Anda di halaman 1dari 11

Definisi Employee Engagement

Employee engagement adalah sebuah pendekatan di tempat kerja yang bisa


menghasilkan kondisi yang tepat bagi seluruh anggota organisasi agar bisa
memberikan yang terbaik setiap harinya, berkomitmen terhadap tujuan dan nilai
organisasi, serta termotivasi untuk berkontribusi dalam kesuksesan organisasi
dengan kesadaran akan manfaatnya bagi diri sendiri.

David Macleod pernah mengatakan:

“This is about how we create the conditions in which employees offer more of
their capability and potential”.

Artinya ini terkait dengan bagaimana kita menciptakan kondisi di mana


karyawan menawarkan potensi dan kapabilitasnya secara lebih.

[Baca Juga: 20 Cara Seorang Pemimpin Meningkatkan Semangat Kerja


Tanpa Mengandalkan Uang. Silakan Anda Buktikan Sendiri!]

Employee engagement didasarkan pada kepercayaan, integritas, serta


komunikasi dan komitmen dua arah antara organisasi dan anggota
organisasinya.
Pendekatan ini bertujuan untuk meningkatkan peluang kesuksesan bisnis,
memperbaiki performa organisasi dan individu, serta meningkatkan
produktivitas.

Employee Engagement dari Sudut Pandang Karyawan


Apabila dilihat dari sudut pandang karyawan, employee engagement bisa
dibilang bangun pagi dan berpikir:

“Senangnya, hari ini saya akan pergi bekerja. Saya tahu apa yang akan saya
lakukan hari ini, saya punya banyak ide bagus tentang bagaimana
mengerjakannya. Saya tidak sabar bertemu dengan tim dan membantu mereka
agar bisa bekerja dengan baik hari ini.”

Artinya, di sini Anda sadar apa peran Anda dalam organisasi/perusahaan, dan
selalu bersemangat dalam membantu tercapainya tujuan organisasi/perusahaan.

Employee engagement juga membuat Anda tahu jelas dan paham apa yang
menjadi tujuan perusahaan, serta bagaimana hal tersebut mengubah Anda untuk
bisa bekerja dengan lebih baik dan bersedia memberikan kontribusi berupa ide
atau pekerjaan yang akan mempengaruhi jalannya perusahaan.

Anda juga diharapkan bisa berpartisipasi penuh sebagai karyawan dan sebagai
anggota tim, yang selalu fokus terhadap tujuan yang terukur dan jelas, serta
memiliki rasa saling percaya dan menguatkan.

Anda akan memberi dan siap menerima masukan yang membangun, saling
mendukung dalam meningkatkan keterampilan dan pengetahuan, serta dihargai
akan pencapaiannya.

Organisasi dengan nilai yang kuat dan asli memiliki bukti kuat akan
kepercayaan dan keadilan yang didasarkan pada rasa saling menghargai, di
mana janji dan komitmen antara pemberi kerja dan karyawan dipahami dan
dipenuhi dengan baik.

Employee Engagement dari Sudut Pandang Manajemen


dan Pemberi Kerja
Sedangkan jika dilihat dari sudut pandangan manajemen dan pemberi kerja,
employee engagement adalah tentang sikap dan perilaku positif yang mengarah
pada peningkatan hasil keluaran perusahaan, sebagai dampak dari saling
memicu dan mendukung satu sama lain.

Employee engagement di sini adalah tentang bagaimana seorang karyawan bisa


merasa bangga dan loyal dalam pekerjaannya bagi organisasi, menjadi bagian
perusahaan yang siap menangani klien, user, serta konsumen, serta selalu
memberi lebih dalam menyelesaikan setiap pekerjaannya.

[Baca Juga: 10 Tips Meningkatkan Produktivitas Kerja Setelah Pulang


Kampung dan Libur Lebaran]

Jadi, employee engagement akan menarik ide-ide karyawan untuk


meningkatkan produk dan jasa, serta tentang berinovasi dalam bekerja.

Para pemberi kerja berharap employee engagement bisa memancing komitmen


lebih dalam dari karyawan, sehingga semakin sedikit pula mereka yang selalu
absen, malas, kecelakaan kerja, serta menimbulkan konflik dalam pekerjaan.

Tujuan akhirnya tentu untuk meningkatkan produktivitas organisasi/perusahaan


dengan selalu konsisten melakukan aksi demi mencapai nilai perusahaan.
3 Tipe Karyawan dalam Employee Engagement
Sangat banyak tempat kerja yang tidak mementingkan employee engagement,
sehingga karyawan dipenuhi dengan perbedaan, rasa cemburu atau iri, saling
tidak percaya, dan masih banyak lagi.

Hubungan tempat kerja yang negatif ini akan menjadi penyebab besar mengapa
banyak karyawan tidak merasa terhubung dengan pekerjaannya.

[Baca Juga: Sudahkah Anda Tahu: Tunjangan dan Kompensasi Kerja?


Dan Bagaimana Cara Memanfaatkan dengan Benar?]

Jurnal semesteran Gallup Management tentang Employee Engagement Index


menentukan persentase saat ini sebagai berikut:

 29% karyawan yang termasuk dalam engaged employee


 54% karyawan yang termasuk dalam not engaged employee
 17% karyawan yang termasuk dalam actively disengaged

Apakah hubungan tempat kerja yang negatif ini akan menjadi masalah besar?
Tentu saja, karena selain meningkatkan stres yang dirasakan oleh mereka yang
menghabiskan mayoritas waktunya di lokasi yang tidak mendukung, hubungan
negatif ini juga bisa merusak fungsi organisasi/perusahaan.

Teknologi juga menyebabkan pekerjaan semakin kompleks dan semakin


terspesialisasi.

Dengan demikian, dibutuhkan keterkaitan dan hubungan antarpekerja untuk


bisa menghasilkan produk atau jasa yang baik.

Menurut Gallup, terdapat 3 tipe karyawan dalam menyikapi employee


engagement, yakni seperti terlampir sebagai berikut ini:

#1 Engaged

Merupakan karyawan yang bekerja dengan passion dan menemukan hubungan


yang erat dengan perusahaannya.

Mereka menunjukkannya dengan inovasi demi memajukan perusahaan.

#2 Not Engaged

Merupakan karyawan yang istilahnya sudah “check out” dari perusahaan.


Mereka bekerja hanya sebatas asal hadir, menghabiskan waktu tanpa
memberikan passion atau energi dalam bekerja.

#3 Actively Disengaged

Merupakan karyawan yang bukan hanya membenci pekerjaannya, namun juga


menutupi ketidakbahagiaannya.

Dalam novel terbaru James Hynes, Kings of Infinite Space, karakter utamanya
sadar bahwa mereka adalah zombie yang tidak memiliki jiwa dan pikiran, hanya
bergerak tanpa arah di tempat kerjanya.

Bagi banyak karyawan, setidaknya bagi mereka yang bekerja dalam tempat
kerja yang tidak sehat, perasaan ini mungkin bagai melihat diri sendiri, karena
sangat familiar.
Keuntungan Karyawan yang ENGAGED
Sangat baik jika perusahaan berusaha meningkatkan employee engagement dan
mengukurnya.

Pengukuran ini adalah tahapan penting yang harus dilakukan sebelum


mengimplementasi tindakan untuk menghasilkan employee engagement yang
baik.

Tanpa adanya employee engagement yang baik, perusahaan akan kesulitan,


terutama dalam kondisi perekonomian yang buruk.

Jim Harter, Ph.D., kepala ilmuwan kesejahteraan karyawan dan employee


engagement Gallup mengatakan:

“Measurement is one thing, what you measure is another. You can measure a
lot of things that have nothing to do with performance and that don’t help a
company implement a system that allows managers to create change.”

Artinya, pengukuran adalah satu hal, apa yang diukur merupakan hal lain. Anda
bisa mengukur banyak hal yang tidak berhubungan dengan performa yang tidak
membantu perusahaan dalam mengimplementasikan sistem yang
memungkinkan manager dalam membuat perubahan.

Berdasarkan sebuah studi Gallup tentang employee engagement assessment,


Gallup ingin mengetahui apa hal yang sebenarnya sangat berpengaruh dalam
employee engagement dan business performance.
[Baca Juga: Para HRD Ketahui 5 Hal yang Harus Dibahas Pada Pelatihan
Persiapan Pensiun Karyawan]

Studi dilakukan terhadap 49,928 unit kerja, mencakup hampir 1.4 juta
karyawan.

Iterasi dan meta analisis yang dilakukan membuktikan keterkaitan yang jelas
antara employee engagement dan 9 keluaran performa berikut ini:

 Customer ratings
 Profitability
 Productivity
 Turnover (for high-turnover and low-turnover organizations)
 Safety incidents
 Shrinkage (theft)
 Absenteeism
 Patient safety incidents
 Quality (defects)

Dengan kata lain, karyawan yang “engaged” akan menghasilkan hasil yang
lebih baik dalam 9 faktor tersebut, contohnya absen yang lebih sedikit,
kecelakan kerja yang lebih minim, serta produktivitas lebih tinggi.
Mengukur Employee Engagement dengan The Gallup Q12
Index
The Gallup Q12 Index employee engagement didasarkan pada studi yang
dilakukan lebih dari 30 tahun untuk meneliti behavioral economic research
yang mencakup kurang lebih 17 juta karyawan.

Melalui studi tersebut, Gallup berhasil mengidentifikasi 12 elemen utama atau


yang disebut sebagai Q12, yang terhubung sangat kuat dengan keluaran
perusahaan atau bisnis.

12 pertanyaan inilah yang bisa memprediksi performa karyawan dan unit


kerjanya:

1. Do you know what is expected of you at work?


2. Do you have the materials and equipment to do your work right?
3. At work, do you have the opportunity to do what you do best every day?
4. In the last seven days, have you received recognition or praise for doing
good work?
5. Does your supervisor, or someone at work, seem to care about you as a
person?
6. Is there someone at work who encourages your development?
7. At work, do your opinions seem to count?
8. Does the mission/purpose of your company make you feel your job is
important?
9. Are your associates (fellow employees) committed to doing quality work?
10. 10.Do you have a best friend at work?
11. 11.In the last six months, has someone at work talked to you about your
progress?
12. In the last year, have you had opportunities to learn and grow?

Keterkaitan dalam setiap pertanyaan dijelaskan dalam Gallup Engagement


Hierarchy sebagai berikut:
Studi Gallup mendemonstrasikan 6 elemen pertama dalam pertanyaan 1 hingga
6, yang basic needs dan management support, yang mendasari kepuasan,
performa, dan retensi.

Enam elemen selanjutnya muncul dalam pertanyaan 7 hingga 12


menggambarkan teamwork dan perkembangan karyawan dalam perusahaan.

Piramida Motivasi Maslow dan Employee Engagement


Salah satu bagian besar dari peran seorang manager adalah menciptakan
employee management yang baik.

Hal ini dikarenakan kita sudah memahami bahwa semakin tinggi tingkat
employee engagament-nya, semakin positif juga dampaknya bagi perusahaan.

Namun sejauh mana pengetahuan Anda tentang motivasi yang mendorong


employee engagement?

Steve Smith menjelaskan bahwa hubungannya dapat dilihat Hierarchy of


Needs dari Maslow berikut ini:
Dengan memecah-mecah setiap kebutuhan Maslow dari yang paling mendasar,
seperti warmth, safety, dan security hingga yang paling tinggi tingkatannya (self
actualization), Steve berhasil menggambarkan hubungan langsung antara setiap
levelnya.

Semakin tinggi Anda melihat dalam piramida tersebut, kebutuhannya berubah


begitu pula motivasi yang dibutuhkannya untuk tiap level.

Sebagai contoh, dalam level terendah (survival), karyawan akan termotivasi


dengan kebutuhan utama dari pekerjaan, yaitu upah atau gaji untuk bisa
bertahan hidup. Demikian seterusnya hingga level paling atas.

KESIMPULAN: Employee Engagement itu Penting


Menurut Gallup
Tantangan menghadapi ketidakpedulian di tempat kerja sudah sering diteliti dan
diupayakan.
Termasuk yang dilakukan Gallup, yang memantau 3 jenis karyawan
berdasarkan employee engagement.

Dari sinilah mereka menemukan bahwa penting untuk meningkatkan employee


engagement dan bagaimana cara untuk mengukur dan meningkatkannya.

Anda sebagai pebisnis bisa mengaplikasikan metode ini demi mempertahankan


dan memperbaiki perusahaan ke arah yang lebih baik lagi.

Jadi tunggu apa lagi, segera tingkatkan employee engagement bagi karyawan
Anda!

Apakah Anda memiliki pertanyaan mengenai employee engagement menurut


Gallup lainnya? Tinggalkan komentar Anda di bawah. Jika ada pertanyaan,
silakan ajukan pertanyaan Anda pada kolom di bawah ini. Perencana
Keuangan kami siap membantu Anda, terima kasih.

Sumber Referensi:

 Admin. What is Employee Engagement. Engageforsuccess.org –


https://goo.gl/KFtZMq
 Steve Crabtree. 10 Juni 2004. Getting Personal in the Workplace. News.gallup.com
– https://goo.gl/PLWAoz
 Susan Sorenson. 20 Juni 2013. How Employee Engagement Drives Growth.
News.gallup.com – https://goo.gl/cLmavj
 Teach Oakland Advisory Group. 21 September 2016. Why Teacher Engagement
Matters in Oakland. Educate78.org – https://goo.gl/msBKPn
 Admin. 2 Juli 2015. Can Maslow’s hierarchy of needs help you understand
employee engagement? Servicefutures.com – https://goo.gl/zbyu9N

Anda mungkin juga menyukai