Anda di halaman 1dari 3

ANALISA RELEVAN TERKAIT PRINSIP DALAM HUKUM

LINGKUNGAN DAN PENCEMARAN LINGKUNGAN YANG ADA

Permasalahan lingkungan yang ada di negara Indonesia khususnya di Kota Surabaya


dapat ditinjau dari berbagai aspek, diantaranya yaitu berkaitan dengan perihal Medis,
Teknologi, Ekonomi ataupun perihal dengan Hukum. Adanya Hukum Lingkungan memiliki
tujuan yakni Sarana Perlindungan & Kepastian Hukum (Social Control) yang nantinya akan
memberikan impact yang signifikan kepada masyarakat Indonesia untuk menjadikan suatu
lingkungan masyarakat yang ditempati saat ini menjadi stabil dan dapat terkontrol dengan baik
berdasarkan asas dalam Hukum Lingkungan, dan tujuan untuk Sarana Pembangunan (A Tool
of Social Engineering), tetap pada prinsip yang ditujukan untuk melaksanakan perubahan dari
masa ke masa dan tentunya dengan beberapa penyesuaian lingkungan yang dengan hal ini agar
teknologi ataupun perubahan masyarakat tidak langsung mengancam dengan ekosistem
lingkugnan yang ditempati masyarakat Indonesia.
Pengendalian lingkungan yang dapat diterapkan terdapat 2 (dua) macam bentuk, yakni
Pencegahan rusaknya lingkungan serta Penanggulangan rusaknya lingkungan. Pencegahan
bisa dengan menggunakan Teknologi, Hukum, serta Instrumen Kebijaksanaan Lingkungan.
Sedangkan Penanggulangan bisa dengan menggunakan Hukum, Informasi, Penghentian
Sumber rusaknya Lingkungan, serta Teknologi.
Perihal pencemaran suatu lingkungan untuk memperdalam analisa beberapa prinsip
dalam tugas Mata Kuliah Hukum Lingkungan ini saya ambil contoh pencemaran lingkungan
yang ada di Kali Surabaya yang mengalir di antara Kabupaten Gresik dan Kabupaten Sidoarjo
karena limbah yang dihasilkan dari Pabrik Kertas di wilayah Driyorejo dan terjadi pada bulan
Juli tahun 2019. Limbah yang dihasilkan dan dibuang ke kali Surabaya tersebut menyebabkan
ribuan ekosistem khususnya ikan dengan jenis Ikan Bader, Rengkik, Keting maupun Nila mati
seketika saat Pabrik tersebut membuang limbahnya ke Kali. Beberapa masyarakat
menyampaikan bahwasanya dalam sebulan pabrik tersebut melakukan hingga 3 sampai dengan
4 kali buangan limbah produksi dalam jangka waktu sebulan.
(Source:https://www.cnnindonesia.com/nasional/20190723063947-20-414559/ribuan-ikan-
kali-surabaya-mati-diduga-terpapar-limbah-pabrik)
Berdasarkan Pasal 1 Angka 21 UU No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPPLH) dan bila menilai dari kesaksian beserta bukti
matinya ribuan ikan yang ada dalam berita tersebut, maka limbah yang dihasilkan oleh Pabrik
Kertas Driyorejo tersebut masuk pada Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Karena diduga
mengandung zat, energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi dan/atau
jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau
merusak lingkungan hidup, dan.atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta
kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain.
Berdasarkan Asas-Asas Umum Kebijaksanaan Lingkugnan (General Principles of
Environmental Policy) yang cocok dalam hal ini untuk disandingkan kepada kondisi
tercemarnya Kali di Surabaya tersebut yang menyebabkan matinya ribuan ikan, ialah dengan
melaksanakan Prinsip Cegah Tangkal (Stand Still Principle) Prinsip Pencemar Membayar
(Polluters Pays Priciple), Prinsip Sarana Praktis yang Baik (Best Practicable [BAT]), serta
Prinsip Perbedaan Regional (Principle of Regional Differentiation). Melaksanakan Prinsip
Cegah Tangkal lebih dinilai merupakan prinsip penanggulangan dengan cara preventif
daripada menggunakan Prinsip Tanggapi dan Tanggulangi yang dinilai lebih bersifat represif.
Dalam Prinsip Cegah Tangkal alangkah lebih baiknya sebuah Pemerintahan yang terkait dan
ada pada daerah Pabrik Kertas di Driyorejo (yaitu Kabupaten Sidoarjo) atau tidak hanya Pabrik
Kertas itu saja tetapi seluruh Pabrik yang ada di Kabupaten Sidoarjo tersebut diberi penyuluhan
serta sosialisasi perihal pentingnya menjaga kehidupan lingkungan yang ada di sekitar pabrik,
serta jangan sampai dalam hal produksi pabrik mereka menyisakan sebuah limbah yang dapat
mencemari dan/atau merusak lingkungan serta ekosistem menjadi lebih buruk kembali karena
tidak diolah dengan baik limbah yang pabrik mereka hasilkan.
Kemudian Prinsip Pencemar Membayar dalam arti tidak karena kesalahan sebuah
Pabrik Kertas tersebut yang mengakibatkan berubahnya ekosistem dan menyebabkan matinya
ribuan ikan di Kali Surabaya saja-lah Pabrik Kertas harus membayar. Akan tetapi, Pabrik
Kertas di Driyorejo-lah yang akhirnya berkedudukan sebagai penanggung jawab atas
kegiatannya menimbulkan pencemaran beserta kerusakan lingkungan hidup yang akhirnya
harus menanggung biaya pemulihan lingkungan yang terdampak oleh limbah yang ada pada
Kali di Surabaya yang terhubung dengan Kabupaten Gresik hingga Kabupaten Sidoarjo.
Dilaksanakan dengan dilaksanakan Prinsip Sarana Praktis yang Terbaik yang menekankan
bahwa sarana-sarana tersebut diterapkan untuk menanggulangi pencemaran lingkungan yang
menurut keadaan praktis maupun teknis yang aktual dipandang paling efektif dan sekaligus
dari segi ekonomik dapat diterima oleh pelaku pencemaran. Berdasarkan prinsip ini berarti
harus dilakukan dengan teknologi ramah lingkungan. Dengan teknologi ramah lingkungan
dapat dihindarkan terjadinya pencemaran lingkungan disamping itu dari segi ekonomi dapat
menguntungkan bagi pelaku usaha dan/atau kegiatan produksi.
Lalu, Prinsip Perbedaan Regional dilaksanakan bilamana dilaksanakan pengelolaan
lingkungan maka harus sesuai dengan kenyataan tentang adanya ketidaksamaan wilayah.
Situasu dan kondisi lingkungan berbeda-beda menurut daerahnya. Penerapan Prinsip
Perbedaan Regional dalam Hukum Lingkugnan dapat dilihat pada pengelolaan kualitas
lingkungan melalui penetapan baku mutu lingkungan. Maka dari itu, Pabrik Kertas harus
melihat terlebih dahulu Standard Operating Procedure (SOP) yang berlaku dari masing-
masing daerah kali yang tercemar diantaranya pada pemerintahan Kotamadya Surabaya,
Kabupaten Sidoarjo serta Kabupaten Gresik, untuk menyesuaikan langkah apa yang harus
Pabrik Kertas lakukan karena telah mencemari Kali oleh limbah B3 hasil produksi mereka.
Bilamana keseluruhan Prinsip telah dilaksanakan, hal ini tidak semata-mata
menyerahkan seluruh kesalahan pada Pabrik Kertas, akan tetapi Pemerintah dari Kabupaten
Sidoarjo juga turut andil dalam hal pencemaran ini yang juga nantinya akan menjalankan
Prinsip Tanggung Jawab Negara (State Responsibility), karena dalam UUPPLH dijelaskan
bahwa negara menjamin pemanfaatan sumber daya alam akan memberikan manfaat sebesar-
besarnya bagi kesejahteraan dan mutu hidup rakyat, baik generasi masa kini maupun generasi
masa depan, negara juga menjamin hak warga negara atas lingkungan hidup yang baik dan
sehat serta negara mencegah dilakukannya kegiatan pemanfaatan sumber daya alam yang
menimbulkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup. Oleh karena itu pencemaran
yang disebabkan oleh Pabrik Kertas di Driyorejo juga merupakan tanggung jawab dari
Pemerintah setempat yakni Pemerintah di Kabupaten Sidoarjo yang dalam hal ini mencakup
juga pada daerah Driyorejo.
Dengan begitu dapat disimpulkan bahwasanya tanggung jawab atas pencemaran
lingkungan yang bisa saja terjadi oleh karena hasil dari individu ataupun industrial yang
menyebabkan rusak ataupun tercemarnya lingkungan, nantinya juga terdapat campur tangan
pemerintah yang dalam hal ini dituliskan di UUPPLH menjamin pemanfaatan, terjaganya
lingkugnan hidup yang baik dan sehat serta mencegah bilamana terdapat pencemaran ataupun
kerusakan lingkungan hidup dalam masyarakat, tentunya dalam hal ini juga tidak melupakan
adanya prinsip-prinsip dalam Hukum Lingkungan yang ada.

Anda mungkin juga menyukai