bisnis. Siapa yang cepat, dialah yang akan
mendapatkan kesempatan pertama. Namun, kesempatan inipun harus dipergunakan dengan bijak
karena jika tidak, akan ada banyak yang berbaris siap untuk menggantikan. Inilah bisnis  masa
sekarang. Kondisi  inipun lantas berdampak terhadap bagaimana bisnis masa sekarang harus
beroperasi. Mau tidak mau., bisnis sekarang ditantang untuk lebih fleksibel, lebih gampang
beradaptasi serta menjadi organisasi pembelajar yang selalu siap untuk belajar terhadap hal-hal
baru.

Akibatnya, dunia bisnis pun mencari dan mempertahankan sumber daya manusia yang lebih
muda, lebih enerjik, dan tetap produktif. Ini merupakan bagian dari upaya agar bisnis tetap dapat
bertahan dan bermaneuver melawan arus perubahan yang terus bergulir.

Untuk lebih mudahnya, mari kita sedikit bernostalgia dan membandingkan bagaimana dunia
kerja dulu dan sekarang. Dunia kerja secara global hingga disekitar era 80 an, tampaknya masih
menitik beratkan pada loyalitas upaya menjaga dan mempertahankan karyawan-karyawanya.
Secara tidak sadar, boleh dikatakan perusahaan hingga era tersebut  memiliki kredo seperti
berikut :

“sebagai perusahaan, kita harus menghargai karyawan yang telah setia dan loyal pada
perusahaan. Karena itu, Kita akan menjaga dan memberikan apresiasi sebesar-besarnya bagi
karyawan yang loyal”

Kalau boleh dikata, pada masa tersebut, cinta perusahaan kepada karyawannya masih “tanpa
syarat”. Apalagi, jika karyawan tersebut telah mengabdi lama dan setia. Perusahaan akan sangat
menghargai jasa loyalitas seperti itu. Maka, tak heran dalam beberapa perhitungan kompensasi
pun, unsur loyalitas ini dimasukkan sebagai komponen yang apresiasi.

Namun itulah dulu, Bagaimana di era 2000 an? Menunjukkan bahwa dunia kerja telah
mengalami perubahan sejalan dengan tuntutan bisnis yang berubah dengan cepat. Akhirnya,
kredo perusahaan yang dulunya seakan-akan tanpa syarat, berubah menjadi begini ;

“Sebagai perusahaan, kita tetap menghargai karyawan yang loyal dan setia. Namun kita
hanya menghargai yang bisa memberikan kontribusi dan andil bagi kemajuan perusahaan
ini. Kalau dulu Anda pernah berkontribusi banyak bagi perusahaan ini, kami ucapkan terima
kasih. Namun, sejarah tidak ada artinya bagi perusahaan ini. Jika dulu Anda pernah
memberikan andil, kami berharap sekarang dan dimasa depan Anda akan tetap memberikan
andil, itulah cara satu-satunya kami akan tetap memperhatikan dan mempertahankan Anda”
Kredo perusahaan yang menganggungkan loyalitas pun mulai lenyap. Perusahaan pun tidak lagi
melihat loyalitas sebagai sesuatu yang perlu dibanggakan. Mereka lebih membanggakan
karyawan yang selalu berkontribusi. Cinta yang dulunya tanpa syarat. Kini menjadi bersyarat.

Saya jadi membandingkan dengan sebuah kisah tentang seorang pimpinan perusahaan di Jepang
yang pada masa kritis, berjanji untuk tetap tidak melakukan PHK.  Bahkan, tatkala semua
perusahaan gulung tikar, ia tetap mempertahankan karyawannya. Dalam situasi demikian,
akibatnya perusahaanya selamat dari masa kritis karena semangat kerja yang tinggi.

Jika saya mengingat cerita tersebut, tampaknya kisah itu hanya akan menjadi novel belaka.
Dengan berjalannya waktu, sedikit sekali perusahaan yang akan menjalankan prinsip seperti itu
untuk masa sekarang. Sebaliknya, dari sisi pekerja pun, tidak banyak lagi yang bersemangat
untuk loyal pada satu perusahaan hingga mati. Bahkan di Jepang yang terkenal dengat semangat
loyalitasnya juga terjadi pada generasi mudanya. Mereka tidak lagi merasa loyalitas kepasa satu
perusahaan hingga mati sebagai nilai yang harus dijunjung tinggi. Mereka akan mencari
kesempatan serta peluang terbesar yang dapat mengoptimalkan potensi mereka.

Gambaran kerja diatas, memberi kita insight bahwa kita sekarang berada dalam dunia kerja yang
diliputi rasa tidak aman. Karena itulah sebenarnya membawa pesan yang sederhana. Satu-
satunya sikap teraman adalah bukan dengan ketergantungan kita kepada perusahaan tetapi
justru dalam diri kira sendiri.

Hukum kontribusi secara singkat berbunyi demikian :

Nilai Anda bagi Perusahaan    =  Rupiah kontribusi Anda   + Rupiah Anda Dibayar

Jika Anda perhatikan persamaan diatas, maka mudah untuk dipahami bahwa seberapa
perusahaan menganggap kita berharga atau tidak, sangat tergantung kepada nilai kontribusi yang
mampu kita berikan. Ingatlah, Perusahaan adalah badan usaha yang mencari untung, bukan suatu
yayasan sosial untuk beramal. Keinginan mereka adalah melihat bahwa investasi yang mereka
lakukan dengan memberikan gaji, tunjangan, maupun berbagai fasilitas kepada Anda.
Mendapatkan nilai balik (return on investment) yang setimpal bahkan kalau bisa jauh lebih besar
daripada yang telah dikeluarkan.

Kembali pada persamaan diatas, Jelas sekali ada dua cara supaya nilai Anda bagi perusahaan
semakin bertambah. Cara pertama adalah mengurangi jumlah Anda dibayar saat ini. Cara
pertama ini, saya sendiri juga yakin, Bahwa tidak mungkin Anda rela membiarkan Gaji Anda
dikurangi hanya supaya nilai Anda bagi perusahaan bertambah. Lagi pula, perusahaan yang
cerdik pun tidak tertarik hanya gara-gara gaji Anda lebih Murah.

Seperti yang pernah diungkapkan oleh seorang pimpinan perusahaan alat-alat pengecatan. ”saya
justru curiga kalau ada karyawan yang dibayar terlalu rendah. Kalau sudah terlalu rendah,
biasanya karyawan yang demikian kurang termotivasi, Malahan justru ia menjadi parasit dan
memberikan produktivitas yang rendah”.  Jadi tampaknya kita bisa melupakan cara pertama ini.
Masalahnya, sudah jelas Anda tidak mau mengurangi apa yang sudah Anda terima saat ini.
Malahan kalau bisa, Anda ingin agar gaji serta fasilitas yang Anda dapatkan justru semakin
bertambah.

Karena itu kita memiliki alternatif kedua. Cara kedua adalah dengan menambah nilai rupiah
kontribusi Anda. Nilai kontribusi tersebut berasal dari hasil pekerjaan Anda. Perhatikan hasil
pekerjaan yang Anda lakukan sekarang ini. Apakah yang telah Anda sumbangkan bagi
perusahaan? Nilai kontribusi tersebut bisa berasal dari profit atau laba langsung bagi perusahaan.
Bisa juga dari kemungkinan kerugian yang diderita oleh perusahaan seandainya Anda tidak ada
disana. Bisa juga berasal dari effisiensi yang telah Anda kontribusikan, Atau, bisa juga dari
perbaikan proeses kerja yang Anda sumbangkan yang bernilai tambah luar biasa bagi
perusahaan.

Nilai kontribusi Anda yang lain bisa pula dihitung dari berapa nilai kerja yang Anda berikan,
dibandingkan jika perusahaan harus melakukan ”outsource” kepada pihak yang lainnya.
 
Kita ambil contoh suatu perusahan farmasi terdapat seorang karyawan dengan level Office boy
yang punya keinginan belajar yang luar biasa. Mula-mula pekerjaanya hanyalah pekerjaan
seperti office boy biasanya membuatkan minuman, menyediakan dokumen, melakukan persiapan
perlengkapan alat training, termasuk mengantar dokumen penting , dan lain-lain. Diantara waktu
luangnya, ia tidak keberatan untuk mulai belajar Msword, excel, bahkan program pembuatan
SOP seperti Visio.  Dengan ketrampilannya tersebut, tampaklah kontribusinya bertambah.
Bahkan, dalam beberapa kesempatan, ia sering kali bertanya, Pak apa lagi yang bisa saya
lakukan untuk membantu ?  Karena kontribusinya yang luar biasa, Ia kini tidak lagi dibayar
dengan Upah minimum regional yang biasanya dibayarkan pada level office boy awal. Bahkan
dengan kemampuannya perusahaan memperhitungkan kontribusi yang ia berikan dengan nilai
lebih pula.
  
Semoga Bermanfat “Mangestu Luhur Ambangun Negoro”

Anda mungkin juga menyukai