HUKUM LINGKUNGAN DAN

KEBIJAKAN PUBLIK
KULIAH VI
HIPER REGULASI, OMNIBUS LAW, DAN KEBIJAKAN PUBLIK MASA DEPAN
OLEH
TOMMY HENDRA PURWAKA
24 & 28 NOV 2020
 PERMASALAHAN HIPER REGULASI
1. TERJADINYA PENINGKATAN HIPER REGULASI (SAAT INI ADA HIPER REGULASI)
A. PERINTAH HUKUM UNTUK MENERBITKAN PERATURAN PELAKSANAAN
B. DISKRESI ADMINISTRASI PEMERINTAHAN
C. ASAS-ASAS HUKUM TIDAK BERFUNGSI
D. PARADIGMA KEWENANGAN KELEMBAGAAN
E. HAKIM MK & MA SBG JUDGE-MADE LAW (ISTILAH YG DIKENAL DI NEGARA2 COMMON LAW)
F. RATIFIKASI KONVENSI-KONVENSI DAN PERJANJIAN-PERJANJIAN INTERNASIONAL
G. ADMINISTRASI HUKUM BELUM BERFUNGSI DENGAN BAIK
H. MANAJEMEN HUKUM BELUM BERFUNGSI DENGAN BAIK
2. PERMASALAHAN HIPER REGULASI
A. DISHARMONI HUKUM: KONSTRUKSI LEGAL FORMAL, PER-UU, HUKUM NORMATIF & EMPIRIS,
PERUBAHAN HUKUM DAN OBYEK HUKUM
B. DEREGULASI (REVISI, PENYEDERHANAAN, PEROMBAKAN), DAN DEBIROKRATISASI
C. TUMPANG TINDIH KEWENANGAN
D. BENTURAN KEPENTINGAN
E. KERUMITAN BIROKRASI
F. KETIDAK PASTIAN HUKUM
G. TIMBUL BANYAK KASUS HUKUM: KORUPSI, PUNGLI, PENYELUNDUPAN, PEMABALAKAN LIAR, DSB
H. PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN SERTA KEHANCURAN EKOSISTEM
 PERMASALAHAN HIPER REGULASI

KETIDAK PASTIAN HUKUM BANYAK KASUS HUKUM

KERUMITAN BIROKRASI KERUSAKAN LINGKUNGAN

 TERJADINYA PENINGKATAN HIPER REGULASI
PERINTAH HUKUM UNTUK MENERBITKAN PERATURAN PELAKSANAAN
UUD 1945 TAP MPR UU PP UUD 1945 TAP MPR UU PP
Bab I Bentuk & X X X Bab IX Kehakiman, X 6 6 x jumlah PP
Kedaulatan Wilayah Negara
Bab II MPR X 1 X Bab X Warga Negara, X 3 3 x jumlah PP
Penduduk, HAM
Bab III Kekuasaan X 5 5 x jumlah PP Bab XI Agama X X X
Pemerintahan Neg
Bab IV DPA dihapus X X X Bab XII Hankam X 1 1 x jumlah PP
Bab V Kemen Negara X 1 1 x jumlah PP Bab XIII Dikbud X 1 1 x jumlah PP
Bab VI Pemda X 5 5 X jumlah PP Bab XIV Ekon&JahSos X 2 2 x jumlah PP
Bab VII DPR, DPD, X 7 7 X jumlah PP Bab V Bendera, Bhs, X 1 1 x jumlah PP
Pemilu LamNeg, Lagu Kebang
Bab VIII Keuangan, X 5 5 x jumlah PP Bab VI Perubahan X X X
BPK UUD
MPR dan TAP MPR perlu diberdayakan Bidang Sosial Budaya
Bidang Politik Bidang Hankam
Bidang Ekonomi Bidang Hukum
 TERJADINYA PENINGKATAN HIPER REGULASI
PRESIDEN DAN DPR MEMBENTUK UU SERTA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT MELKSANAKANNYA
OBYEK UU PERATUARAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK SEBAGAI PELAKSANAAN UU
PP PERPRES PERDA DISKRESI ADMINISTRASI PEMERINTAHAN:
BELEID REGEL, BESHICKING, BELEID
PRESIDEN L/K L/NK PEMDA DESA
POLITIK JUMLAH JUMLAH JUMLAH JUMLAH JUMLAH JUMLAH JUMLAH JUMLAH
BANYAK BANYAK BANYAK BANYAK BANYAK BANYAK BANYAK BANYAK
EKONOMI JUMLAH JUMLAH JUMLAH JUMLAH JUMLAH JUMLAH JUMLAH JUMLAH
BANYAK BANYAK BANYAK BANYAK BANYAK BANYAK BANYAK BANYAK
SOSIAL JUMLAH JUMLAH JUMLAH JUMLAH JUMLAH JUMLAH JUMLAH JUMLAH
BANYAK BANYAK BANYAK BANYAK BANYAK BANYAK BANYAK BANYAK
BUDAYA JUMLAH JUMLAH JUMLAH JUMLAH JUMLAH JUMLAH JUMLAH JUMLAH
BANYAK BANYAK BANYAK BANYAK BANYAK BANYAK BANYAK BANYAK
HAN JUMLAH JUMLAH JUMLAH JUMLAH JUMLAH JUMLAH JUMLAH JUMLAH
BANYAK BANYAK BANYAK BANYAK BANYAK BANYAK BANYAK BANYAK
KAM JUMLAH JUMLAH JUMLAH JUMLAH JUMLAH JUMLAH JUMLAH JUMLAH
BANYAK BANYAK BANYAK BANYAK BANYAK BANYAK BANYAK BANYAK
LINGKUNG JUMLAH JUMLAH JUMLAH JUMLAH JUMLAH JUMLAH JUMLAH JUMLAH
BANYAK BANYAK BANYAK BANYAK BANYAK BANYAK BANYAK BANYAK
HUKUM JUMLAH JUMLAH JUMLAH JUMLAH JUMLAH JUMLAH JUMLAH JUMLAH
BANYAK BANYAK BANYAK BANYAK BANYAK BANYAK BANYAK BANYAK
 TIGA ASAS HUKUM TRADISIONAL TIDAK BERFUNGSI
LEX POSTERIOR DE ROGAT LEGI PRIORI (LPLP); LEX SPECIALIS DE ROGAT LEGI GENERALI (LSLG);
DAN LEX SUPERIOR DE ROGAT LEGI INFERIORI (LSLI)
OBYEK UU PERATUARAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK SEBAGAI PELAKSANAAN UU
PP PERPRES PERDA DISKRESI ADMINISTRASI PEMERINTAHAN:
BELEID REGEL, BESHICKING, BELEID
PRESIDEN L/K L/NK PEMDA DESA
POLITIK LPLP; LSLG; LPLP; LSLG; LPLP; LSLG; LPLP; LSLG; LPLP; LSLG; LSLI LPLP; LSLG; LPLP; LSLG; LPLP; LSLG;
LSLI LSLI LSLI LSLI LSLI LSLI LSLI
EKONOMI LPLP; LSLG; LPLP; LSLG; LPLP; LSLG; LPLP; LSLG; LPLP; LSLG; LSLI LPLP; LSLG; LPLP; LSLG; LPLP; LSLG;
LSLI LSLI LSLI LSLI LSLI LSLI LSLI
SOSIAL LPLP; LSLG; LPLP; LSLG; LPLP; LSLG; LPLP; LSLG; LPLP; LSLG; LSLI LPLP; LSLG; LPLP; LSLG; LPLP; LSLG;
LSLI LSLI LSLI LSLI LSLI LSLI LSLI
BUDAYA LPLP; LSLG; LPLP; LSLG; LPLP; LSLG; LPLP; LSLG; LPLP; LSLG; LSLI LPLP; LSLG; LPLP; LSLG; LPLP; LSLG;
LSLI LSLI LSLI LSLI LSLI LSLI LSLI
HAN LPLP; LSLG; LPLP; LSLG; LPLP; LSLG; LPLP; LSLG; LPLP; LSLG; LSLI LPLP; LSLG; LPLP; LSLG; LPLP; LSLG;
LSLI LSLI LSLI LSLI LSLI LSLI LSLI
KAM LPLP; LSLG; LPLP; LSLG; LPLP; LSLG; LPLP; LSLG; LPLP; LSLG; LSLI LPLP; LSLG; LPLP; LSLG; LPLP; LSLG;
LSLI LSLI LSLI LSLI LSLI LSLI LSLI
LINGKUNG LPLP; LSLG; LPLP; LSLG; LPLP; LSLG; LPLP; LSLG; LPLP; LSLG; LSLI LPLP; LSLG; LPLP; LSLG; LPLP; LSLG;
LSLI LSLI LSLI LSLI LSLI LSLI LSLI
HUKUM LPLP; LSLG; LPLP; LSLG; LPLP; LSLG; LPLP; LSLG; LPLP; LSLG; LSLI LPLP; LSLG; LPLP; LSLG; LPLP; LSLG;
LSLI LSLI LSLI LSLI LSLI LSLI LSLI
 PARADIGMA KEWENANGAN KELEMBAGAAN
DAS SEIN: KONSTRUKSI LEGAL FORMAL; SUMBER HUKUM FORMAL; HUKUM SUBYEKTIF; TUJUAN HUKUM
DAS SOLLEN: DIKOMBINASIKAN DGN KONSTRUKSI LEGAL MATERIAL; SUMBER HUKUM MATERIAL; HUKUM OBYEKTIF; FUNGSI HUKUM
OBYEK UU PERATUARAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK SEBAGAI PELAKSANAAN UU
PP PERPRES PERDA DISKRESI ADMINISTRASI PEMERINTAHAN:
BELEID REGEL, BESHICKING, BELEID
PRESIDEN L/K L/NK PEMDA DESA
POLITIK DAS SEIN DAS SEIN DAS SEIN DAS SEIN DAS SEIN DAS SEIN DAS SEIN DAS SEIN
DAS SOLLEN DAS SOLLEN DAS SOLLEN DAS SOLLEN DAS SOLLEN DAS SOLLEN DAS SOLLEN DAS SOLLEN
EKONOMI DAS SEIN DAS SEIN DAS SEIN DAS SEIN DAS SEIN DAS SEIN DAS SEIN DAS SEIN
DAS SOLLEN DAS SOLLEN DAS SOLLEN DAS SOLLEN DAS SOLLEN DAS SOLLEN DAS SOLLEN DAS SOLLEN
SOSIAL DAS SEIN DAS SEIN DAS SEIN DAS SEIN DAS SEIN DAS SEIN DAS SEIN DAS SEIN
DAS SOLLEN DAS SOLLEN DAS SOLLEN DAS SOLLEN DAS SOLLEN DAS SOLLEN DAS SOLLEN DAS SOLLEN
BUDAYA DAS SEIN DAS SEIN DAS SEIN DAS SEIN DAS SEIN DAS SEIN DAS SEIN DAS SEIN
DAS SOLLEN DAS SOLLEN DAS SOLLEN DAS SOLLEN DAS SOLLEN DAS SOLLEN DAS SOLLEN DAS SOLLEN
HAN DAS SEIN DAS SEIN DAS SEIN DAS SEIN DAS SEIN DAS SEIN DAS SEIN DAS SEIN
DAS SOLLEN DAS SOLLEN DAS SOLLEN DAS SOLLEN DAS SOLLEN DAS SOLLEN DAS SOLLEN DAS SOLLEN
KAM DAS SEIN DAS SEIN DAS SEIN DAS SEIN DAS SEIN DAS SEIN DAS SEIN DAS SEIN
DAS SOLLEN DAS SOLLEN DAS SOLLEN DAS SOLLEN DAS SOLLEN DAS SOLLEN DAS SOLLEN DAS SOLLEN
LINGKUNG DAS SEIN DAS SEIN DAS SEIN DAS SEIN DAS SEIN DAS SEIN DAS SEIN DAS SEIN
DAS SOLLEN DAS SOLLEN DAS SOLLEN DAS SOLLEN DAS SOLLEN DAS SOLLEN DAS SOLLEN DAS SOLLEN
HUKUM DAS SEIN DAS SEIN DAS SEIN DAS SEIN DAS SEIN DAS SEIN DAS SEIN DAS SEIN
DAS SOLLEN DAS SOLLEN DAS SOLLEN DAS SOLLEN DAS SOLLEN DAS SOLLEN DAS SOLLEN DAS SOLLEN
 PUTUSAN HAKIM (JUDGE MADE LAW)
IMPLEMENTASI PUTUSAN HAKIM SEBAGAI YURISPRUDENSI TETAP DAN TIDAK TETAP
KUASA PERADILAN UMUM TUN MILITER AGAMA QUASI
LEVEL PERDATA PIDANA KHUSUS
MA PUTUSAN HAKIM:
MK 1. MERUPAKAN PUTUSAN PENYELESAIAN PERKARA HUKUM BERDASARKAN HUKUM POSITIF.
2. MELIPUTI YURISPRUDENSI TETAP DAN TIDAK TETAP YANG MENJADI BAGIAN DARI HUKUM POSITIF.
PT 3. MEMILIKI FUNGSI SOCIAL ENGINEERING YANG PERLU DIBERDAYAKAN SECARA OPTIMAL.
PN

RATIFIKASI KONVENSI INTERNASIONAL

KONVENSI GATT/WTO SDG KEANEKA PERUBAHAN HUKUM CITES KETENAGA
RAGAMAN IKLIM LAUT KERJAAN
PERUU HAYATI
SDA KONVENSI-KONVENSI INTERNASIONAL YANG TELAH DIRATIFIKASI MERUPAKAN BAGIAN DARI HUKUM
SDM POSITIF INDONESIA. OLEH KARENA ITU, KONVENSI-KONVENSI TSB PERLU DIFUNGSIKAN SECARA
OPTIMAL UNTK MEWARNAI PELAKSANAAN HUKUM POSITIF INDONESIA.
SDB
 DISHARMONI KONSTRUKSI LEGAL FORMAL & MATERIAL
KONSTRUKSI LEGAL UU KEHUTANAN UU MINERBA UU PPLH UU PEMDA
FORMAL & MATERIAL
PREAMBUL:
1. Landasan Filosofis
2. Landas Sosiologis
3. Landasan Yuridis
PARA PEMANGKU KEPENTINGAN MEMBANGUN KONSTRUKSI LEGAL
BATANG TUBUH: FORMAL DAN MERUMUSKAN KONTRUKSI LEGAL MATERIALNYA DGN
1. Ketentuan Umum KEPENTINGAN YG BERBEDA DI DALAM BENAK MASING-MASING TANPA
2. Asas-Asas MEMPERTIMBANGKAN UNSUR-UNSUR HUKUM DAN KELEMBAGAAN
3. Tujuan SERTA KOMPONEN-KOMPONEN KEGIATAN PENGELOLAAN SUMBER
4. Ketentuan Pidana DAYA SEBAGAI KANDUNGAN SUATU UNDANG-UNDANG SEHINGGA
5. Ketentu Penutup SEBAGAI AKIBATNYA DISHARMONISASI HUKUM TIDAK TERELAKKAN.
PENJELASAN
1. Penjelasan Umum
2. Penjelasan Pasal
 TUMPANG TINDIH KEWENANGAN
DAN BENTURAN KEPENTINGAN
DI DARAT
1. KEMEN PERTANIAN, KEMEN LHK, KEMEN
PERIKANAN, KEMEN PU (DAERAH ALIRAN
SUNGAI).
2. KEMEN PERDAGANGAN, KEMEN
PERINDUSTRIAN, KEMEN ESDM, KEMEN
SDA (PERDAGANGAN DAN INDUSTRI).
3. BPK, IRJEN, BPKP, KPK, POLISI, KEJAKSAAN
(PEMBERANTASAN KORUPSI).
4. TNI, KEPOLISIAN, SATPOL PP, LLAJR, PAM
SWAKARSA (KEAMANAN).
5. PEMERINTAH PUSAT, PEMDA PROVINSI,
PEMDA KABUPATEN/KOTA (OTONOMI
URUSAN PEMERINTAHAN).
6. KEMEN PANRB, KOMISI-KOMISI (PENGAWAS
AN APARAT PEMERINTAHAN NEGARA).
DI LAUT
1. TNI AL, KEPOLISIAN, BAKAMLA, PSDKP, KPLP,
BEA CUKAI, IMIGRASI (PENEGAKAN HUKUM
DI LAUT).
2. KEMEN PERHUBUNGAN, KEMEN PERIKAN
AN, PEMDA PROVINSI (PELABUHAN DAN
PERIZINAN KAPAL IKAN).
3. KEMEN LHK, KEMEN PERIKANAN
(MANGROVE DAN TERUMBU KARANG).
4. KEMEN ESDM, KEMEN PERIKANAN, KEMEN
LHK (PENAMBANGAN PANTAI DAN LEPAS
PANTAI).
 PENEGAKAN HUKUM PREVENTIF

PENEGAKAN HUKUM PREVENTIF PENEGAKAN HUKUM REPRESIF

(BERSIFAT PENCEGAHAN) (BERSIFAT PENINDAKAN)
1. PEMBENTUKAN HUKUM: para 1. Penegakan Hukum Tata Usaha
pembentuk hukum harus yakin Negara (TUN)/Hukum Acara TUN
bahwa hukm yg dibuatnya dapat 2. Penegakan Hukum Pidana.
ditegakkan.
2. PENAATAN HUKUM: sosialisasi akan 3. Penegakan Hukum Perdata.
beri kesadaran kpd masyarakat
bahwa hokum bermanfaat bagi
kehidupan mere ka, sehingga
mereka taat kpd hokum.
3. PENGAWASAN: diadakan utk cegah
jangan sampai terjadi pelanggaran
hokum yg menimbulkan kerugian.
 PENAATAN HUKUM LINGKUNGAN
www.menlh.go.id/penaatan-hukum/

Penaatan hukum di bidang lingkungan hidup oleh para pelaku kegiatan

di bidang lingkungan hidup mutlak diperlukan untuk mencegah
dampak negatif dari kegiatan yang dilakukan.
Menurut struktur ketatanegaraan di era otonomi daerah, koordinasi
pengelolaan lingkungan termasuk penaatan hukum perada di tingkat
nasional, provinsi, kabupaten dan kota. Karena itu diperlukan kerja
sama yang baik antara institusi di tingkat pusat, dalam hal ini
Kementerian Negara Lingkungan Hidup dengan Bapedalda Provinsi,
utamanya dalam hal penguatan kapasitas kelembagaan di bidang
penegakan hukum.
 1. Pengawasan diadakan bukan untuk cari2 kesalahan,
melainkan utk cegah terjadinya pelanggaran hukum
lingkungan.
PENGAWASAN 2. Pengawasan dilakukan dgn sistem P3LE
LINGKUNGAN HIDUP (Pemantauan, Pengendalian, Pengamatan
Lapangan, dan Evaluasi).
3. Pemantauan: pengawasan dgn focus hub fisik
Pasal 71 Ayat (4) Undang-undang Nomor 32 antara manusia/pelaku usaha dgn ling-kungan utk
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan mengetahui perubahan intensitas pemanfaatan
Pengelolaan Lingkung an Hidup lingkungan.
mengamanatkan bahwa “Menteri, Gubernur,
Bupati/ Walikota sesuai dengan 4. Pengendalian: pengawasan dgn focus hub
wewenangnya wajib melakukan administratif antara manusia/pelaku usaha dg
pengawasaan terhadap ketaatan lingkungan utk legalitas suatu kegiatan usaha.
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan 5. Pengamatan Lapangan: pengawasan dgn focus hub
atas ketentuan yang ditetapkan dalam geografis antara manusia/pelaku usaha dgn
peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan utk mengetahui olah gerak/manuver
perlindungn dan pengelolaan lingkungan kegiatan usaha yg dapat diidentifikasi di atas peta.
hidup”. Pengamatan Lapangan dapat dilakukan melalui
udara, darat, dan laut.
6. Evaluasi: dilakukan terhadap pelaksanaan dan hasil
pengawasan.
 PENEGAKAN HUKUM REPRESIF/PENINDAKAN
Responsibility ada- PENEGAKAN HUKUM PENEGAKAN HUKUM PENEGAKAN HUKUM Responsibility pidana
lah tanggung ja- PERDATA PIDANA TUN adalah pelaksanaan
wab untuk melak ke-giatan usaha dgn
sanakan kewajib-an 1. NON-LITIGASI/ADR: 1. Lidik (saksi) 1. Gugatan pemohon tanpa melanggar
sesuai peratur an
perUU, perjan jian, a. Negosiasi 2. Sidik (spdp- atas penetapan peja ketentuan2 pidana.
dan syarat2 dalam tersangka)
perizinan. Criminal liability
b. Konsiliasi 3. Tuntut (terdakwa) bat TUN yg merugi adalah kewajiban
Tanggung jawab melaksana-kan
c. Mediasi 4. Pemeriksaan di kan diri pemohon
perdata/private hukuman berupa
liability berujung
pengadialan
denda (tindak pidana
pada ganti kerugi- d. Penilaian Ahli 5. Vonis (bebas, 2. Pemeriksaan di ringan/pelkanggaran),
an: terpida-na) kurungan, atau
a. Fault Liability e. Arbitrase 6. Banding & Kasasi pengadilan hokum-an mati
b. Presumption (tindak pidana
2. LITIGASI: 3. Banding & Kasasi
Liability (the berat/kejahatan).
cheapest cost a. CCDR Class action adalah suatu cara yang diberikan kepada sekelompok orang
avoidance) yang mempunyai kepentingan dalam suatu masalah, baik seorang atau
c. Strict Liability b. Pemeriksaan di lebih anggotanya menggugat atau digugat sebagai perwakilan kelompok
d. Absolute pengadilan tanpa harus turut serta dari setiap anggota kelompok. Dalam kaitan ini,
pengadilan akan memperhatikan: sbg cara terbaik, ada kesamaan
Liability tuntutan, jumlah penggugat cukup banyak, dan perwakilannya
c. Banding & Kasasi pantas/patut & layak.
KASUS TUMPAHAN MINYAK OIL PLATFORM MONTARA Gambar 2
AKIBAT BLOWOUT PADA TANGGAL 21 AGUSTUS 2009 DI
PERAIRAN ZEE PANTAI BARAT AUSTRALIA YANG MENCE
MARI PERAIRAN DAN PANTAI BARAT PULAU ROTE DAN
PULAU TIMOR NTT
Gambar 3

Gambar 1

1. Indonesia mendesak Australia untuk segera menyelesai

kan secara damai, sementara Australia menghendaki pe
nyelesaian melalui court.
2. Memperhatikan kehendak Australia tsb, Kelompok A
diminta untuk membuat gugatan ke ICJ dan Kelompok B
ke ITLOS dgn duduk perkara sebagai berikut:
DUDUK PERKARA MONTARA OIL SPILL AKIBAT BLOWOUT: Gambar 4
1. Oil rig Montara yang dioperasikan oleh PTTEP Australia,
subsidiary PTTEP Thai Oil & Gas Exploration Company,
meledak pada tgl 21 Agustus 2009 dan api masih
menyala pada tgl 2 November 2009 (Gambar 1).
2. Lokasi oil rig Montara 700 km dari Darwin dan 250 km
dari Pulau Rote (Gambar 2).
3. Oil spill mencemari perairan ZEE, laut territorial dan per
airan pantai Pulau Rote dan Pulau Timor Indonesia
(Gambar 3).
4. Akibat pencemaran tsb dapat dilihat pada Gambar 4,5,6
5. Law Firm Australia menaksir ke- Gambar 6 Gambar 5
rugian petani rumput laut men-
capai Rp5,5T dan kerugian ling-
kungan mencapai Rp10T.
6. Petani rumput laut didampingi
oleh Tim Lawyer dari The Law
Office of Michael Blackburn me
ngajukan gugatan ke Pengadilan
Australia pd 3 Agustus 2016 dgn
tuntutan ganti kerugian Aus 200
juta dollar, disidang Juni 2019
dgn ganti kerugian Rp1,9T.
 ADMINISTRASI HUKUM
PENAFSIRAN, PENALARAN, ARGUMENTASI, DAN HARMONISASI HUKUM
 MANAJEMEN HUKUM
DATA&INFO, KAJIAN SD, DAYA D/T, ALOKASI, PEMANFAATAN, PENGOLAHAN, PEMAS, MONEV
 OMNIBUS LAW DAN PENYEDERHANAAN HIPER REGULASI
1. OMNIBUS LAW
A. LIMA BESAR VISI JOKOWI
B. PENDAPAT PARA AHLI DAN RESPON PUBLIK
C. OMNIBUS LAW SBG POLITIK HUKUM (KEBIJAKAN UMUM)
D. OMNIBUS LAW SBG KEBIJAKAN HUKUM (KEBIJAKAN TEKNIK)
E. OMNIBUS LAW SBG TEKNIK PENYEDERHANAAN HIPER REGULASI
(KEBIJAKAN PELAKSANAAN)
2. PENYEDERHANAAN HIPER REGULASI
A. RUU CIPTA KERJA
B. RUU IBU KOTA NEGARA
C. RUU PERPAJAKAN
OMNIBUS LAW SBG POLITIK HUKUM (KEBIJAKAN UMUM)
VISI BESAR JOKOWI UNTUK MERUMUSKAN RUU CIPTA KERJA
DALAM Rapat Kabinet Terbatas (Ratas) tanggal 27 Desember 2019 di Bogor PRESIDEN JOKO WIDODO Menyatakan tidak
menginginkan jika RUU Cipta Kerja hanya menjadi tempat menampung keinginan kementerian dan lembaga; tetapi tidak
masuk dalam visi besar yang disampaikan Presiden.

1. Pembangunan infrastruktur dilanjutkan yang menghubungkan

dengan industri kecil, KEK, kawasan pariwisata: juga persawahan,
perkebunan, tambak, dan perikanan.
2. Pembangunan SDM
3. Mengundang investor: menyederhanakan peraturan dan perijinan
serta menindak praktik pungli
4. Reformasi birokrasi: membuat lembaga simpel dan efisien;
kecepatan dalam melayani dan memberi ijin.
5. Menjamin penggunaan APBN yang fokus dan tepat: penggunaan
APBN harus mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
OMNIBUS LAW SBG
KEBIJAKAN HUKUM
KLASTER RUU CIPTA KERJA:
(KEBIJAKAN TEKNIK):
1. PENYEDERHANAAN PERIZINAN BERUSAHA
2. PERSYARATAN INVESTASI
RUU CIPTA KERJA 3. KETENAGAKERJAAN
4. KEMUDAHAN DAN PERLINDUNGAN UMKM
1. NASKAH AKADEMIK DGN SISTEMATIKA
PENULISAN SESUAI UU NO. 12 TAHUN 5. KEMUDAHAN BERUSAHA
2011 TENTANG PEMBENTUKAN
PERATUR AN PERUNDANG-UNDANGAN.
6. DUKUNGAN RISET DAN INOVASI
2. NASKAH AKADEMIK DISERTAI ANALISIS 7. ADMINISTRASI PEMERINTAHAN
MATRIKS PASAL-PASAL DARI 79 UU 8. PENGENAAN SANKSI (MENGHAPUS PIDANA)
YANG TERKAIT DGN KE 11 KLASTER.
9. PENGADAAN LAHAN
3. MATERI LENGKAP RUU CIPTA KERJA
DGN NASKAH AKADEMIK SBG 10. KEMUDAHAN PROYEK PEMERINTAH
PENJELASAN UMUM DAN PENJELASAN
PASAL DEMI PASAL. 11. KAWASAN EKONOMI
 OMNIBUS LAW SBG TENIK PENYEDERHANAAN HIPER REGULASI
(KEBIJAKAN PELAKSANAAN)
NASKAH AKADEMIK RUU CIPTA KERJA
1. PENDAHULUAN: DAYA SAING RENDAH; PERLAMBATAN PERTUMBUHAN EKONOMI; KESENJANGAN PERTUM
BUHAN EKONOMI ANTAR DAERAH DAN ANTAR PULAU; IKLIM BERUSAHA TIDAK KONDUSIF; MIDLE INCOME
TRAP; RENDAH INVESTASI; DAN KERUMITAN PERIZINAN.
2. KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIS EMPIRIS: PERTUMBUHAN EKONOMI; HUBUNGAN INDUSTRIAL; HUBUNG-
AN KERJA; REGULASI, INOVASI DAN DAYA SAING; ADMIN PUBLIK: OPA & NPM; GLOBALISASI & HUKUM;
HUKUM DLM PEMBANGUNAN EKONOMI; INVESTASI; REGULASI RESPONSIF; PERIZINAN BERBASIS RESIKO;
SANKSI PIDANA; KAJIAN ASAS/PRINSIP PENYUSUNAN NORMA; KAJIAN PRAKTIK; DAN KAJIAN IMPLIKASI.
3. EVALUASI DAN ANALISIS TERHADAP PER-UU TERKAIT DGN 11 KLASTER: IKLIM INVESTASI; UMKM & KOP;
SERTA INVESTASI & PROYEK PEMERINTAH.
4. LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS: FILOSOFIS-INVESTASI, UMKM-KOP, SDM; SOSIOLOGIS-
INVESTASI DAN UMKM UTK BUKA LAPANGAN KERJA; YURIDIS: HYPER REGULATION.
5. JANGKAUAN, ARAH, DAN RUANG LINGKUP PENGATURAN CIPTA KERJA: ARAH-PERIZINAN BERBASIS
RESIKO; JANGKAUAN: INVESTASI, UMKM-KOP.
6. PENUTUP: KESIMPULAN DAN SARAN.
7. DAFTAR PUSTAKA: BUKU; JURNAL; 79 UU.
8. ANALISIS MATRIKS RUU CIPTA KERJA: RUMUSAN UU; USULAN PERUBAHAN; ALASAN; IMPLIKASI; KLASTER.
CONTOH IDENTIFIKASI KANDUNGAN SUMBER DAYA DALAM ANALISIS MATRIKS RUU CIPTA KERJA
DGN KOLOM RUMUSAN UU, USULAN PERUBAHAN, ALASAN, IMPLIKASI, DAN KLASTER
POKOK MATERI KOLOM MATRIKS IDENTIFIKASI POKOK MATERI KOLOM MATRIKS IDENTIFIKASI
KLASTER 1: PENYEDERHANAAN KANDUNGAN KLASTER 2-11 KANDUNGAN
PERIZINAN BERUSAHA (1a-1r) SUMBER DAYA SUMBER DAYA
1a Izin Lokasi: UU Penataan Ruang dan SDB 2 Persyaratan Investasi SDA; SDB
UU Info Geospasial
1b Izin Lingkungan: UU PPLH SDA 3 Ketenagakerjaan: UU KeTK; BPJS SDM; SDB
1c IMB & SLF: UU Arsitek SDM 4 Kemudahan & Perlindungan UMKM SDA; SDB
UU Bangunan Gedung SDB
1d Izin Kelautan & Perikanan: UU Ikan SDA 5 Kemudahan Berusaha SDM; SDB
1e Izin Pertanian: UU Kebun, Horti, Budi SDA 6 Dukungan Riset & Inovasi SDB
1f Izin Kehutanan: UU Kehutanan SDA 7 Administrasi Pemerintahan SDB
1g Izin ESDM: UU Minerba; UU Migas SDA 8 Pengenaan Sanksi (Hapus Pidana) SDA; SDB
1h Izin Ketenaganukliran: UU Ke-nuklir SDB 9 Pengadaan Lahan SDA
1i Izin Perindustrian: UU Perindustrian SDB 10 Kemudahan Proyek Pemerintah Norma Baru
1j Izin Perdagangan: UU Perdagangan SDB 11 Kawasan Ekonomi SDB
 ANALISIS RUU CK BERBASIS L-MATRIX DALAM NASKAH AKADEMIK
DARI SUDUT PANDANG HARMONISASI PENGELOLAAN SUMBER DAYA DAN LINGKUNGAN

NO KLASTER UU SDA UU SDM UU SDB

1 Penyederhanaan Perizinan (Berusaha) 12 9 27
2 Persyaratan Investasi 4 -- 9
3 Ketenagakerjaan -- 1 2
4 Kemudahan dan Perlindungan UMK-M serta 1 -- 5
Perkoperasian
5 Kemudahan Berusaha -- 1 6
6 Riset dan Inovasi -- -- 3
7 Pengadaan Lahan 4 -- --
8 Kawasan Ekonomi -- -- 4
9 Investasi dan Proyek Pemerintah Norma Baru Norma Baru Norma Baru
10 Administrasi Pemerintahan -- -- 2
11 Pengenaan Sanksi 13 9 27
PERIZINAN: 1) IZIN LOKASI; 2) IZIN LINGKUNGAN; 3) IMB&SLF; 4) IZIN KELAUTAN & PERIKANAN; 5) IZIN PERTANIAN; 6) IZIN KEHUTANAN; 7) IZIN ESDM; 8) IZIN KETENAGANUKLIRAN;
9) IZIN PERINDUSTRIAN; 10) IZIN PERDAGANGAN; 11) IZIN PUPR; 12) IZIN TRANSPORTASI; 12) IZIN KESEHATAN, OBAT & MAKANAN; 13) IZIN DIKBUD; IZIN KEPARIWISATAAN; 14) IZIN
KEAGAMAAN; 15) IZIN POS, TELKOM & PENYIARAN; 16) IZIN INDUSTRI PERTAHANAN & KEAMANAN
 POLITIK HUKUM DAN KEBIJAKAN PUBLIK MASA DEPAN
1. REVIEW POLITIK HUKUM DAN KEBIJAKAN PUBLIK SAAT INI
A. MULTI FACET
B. INKONSISTENSI TINGGI
C. PENGALIHAN ISU
D. SOLUSI KAMBING HITAM
2. POLITIK HUKUM DAN KEBIJAKAN PUBLIK MASA DEPAN
A. BIG DATA: KETERSEDIAAN DATA & INFORMASI ILMIAH TERBAIK
B. STANDARDISASI & HARMONISASI HUKUM PENGELOLAAN SUMBER DAYA
DAN LINGKUNGAN HIDUP
C. PENDEKATAN OMNIBUS LAW DAN KODIFIKASI HUKUM
D. KELEMBAGAAN ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN HUKUM
MULTI FACET
HUKUM&KEBIJAKAN
PENGADAAN LAHAN
KETIDAK
KERUMITAN
PASTIAN
BIROKRASI
HUKUM

BESHICKING,
REGELING BELEID BELEID
REGELS

KEBIJAKAN UMUM
KEBIJAKAN TEKNIS
KEBIJAKAN PELAKSANAAN
MULTI FACET
HUKUM&KEBIJAKAN
PERIZINAN INDUSTRI
KETIDAK
KERUMITAN
PASTIAN
BIROKRASI
HUKUM

BESHICKING,
REGELING BELEID BELEID
REGELS

KEBIJAKAN UMUM
KEBIJAKAN TEKNIS
KEBIJAKAN PELAKSANAAN
INKONSISTENSI TINGGI
DALAM PENERAPAN
HUKUM & KEBIJAKAN
AMDAL
KETIDAK
KERUMITAN
PASTIAN
BIROKRASI
HUKUM

BESHICKING,
REGELING BELEID BELEID
REGELS

KEBIJAKAN UMUM
KEBIJAKAN TEKNIS
KEBIJAKAN PELAKSANAAN
INKONSISTENSI TINGGI
DALAM PENERAPAN
HUKUM & KEBIJAKAN
PEDAGANG KAKI LIMA
KETIDAK
KERUMITAN
PASTIAN
BIROKRASI
HUKUM

BESHICKING,
REGELING BELEID BELEID
REGELS

KEBIJAKAN UMUM
KEBIJAKAN TEKNIS
KEBIJAKAN PELAKSANAAN
PENGALIHAN ISU DALAM
PENERAPAN HUKUM &
KEBIJAKAN UNTUK KASUS-
KASUS TERTENTU
KETIDAK
KERUMITAN
PASTIAN
BIROKRASI
HUKUM

BESHICKING,
REGELING BELEID BELEID
REGELS

KEBIJAKAN UMUM
KEBIJAKAN TEKNIS
KEBIJAKAN PELAKSANAAN
SOLUSI KAMBING HITAM
DALAM PENERAPAN HUKUM
& KEBIJAKAN UNTUK KASUS-
KASUS TERTENTU
KETIDAK
KERUMITAN
PASTIAN
BIROKRASI
HUKUM

BESHICKING,
REGELING BELEID BELEID
REGELS

KEBIJAKAN UMUM
KEBIJAKAN TEKNIS
KEBIJAKAN PELAKSANAAN
 MATERI HUKUM UU CIPTA KERJA
I. KETENTUAN UMUM
II. ASAS, TUJUAN, RUANG
LINGKUP
III. PENINGKATAN EKOSISTEM
INVESTASI DAN KEGIATAN
BERUSAHA
IV. KETENAGAKERJAAN
V. KEMUDAHAN, PERLINDUNGAN,
DAN PEMBERDAYAAN KOPERASI
DAN UMKM
VI. KEMUDAHAN BERUSAHA
VII. DUKUNGAN RISET & INOVASI
VIII.PENGADAAN TANAH
IX. KAWASAN EKONOMI
X. INVESTASI PEMERINTAH PUSAT
DAN KEMUDAHAN PROYEK
STRATEGIS NASIONAL
XI. ADMINISTRASI PEMERINTAHAN
XII. PENGAWASAN DAN
PEMBINAAN
XIII. KETENTUAN LAIN-LAIN
XIV.KETENTUAN PERALIHAN
XV. KETENTUAN PENUTUP
 KONSEP OPERASIONALISASI UU CIPTA KERJA BERDASARKAN
HARMONISASI PENGELOLAAN SUMBER DAYA DAN LINGKUNGAN

PEMBERIAN IZIN BADAN HUKUM PRIVAT/BADAN USAHA:

PEMERINTAH BERBASIS DEKLARASI 1. UMKM, KOP, DAN SKALA BESAR YG ADA SAAT INI; DAN
KOMPETENSI USAHA 2. BADAN USAHA BARU, DIUTAMAKAN PT, YG DIBENTUK OLEH
(MAN, MONEY, ORANG PER ORANG ATAU BADAN USAHA YG ADA SAAT INI
MATERIAL, METHOD) BERDASAR FASILITAS KEMUDAHAN BERSAHA
DAN TINGKAT RESIKO DGN MENDEKLARASIKAN KOMPETENSINYA (MAN, MONEY,
(HIGH, UM, LM, LOW) MATERIAL, METHOD) DAN TINGKAT RISIKO (HIGH, UPPER MEDIUM,
LOWER MEDIUM, LOW) SBG DAMPAK DARI KEGIATAN USAHA
BIG DATA TERHADAP LINGKUNGAN, KESEHATAN, KEAMANAN & KESELAMATAN,
MORAL & BUDAYA, DAN FINANSIAL.
BADAN USAHA SBG REPRESENTASI KEPENTINGAN PRIVAT
MEMPUNYAI KARAKTER SBG STANDAR KONTRAK, YAITU KEGIATAN
USAHA YG KELANGSUNGAN HIDUPNYA DIDASARKAN PADA KONTRAK
ALOKASI SDA KONTRAK.
BERBASIS TATA
INVESTASI & RUANG & KLHS YG
PROYEK AKAN PENGARUHI
KEBUTUHAN SDM
PEMERINTAH DAN SDB SBG
TERMASUK GAMBARAN ADANYA
KEGIATAN INVESTASI,
KAWASAN EKONOMI PELUANG BERUSAHA PEMANFAATAN, PENGOLAHAN,
SBG REPRESENTASI DAN TERBUKANYA
KEPENTINGAN LAPANGAN KERJA
PEMASARAN, RISET DAN
PUBLIK BARU INOVASI
 LEMBAGA PELAKSANA
PUSAT HARMONISASI PENGELOLAAN SUMBER DAYA DAN LINGKUNGAN (PHPSL)
DAN BADAN ADMIN & MANAJEMEN HUKUM PENGELOLAAN SUMBER DAYA DAN LINGKUNGAN (BAMHPSL)
PHPSL
TUGAS FUNGSI
1. MEMBENTUK DAN MEMBINA 1. STANDARISASI PENGELOLAAN
PHPSL DI PTN SUMBER DAYA DAN LINGKUNG
2. MEMBENTUK, MENGEMBANG AN TERPADU UNTUK HARMONI
KAN, DAN MENGELOLA BIG SASI HUKUM DAN KELEMBAGA
DATA; AN;
3. MEMBANGUN JEJARING 2. INSTRUMENTASI PENGELOLAAN
PRIVATE LEDGER DAN WALLET SUMBER DAYA DAN LINGKUNG
UTK BIG DATA BUSINESS; DAN AN UNTUK PENCIPTAAN
4. MEMBANGUN, MENGEMBANG LAPANGAN KERJA;
KAN, DAN MENGOPERASIONAL 3. INSTRUMENTASI PENGELOLAAN
KAN DIGITAL MCS SYSTEM UTK SUMBER DAYA DAN LINGKUNG
PENGAWASAN VIA DARATAN, AN UNTUK PEMBERDAYAAN
PERAIRAN, LAUTAN, DAN UMKM-B; DAN
UDARA. 4. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT.
BAMHPSL
TUGAS FUNGSI
1. MELAKSANAKAN ADMINISTRA 1. MENDUKUNG PELAKSANAAN
SI HUKUM BERINTIKAN KEGIAT TUGAS DAN FUNGSI KELEMBA
AN HARMONISASI, PENALARAN GAAN NEGARA (URUSAN
DAN ARGUMENTASI HUKUM PENYELENGGAARAN NEGARA);
UNTUK MENGHASILKAN KODIFI DAN
KASI HUKUM; 2. MENDUKUNG PELAKSANAAN
2. MELAKSANAKAN MANAJEMEN TUGAS DAN FUNGSI KELEMBA
HUKUM BERINTIKAN KEGIATAN GAAN PEMERINTAH (URUSAN
POAC/PDCA; PEMERINTAHAN).
3. MEMBENTUK KITAB UU
HUKUM URUSAN PENYELENG
GARAAN NEGARA; KITAB UU
HUKUM URUSAN PEMERINTAH
AN; KITAB UU HKUM CIPTA KER
JA YG BERINTIKAN DAGANG,
BISNIS, INVESTASI, PERUSAHA
AN, DAN KETENAGAKERJAAN;
DAN
4. MEMBANGUN DAN MENGEM
BANGKAN JEJARING KELEMBA
GAAN DALAM PELAKSA NAAN
TUGAS BAMHPSL.
 TUJUAN PEMBANGUNAN EKOSISTEM MANGROVE
HIRARKI PROSES DI DESA KETAPANG, KEC MAUK, KAB TANGERANG

PENGAMBILAN KEPUTUSAN
1. Alternatif strategi pencapaian tujuan: ALTERNATIF KERJA SAMA ANTAR INSTANSI SBG HARMONISASI KEPENTINGAN PRIVAT DAN
STRATEGI SOLUSI TUMPANG TINDIH PUBLIK DI BIDANG EKOLOGI, EKONOMO DAN
a. Mengembangkan kerjasama antar instan PENCAPAIAN KEWENANGAN SOSIAL SBG SOLUSI BENTURAN KEPENTINGAN
si sebagai solusi terhadap masalah TUJUAN (A) ANTAR INSTANSI
tumpang tindih kewenangan, atau (B)
b. Mewujudkan harmonisasi kepentingan
sebagai solusi terhadap masalah bentur
an kepentingan antar instansi, atau
c. Kombinasi (a) dan (b) di atas. HASIL KERJA PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE BERBASIS KONSERVASI
PELAKSANAAN UNTUK MEWUJUDKAN PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA
2. Hasil kerja pelaksanaan strategi adalah STRATEGI EKOSISTEM MANGROVE SECARA BERKELANJUTAN
pengelolaan ekosistem mangrove berba-
sis konservasi yang dapat dilakukan dgn
pendekatan RMB, MBM atau MBM.
ALTERNATIF RESOURCE BASED COMMUNITY BASED MARKET BASED
3. Pengelolaan perlu menggunakan instru- PENDEKATAN MANAGEMENT MANAGEMENT MANAGEMENT
PENGELOLAAN (RBM) (CBM) (MBM)
men hukum dan kelembagaan untuk
menjamin pelestarian dan pemanfaatan
sumber daya ekosistem mangrove dapat
berlangsung secara berkelanjutan. INSTRUMEN HUKUM DAN PENAATAN PENGAWASAN PENEGAKAN
PELAKSANAAN KEBIJAKAN HUKUM DGN SISTEM HUKUM (LAW
4. Faktor-factor yang mempengaruhi proses PELESTARIAN ZONASI (LEGAL MCS ENFORCEMENT)
pengambilan keputusan pada setiap DAN PEMANFA COMPLIANCE)
tingkatan hirarki dapat diperoleh melalui ATAN
penyebaran kuesioner dan wawancara.
 SKALA PENILAIAN
Nilai Perbandingan
Definisi
(A dibandingkan B)

1 A sama penting dengan B

3 A sedikit lebih penting dari B
1/3 Kebalikannya (B sedikit lebih penting dari A)
5 A jelas lebih penting dari B
1/5 Kebalikannya (B jelas lebih penting dari A)
7 A sangat jelas lebih penting dari B

1/7 Kebalikannya (B sangat jelas lebih penting dari A)

9 A mutlak lebih penting dari pada B

1/9 Kebalikannya (B mutlak lebih penting dari A)

2,4,6,8 atau
1/ , 1/ , 1/ , 1/
Diberikan apabila terdapat sedikit perbedaan dengan patokan diatas
2 4 6 8
 RUANG LINGKUP KEPENTINGAN
1. Kepentingan terdiri dari kepentingan privat dan kepentingan publik.
2. Kepentingan privat: perlindungan hukum terhadap konsumen, produsen, dan perantara.
3. Kepentingan publik: merupakan hasil kompromi dari kepentingan-kepentingan privat,
apresiasi terhadap kepentingan privat yang dikorbankan demi terwujudnya kompromi, dan
perimbangan kepentingan-kepentingan privat pada saat hasil kompromi dilaksanakan.
4. Dalam kepentingan ekologi, kepentingan public lebih dominan dari pada kepentingan
privat.
5. Dalam kepentingan ekonomi makro, seperti ekonomi tentang masalah tingkat
pengangguran, kepentingan public lebih dominan dari pada kepentingan privat.
6. Dalam kepentingan ekonomi mikro yg menguasai hajat hidup rakyat banyak, seperti
ekonomi pembangunan infrastruktur, kepentingan public lebih dominan dari pada
kepentingan privat.
7. Dalam kepentingan mikro yang tidak menguasai hajat hidup rakyat banyak, seperti
ekonomi perilaku konsumen dan produsen, kepentiungan privat lebih dominan dari pada
kepentingan public.
8. Dalam kepentingan social, kepentingan public lebih dominan dari pada kepentingan privat.
 POLA PIKIR PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN
DALAM PERUMUSAN KEBIJAKAN PUBLIK

LEVEL POLA PIKIR SIFAT

HIGH LEVEL POLA PIKIR KONSEPTUAL ABSTRAK

MID LEVEL POLA PIKIR SISTEMIK SETENGAH ABSTRAK,

SETENGAH KONGKRIT

LOW LEVEL POLA PIKIR OPERASIONAL KONGKRIT

PERMASALAH YANG KITA DIHADAPI
TERJADI DI TATARAN OPERASIONAL
 TUGAS MENGISI LANGKAH-LANGKAH PERUMUSAN KEBIJAKAN PUBLIK
1. Tuliskan Topik Penelitian Tesis Topik Penelitian Tesis
Harmonisasi Hukum Penglolaan Sumber Daya dan Lingkungan

2. Rumuskan Tujuan Penelitian Tesis yang Tujuan 1 Tujuan 2 Tujuan 3

Memiliki Target dgn Daya Transformasi Publik. Penyamaan Pengertian & Ru-Ling Penyamaan Unsur Huk&Kelembagaan Penyamaan Komponen Kegiatan

3. Tentukan Target Ekonomi, Sosial, dan Ekonomi Sosial Ekologi

Ekologi (satu kesatuan dgn tujuan) Meningkatkan Efisiensi Mengurai Kerumitan Birokrasi Keberlanjutan & Kelestarian

4. Tetapkan Landasan Hukum Untuk Mencapai Regulation: SDA, SDM, SDB Regulation: SDA, SDM, SDB Regulation: SDA, SDM, SDB
Tujuan Regulatory Policy: SDA, SDM, SDB Regulatory Policy: SDA, SDM, SDB Regulatory Policy: SDA, SDM, SDB
Policy: SDA, SDM, SDB Policy: SDA, SDM, SDB Policy: SDA, SDM, SDB

5. Tentukan Kelembagaan Para Pemangku Kelembagaan Pemerintah: Kelembagaan Pemerintah: Kelembagaan Pemerintah:
Kepentingan yang Terkait Untuk Capai Tujuan Kelembagaan Usaha/Swasta: Kelembagaan Usaha/Swasta: Kelembagaan Usaha/Swasta:
Kelembagaan Masyarakat: Kelembagaan Masyarakat: Kelembagaan Masyarakat:

6. Rumuskan Secara Singkat Kebijakan Publik Kebijakan Umum Kebijakan Teknis Kebijakan Pelaksanaan
Untuk Mencapai Tujuan Harmonisasi Penyamaan Persepsi Negosiasi (BATNA)

7. Rumuskan Pola Operasionalsisasi Kebijakan Program Tindakan Keluaran

Pelaksanaan Standarisasi Pengelolaan SD&L Instrumentasi Pengelolaan SD&L Pengelolaan Standar sbg Instrumen

LIHAT ACUAN PENGISIAN Target Sasaran Tercapai Monitoring dan Evaluasi

Eko-Sos-Eko Transformasi publik Pol-Ek-Sos-Bud-Han-Kam-Ling-Huk
 ACUAN UNTUK MENGISI LANGKAH-LANGKAH PERUMUSAN KEBIJAKAN PUBLIK
1. Topik penelitian tesis: Harmonisasi Hukum Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan.
2. Pilih salah satu, salah dua, atau ketiga tujuan yang memiliki target dgn daya
transformasi publik (mengubah sikap dan perilaku masyarakat ke arah yang lebih baik):
a. Tujuan 1 Penyamaan persepsi tentang pengertian dan ruang lingkup pengelolaan sumber daya dan
lingkungan.
b. Tujuan 2 Penyamaan unsur-unsur hukum dan kelembagaan serta komponen-komponen kegiatan
pengelolaan sumber daya dan lingkungan.
c. Tujuan 3 Harmonisasi unsur-unsur hukum dan kelembagaan dengan komponen-komponen kegiatan
pengelolaan sumber daya dan lingkungan (target ekologi: keberlanjutan kegiatan pengelolaan dan
kelestarian lingkungan).
3. Target yang berdaya transformasi publik merupakan hasil pencapaian tujuan:
a. Target ekonomi: meningkatkan efisiensi.
b. Target sosial: mengurai kerumitan birokrasi.
c. Target ekologi: keberlanjutan kegiatan dan kelestarian lingkungan).
4. Landasan hukum: regulation/regulatory policy/policy tentang SDA, SDM, SDB, Ling
5. Kelembagaan terkait: pemerintah (K/L); Swasta (UMKMB & Kop); LSM, Ornop, OSL
6. Perumusan singkat kebijakan publik secara indikatif.
7. Operasionalisasi kebijakan pelaksanaan secara indikatif.