Anda di halaman 1dari 27

Unit 2

Norma dan Peraturan


Perundang-undangan

s audara mahasiswa, Unit 2 buku ini akan membahas


Norma dan Peraturan Perundang-undangan, terdiri dari
lima subunit, yaitu Hakikat Nilai dan Norma dalam
Kehidupan, Macam-macam Norma Sosial,
Penggolongan Hukum di Indonesia, Tata Urutan Peraturan
Perundang-undangan di Indonesia, dan norma dan peraturan
sekolah. Setelah Saudara mempelajari Unit 2 ini,diharapkan
memiliki kompetensi :
1. Mendeskripsikan Hakikat Nilai dan Norma dalam
Kehidupan
2. Menjelaskan Macam-macam Norma Sosial
3. Memerinci Penggolongan Hukum di Indonesia
4. Memerinci Tata Urutan Peraturan Perundang-
undangan di Indonesia
5. Mendeskripsikan norma dan peraturan di sekolah

A. Hakikat Nilai dan Norma dalam Kehidupan


Setiap kehidupan bersama, baik berupa kehidupan
dalam keluarga, organisasi, perkumpulan, masyarakat, negara,
dan pergaulan antara negara memerlukan aturan atau norma
yang mengikat setiap anggota kehidupan bersama itu. Aturan
atau norma itu dimaksudkan untuk membina dan menegakkan
kehidupan bersama yang tertib, adil dan benar sehingga setiap
orang merasakan kesejahteraan dalam hidupnya. Tanpa
adanya norma itu dapat dipastikan kehidupan bersama akan
kacau dan kesejahteraan bersama semakin jauh dari
jangkauan.

33
Konsep Dasar Pendidikan Kewarganegaraan SD

Norma yang berlaku di suatu masyarat bersumber pada


nilai nilai sosial tertentu. Menurut Giddens (1994) nilai adalah
gagasan gagasan yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok
tentang apa yang dikehendaki, apa yang layak dan apa yang
baik atau buruk. Sedang menurut Horton & Hunt (1987) nilai
adalah gagasan gagasan tentang apakah suatu tindakan itu
penting atau tidak penting. Richard T Shaefer dan Robert P
Lamm (1998) memberi definisi nilai sebagai gagasan kolektif
(gagasan bersama) tentang apa yang dianggap baik, penting,
diinginkan dan dianggap layak, sekaligus tentang yang tidak
baik, tidak penting, tak diinginkan dan tidak layak dalam
sebuah kebudayaan. Nilai menunjukkan apa yang penting
dalam kehidupan manusia baik sebagai individu maupun
sebagai anggota masyarakat
Nilai mempengaruhi perilaku manusia dan berfungsi
sebagai ukuran dalam mengevaluasi tindakan orang lain.
Orang yang menjunjung tinggi nilai “demokrasi” akan selalu
berusaha memecahkan persoalan secara damai, menghormati
perbedaan pendapat, menghargai sesama dan taat pada
keputusan bersama. Orang-orang yang memaksakan
kehendak, sewenang-wenang dan mau sendiri dinilai sebagai
tidak demokratis. Jadi nilai memang mempengaruhi perilaku
seseorang dan juga menjadi ukuran dalam menilai baik
buruknya, penting tidaknya atau layak tidaknya tindakan
seseorang.
Dalam kehidupan bersama nilai-nilai sosial lazimnya
kemudian dirumuskan ke dalam norma yang dilengkapi dengan
sanksi. Contoh: jika satu masyarakat memberi nilai tinggi pada
hak hidup setiap manusia masyarakat itu akan merumuskan
norma yang melarang dan memberi sanksi tegas bagi pelaku
pembunuhan. Jika satu masyarakat memandang harta
kekayaan sebagai nilai, maka masyarakat itu mungkin akan
menetapkan undang undang yang melarang dan memberi
sanksi yang tegas bagi pelaku pencurian, perampokkan atau
vandalisme (pengrusakan harta benda).

34
Norma dan Peraturan Perundang-undangan

Norma adalah ukuran (benar salahnya, tepat tidak


tepatnya, pantas atau tidaknya) perilaku seseorang dalam
masyarakat. Broom & Selznic (1961) menyatakan bahwa
norma adalah rancangan ideal perilaku manusia yang
memberikan batas batas bagi anggota masyarakat dalam
mencapai tujuan hidupnya. Norma dilandasi oleh nilai-nilai.
Nilai itu menjadi dasar pembenar bagi norma yang dibakukan,
pemikiran yang dikembangkan dan keputusan tentang
keindahan. Jadi norma dapat dipahami sebagai “serangkaian
petunjuk hidup yang berisi perintah dan larangan yang
dilengkapi sanksi bagi para pelanggarnya”.
Giddens (1994) menyatakan bahwa nilai adalah sesuatu
yang abstrak dan ideal, sedang norma adalah prinsip prinsip
atau aturan yang pasti yang seharusnya diperhatikan oleh
warga masyarakat. Contoh, monogami adalah nilai, sedang
keharusan agar suami atau isteri menjalin hubungan erat
dengan keluarga isteri atau suaminya adalah norma.
Demokrasi adalah nilai, sedang menghargai pendapat orang
lain adalah norma.

B. Macam macam Norma Sosial


Norma yang berlaku di masyarakat bermacam macam
bentuknya. Beragam norma di masyarakat itu menurut ilmu
kemasyarakatan (sosiologi) dapat digolong-golongkan menjadi
7 (tujuh) kelompok yaitu (a) usage, (b) mode, (c) folkways, (d)
mores, (e) pranata sosial dan (f) norma hukum
1). Usage
Usage adalah cara melakukan sesuatu dalam hubungan
antar individu di masyarakat. Usage adalah norma yang
paling lemah daya ikatnya. Misalnya cara orang
menyatakan kepuasannya sesudah makan. Umumnya
orang diharapkan untuk tidak bersendawa sesudah makan.
Namun ada juga orang yang bersendawa sesudah makan.
Jika hal itu terjadi ia akan mendapat tegoran dari orang
disekitarnya dengan pandangan yang merendahkan.

35
Konsep Dasar Pendidikan Kewarganegaraan SD

2). Mode.
Mode adalah cara melakukan atau membuat sesuatu yang
cenderung diikuti orang banyak dalam jangka waktu
tertentu. Mode berubah ubah dari waktu ke waktu. Mode
berlaku dalam banyak bidang mulai dari soal potongan
rambut, cara berpakaian, musik, arsitektur rumah dan lain
sebagainya. Tidak ada sanksi bagi mereka yang tidak
mengikuti mode, kecuali bahwa oleh para pengikut mode
dinilai sebagai “ketinggalan jaman”.
3). Folkways (Kebiasaan)
Folkways adalah kebiasaan suatu kelompok dalam
melakukan sesuatu hal. Mengendarai kendaraan di jalur
sebelah kiri jalan, makan dengan menggunakan sendok
dan garpu, berjabat tangan, mengenakan baju batik dalam
acara acara resmi, dan lain sebagainya adalah contoh dari
kebiasaan dalam masyarakat kita.
Folkways, adalah norma yang mengatur perilaku
keseharian warga masyarakat yang pelanggarannya relatif
hanya menimbulkan sedikit masalah. Contoh berjalan
melompat-lompat di tangga berjalan sebuah mall memang
bertentangan dengan perilaku standar yang tepat (karena
seharusnya cukup berdiri saja), namun hal itu tidak terlalu
mengganggu kehidupan bersama sehingga tidak perlu
mengakibatkan sanksi penjara. Bagaimanapun juga
folkways itu mempunyai peranan dalam mengatur perilaku
keseharian warga masyarakat.
Menurut Horton & Hunt (1987) ada dua macam folkways
yaitu (a) yang perlu diikuti/dipatuhi sebagai perilaku yang
baik dan sopan, dan (b) yang harus dipatuhi kerena
dianggap penting bagi kesejahteraan masyarakat. Jenis
yang kedua inilah yang disebut sebagai mores. Richter Jr
(1987) membedakan folkways dengan mores dari segi ada
tidaknya kaitan moral di balik suatu norma. Seseorang yang
mencuri, berbohong, atau terlibat pembunuhan telah
melanggar norma (yang mengandung) moral (mores),
sedang orang yang salah mengeja atau salah

36
Norma dan Peraturan Perundang-undangan

mengucapkan kata/kalimat memang melanggar norma


tetapi norma yang tidak terkait dengan moral (folkways/
kebiasaan).
4). Mores
Mores adalah norma yang diladasi oleh moral. Oleh karena
itu dalam percakapan sehari-hari norma ini lebih dikenal
sebagai norma moral. Mores adalah gagasan tentang benar
atau salah, yang mendorong perbuatan-perbuatan tertentu
dan melarang perbuatan perbuatan lainnya. Mores adalah
norma yang amat dibutuhkan bagi kesejahteraan
masyarakat karena norma itu memuat prinsip prinsip yang
amat dihormati masyarakat. Setiap masyarakat menuntut
kepatuhan terhadap mores dan pelanggaran terhadapnya
akan menimbulkan sanksi/ hukuman.
Mores dapat berupa larangan (tabu) dibidang makanan
seperti larangan memakan daging sapi, babi atau kuda.
Atau larangan (tabu) dalam menampilkan diri, seperti
larangan mempertontonkan wajah, tungkai, siku, atau buah
dada. Atau larangan (tabu) dalam berbahasa seperti
larangan mengucapkan mantra tertentu. Kebanyakan tabu
penting bagi para pendukungnya namun mungkin tidak
dikenal sama sekali oleh masyarakat lain.
Mores tidak dibuat secara tiba-tiba, melainkan tumbuh
secara bertahap melalui kebiasan kebiasaan yang ada di
masyarakat. Contoh: secara kebetulan setiap warga yang
habis mandi di sebuah danau sekitar tempat tinggal suku
terasing, mengalami nasib sial/kecelakaan. Maka warga
suku itu mulai percaya bahwa ada sesuatu yang berbahaya
dalam danau tersebut. Ketika semua anggota suku percaya
bahwa sebaiknya orang menjauhi danau itu maka saat
itulah telah terbentuk mores, yaitu bahwa mandi di danau
adalah tindakan yang salah. Orang yang kedapatan mandi
di danau kemudian diharapkan akan mengalami
kemalangan. Orang lain yang mengetahui perbuatan itu
akan menunggu bagaimana pelanggaran mores itu akan
memperoleh hukuman. Setiap peristiwa merugikan yang

37
Konsep Dasar Pendidikan Kewarganegaraan SD

dialami oleh pelanggar itu kemudian ditafsirkan sebagai


hukuman yang harus diterima akibat pelanggaran mores
tersebut. Dengan cara ini maka mores di atas telah
diperkuat berlakunya di masyarakat ybs. Setelah lama
warga suku itu sudah tidak ingat lagi sebab musabab
mengapa mandi di danau itu dilarang. Mereka hanya yakin
bahwa mandi di danau memang dilarang dan larangan itu
harus dipatuhi.
5). Pranata sosial
Beberapa rangkaian folkways dan mores ada yang
dianggap lebih penting dibanding rangkaian folkways dan
mores lain oleh masyarakat pendukungnya. Misalnya saja
rangkaian folkways dan mores tentang hidup berkeluarga
dan memelihara anak dipandang lebih penting dibanding
folkways dan mores yang mengatur permainan sepakbola,
menangkap lebah, berburu dan bermain basket. Rangkaian
folkways dan mores mengenai kegiatan kegiatan yang amat
penting dalam masyarakat biasanya akan diorganisasikan/
dibakukan ke dalam pranata sosial.
Pranata sosial dengan demikian adalah sistem hubungan
sosial yang diorganisasikan dan mengandung nilai nilai
sosial serta prosedur prosedur tertentu dalam memenuhi
kebutuhan kebutuhan dasar masyarakat. Pranata sosial
mencakup (a) serangkaian pola perilaku yang telah
dibakukan, (b) serangkaian mores, sikap dan nilai-nilai
pendukung, serta (c) satuan tradisi, ritus dan upacara,
simbol simbol dan pakaian kebesaran serta perlengkapan
lainnya
Ada lima pranata sosial pokok dalam masyarakat yang
kompleks yaitu keluarga, agama, pemerintah, pendidikan
dan organisasi kegiatan ekonomi.
6). Hukum
Sebagian norma yang berlaku di masyarakat telah
diformalkan, yaitu dirumuskan secara jelas dan tegas dan
dipaksakan berlakunya oleh lembaga yang berwenang.
Norma seperti itulah yang disebut norma hukum. Norma

38
Norma dan Peraturan Perundang-undangan

hukum adalah serangkaian kaidah atau petunjuk hidup


manusia yang dibuat oleh pejabat yang berwenang, berisi
perintah atau larangan bagi manusia dalam hidup
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, yang apabila
dilanggar akan dijatuhi sanksi oleh pihak yang berwenang.
Pada dasarnya norma hukum bersifat melengkapi norma-
norma hidup bermasyarakat lainnya. Norma hukum
memperkuat sanksi atas pelanggaran terhadap norma yang
lain. Selain itu norma hukum juga mengatur bidang-bidang
kehidupan tertentu yang belum diatur oleh norma lain.
Kadang hukum berisi ketentuan yang sama dengan moral.
Mencuri dan membunuh adalah tindakan yang ilegal
(melanggar hukum) dan tak bermoral (melanggar mores).
Ada hukum yang sengaja dibuat justru untuk menghapus
norma lain yang berlaku di masyarakat. Undang Undang
Hak Hak Sipil tahun 1965 di AS dimaksudkan untuk
menghapus sistem hubungan rasial yang berlaku di negara
bagian AS, yang memberi kedudukan rendah serta
pembedaan perlakuan (segregasi) pada kaum kulit hitam.
Ada juga tindakan yang tak bermoral namun legal, Misalnya
dalam situasi tertentu berbohong itu menyalahi moral tetapi
tindakan itu tidak melanggar hukum, kecuali dalam hal
memberikan kesaksian palsu. Seorang sekretaris yang
mengatakan bahwa bos sedang tidak ditempat kepada
tamu yang datang atas pesan bos yang sedang sibuk, jelas
sedang melakukan kebohongan. Tindakan sekretaris itu
memang salah secara moral tapi tidak salah secara hukum.
Di samping itu ada juga tindakan yang illegal (salah secara
hukum) tetapi tidak melanggar norma moral (mores).
Melanggar batas kecepatan mengemudi memang ilegal
(salah secara hukum) namun tidak melanggar mores.
Demikianlah masyarakat mengatur kehidupannya
melalui norma norma yang dibangun, dipelihara dan
ditegakkan bersama. Norma norma sosial itu menjadi pedoman
hidup bagi seluruh warga masyarakat.

39
Konsep Dasar Pendidikan Kewarganegaraan SD

Dalam kepustakaan ilmu hukum, norma yang mengikat


warga masyarakat, digolongkan ke dalam empat macam, yaitu
1) norma susila, 2) norma kesopanan, 3) norma agama dan 4)
norma hukum.
1). Norma susila
Norma susila adalah serangkaian aturan
yang berasal dari hati nurani manusia. Setiap manusia di
dunia ini memiliki hati nurani. Oleh karena itu norma susila
bersifat universal. Namun karena norma susila bersumber
pada hati nurani masing-masing manusia, maka sanksi norma
susila bersifat individual. Sanksi itu ditegakkan oleh masing-
masing individu manusia, atau bersifat otonoom bukan
heteronoom (dipaksakan oleh pihak luar). Bentuk pelanggaran
kesusilaan adalah pengingkaran terhadap suara hati nurani
atau bisikan hati Sanksi atas pelanggaran norma kesusilaan
berupa rasa penyesalan, kegelisahan atau ketidak-tenangan
batin.
Contohnya, orang yang bertindak bertentangan dengan
suara hati (membunuh misalnya) biasanya akan merasa
menyesal, gelisah, tidak tenang, merasa dihantui oleh rasa
bersalah. Oleh karena itu kadangkala ada pembunuh yang
dengan sukarela menyerahkan diri kepada polisi, karena
merasa dikejar-kejar oleh arwah orang yang dibunuhnya.
2). Norma kesopanan
Norma kesopanan adalah aturan hidup yang berasal
dari masyarakat dan berlaku dalam sebuah lingkungan
masyarakat tertentu saja. Norma kesopanan terwujud dalam
aturan tentang sopan santun, etiket pergaulan, maupun
kebiasan-kebiasaan hidup tertentu. Karena norma kesopanan
berasal dari masyarakat, maka pelanggaran atas norma
kesopanan akan menimbulkan sanksi dari masyarakat yang
bersangkutan. Sanksi itu biasanya dalam bentuk pengucilan
atau pengasingan dalam hidup bermasyarakat.

40
Norma dan Peraturan Perundang-undangan

Contohnya, warga yang jarang hadir dalam pertemuan


atau kegiatan RT/RW umumnya akan dikucilkan oleh warga
masyarakat setempat. Jika sesekali ia punya hajat maka hanya
sedikit orang yang bersedia membantunya.
3). Norma agama
Norma agama adalah serangkaian aturan hidup yang
dipercaya oleh sebuah komunitas keagamaan tertentu sebagai
aturan yang berasal dari Tuhan. Aturan atau norma itu tampil
dalam bentuk ajaran agama tertentu. Pelanggaran atas norma
agama akan menimbulkan rasa berdosa. Sanksi atas
pelanggaran norma agama itu akan diterima kelak sesudah
seseorang meninggal dunia.
4). Norma hukum
Dalam perkembangan hidup manusia, ternyata banyak
orang tidak menghiraukan lagi bisikan hati nuraninya. Banyak
pula yang merasa tidak perlu menaati sopan santun yang
berlaku dalam masyarakat. Dalam masyarakat kota yang
cenderung semakin individualistis
kepedulian orang yang satu terhadap sesamanya kian
menurun. Norma kesopanan semakin tidak dipedulikan.
Banyak pula orang yang kurang menghiraukan norma agama.
Dalam situasi semacam itu maka masyarakat masih
memerlukan aturan atau norma lain, yang bersifat mengikat
dan bahkan dapat dipaksanakan sanksinya kepada para
pelanggarnya. Norma hukum merupakan jawaban atas kebutu-
han tersebut.
Hukum adalah serangkaian kaidah atau petunjuk hidup
manusia yang berisi perintah atau larangan bagi manusia
dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Apabila hukum dilanggar pelanggarnya akan dijatuhi sanksi
oleh pihak yang berwenang. Hukum dibuat manusia untuk
mengatur perilaku manusia agar terwujud keadilan,
kesejahteraan dan kedamaian dalam hidup bersama. Contoh
Pasal-pasal 362 Kitab Hukum Pidana mengancam pelaku
tindak pencurian dengan hukuman penjara.

41
Konsep Dasar Pendidikan Kewarganegaraan SD

C. Penggolongan Hukum di Indonesia


Ada banyak cara untuk menggolong-golongkan hukum.
Salah satu cara sederhana untuk menggolongkan hukum
adalah penggolongan menurut isinya atau kepentingan-
kepentingan yang diaturnya. Menurut cara ini ada dua
macam hukum, yaitu hukum publik dan hukum privat.
1). Hukum Publik: adalah hukum yang mengatur hubungan
antara warga negara dengan negara dan antara warga
negara dengan alat-alat kelengkapan negara dan yang
isinya menyangkut kepentingan umum. Hukum publik
mencakup antara lain:
(1) Hukum Tata Negara,
(2) Hukum Administrasi Negara,
(3) Hukum Pidana dan Hukum Acara
2). Hukum Privat: adalah hukum yang mengatur hubungan
antara orang yang satu dengan orang yang lain yang isinya
menyangkut kepentingan pribadi. Hukum privat mencakup
antara lain:
(1) Hukum Perorangan,
(2) Hukum Keluarga,
(3) Hukum Harta Kekayaan,
(4) Hukum Waris.

Penggolongan hukum yang lebih rinci adalah sebagai


berikut ini:

42
Norma dan Peraturan Perundang-undangan

Tertulis
Wujud
Tidak Tertulis

Lokal

Ruang Lingkup Nasional

Internasional

Ius Constitutum

Waktu Ius Contituendum

Hukum Antarwaktu

Satu Golongan
HUKUM

Subyek Semua Golongan

Antargolongan

Hk. Tata Negara

Hk. Adm. Negara


Publik
Hukum Pidana

Hukum Acara
Isi/Materi
Hukum Pribadi

Hukum Keluarga
Privat/Perdata
Hukum Kekayaan

Hukum Waris
Material
Tugas/Fungsi Pidana Formal
Formal
Perdata Formal

43
Konsep Dasar Pendidikan Kewarganegaraan SD

Keterangan :
a. Berdasarkan wujudnya, hukum dibedakan menjadi dua :
1) Hukum tertulis, yaitu hukum yang dapat kita temui
dalam bentuk tulisan dan dicantumkan dalam berbagai
peraturan negara.
2) Hukum Tidak Tertulis, yaitu hukum yang masih hidup
dan tumbuh dalam keyakinan masyarakat tertentu
(Hukum Adat). Dalam bidang ketatanegaraan disebut
konvensi. Misalnya: Pidato Kenegaraan Presiden setiap
16 Agustus).
b. Berdasarkan ruang atau wilayah berlakunya hukum
dibedakan menjadi tiga:
1) Lokal, yaitu hukum yang hanya berlaku di suatu daerah
tertentu (Hukum Adat Batak, Minangkabau, Jawa, dan
sebagainya).
2) Nasional, yaitu hukum yang berlaku di suatu negara
tertentu (Hukum Indonesia, Malaysia, Mesir, dan
sebagainya)
3) Internasional, yaitu hukum yang mengatur hubungan
antara dua negara atau lebih (Hukum Perang, Hukum
Perdata Internasional, dan sebagainya).
c. Berdasarkan waktu berlakunya hukum dibedakan menjadi
tiga:
1) Hukum yang berlaku sekarang ini atau saat ini (Ius
Constitutum) atau hukum positif.
2) Hukum yang berlaku pada waktu yang akan datang (Ius
Constituendum)
3) Hukum antarwaktu, yaitu hukum yang mengatur suatu
peristiwa yang menyangkut hukum yang berlaku saat
ini dan hukum berlaku pada masa lalu.
d. Berdasarkan pribadi atau subyek yang diaturnya hukum
dibedakan menjadi tiga:
1) Hukum satu golongan, yaitu hukum yang mengatur dan
berlaku hanya bagi satu golongan tertentu di
masyarakat

44
Norma dan Peraturan Perundang-undangan

2) Hukum semua golongan, yaitu hukum yang mengatur


dan berlaku bagi semua golongan warga negara dalam
satu negara.
3) Hukum antargolongan, yaitu hukum yang mengatur dua
orang atau lebih yang masing-masing pihak tunduk
pada hukum yang berbeda.
e. Berdasarkan isi/materi masalah yang diaturnya, hukum
dibedakan menjadi dua:
1) Hukum Publik, yaitu hukum yang mengatur hubungan
antara warga negara dan negara yang menyangkut
kepentingan umum.
2) Hukum Privat, yaitu hukum yang mengatur hubungan
antara orang yang satu dengan yang lain dan bersifat
pribadi
f. Berdasarkan tugas dan fungsinya hukum dibedakan
menjadi dua:
1) Hukum Material, yaitu hukum yang berisi perintah dan
larangan (terdapat dalam Kitab undang-undang Hukum
Pidana, Perdata, Dagang, dan sebagainya).
2) Hukum Formal, yaitu hukum yang berisi tentang tata
cara melaksanakan dan mempertahankan hukum
material (terdapat di dalam Hukum Acara Pidana,
Hukum Acara Perdata, dan sebagainya).

D. Tata Urutan Peraturan Perundangundangan di


Indonesia
Di atas sudah disebutkn bahwa berdasarkan wujudnya,
hukum dibedakan menjadi dua hukum tidak tertulis dan hukum
tertulis. Hukum Tidak Tertulis, adalah hukum yang hidup dan
tumbuh dalam keyakinan masyarakat tertentu. Hukum tidak
tertulis sering disebut sebagai Hukum Adat, atau hukum
kebiasaan. Hukum kebiasaan dalam bidang ketatanegaraan
disebut konvensi.
Hukum tertulis, adalah hukum yang berbentuk tertulis
dan dicantumkan dalam berbagai peraturan negara yang untuk

45
Konsep Dasar Pendidikan Kewarganegaraan SD

berlakunya memerlukan tindakan pengundangan. Hukum tidak


tertulis disebut juga sebagai peraturan perundangundangan.
Jenis dan lembaga berwenang untuk membentuk
masing-masing peraturan perundang-undangan lazimnya
ditentukan secara rinci. Di Indonesia tata urutan peraturan
perundang-undangan di atur melalaui ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat.
Pada masa Orde Baru sumber hukum dan tata urutan
peraturan perundang-undangan di negara RI diatur melalui
Ketetapan MPR (S) No. XX/MPRS/1966 tentang Sumber Tertib
Hukum Republik Indonesia dan Tata Urutan Peraturan
Perundang-undangan Republik Indonesia. Pada tahun 2000,
MPR mengatur hal di atas melalui Ketetapan MPR No.
III/MPR/2000.

Tabel 1. Perbedaan Sumber Hukum


Menurut Tap. MPR No. XX/MPRS/1966 dan Tap. MPR No.
III/MPR/2000

No Perihal Tap. No. XX/MPRS/ Tap. No. III/MPR/2000


1966
1 Istilah Sumber Tertib Hukum Sumber Hukum
2 Sumber Sumber dari segala Sumber Hukum Dasar
Hukum sumber hukum adalah: Nasional adalah:
Pancasila Pancasila dan Batang
Tubuh UUD 1945
3 Perwujudan • Proklamasi Tidak ada
Sumber Kemerdekaan 17–8 –
Hukum 1945
• Dekrit 5 Juli 1959
• UU Dasar Proklamasi
• Surat Perintah 11/3/
1966

Tabel di atas menunjukkan bahwa istilah “Pancasila


sebagai sumber segala sumber hukum” telah ditiadakan.
Sebagai gantinya disebutkan bahwa Pancasila dan Batang

46
Norma dan Peraturan Perundang-undangan

Tubuh Undang Undang Dasar 1945 kini berfungsi sebagai


sumber hukum dasar.
Lebih dari itu keraguraguan tentang perwujudan sumber
hukum kini juga telah dihilangkan dengan meniadakan
penyebutan Proklamasi Kemerdekaan, Dekrit Presiden,
Undang Undang Dasar 1945 dan Supersemar sebagai
perwujudan sumber hukum.
Selain mengatur masalah sumber hukum bagi tata
hukum negara Republik Indonesia, ketetapan-ketetapan MPR
di atas juga mengatur masalah tata urutan atau hierarkhi
peraturan perundang-undangan, mulai dari yang tertinggi
sampai yang terendah. Ditentukan pula pihak/pihak-pihak yang
berwenang membuat berbagai jenis peraturan perundang-
undangan itu.
Tabel 2
Perbandingan Tata Urutan Peraturan Perundangan
Menurut Tap. MPR No. XX/MPRS/1966 dan Tap. MPR No.
III/MPR/2000

No Tap. No. XX/MPRS/1966 Tap. No. III/MPR/2000


1 Undang Undang Dasar RI 1945 Undang Undang Dasar 1945
2 Ketetapan MPR Ketetapan MPR
3 Undang Undang /Perpu Undang Undang
Perpu
4 Peraturan Pemerintah Peraturan Pemerintah
5 Keputusan Presiden Keputusan Presiden
6 Peraturan pelaksanaan lain Peraturan Daerah
seperti: Peraturan Menteri,
Instruksi Menteri, dll

Paparan di atas menunjukkan bahwa UUD 1945 tetap


berkedudukan sebagai hukum dasar dan hukum tertinggi
dalam sistem tata hukum Republik Indonesia. Itu berarti bahwa
sesuai dengan prinsip negara hukum, maka setiap peraturan
perundangan yang ada di negeri ini harus berdasar dan
bersumber pada Undang Undang Dasar 1945 dan peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi tingkatannya.

47
Konsep Dasar Pendidikan Kewarganegaraan SD

Sama seperti undang undang dasar lainnya UUD 1945


juga dimaksudkan sebagai dasar penyelenggaraan kehidupan
bernegara. Oleh karena itu UUD 1945 juga dimaksudkan untuk
membatasi kekuasaan penguasa dan sekaligus memberikan
jaminan atas hak-hak asasi warganegara di negara Republik
Indonesia.
Penjelasan tentang tata urutan peraturan perundang-
undangan di Indonesia menurut Ketetapan MPR No.
III/MPR/2000 adalah sebagai berikut
a. Undang-Undang Dasar 1945
Undang-undang Dasar 1945 merupakan hukum dasar
tertulis Negara Republik Indonesia, memuat dasar garis
besar hukum dalam penyelenggaraan negara.
b. Ketetapan MPR
Ketetapan MPR merupakan putusan MPR sebagai
pengemban kedaulatan rakyat yang ditetapkan dalam
sidang-sidang Majelis.
c. Undang-Undang
Undang-undang dibuat oleh DPR bersama Presiden untuk
melaksanakan Undang-Undang Dasar 1945 serta
Ketetapan MPR Republik Indonesia.
d. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang
(PERPU)
PERPU dibuat oleh Presiden dalam hal ihwal kepentingan
yang memaksa, dengan ketentuan sebagai berikut :
(1) PERPU harus diajukan ke DPR dalam persidangan
yang berikut.
(2) DPR dapat menerima atau menolak PERPU dengan
tidak mengadakan perubahan.
(3) Jika ditolak DPR, PERPU tersebut dicabut.
e. Peraturan Pemerintah
Peraturan Pemerintah dibuat oleh Pemerintah untuk
melaksanakan perintah Undang-Undang.
f. Keputusan Presiden
Keputusan Presiden yang bersifat mengatur dibuat oleh
Presiden untuk menjalankan fungsi dan tugasnya berupa

48
Norma dan Peraturan Perundang-undangan

pengaturan pelaksanaan administrasi negara dan


administrasi pemerintahan.
g. Peraturan Daerah
Peraturan daerah merupakan peraturan untuk
melaksanakan aturan hukum di atasnya dan menampung
kondisi khusus dari daerah yang bersangkutan.
a. Peraturan daerah propinsi dibuat oleh dewan
perwakilan rakyat daerah propinsi bersama dengan
gubernur
b. Peraturan daerah kabupaten/kota dibuat oleh dewan
perwakilan rakyat daerah kabupaten/kota bersama
bupati/walikota,
c. Peraturan desa atau yang setingkat, dibuat oleh badan
perwakilan desa atau yang setingkat, sedangkan tata
cara pembuatan peraturan desa atau yang setingkat
diatur oleh peraturan daerah kabupaten/kota yang
bersangkutan.
Dalam rangka mewujudkan haknya untuk “mengatur
dan mengurus sendiri urusan pemerintahanya”, maka menurut
pasal 2 Permendagri Nomor 15 tahun 2006 ada 5 jenis produk
Hukum Daerah yang mungkin ditetapkan oleh Pemerintah
Daerah. Kelima produk hukum daerah itu meliputi :
a) Peraturan Daerah;
b) Peraturan Kepala Daerah;
c) Peraturan Bersama Kepala Daerah;
d) Keputusan Kepala Daerah; dan
e) Instruksi Kepala Daerah.
Peraturan Daerah, Peraturan Kepala Daerah, dan
Peraturan Bersama Kepala Daerah termasuk dalam kategori
produk hukum daerah yang bersifat pengaturan, sedang
Keputusan Kepala Daerah dan Instruksi Kepala Daerah
termasuk dalam ketegori produk hukum daerah yang bersifat
penetapan.
Perlu dicatat bahwa sejak diberlakukannya Undang-
Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundangundangan, kedudukan Ketetapan Majelis

49
Konsep Dasar Pendidikan Kewarganegaraan SD

Permusyawaratan Rakyat (MPR) dalam tata urutan peraturan


perundangan di Indonesia menjadi tidak jelas, karena dalam
undang-undang ini Ketetapan MPR tidak dimasukkan ke dalam
hirarki peraturan perundang-undangan. Namun saat ini DPR
dan Pemerintah telah sepakat memasukkan kembali Ketetapan
MPR ke dalam hirarki peraturan perundang-undangan di
Indonesia. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 sebagai
perubahan atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan kembali
mencantumkan Ketetapan MPR didalam tata urutan peraturan
perundangan Indonesia.
Dalam pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2011 disebutkan bahwa hirarki peraturan perundang-
undangan di Indonesia terdiri dari:
1) UUD 1945
2) Ketetapan MPR
3) Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang (Perpu)
4) Peraturan
Pemerintah
5) Peraturan
Presiden
6) Peraturan Daerah Propinsi dan
7) Peraturan Daerah Kabupaten.
Tampak bahwa Ketetapan MPR telah kembali menduduki
posisinya yang benar dalam sistem hukum di Indonesia dan
kembali menjadi sumber hukum formal dan material. Selain
UUD 1945, Ketetapan MPR harus kembali menjadi salah satu
rujukan baik dalam pembentukkan perundang-undangan di
Indonesia, maupun dalam pembentukkan kebijakan-kebijakan
publik lainnya. DPR dan Pemerintah harus memperhatikan
atau merujuk Ketetapan-ketetapan MPR yang relevan ketika
membentuk undang-undang dan peraturan perundang-
undangan di bawahnya.

50
Norma dan Peraturan Perundang-undangan

E. Peraturan di Sekolah
Sebagai pranata sosial setiap sekolah juga memiliki
aturan yang berlaku di masing-masing sekolah. Menurut
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomor 19 Tahun 2007 Tentang Standar Pengelolaan
Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah,
Sekolah/Madrasah berhak menetapkan pedoman tata-tertib
sekolah. Menurut lampiran Permendiknas tersebut tata tertib
sekolah berisi: 1) tata tertib pendidik, tenaga kependidikan,
dan peserta didik, termasuk dalam hal menggunakan dan
memelihara sarana dan prasarana pendidikan; dan
2) petunjuk, peringatan, dan larangan dalam berperilaku di
Sekolah/Madrasah, serta pemberian sanksi bagi warga yang
melanggar tata tertib. Tata tertib sekolah/madrasah ditetapkan
oleh kepala sekolah/madrasah melalui rapat Dewan Pendidik
dengan mempertimbangkan masukan Komite Sekolah/
Madrasah, dan peserta didik.
Secara umum tata tertib sekolah dapat diartikan
sebagai aturan yang harus dipatuhi oleh setiap warga sekolah.
Peraturan sekolah yang berupa tata tertib sekolah merupakan
kumpulan aturan yang dibuat secara tertulis dan mengikat di
lingkungan sekolah. Tata tertib sekolah hakikatnya sama
dengan tata tertib pada umumnya yaitu sebagai kumpulan
aturan yang dibuat untuk menjadikan anggota masyarakat/
kelompok tetap berpegang teguh pada norma yang sudah
dirumuskan dan ditetapkan sebagai pijakan dalam
mengantisipasi hal-hal yang berpotensi akan merusak tatanan
masyarakat/kelompok yang sudah ada. Tata tertib itu sendiri
mengikat seseorang atau kelompok, guna menciptakan
keamanan dan ketentraman orang atau kelompok tersebut.
Secara umum, tujuan dari diadakannya tata tertib
sekolah adalah agar semua siswa sekolah mengetahui dan
melaksanakan apa yang menjadi tugas, hak, dan kewajiban
mereka di sekolah sehingga kegiatan sekolah dapat berjalan
dengan baik lancar. Dengan perkataan lain tata tertib sekolah
dibuat dengan tujuan agar para siswa: a) mengetahui tugas,

51
Konsep Dasar Pendidikan Kewarganegaraan SD

hak, dan kewajibannya, b) mengetahui hal-hal yang boleh dan


yang tidak boleh dilakukan di sekolah sehingga terhindar dari
masalah-masalah yang dapat menyulitkan dirinya, dan c)
mengetahui dan melaksanakan dengan baik seluruh kegiatan,
baik yang bersifat intrakurikuler maupun ekstrakurikuler, yang
telah diprogramkan oleh sekolah
Oleh karena itu tata tertib sekolah lazimnya berisi
aturan yang mencakup aspek-aspek: a) tugas dan kewajiban
siswa baik dalam kegiatan intrakurikuler maupun dalam
kegiatan ekstrakurikuler, b) larangan-larangan bagi para siswa
dan c) sanksi-sanksi bagi siswa. Suharsimi Arikunto
menyebutkan bahwa tata tertib sekolah menunjuk pada
patokan atau standar yang sifatnya khusus yang harus
dipenuhi oleh siswa. Tata tertib sekolah menunjuk pada
patokan atau standar untuk aktivitas khusus, seperti
penggunaan pakaian seragam, penggunaan laboratorium,
mengikuti upacara bendera, mengerjakan tugas rumah,
pembayaran SPP, dan sebagainya.
Contoh isi tata tertib sebuah sekolah adalah sebagai
berikut:
• Siswa wajib hadir di sekolah sebelum pukul 06.45 WIB.

• Siswa yang terlambat harus lapor ke guru piket,


diteruskan dengan pembinaan oleh guru piket.
• Siswa tidak membawa kendaraan roda empat di
lingkungan sekolah.
• Siswa dilarang menggunakan kendaraan motor roda
dua yang telah dimodifikasi dan bagian komponen
motor yang tidak lengkap seperti: tidak ada kaca spion,
tanpa nomor kendaraan, knalpot yang diubah dan
sebagainya.
• Siswa dilarang menggunakan helm yang tidak standar.

• Siswa dilarang membawa dan menggunakan telepon


seluler di lingkungan sekolah.

52
Norma dan Peraturan Perundang-undangan

• Pada waktu kegiatan belajar mengajar berlangsung


siswa dilarang menggunakan laptop tanpa seizin guru
mata pelajaran.
• Pada pergantian jam pelajaran siswa pindah ruang
kelas dengan toleransi waktu 3 menit.
• Pada waktu istirahat siswa dilarang keluar sekolah
tanpa izin guru piket.
• Pada waktu pulang sekolah siswa dilarang
menggunakan fasilitas dan atau tempat- tempat
tertentu di sekolah untuk menjalin hubungan tertentu
seperti pacaran, transaksi narkoba, perencanaan
kejahat dan lain-lain
• Pada waktu dilingkungan sekolah jaket harus dilepas.

• Pada waktu kegiatan belajar mengajar berlangsung


siswa diperkenankan ke luar kelas setelah mendapat
izin dari guru yang mengajar.
Di samping itu Sekolah/Madrasah juga berhak
menetapkan kode etik warga sekolah/madrasah. Kode etik
tersebut memuat norma tentang: a) hubungan sesama warga
di dalam lingkungan sekolah/madrasah dan hubungan antara
warga sekolah/madrasah dengan masyarakat; dan b) sistem
yang dapat memberikan penghargaan bagi yang mematuhi dan
sangsi bagi yang melanggar. Kode etik sekolah/madrasah
ditanamkan kepada seluruh warga sekolah/madrasah untuk
menegakkan etika sekolah/madrasah. Oleh karena itu
Sekolah/Madrasah perlu memiliki program yang jelas untuk
meningkatkan kesadaran beretika bagi semua warga
sekolah/madrasahnya. Kode etik sekolah/madrasah yang
mengatur peserta didik memuat norma untuk:
1) menjalankan ibadah sesuai dengan agama yang
dianutnya;
2) menghormati pendidik dan tenaga kependidikan;

53
Konsep Dasar Pendidikan Kewarganegaraan SD

3) mengikuti proses pembelajaran dengan menjunjung


tinggi ketentuan pembelajaran dan mematuhi semua
peraturan yang berlaku;
4) memelihara kerukunan dan kedamaian untuk
mewujudkan harmoni sosial di antara teman;
5) mencintai keluarga, masyarakat, dan menyayangi
sesama;
6) mencintai lingkungan, bangsa, dan negara; serta
7) menjaga dan memelihara sarana dan prasarana,
kebersihan, ketertiban, keamanan, keindahan, dan
kenyamanan sekolah/madrasah.
Contoh rumusan kode etik yang diberlakukan di satu
sekolah adalah sebagai berikut:
• Setiap siswa hendaknya mengucapkan salam ketika
bertemu dengan sesama siswa , guru, karyawan dan
kepala sekolah dan seluruh keluarga besar sekolah.
• Menghormati ide, pikiran dan pendapat, hak cipta orang
lain, dan hak milik teman dan warga sekolah.
• Berani menyampaikan sesuatu yang salah adalah salah
dan menyatakan sesuatu yang benar adalah benar.
• Menyampaikan pendapat secara sopan tanpa
menyinggung perasaan orang lain.
• Siswa yang tidak masuk karena sakit, harus melampirkan
surat keterangan dokter.
• Siswa yang tidak masuk karena izin, harus melampirkan
surat izin dan tidak dibenarkan menghubungi sekolah via
telepon.
• Izin ke luar kota atau izin lebih dari tiga hari harus
mendapat rekomendasi dari kepala sekolah.
• Membiasakan diri mengucapkan terima kasih setelah
memperoleh bantuan atau jasa dari orang lain.
• Berani mengakui kesalahan yang terlanjur telah dilakukan
dan meminta maaf apabila merasa melanggar hak orang
lain atau berbuat salah kepada orang lain.
• Menggunakan tutur kata yang sopan dan beradab yang

54
Norma dan Peraturan Perundang-undangan

membedakan hubungan dengan orang lebih tua dan teman


sejawat dan tidak menggunakan kata-kata kotor dan
kasar, cacian, dan pornografi
• Dalam pergaulan antarsiswa dilarang mengundang siswa
luar masuk lingkungan sekolah dengan tujuan tertentu
(mabuk, judi, mencuri, memeras dll.) ketika sekolah
melaksanakan kegiatan ekskul, PPH, Malam Seni,
Pengukuhan Ekskul atau kegiatan lain tanpa izin pihak
sekolah.
• Dalam pergaulan antarsiswa dilarang manghasut,
menghujat dan memicu konflik yang mengarah pada kontak
fisik.
Disamping terikat oleh aturan yang ditetapkan sekolah,
para siswa, pendidik dan tenaga kepedidikan di sekolah juga
terikat oleh berbagai aturan yang oleh pemerintah (baik pusat
maupun daerah) dinyatakan berlaku di seluruh sekolah yang
ada di Indonesia. Sebagai contoh semua wargasekolah di
Indonesia harus mematuhi Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 64 Tahun
2015 Tentang Kawasan Tanpa Rokok di Lingkungan
Sekolah.
Dalam peraturan itu antara lain ditentukan bahwa
sekolah harus menjadi kawasan tanpa rokok. Oleh kaena itu
ditentukan pula bahwa sasaran Kawasan tanpa rokok di
Lingkungan Sekolah itu mencakup baik kepala sekolah, guru,
tenaga kependidikan, peserta didik, maupun pihak lain di
dalam Lingkungan sekolah.
Dalam rangka mendukung mendukung Kawasan tanpa
rokok di Lingkungan
Sekolah, Sekolah wajib melakukan hal-hal sebagai berikut:
1) memasukkan larangan terkait rokok dalam aturan tata
tertib sekolah;
2) melakukan penolakan terhadap penawaran iklan,
promosi, pemberian sponsor, dan/atau kerja sama
dalam bentuk apapun yang dilakukan oleh perusahan

55
Konsep Dasar Pendidikan Kewarganegaraan SD

rokok dan/atau organisasi yang menggunakan merek


dagang, logo, semboyan, dan/atau warna yang dapat
diasosiasikan sebagai ciri khas perusahan rokok, untuk
keperluan kegiatan kurikuler atau ekstra kulikuler yang
dilaksanakan di dalam dan di luar Sekolah;
3) memberlakukan larangan pemasangan papan iklan,
reklame, penyebaran pamflet, dan bentuk-bentuk iklan
lainnya dari perusahaan atau yayasan rokok yang
beredar atau dipasang di Lingkungan Sekolah;
4) melarang penjualan rokok di kantin/warung sekolah,
koperasi atau bentuk penjualan lain di Lingkungan
Sekolah; dan
5) memasang tanda kawasan tanpa rokok di Lingkungan
Sekolah. Pasal 5
Lebih lanjut ditentukan pula tanggungjawab para pihak
dalam penciptaan lingkungan sekolah sebagai kawawan tanpa
rokok sebagai berikut:
1) Kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan, peserta
didik, dan Pihak lain dilarang merokok, memproduksi,
menjual, mengiklankan, dan/atau mempromosikan
rokok di Lingkungan Sekolah.
2) Kepala sekolah wajib menegur dan/atau
memperingatkan dan/atau mengambil tindakan
terhadap guru, tenaga kependidikan, dan peserta didik
apabila mereka merokok, memproduksi, menjual,
mengiklankan, dan/atau mempromosikan rokok di
Lingkungan Sekolah.
3) Kepala sekolah dapat memberikan sanksi kepada guru,
tenaga kependidikan, dan Pihak lain yang terbukti
melanggar ketentuan Kawasan tanpa rokok di
Lingkungan Sekolah.
4) Guru, tenaga kependidikan, dan/atau peserta didik
dapat memberikan teguran atau melaporkan kepada
kepala sekolah apabila terbukti ada yang merokok di
Lingkungan Sekolah.
5) Dinas pendidikan setempat sesuai dengan

56
Norma dan Peraturan Perundang-undangan

kewenangannya memberikan teguran atau sanksi


kepada kepala sekolah apabila terbukti melanggar
ketentuan Kawasan tanpa rokok di Lingkungan Sekolah
berdasarkan laporan atau informasi dari guru, tenaga
kependidikan, peserta didik, dan/atau Pihak lain.

Latihan

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat


1. Serangkaian petunjuk hidup yang bersumber pada hati
nurani manusia adalah ….
a. norma agama
b. norma hukum
c. norma kesopanan
d. norma kesusilaan
e. norma kehidupan
2. Serangkaian petunjuk hidup yang dibuat dan ditegakkan
oleh masyarakat-masyarakat setempat adalah …..
a. norma agama
b. norma hukum
c. norma kesopanan
d. norma kesusilaan
e. norma kehidupan
3. Perintah dan larangan bagi manusia yang diberikan oleh
Tuhan Yang Maha Esa adalah ..
a. norma agama
b. norma hukum
c. norma kesopanan
d. norma kesusilaan
e. norma kehidupan
4. Serangkaian petunjuk hidup yang sanksinya tegas dan
dapat dipaksakan oleh negara adalah …..
a. norma agama
b. norma hukum
c. norma kesopanan

57
Konsep Dasar Pendidikan Kewarganegaraan SD

d. norma kesusilaan
e. norma kehidupan
5. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat yang
mengatur tata urutan peraturan perundang-undangan di
negara RI adalah ……
a. Ketetapan MPRS Nomor XX/MPRS/1966
b. Ketetapana MPRS Nomor XXV/MPRS/1966
c. Ketetapan MPR-RI Nomor I/MPR/1999
d. Ketetapan MPR-RI Nomor II/MPR/2000
e. Ketetapan MPR-RI Nomor III/MPR/2001
6. Landasan filosofis kehidupan bernegara suatu bangsa
biasanya disebutkan di dalam Undang Undang Dasar yaitu
pada bagian:
a. Penjelasan Umum Undang Undang Dasar
b. Penjelasan Pasal demi Pasal Undang Undang Dasar
c. Aturan Peralihan Undang Undang Dasar
d. Batang Tubuh Undang Undang Dasar
e. Pembukaan Undang Undang Dasar
7. Sumber hukum dasar nasional bagi aturan hukum di
Indonesia adalah …..
a. Dasar Negara Pancasila
b. Pembukaan Undang Undang Dasar 1945
c. Undang Undang Dasar 1945
d. Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945
e. Pancasila dan Pembukaan UUD1945
8. Urutan peraturan perundang-undangan dari yang lebih
tinggi ke yang lebih rendah adalah
a. PERPU, Peraturan Pemerintah, Peraturan Desa dan
Peraturan Daerah
b. Peraturan Pemerintah, PERPU, Peraturan Desa dan
Peraturan Daerah
c. PERPU, Peraturan Pemerintah, Peraturan Daerah dan
Peraturan Desa
d. Peraturan Desa, Peraturan Daerah, Peraturan
Pemerintah dan PERPU

58
Norma dan Peraturan Perundang-undangan

e. PERPU, Peraturan Daerah, Peraturan Desa dan


Peraturan Pemerintah
9. Yang berwenang mengeluarkan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang Undang adalah
a. Majelis Permusyawaratan Rakyat
b. Presiden
c. Dewan Perwakilan Rakyat bersama Presiden
d. DPRD bersama Pemerintah Propinsi atau
Kabupaten/Kota
e. BPD dan Kepala Desa
10. Peraturan tentang Nikah, Talak, Cerai dan Rujuk termasuk
dalam kategori ...
a. hukum perdata
b. hukum pidana
c. hukum waris
d. hukum adat
e. hukum antar golongan

59

Anda mungkin juga menyukai