Anda di halaman 1dari 5

Pengusaha Vs Karyawan

KOMPAS.com - Saat memutuskan ingin berwirausaha, apakah Anda sudah berpikir


dan bertindak layaknya seorang pengusaha? Atau jangan-jangan hanya tampilan luar
saja yang ingin terlihat sebagai seorang pengusaha tapi cara berpikir dan bertindak
Anda masih seperti seorang karyawan?

Pertama, perlu dipahami terlebih dahulu, bahwa menjadi pengusaha atau karyawan
itu sama baiknya. Ini adalah sebuah pilihan dan tidak ada yang lebih baik di antara
keduanya, karena setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan masing-
masing. Tentu tidak semua orang cocok menjadi pengusaha dan begitu juga tidak
semua orang cocok menjadi karyawan.

Ada orang-orang yang senang dengan ketidakpastian, suka mencoba sesuatu hal
yang baru dan bersemangat bertemu dengan orang-orang yang berbeda. Tipe seperti
ini cocok menjadi pengusaha. Ada juga mereka yang senang dengan kepastian,
melakukan pekerjaan sesuai aturan perusahaan dan lebih senang berada di belakang
layar. Tipe seperti ini cocok menjadi karyawan.

Lalu mana yang lebih baik? Bagi saya pribadi dua-duanya baik, karena setiap orang
bisa menjadi pengusaha sukses atau menjadi karyawan teladan.

Menjadi pengusaha itu tidak semudah seperti apa yang terlihat. Jangan pernah
berpikir bahwa pengusaha itu hidupnya pasti enak terus. Salah besar! Seorang
pengusaha harus mempunyai visi dan misi yang brilian, ide dan gagasan yang
cemerlang, kemampuan manajemen yang baik, siap mengorbankan waktu bersama
keluarga dan memiliki tanggung jawab yang besar terhadap para karyawan.

Anggapan bahwa pengusaha itu selalu hidup enak terjadi karena biasanya di seminar-
seminar kewirausahaan, para pembicara sering menampilkan tokoh-tokoh pengusaha
sukses yang bergaya hidup mewah dan bergelimangan harta. Namun apakah Anda
tahu bagaimana awal mula mereka merintis bisnis? Apakah Anda tahu apa saja yang
sudah mereka korbankan untuk mencapai kesuksesan itu?

Semua pencapaian yang telah diraih oleh para pengusaha sukses pastinya tidak
mudah. Banyak orang hanya melihat dari apa yang telah diraih oleh para pengusaha
tersebut: sukses, terkenal dan memiliki uang berlimpah. Tapi di belakang itu,
sesungguhnya kerja keras, keringat dan air mata mewarnai perjalanan hidupnya.

Media pun lebih tertarik menampilkan sosok-sosok inspiratif yang sudah sukses dan
akhirnya masyarakat pun banyak yang menilai salah tentang hal tersebut. Seolah-
olah menjadi pengusaha itu pasti berhasil, kaya raya dan hidup bergelimang harta.
Nyatanya, tidak demikian adanya.

Saya merasakan betul bagaimana jatuh bangunnya membangun sebuah usaha. Saya
harus melakukan penghematan di masa-masa awal, bahkan tidak jarang harus
berkorban untuk karyawan dan kelangsungan usaha. Waktu awal saya mendirikan
Rayyan Capital di tahun 2012, saya dan partner (Edwin Rahmat) tidak mendapatkan
gaji selama setahun. Beberapa kali kami sampai harus memutar otak bagaimana tetap
bisa membayar gaji karyawan meskipun tidak ada pemasukan sama sekali.

Baru di tahun kedua kami mulai mendapat keuntungan dari usaha yang dijalankan
dan bisa menggaji diri sendiri. Itupun setelah para karyawan mendapatkan haknya.
Kami menikmati masa-masa itu karena yakin bahwa ini adalah proses yang harus
dilalui untuk mencapai kesuksesan. Saya bilang ke Edwyn waktu itu, “We are building
our own empire. Keep working hard and be patient.”

Kami harus mengencangkan ikat pinggang di masa-masa awal dengan tujuan untuk
mengembangkan bisnis menjadi lebih besar lagi. Kami tidak berpikir bahwa saat
sudah mendapat passive income, itulah waktunya untuk berhura-hura menghabiskan
uang. Karena target kami adalah mengubah passive income menjadi massive passive
income!Baru setelah itu kami bisa dengan tenang menikmatinya.

Demikianlah adanya, bahwa perjuangan menuju kesuksesan itu tidak mudah dan
penuh jalan terjal. Di balik 10 pengusaha sukses negeri ini, ada 100 pengusaha lain
yang tidak pernah berhasil dalam menjalankan usahanya. Di belakang mereka, ada
lagi 100 pengusaha yang belum mendapatkan modal untuk menjalankan usahanya.
Di belakang mereka ada lagi 100 pengusaha lainnya dengan proposal bisnis yang
belum selesai dan tertutup debu di laci. Dan di balik setiap dari mereka ada 100 orang
yang bermimpi suatu hari dapat menjadi seorang pengusaha.

Hal-hal seperti inilah yang salah dipahami oleh kebanyakan mereka yang ingin terjun
dan mulai berwirausaha. Para calon pengusaha merasa bahwa kesuksesan itu pasti
sudah ada di depan mata dengan ilmu dan ketrampilan yang seadanya. Ini ibarat
berlayar menuju samudra tanpa membawa bekal yang cukup. Nekat bin keblinger!

Menjadi seorang pengusaha itu harus selalu siap untuk mengelola risiko, kapanpun
dan dimanapun. Dalam kondisi sesulit apapun, Anda harus mampu bertahan. Jangan
sampai baru gagal sekali sudah menyerah, baru jatuh sekali sudah kapok. Karena itu,
jangan pernah bermimpi menjadi seorang pengusaha sukses jika tidak siap dengan
segala risikonya.
Siapkah Anda bekerja keras siang dan malam? Siapkah Anda mengorbankan waktu
berkumpul bersama keluarga? Siapkah Anda menghadapi resiko yang mungkin tidak
pernah terpikir sebelumnya? Siapkah Anda untuk mengencangkan ikat pinggang
dalam proses membangun kerajaan bisnis? Siapkah Anda meninggalkan comfort
zone dan berjuang untuk mengejar mimpi?

Jika jawaban semuanya YA, maka Anda sudah siap menjadi seorang pengusaha!

SUMBER:
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/03/18/061700626/Pengusaha.Vs.
Karyawan
Pilih wirausaha atau jadi PNS, ini
perbandingannya

Merdeka.com - Wakil Presiden, Jusuf Kalla mengimbau masyarakat Indonesia untuk


berwirausaha dan membuka lapangan pekerjaan. Wapres JK bahkan tak segan
menyarankan warga untuk mencontoh jiwa pengusaha yang dimiliki etnis China atau
Tionghoa."Jadi kenapa kita kekurangan pengusaha dibandingkan China? Sederhana
sekali karena pengusaha China kalau (punya) anak lima, lima-limanya pengusaha.
Karena dulu tidak bisa jadi tentara, pegawai pemerintah. Jadi mereka membuka toko,
jadi pengusaha," ujar JK di Hotel Grand Sahid, Jakarta. Berbeda dengan etnis China,
masyarakat Indonesia justru sejak dulu lebih menyukai keturunannya menjadi
Pegawai Negeri Sipil (PNS). "Sedangkan kita ini, (punya) anak lima. Satu jadi
pengusaha, sisanya jadi PNS, tentara dan sebagainya, sehingga tidak bertambah.
Ada (yang buka) toko, toko itu saja yang dipertahankan," kata JK.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Haryadi Sukamdani,
mengatakan menjadi wirausaha ialah salah satu pilihan terbaik apabila ingin mencapai
kualitas hidup yang lebih baik. Dibanding sebagai PNS, tentu penghasilan yang
diperoleh wirausaha akan lebih besar. "Kalau kita bicara kompetensi, menurut saya
yang berwirausaha atau mandiri itu sebetulnya lebih baik.
Jadi PNS memang, kalau hidupnya mau tidak terlalu muluk muluk, gajinya jika mau
cuma sekedar untuk memenuhi kebutuhan keluarga atau basic itu cukup lah," ujar
Haryadi kepada merdeka.com di Jakarta. Haryadi mengatakan, dengan
berwirausaha, masyarakat juga dapat meningkatkan kapasitas ekonomi nasional.
Sebab, akan membuka peluang lapangan pekerjaan yang lebih besar. "Kalau
berusaha sendiri, akan lebih meningkatkan kapasitas ekonomi nasional. Bisa buka
lapangan kerja yang lebih besar. Jadi bermanfaat bagi orang lain," jelasnya. Kepala
Hubungan Masyarakat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi (PAN-RB), Herman Suryatman, mengatakan semua profesi sebenarnya
merupakan hal yang baik tergantung bagaimana menjalankannya. Namun
keuntungan menjadi seorang PNS terletak pada nilai sosialnya karena dapat
mengabdi dan melayani masyarakat setulus hati. "Semua profesi baik, yang penting
dapat memberikan manfaat. Menjadi PNS juga baik, karena bisa mengabdi dan
melayani masyarakat," ujar Herman kepada merdeka.com di Jakarta.

Sementara, untuk penghasilan, dikutip dari laman asncpns.com, besaran gaji PNS
dipengaruhi oleh besarnya tunjangan, baik itu tunjangan kinerja, tunjangan anak istri,
tunjangan kesehatan dan tunjangan-tunjangan lainnya. Sedangkan untuk gaji sendiri
di setiap instansi adalah sama rata. Namun, gaji PNS bisa terus meningkat seiring
kenaikan pangkat dan golongan. "Oleh karena itu minat masyarakat untuk menjadi
seorang PNS tidak pernah surut, bagaimanapun caranya tetap berusaha untuk
menjadi seorang CPNS," tulis laman itu. Salah satu instansi pemberi gaji tinggi ialah
Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Tingginya gaji sejalan dengan tingginya beban atau
target yang ditetapkan oleh pemerintah. Tidak tanggung-tanggung kenaikan
tunjangan diberikan 100 persen dari target pencapaian dengan artian bahwa jika
target penerimaan pajak terpenuhi maka 100 persen remunerasi akan diberikan.
Berapa jumlahnya? Dengan remunerasi yang diberikan 100 persen, tunjangan kinerja
yang diterima oleh PNS pajak bisa mencapai Rp 117 juta untuk jabatan eselon I.

SUMBER:
Https://www.merdeka.com/uang/pilih-wirausaha-atau-jadi-pns-ini-
perbandingannya-cpns-primadona-pencari-kerja.html

Anda mungkin juga menyukai