Anda di halaman 1dari 17

1 KEKUASAAN KEHAKIMAN

(MENURUT HASIL AMANDEMEN UUD 1945)

MAHKAMAH
MAHKAMAH KONSTITUSI
AGUNG UU NO. 24 TAHUN 2003
UU NO. 5 TAHUN 2004
jo UU No.3 Tahun 2009

PERADILAN PERADILAN
PERADILAN TUN
UMUM AGAMA PERADILAN UU NO. 5 TAHUN 1986
UU NO. 2 TAHUN 1986 UU NO. 7 TAHUN 1989
MILITER JO UU NO. 9 TAHUN
JO UU NO 8 TAHUN JO UU NO. 3 TAHUN
UU NO. 31 TAHUN 1997 2004 Jo. UU 51 tahun
2004 Jo. UU No. 49 Tahun 2006 Jo. UU No. 50 Tahun
2009
2009 2009
Karakteristik Hukum Acara PTUN
 Hakim Aktif (dominus litis); (vide Pasal 80 UUPTUN)
 Terdapat tenggang waktu pengajuan gugatan; (vide Pasal 55 UUPTUN jo peratran
berkaitan lainnya)
 Terdapat proses dismissal; (vide Pasal 62 UUPTUN)
 Terdapat pemeriksaan persiapan; (vide Pasal 63 UUPTUN)
 Berlaku asas presumtio iustea causa (konsekuensinya gugatan tidak menunda
pelaksanaan keputusan); (vide Pasal 67 ayat (1) UUPTUN)
 Asas pembuktian bebas terbatas; (vide Pasal 107 jo 100 UUPTUN)
 Tidak mengenal gugatan rekonvensi;
 Tidak ada putusan verstek;
 Terhadap Putusan Hakim Tata Usaha negara berlaku asas erga omnes, artinya bahwa
putusan tidak hanya berlaku bagi para pihak yang bersengketa, tetapi juga berlaku bagi
pihak-pihak yang terkait.
 Eksekusi dilakukan oleh tergugat.
KEWENANGAN PTUN
 Pasal 47 juncto Pasal 50 UU 5/1986: PTUN bertugas dan berwenang memeriksa,
memutus, dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara di tingkat pertama.
 Sengketa Tata Usaha Negara adalah sengketa yang timbul dalam bidang tata usaha
negara antara orang atau badan hukum perdata dengan badan atau pejabat tata usaha
negara, baik di pusat maupun di daerah, sebagai akibat dikeluarkannynkeputusan tata
usaha negara, termasuk sengketa kepegawaian; (vide Pasal 1 angka 10 UU 51/2009
 Sengketa berkaitan tindakan pemerintahan (vide Pasal 1 angka 8 jo Pasal 87 UU
Nomor 30 Tahun 2014 jo Perma 2 Tahun 2019);
 Permohonan Penyalahgunaan wewenang (Pasal 21 UU No. 30 Tahun 2014 jo Perma 4
Tahun 2015);
 Permohonan perolehan keputusan dan/atau tindakan (Pasal 53 UU No. 30 Thn 2014 jo
Perma 8 Tahun 2017);
 Sengketa Informasi Publik (UU No.14 Tahun 2008 jo Perma 2 Tahun 2011);
 Sengketa Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum (UU No.2
Tahun 2012 jo Perma 2 Tahun 2016);
 Sengketa Proses Pemilu (UU 7 Tahun 2017 tentang Pemilu jo Perma 5 Tahun 2017)
Pembatasan Langsung Kewenangan PTUN
 Pasal 49 UU 5/1986; PTUN tidak berwenang dalam hal keputusan yang
disengketakan itu dikeluarkan:
 dalam waktu perang, keadaan bahaya, keadaan bencana alam, atau keadaan
luar biasa yang membahayakan, berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku;
 dalam keadaan mendesak untuk kepentingan umum berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
 Pasal 2 UU 9/2004:
 KTUN yang merupakan perbuatan hukum perdata;
 KTUN yang merupakan pengaturan yg bersifat umum;
 KTUN yang masih memerlukan persetujuan;
 KTUN yang dikeluarkan berdasarkan KUHP dan KUHAP atau peraturan lain
yang bersifat hukum pidana;
 KTUN yang dikeluarkan atas dasar hasil pemeriksaan badan peradilan
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
 KTUN mengenai tata usaha TNI
Pembatasan Tidak Langsung
Kewenangan PTUN
Pasal 48 UU No. 5 Tahun 1986
Ayat (1) : Dalam hal suatu badan atau Pejabat Tata Usaha Negara diberi wewenang
oleh atau berdasarkan peraturan perundang undangan untuk menyelesaikan secara
administrasi sengketa Tata Usaha Negara tertentu, maka sengketa Tata Usaha
tersebut harus diselesaikan melalui upaya administratif yang tersedia.
Ayat (2) : Pengadilan baru berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan
sengketa Tata Usaha Negara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) jika seluruh
upaya administratif yang bersangkutan telah digunakan.
Penjelasan pasal 48 ayat (1) UU No. 5 Tahun 1986 terdapat 2 bentuk upaya
administratif yaitu Banding Administratif (atasan atau instansi lain) dan
Keberatan (bada/pejabat yang menerbtkan KTUN)
Upaya Administrasi Sebelum Penyelesaian Sengketa di
PTUN
 Dengan berlakunya UU Nomor 30 Tahun 2014 jo Perma 6 Tahun 2018 maka upaya
administratif harus ditempuh terlebih dahulu sebelum mengajukan gugatan ke
PTUN (vide Pasal 75-78 dan vide Pasal 2 ayat (1))
 Warga masyarakat yang dirugikan terhadap Keutusan dan/atau tindakan dapat
mengajukan UA kepada Pejabat Pemerintahan dan Atasan Pejabat yang
menetapkan dan melakukan keutusan dan/atau tindakan; (Psl 75 ayat (1))
 Pengadilan berwenang menerima, memeriksa, memutus, dan menyelesaikan
sengketa administrasi pemerintahan setelah menempuh UA; (Psl 2 ayat (1))
 Upaya Administratif (Pasal 48), terdiri dari:
 Adiministratief Beswar (keberatan)  kepada pejabat yang menerbitkan
KTUN;
 Adiministratief Beroep (banding administrasi)  kepada instansi atasan atau
instansi lain yang khusus untuk banding (misalnya BAPEK). Wajib dilakukan
terlebih dahulu apabila diperintahkan peraturan dasarnya.
 Khusus sengketa PNS/ASN, UA diatur dalam Pasal 129 UU 5/2014 jo PP 53 Tahun
2010;
PETA PENYELESAIAN SENGKETA TUN UMUM
KAITANNYA DENGAN UA
MARI
UA dalam
konsep Psl 48 BANDING
ADMINISTRATIF
UUPTUN
PT.TUN
UPAYA
ADMINISTRATI
F
SENGKETA KEBERATAN
TUN PTUN

BANDING
UPAYA ADMINISTRATIF GUGATAN
ADMINISTRATI
F

UA dalam
konsep UUAP KEBERATAN
KUASA HUKUM

( Pasal 57 ayat (1) dan (2) Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 )

PARA PIHAK, dapat:


- Diwakili oleh seseorang atau beberapa orang kuasa;
- Dengan Surat Kuasa Khusus atau secara lisan di Persidangan.

Yang dapat bertindak selaku Kuasa Hukum :


 Kuasa PENGGUGAT / INTERVENSI;
Advokat, atau “Kuasa Insidentil” yang mendapat ijin dengan Penetapan
Ketua PTUN ( misalnya : suami/istri, orang dalam hub. Kel. sedarah, atau
hub. Pekerjaan ).
 Kuasa TERGUGAT;
Bawahan (Biro atau Bagian Hukum), Jaksa Pengacara Negara atau
Advokat.
PEMBERIAN KUASA

PEDOMAN LAIN TENTANG


PEMBERIAN KUASA

1. SEMA No. 2 Tahun 1991 tanggal 04 Juli


1991
- Surat Kuasa Khusus yang bercap
jempol harus dikuatkan (warmerking)
oleh Pejabat
yang berwenang
Kriteria Surat Kuasa Khusus:
 Surat Kuasa di pengadilan berbentuk surat kuasa
khusus
 Hal-hal yang dikuasakan harus terperinci
 dengan menyebutkan pihak-pihak yang berperkara;
 Keputusan TUN objek sengketa;
 Tahapan-tahapan tingkat pemeriksaannya;
 Khusus bagi Tergugat harus menyebutkan nomor
perkaranya
(Pasal 57 UU PERATUN, Pasal 1792 KUH Perdata, SEMA No.2
Tahun 1991, SEMA No.6 Tahun 1994).
Surat Kuasa harus memenuhi persyaratan formal dari Surat
Kuasa Khusus dengan meterai 6000, (disesuaikan dengan UU
Materai) dan Surat Kuasa Khusus yang diberi cap jempol
11
Subjek Sengketa TUN
 Berdasarkan Pasal 53 (1) UU 9/2004, maka yang menjadi
Penggugat:
 Orang/Badan Hukum Perdata (misalnya PT, Perkumpulan,
Yayasan, Koperasi, Parpol, dll);
 Hanya orang yang dituju atau orang yang kepentingannya
dirugikan karena diterbitkannya KTUN;
 Berlaku asas “no interest no action”;
 Berdasarkan UU 14 Tahun 2008 KIP, badan hukum
publik/badan atau pejabat TUN diberikan ruang untuk
mengajuka gugatan;
 Yurisprupensi:
 membolehkan legal standing (hak gugat) bagi Organissasi
Lingkungan Hidup dalam kasus lingkungan (misl. WALHI);
 Memperbolehkan badan hukum publik menggugat untuk
melindungi kepentigan keperdataannya, misalnya:
Subjek Sengketa TUN

 Tergugat  Pasal 1 angka 12 UU No. 51 Tahun


2009, adalah Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara
yang mengeluarkan Keputusan Tata Usaha Negara
berdasarkan wewenang yang ada padanya yang
digugat oleh orang atau Badan Hukum Perdata.
 Badan/Pejabat TUN adalah Badan atau Pejabat yang
melaksanakan urusan pemerintahan (vide penjelasan
Pasal 1 angka 1 UU 5 Th 86) berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan dapat pula
disebut Badan/Pejabat Administrasi Pemerintahan.
Objek Sengketa TUN

 Berdasarkan Pasal 47 jo Pasal 50 jo Pasal 1 angka 10 UUPTUN,


objek sengketa di PTUN adalah Keputusan Tata Usaha Negara;
 Keputusan TUN (Pasal 1 angka 9) adalah :
 Penetapan tertulis;
 yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat TUN ;
 berisi tindakan hukum tata usaha negara ;
 yang berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku,
 yang bersifat konkret,individual, dan final,
 yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan
hukum perdata.
Perluasan MAKNA KTUN
Dengan berlakunya Undang-Undang ini, Keputusan Tata Usaha Negara
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang
Peradilan Tata Usaha Negara sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009
harus dimaknai sebagai:
 penetapan tertulis yang juga mencakup tindakan faktual;
 Keputusan Badan dan/atau Pejabat Tata Usaha Negara di lingkungan
eksekutif, legislatif, yudikatif, dan penyelenggara negara lainnya;
 berdasarkan ketentuan perundang-undangan dan AUPB;
 bersifat final dalam arti lebih luas;
 Keputusan yang berpotensi menimbulkan akibat hukum; dan/atau
 Keputusan yang berlaku bagi Warga Masyarakat.
(vide Pasal 87 UU N0.30 Tahun 2014)
KEPUTUSAN TUN yang
BUKAN OBYEK SENGKETA TUN

KTUN SEBAGAIMANA DISEBUTKAN DALAM Pasal 2 UU No. 9 Thn. 2004 :


a. KTUN HUKUM PERDATA
b. KTUN BERSIFAT UMUM
c. KTUN YANG MASIH MEMERLUKAN PERSETUJUAN
d. KTUN YANG DIDASARKAN PADA KETENTUAN KUHP DAN KUHAP / PERATURAN LAIN
YANG BERSIFAT PIDANA
e. KTUN ATAS DASAR HASIL PEMERIKSAAN BADAN PERADILAN
f. KTUN MENGENAI TATA USAHA TNI
g. KEPUTUSAN KPU DAN KPUD MENGENAI HASIL PEMILU

KTUN SEBAGAIMANA DISEBUTKAN DALAM Pasal 49 UU No. 5 Thn 1986 :

a. DIKELUARKAN DALAM PERANG, KEADAAN BAHAYA DAN BENCANA ALAM


b. DIKELUARKAN DALAM KEADAAN MENDESAK UNTUK KEPENTINGAN UMUM
Keputusan Fiktif Positif
(Pasal 53 UU Nomor 30 Tahun 2014)
 Batas waktu kewajiban untuk menetapkan dan/atau melakukan Keputusan
dan/atau Tindakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. (Ayat 1)
 Jika ketentuan peraturan perundang-undangan tidak menentukan batas
waktu kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka Badan
dan/atau Pejabat Pemerintahan wajib menetapkan dan/atau melakukan
Keputusan dan/atau Tindakan dalam waktu paling lama 10 (sepuluh) hari
kerja setelah permohonan diterima secara lengkap oleh Badan dan/atau
Pejabat Pemerintahan. (Ayat 2)
 Apabila dalam batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Badan
dan/atau Pejabat Pemerintahan tidak menetapkan dan/atau melakukan
Keputusan dan/atau Tindakan, maka permohonan tersebut dianggap
dikabulkan secara hukum. (Ayat 3)
TEMPAT MENGAJUKAN GUGATAN

( Pasal 54 UU No. 51 Thn. 2OO9 )


Gugatan dapat diajukan kepada Pengadilan Tata Usaha Negara
yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan :

1. Tergugat ( ayat 1 )
2. Bila tergugat lebih dari satu, ditempat kedudukan salah satu tergugat
(ayat 2)
3. Di kediaman Penggugat untuk diteruskan kepada Pengadilan berwenang
( ayat 3 )
4. Dalam hal tertentu ditentukan di tempat kedudukan Penggugat (ayat
4)
5. Dalam hal para pihak di luar negeri, di PTUN Jakarta ( ayat 5 )

Anda mungkin juga menyukai