C. Moral
LATIN MOS / MORES
1. KEBIASAAN/ADAT
2. TUNTUTAN PERILAKU DAN KEHARUSAN
OLEH MASYarakat
D. HUKUM
HIMPUNAN PETUNJUK ATAS KAIDAH/NORMA YG
MENGATUR TATA TERTIB DLM SUATU MASY.
DITAATI MELANGGAR SANKSI
MENGANDUNG 2 KOMPONEN UTAMA, YAKNI
TANGGUNGJAWAB DAN TANGGUNG GUGAT.
TINDAKAN YANG DILAKUKAN BIDAN
DILIHAT DARI PRAKTEK KEBIDAANAN,
KODE ETIK DAN UNDANG-UNDANG
(FRY,1990)
3. LOYALITAS
SUATU KONSEP BERBAGAI SEGI, MELIPUTI :
SIMPATI, PEDULI DAN HUB. TIMBAL BALIK
TERHADAP PIHAK YG SECARA PROFESIONAL
BERHUBUNGAN DENGAN BIDAN
a. Etika umum; yang membahas berbagai hal yang MENYUSUN TUJUAN BERSAMA
berhubungan dengan kondisi manusia untuk bertindak etis MENEPATI JANJI
dalam mengambil kebijakan berdasarkan teori-teori dan
MENENTUKAN MASALAH DAN PRIORITAS
prinsip-prinsip moral.
SERTA MENGUPAYAKAN PENCAPAIAN
b. Etika khusus; terdiri dari Etika sosial, Etika individu dan KEPUASAN BERSAMA
Etika Terapan.
· Etika sosial menekankan tanggungjawab sosial dan
ETIKA PELAYANAN KEBIDANAN
hubungan antarsesama manusia dalam aktivitasnya,
PELAYANAN KEBIDANAN TERINTEGRASI DG
· Etika individu lebih menekankan pada kewajiban-kewajiban
PELAYANAN KESEHATAN TERGANTUNG SIKAP
manusia sebagai pribadi,
SOSIAL MASY.DAN KEADAAN LINGKUNGAN
· Etika terapan adalah etika yang diterapkan pada profesi DIMANA BIDAN BEKERJA. DIMANA KEMAJUAN
MANFAAT ETIKA SOSIAL EKONOMI MERUPAKAN PARAMETER YANG
AMAT PENTING DLM PELAY. KEBIDANAN
a. Etika membuat kita memiliki pendirian dalam
pergolakan berbagai pandangan moral yang kita FUNGSI ETIKA DAN MORALITAS DALAM
hadapi. PELAYANAN KEBIDANAN
b. Etika membuat agar kita tidak kehilangan orientasi 1. Menjaga otonomi dari setiap individu khususnya Bidan dan
dalam transformasi budaya, sosial, ekonomi, politik Klien
dan intelektual dewasa ini melanda dunia kita. 2. Menjaga kita untuk melakukan tindakan kebaikan dan
c. Etika juga membantu kita sanggup menghadapi mencegah tindakan yg merugikan/membahayakan orang lain
idiologi-idiologi yang merebak di dalam masyarakt 3. Menjaga privacy setiap individu
secara kritis dan objektif.
4. Mengatur manusia untuk berbuat adil dan bijaksana sesuai
d. Etika membantu agamawan untuk menemukan dasar dengan porsinya
dan kemapanan iman kepercayaan sehingga tidak
5. Dengan etik kita mengatahui apakah suatu tindakan itu
tertutup dengan perubahan jaman.
dapat diterima dan apa alasannya
PRAKTEK KEBIDANAN
6. Mengarahkan pola pikir seseorang dalam bertindak atau
MASALAH KLIEN TIDAK BOLEH DIDISKUSIKAN dalam menganalisis suatu masalah
DENGAN ORANG LAIN 7. Menghasilkan tindakan yg benar
BIDAN HARUS MENGHARGAI PEMBICARAAN 8. Mendapatkan informasi tenfang hal yg sebenarnya
YANG TIDAK BERMANFAAT
9. Memberikan petunjuk terhadap tingkah laku/perilaku
BIDAN HARUS MEMBERIKAN BANTUAN KEPADA manusia antara baik, buruk, benar atau salah sesuai dengan
TEMAN SEJAWAT moral yg berlaku pada umumnya
PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP PROFESI 10. Berhubungan dengans pengaturan hal-hal yg bersifat
DITENTUKAN OLEH ANGGOTA PROFESI abstrak
1. ADVOKASI 11. Memfasilitasi proses pemecahan masalah etik
MELINDUNGI KLIEN/MASY. TERHADAP PELAYANAN 12. Mengatur hal-hal yang bersifat praktik
KESEHATAN ATAS PRAKTEK TIDAK SAH/TIDAK
13. Mengatur tata cara pergaulan baik di dalam tata tertib
KOMPETEN DAN MELANGGAR ETIKA YANG
masyarakat maupun tata cara di dalam organisasi profesi
DILAKUKAN OLEH SIAPAPUN
14. Mengatur sikap, tindak tanduk orang dalam menjalankan
BIDAN MEMBERI INFORMASI DGN BANTUAN
tugas profesinya yg biasa disebut kode etik profesi.
KEPADA KLIEN
2. AKUNTABILITAS
MANAGEMEN KEBIDANAN
DAPAT MEMPERTANGGUNGJAWABKAN
SUATU TINDAKAN YANG DILAKUKAN DAN – Suatu pendekatan dan kerangka berfikir yang digunakan
MENERIMA KONSEKUENSI DARI TINDAKAN bidan untuk memecahkan permasalahan secara sistematis
TERSEBUT (KOZIER,ERB,1991) (kepmenkes 369)
– Proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai Merupakan pencatatan data Objektif yang didapatkan dari
metode mengorganisaikan pikiran dan tindakan hasil pemeriksaan klien, sebagai dasar penegakan diagnose
berdasarkan teori ilmiah, evidence based, dalam tahapan dan masalah potensial yang mungkin terjadi.
yang logis untuk mengambil keputusan yang berfokus pada Analisa
klien (Varney)
Pencataan hasil interpretasi data yang didapatkan dari hasil
LANGKAH varney berfikir menggunakan managemen varney, yang meliputi
1. PENGKAJIAN DATA diagnose kebidanan, masalah, masalah potensial dan kebuthan
segera.
Langkah awal dalam setiap asuhan kebidanan, yaitu
dengan cara mengumpulkan data berkaitan dengan Penatalaksanaan
keadaan klien, yang meliputi data Subjektif dan Objektif Pencatatan hasil perencanaan, implementasi dan evaluasi yang
a. Data Subjektifà data yang didapatkan dari hasil dilakukan bidang, dituliskan berdasarakan urutan waktu
anamnesa klien/keluarga klien/pengantar klien (berurutan)
b. Data objektifàdata yang didapatkan hasil
pemeriksaan atau lab penunjang
2. Interpretasi data dan Identifikasi diagnosis Masalah
Pada langkah ini, bidan melakukan interpretasi
berdasarkan data yang didapatkan. Interpretasi berupa
diagnose kebidanan (berdasarkan data subjektif dan
objektif yang didapat-masalah actual/sedang
terjadi/dialami ibu), tegakkan masalah berdasarkan
diagnosa yang didapat.
3. Penegakan masalah potensial
Langkah ke-3 merupakan langkah penetapan masalah
potensial yang didapatkan berdasarkan diagnose masalah
4. Menetapkan kebutuhan segera
Mengidentifikasi tindakan yang harus segera dilakukan
untuk mengatasi masalah aktua (diagnose) sehingga masalah
Perbedaan varney dan soap
potensial tidak terjadi (Dapat dicegah)
1. Alur fikir Vs Dokumentasi
5. Rencana asuhan menyeluruh
2. Tidak Berurutan Vs Berurutan Sesuai alur
Merencanakan asuhan yang akan dilaksanakan untuk
dilaksanakan
mengatasi permasalahan (diagnose) yang ditegakkan. Bentuk
asuhan meliputi upaya romotif, preventif, kuratif dan 3. Tidak tertulis VS tertulis
rehabilitas (Dalam batas kewenangan bidan)
6. Implementasi Issue etik dan moral dalam pelayanan kebidanan
Merupakan uraian pelaksanaan dari perencanaan yang ISSUE : Adalah masalah pokok yang berkembang
ditulisskan pada langkah ke-5 dimasyarakat atau lingkungan yang belum tentu benar, untuk
7. Evaluasi mencari kebenarannya memerlukan pembuktian
Merupakan uraian pelaksanaan dari perencanaan yang Dilema Etik /Dilema Moral : Adalah pilihan yang sukar
ditulisskan pada langkah ke-5. dimana untuk pengambilan keputusan membutuhkan
pertimbangan moral serta kebijaksanaan
Konflik Moral
Pendokumentasian asuhan kebidanan SOAP
Pertentangan yang terjadi karena pengambilan keputusan
Pendokumentasian merupakan proses pencatata hasil
yang menyangkut dimensi moral
asuhan yang dilakukan bidan sebagai suatu bukti yang dapat
dipertanggunggugatkan (dijadikan dasar dalam hukum baik Pertentangan yg terjadi dalam pengambilan keputusan
sebagai bukti yang membantu bidan atau pun bukti jika berdasarkan prinsip
menunjukan suatu kesalahan/kelalaian) Dilema moral
Dalam kebidanan pendokumentasian asuhan yang digunakan Adalah suatu keadaan dimana dihadapkan pada 2
adalah dengan metode SOAP yaitu Subjektif, obejktif, alternative pilihan yang kelihatannya sama atau hampir sama
Analisa dan Penatalaksanaan. dan membutuhkan pemecahan masalah (Campbell )
Subjektif Konflik atau dilema moral pada dasarnya sama ,berada
Merupakan pencatatan data subjektif yang didapatkan dari diantara prinsip moral dan otonomi ( Johnson )
hasil pengkajian data pada klien bidan sesuai karakteristik Issue etik yang biasa terjadi antara bidan dengan klien
kliennya, sebagai dasar penegakan diagnose dan penentu
pemeriksaan fisik yang harus dilakukan. Klien,keluarga dan masyarakat :
Dengan Rahmat Tuhan yang Maha Esa dan didorong oleh 4) Pemeriksaan penunjang
keinginan yang luhur demi tercapainya: 3. Standar 3 diagnosa kebidanan
1. Masyarakat Indonesia yang adil dan makmur Diagnosa kebidanan dirumuskan berdasarkan analisis data
berdasarkan Pancasila dan UUD I945 yang telah dikumpulan.
2. Pembangunan manusia Indonesia seutuhnya Difinisi Operasional:
3. Tingkat kesehatan yang optimal bagi setiap warga a. Diagnosa kebidanan dibuat sesuai dengan
Negara Indonesia kesenjangan yang dihadapi oleh klien atau suatu
Kode etik bidan indonesia keadaan psikologis yang ada pada tindakan
kebidanan sesuai dengan wewenang bidan dan
BAB I Kewajiban Bidan terhadap klien dan
kebutuhan klien.
Masyarakat
b. Diagnosa kebidanan dirumuskan dengan padat, jelas
BAB II Kewajiban Bidan terhadap Tugasnya sistimatis mengarah pada asuhan kebidanan yang
diperlukan oleh klien.
4. Standar 4 asuhan
Rencana asuhan kebidanan dibuat berdasarkan diagnosa 2. Konflik dalam prinsip yang berbeda
kebidanan. Difinisi Operasional: Cth: Dalam kasus ibu yang menolak episiotomi, bidan
a. Ada format rencana asuhan kebidanan memiliki konflik antara kewajiban untuk menghargai hak
hidup janin sekaligus menghargai autonomi dan keinginan si
b. Format rencana asuhan kebidanan terdiri dari
ibu.
diagnosa, rencana tindakan dan evaluasi.
Selain itu, terdapat beberapa contoh lain mengenai konflik etik
5. Standar 5 tindakan
moral ini di masyarakat, antara lain:
Tindakan kebidanan dilaksanakan berdasarkan
a. Aborsi
rencana dan perkembangan keadaan klien: tindakan
kebidanan dilanjutkan dengan evaluasi keadaan klien. Secara umum aborsi adalah ilegal. Dimana di negara-negara
berkembang terdapat pembatasan yang ketat terhadap aborsi,
Difinisi Operasional :
sehingga tidak jarang perempuan yang ingin melakukan aborsi
a. Ada format tindakan kebidanan dan evaluasi mencari bantuan ke tenaga nonmedis, antara lain dengan cara
b. Format tindakan kebidanan terdiri dari tindakan dan meminum ramuan/melakukan pemijatan pengguguran
evaluasi kandungan yang berbahaya.
c. Tindakan kebidanan dilaksanakan sesuai dengan Di Indonesia, hukum tentang aborsi didasarkan pada hukum
rencana dan perkembangan klien kesehatan tahun 1992. Secara umum hukum tersebut
mengizinkan aborsi apabila perempuan yang akan melakukan
d. Tindakan kebidanan dilaksanakan sesuai dengan
aborsi…:
prosedur tetap dan wewenang bidan atau tugas
kolaborasi 1. Mempunyai surat dokter yang menyatakan bahwa
kehamilannya membahayakan kehidupannya.
e. Tindakan kebidanan dilaksanakan dengan
menerapkan kode etik kebidanan etika kebidanan 2. Mempunyai surat dari suami atau anggota keluarga
serta mempertimbangkan hak klien aman dan nyaman yang mengizinkan pengguguran kandungannya.
f. Seluruh tindakan kebidanan dicatat pada format yang 3. Mempunyai hasil test laboratorium yang menyatakan
telah tersedia bahwa dia positif hamil & pernyataan menjamin
bahwa setelah melakukan aborsi dia akan
6. Standar 6 partisipasi klien
menggunakan kontrasepsi
Tindakan kebidanan dilaksanakan bersama-
b. Sewa rahim
sama/partisipasi klien dan keluarga dalam rangka peningkatan
pemeliharaan dan pemulihan kesehatan. Sewa rahim adalah menggunakan rahim wanita lain untuk
mengandungkan benih wanita (ovum) yang telah disewa
7. Standar 7 pengawasan
dengan benih lelaki (sperma). Janin tersebut dikandung hingga
Monitor/pengawasan terhadap klien dilaksanakan secara dilahirkan. Kemudian anak yang telah dilahirkan diberikan
terus menerus dengan tujuan untuk mengetahui perkembangan kembali kepada pasangan suami istri (sperma berasal dari si
klien. suami) untuk dibesarkan dan dipelihara.
8. STANDAR 8 evaluasi Teknologi reproduksi buatan ini menjadi permasalahan
Evaluasi asuhan kebidanan dilaksanakan terus menerus hukum dan etik moral apabila sperma/ovum berasal dari
seiring dengan tindak kebidanan yang dilaksanakan dan pasangan keluarga yang sah dalam hubungan pernikahan.
evaluasi dari rencana yang telah dirumuskan. Apalagi apabila menggunakan rahim dari wanita/sperma dari
lelaki diluar pernikahan.
Standar profesi kebidanan
Upaya mengatasi etik moral, setiap pihak (nakes & klien)
Ruang Lingkup SPK meliputi 24 standar yaitu : harus menyadari hak & kewajibannya serta mampu
a. Standar pelayanan (2 standar) menempatkan dirinya dalam porsi yang tepat.
b. Standar pelayanan antenatal (6 standar) Upaya yang dapat mempertemukan kebutuhan kedua belah
pihak tanpa merugikan salah satu pihak adalah melalui
c. Standar pertolongan persalinan (4 standar)
komunikasi interpersonal/konseling.
d. Standar pelayanan nifas (3 standar)
Komunikasi tersebut terwujud dalam bentuk informed
e. standar penanganan kegawatdaruratan obstetri choice & informed consent
neonatal (9 standar) (Depkes RI, 2001:3).
Menurut John M. Echols (Kamus Inggris-Indonesia, 2003):
Konflik moral
Informed: telah diberitahukan, telah disampaikan, telah
• Konflik etik moral terjadi karena adanya perbedaan diinformasikan. Choice: pilihan.
antara prinsip moral antarindividu.
Informed choice
• Menurut Johnson (1990), terdapat 2 tipe konflik etik
Secara umum informed choice: memberitahukan atau
moral, yaitu:
menjelaskan pilihan-pilihan yang ada kepada klien.
1.Konflik dalam prinsip yang sama
• Menurut Sara Wickham (2002):
Cth: Bila seorang bidan berprinsip untuk
Informed Choice adalah suatu keputusan yang dibuat
menjunjung tinggi autonomi, autonomi siapa yang ia
setelah melalui pertimbangan matang terhadap bukti-bukti
perjuangkan? Autonomi bidan atau autonomi kliennya?
ilmiah yang relevan. Keputusan tersebut dipengaruhi oleh
Keduanya memiliki kedudukan dan kepentingan yang sama,
lingkungan, keyakinan, & pengalaman orang tersebut.
sehingga sering kali menimbulkan konflik bagi bidan
• Sebelum meminta persetujuan klien mengenai tindakan Pengertian majelis etika profesi merupakan badan
medik yang akan diambil, tenaga kesehatan wajib memberi perlindungan hukum terhadap para bidan sehubungan
informasi yang jelas mengenai alternatif pilihan yang ada, dengan adanya tuntutan dari klien akibat pelayanan yang
beserta manfaat dan risiko yang menyertainya. diberikan dan tidak melakukan indikasi penyimpangan
hukum. Realisasi Majelis Etika Profesi Bidan adalah dalam
• Keberadaan tenaga kesehatan sangat penting untuk terus
bentuk MPEB dan Majelis Pembelaan Anggota (MPA).
mendampingi klien memilih & memilah informasi yang
tepat untuk mendukung proses pengambilan keputusan Pelaksanaan tugas bidan dibatasi oleh norma, etika dan
yang tepat dan tidak merugikan pihak manapun. agama. Tetapi apabila ada kesalahan dan menimbulkan
konflik etik, maka diperlukan wadah untuk menentukan
Rambu rambunya
standar profesi, prosedur yang baku dan kode etik yang di
• Informed choice bukan sekedar mengetahui berbagai sepakati, maka perlu di bentuk Majelis Etika Bidan, yaitu
pilihan yang ada, namun juga mengenai benar manfaat & MPEB dan MPA.
risiko dari setiap pilihan yang ditawarkan.
Tujuan dibentuknya Majelis Etika Bidan adalah untuk
• Informed choice tidak sama dengan membujuk atau memberikan perlindungan yang seimbang dan objektif
memaksa klien mengambil keputusan yang menurut orang kepada Bidan dan Penerima Pelayanan.
lain baik (meskipun dilakukan dengan cara “halus”).
Untuk memberikan keadilan pada bidan bila terjadi kesalah
• CTH: Secara tidak sadar bidan sering kali pahaman dengan pasien atas pelayanan yang tidak
melakukan “pemaksaan” saat proses memuaskan yang bisa menimbulkan tuntutan dari pihak
informed choice, misalnya melalui ucapan sebagai pasien.
berikut:
Unsur unsur
Informed consent
Latar belakang dibentuknya Majelis Pertimbangan
• Menurut John M. Echols (Kamus Inggris-Indonesia, Etika Bidan atau MPEB adalah adanya unsur-unsur pihak-
2003): pihak terkait:
– Informed: telah diberitahukan, telah Pemeriksa pelayanan untuk pasien
disampaikan, telah diinformasikan.
Sarana pelayanan kesehatan
– Consent: persetujuan yang diberikan kepada
Tenaga pemberi pelayanan yaitu bidan.
seseorang untuk berbuat sesuatu.
Dasar penyususnan majlis
• Menurut Jusuf Hanafiah (1999)
1. Kepmenkes RI no. 1464/Menkes/X/2010.
Informed consent adalah persetujuan yang
diberikan pasien kepada dokter/bidan setelah diberi Memberikan pertimbangan, pembinaan, pengawasan,
penjelasan. dan mengikut sertakan terhadap semuaprofesi tenaga
kesehatan dan sarana pelayanan medis.
Perlu diingat: Informed consent bukan
sekedar formulir persetujuan yang diberikan kepada pasien, 2. Peraturan Pemerintah no. 1464 Tahun 2010 BAB V
juga bukan sekedar tandatangan pihak keluarga, namun Pasal 21
merupakan proses komunikasi. Pembinaan dan pengawasan terhadap dokter, dokter
Inti dari proses informed consent adalah kesepakatan gigi dan tenaga kesehatan dalam menjalankan
antara tenaga kesehatan & klien, sedangkan formulir profesinya untuk meningkatkan mutu pelayanan dan
hanya merupakan pendokumentasian hasil keselamatan pasien dan melindungi masyarakat
kesepakatan. terhadap segala kemungkinan yang dapat
menimbulkan bahaya bagi kesehatan.
Informed consent harus dilakukan setiap kali akan
melakukan tindakan medis, sekecil apapun tindakan 3. Surat keputusan Menteri Kesehatan no.
tersebut. 640/Menkes/Per/X/1991, tentang pembentukan
MP2EPM.
Menurut Culver & Gert, 4 komponen yg harus dipahami pd
suatu consent: Keberadaan majlis pertimbangan
Sukarela (voluntariness) Meningkatkan Citra IBI dalam meningkatkan Mutu
Pelayanan yang diberikan.
Informasi (information)
Terbentuknya lembaga yang akan menilai ada atau
Kompetensi (competence)
tidaknya pelanggaran terhadap kode etik bidan
Keputusan (decision Indonesia.
Pasien yang dinyatakan memiliki kapasitas untuk memberi Meningkatkan Kepercayaan diri anggota IBI.
consent apabila:
Meningkatkan kepecayaan masyarakat terhadap
Pasien mampu memahami keputusan medis bidan dalam memberikan pelayanan.
berdasarkan berbagai informasi yang ia peroleh
Lingkup majlis
Persetujuan dibuat tanpa tekanan
1. Melakukan peningkatan fungsi pengetahuan sesuai
Sebelum memberi consent, pasien harus diberikan standar profesi pelayanan bidan (Permenkes No.
informasi yang memadai (Informed choice) 1464/Menkes/PER/2010/tahun 2010).
Peran dan fungsi majlis ertambahan 2. Melakukan suvei lapangan, termasuk tentang teknis
dan pelaksanaan praktik, termasuk penyimpangan
yang terjadi. Apakah pelaksanaan praktik bidan 1. Meneliti dan menentukan ada tidaknya kesalahan
sesuai dengan Standar Praktik Bidan, Standar Profesi atau kelalaian dalam menerapkan standar profesi
dan Standar Pelayanan Kebidanan, juga batas-batas yang dilakukan oleh bidan
kewenangan bidan. 2. Penilaian didasarkan atas permintaan pejabat, pasien
3. Membuat pertimbangan bila terjadi kasus-kasus dan keluarga yang dirugikan oleh pelayanan
dalam praktik kebidanan. kebidanan
4. Melakukan pembinaan dan pelatihan tentang umum 3. Permohonan secara tertulis dan disertai data-data
kesehatan, khususnya yang berkaitan atau melandasi 4. Keputusan tingkat propinsi bersifat final dan bisa
praktik bidan. konsultasi ke majelis etik kebidanan pada tingkat
Perorganisasian majlis etik kebidanan pusat
1. Majelis etik kebidanan merupakan lembaga 5. Sidang majelis etik kebidanan paling lambat tujuh
organisasi yang mandiri, otonom dan non struktural. hari, setelah diterima pengaduan. Pelaksanaan sidang
menghadirkan dan meminta keterangan dari bidan
2. Majelis etik kebidanan dibentuk ditingkat propinsi
dan saksi-saksi.
dan pusat.
6. Keputusan paling lambat 60 hari dan kemudian
3. Majelis etik kebidanan pusat berkedudukan di ibu
disampaikan secara tertulis kepada pejabat yang
kota negara dan majelis etik kebidanan propinsi
berwenang.
berkedudukan di ibu kota propinsi.
4. Majelis etik kebidanan pusat dan propinsi dibantu 7. Biaya dibebankan pada anggaran pimpinan pusat IBI
oleh sekretaris. atau pimpinan daerah IBI ditingkat propinsi.