Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

PERMASALAHAN KETENAGA KERJAAN DIKAITKAN DEGAN UUCIPTA KERJA.

Oleh :

JUNIO RATU

NIM : 1974201047

HUKUM KETENAGA KERJAAN

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA

MANADO

2023
DFTR ISI

DAFTAR ISI
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................3
I. Latar Belakang.................................................................................................................................3
II. Rumusan masalah............................................................................................................................3
III. Manfaat.......................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.............................................................................................................................................4
PENUTUP.....................................................................................................................................................7
- Kesimpulan..................................................................................................................................7
- Saran............................................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................................7
PENDAHULUAN

- Latar Belakang

UU No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan sebagiannya telah diubah dengan UU No 11 Tah


un 2020 tentang Cipta Kerja yang mana sebelum diundangkannya UU No. 11 Tahun 2020 terjadi banyak
aksi protes dari masyarakat khususnya kaum buruh dan mahasiswa. Hal ini tentu bukan tanpa alasan yan
g jelas. Dimana ada asap pasti disitu ada api. Ketidaksetujuan masyarakat dengan adanya UU ini, karena
banyak persoalan krusial yang menjadi polemik dalam masyarakat khususnya buruh pada Klaster Ketena
gakerjaan. Salah satunya yaitu mengenai upah.

Upah merupakan hal krusial dalam bekerja karena merupakan sebuah penghargaan atau apresia
si dari hasil pencapain kerja. Maka dari itu mengenai hal upah ini tentu menjadi sangat sensitif dikalanga
n masyarakat. Ada beberapa perubahan uu no.13 tahun 2003 yang tercantum dalam uu no 11 tahun 202
0. Dimana hal ini juga memengaruhi dalam pp yang berkaitan yaitu pp no 78 tahun 2015 tentang pengup
ahan. Dengan adanya makalah ini, diharapkan bisa membantu membedakan hal-hal terkait pengupahan
baik dalam uu no 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, pp no 78 tahun 2015 tentang pengupahan, m
aupun uu no. 11 tahun 2020 tentang cipta kerja.

- Rumusan masalah

1. . Bagaimana klaster Ketenagakerjaan dibahas dalam Uu no. 11 tahun 2020 tentang cipta kerja?
2. . Pasal UU Ketenagakerjaan dan PP No. 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan apa saja yang tidak
ada dalam UU Cipta Kerja?
3. Bagaimana dampak dari pasal yang tidak ada di UU Cipta Kerja bagi kaum buruh?

- Manfaat

1. Untuk mengetahui pembahasan mengenai ketenagakerjaan khususnya upah dalam UU Cipta Ker
ja
2. Untuk mengetahui pasal pasaal mengenai upah yang dihilangkan dalam Uu cipta kerja
3. Untuk memberikan gambaran dampak yang akan diterima kaum buruh atas penghapusan pasal-
pasal dalam UU cipta kerja
PEMBAHASAN

Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbal
an dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut s
uatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi peke
rja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan (pasal 1 a
yat 30 UU No. 13 Tahun 2003 jo pasal 1 ayat 1 PP No. 78 Tahun 2015). UU Cipta Kerja Bab IV telah meng
ubah beberapa ketentuan dalam UU Ketenagakerjaan, termasuk yang berkaitan dengan pengupahan. Se
telah diundangkan UU Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja memiliki kewenangan untuk menguba
h aturan-aturan yang telah diatur dalam peraturan perundang-undangan sebelumnya. Salah satunya ada
lah mengenai pengupahan, yang sebelumnya tertuang dalam UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketena
gakerjaan. UU Ketenagakerjaan memiliki aturan turunan tentang pengupahan, yaitu Peraturan Pemerint
ah Nomor 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan.

UU Cipta Kerja Bab IV telah mengubah beberapa ketentuan dalam UU Ketenagakerjaan serta PP
tentang Pengupahan, berikut adalah perubahan tersebut disertai dampak bagi kaum buruh. :

1) . Jenis upah dikurangi Ketentuan Pasal 88 ayat (3) dalam UU Ketenagakerjaan diubah oleh UU Cipta
Kerja jo RPP (Rancangan Peraturan Pemerintah) tentang Pengupahan sehingga berbunyi sebagai beri
kut. Kebijakan pengupahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi:
a) upah minimum;
b) struktur dan skala upah;
c) upah kerja lembur;
d) upah tidak masuk kerja dan/atau tidak melakukan pekerjaan karena alasan tertentu;
e) bentuk dan cara pembayaran upah;
f) hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah; dan .
g) upah sebagai dasar perhitungan atau pembayaran hak dan kewajiban lainnya.

Sebelumnya, dalam UU Ketenagakerjaan, Pasal 88 ayat (3) jo pasal 3 ayat (2) PP No. 78 Tahun 2915.
Kebijakan pengupahan yang melindungi pekerja/buruh sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) melip
uti :

1. upah minimum;
2. upah kerja lembur;
3. upah tidak masuk kerja karena berhalangan;
4. upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain di luar pekerjaannya;
5. upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya;
6. bentuk dan cara pembayaran upah;
7. denda dan potongan upah;
8. hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah;
9. struktur dan skala pengupahan yang proporsional;
10. upah untuk pembayaran pesangon; dan
11. upah untuk perhitungan pajak penghasilan.

Dengan itu, maka dapat disimpulkan bahwa dalam UU Cipta Kerja, terdapat beberapa poin yang hilang d
ari UU Ketenagakerjaan, yaitu poin tentang upah karena tidak masuk kerja karena berhalangan, upah ka
rena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya, upah untuk pembayaran pesangon, dan upah untuk per
hitungan pajak penghasilan. Hal ini tentu merugikan bagi kaum buruh. Salah satunya tidak adanya upah
karena menjalankan hak waktu istirahat, hal ini tentu dapat diartikan bahwa hari waktu istirahat (waktu
libur) tidak akan diperhitungkan upah nya. Jadi bisa dianggap bahwa pembayaran upah atau gaji hanya p
ada saat tidak libur karena istirahat.

2) Upah minumun Sektoral kabupaten/kota belum tentu ada


Dalam UU Ketenagakerjaan dan PP Pengupahan, Upah minimum ditetapkan di tingkat Provinsi,
Kabupaten/Kotamadya, dan Sektoral. Berdasarkan Pasal 89 UU No. 13 Tahun 2003 jo Pasal 46 PP No
78 Tahun 2015, setiap wilayah diberikan hak untuk menetapkan kebijakan Upah minimum mereka s
endiri baik di tingkat provinsi dan tingkat Kabupaten/Kotamadya. Sedangkan dalam UU No.11 Tahun
2020 tentang Cipta Kerja tidak mewajibkan adanya upah minimum sektoral kabupaten/kota (UMK),
upah minimum sektoral kabupaten/kota (UMSK), sehingga penentuan upah wajib hanya berdasarka
n Upah Minimum Provinsi (UMP).
Hal ini tentu akan merugikan bagi kaum buruh yang bekerja pada kabupaten yang upah sektoral
tinggi namun upah provinsi sedang. Karena dengan peniadaaan Upah minimum Kabupaten, maka an
tara kabupaten satu dengan Kabupaten lain yang berprovinsi sama maka upah minimum nya sama
walaupun pendapatan sektoral perusahaan nya berbeda. Semisal ada buruh bekerja di Kab. A Provin
si Z, dan ada buruh lain yang bekerja di Kab. B Provinsi Z, maka upah minimun keduanya sama yaitu
berdasar pada provinsi Z. Padahal belum tentu pendapat kedua kabupaten tersebut sama dan belu
m tentu kebutuhan sehari-sehari sama pula. Jadi, ini tentu merugikan kaum buruh yang mana bekerj
a pada sektoral kabupaten yang penghasilan rata-ratanya tinggi namun rata-rata penghasilan kab di
provinsi tesebut cukup rendah.
Namun perlu diketahui bahwa dengan substansi pokok UU Cipta Kerja dimana Upah Minimum P
rovinsi (UMP) wajib ditetapkan oleh Gubernur, Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) dapat diteta
pkan oleh Gubernur. Penetapan UMK dengan menggunakan syarat tertentu yaitu pertumbuhan eko
nomi daerah atau inflasi daerah serta harus lebih tinggi dari UMP. Jadi, selama Gubernur menetapka
n UMK untuk daerah yang berpenghasilan lebih tinggi dari UMP selama itu pula tidak akan menjadi
masalah. Namun permasalahanya sekarang yaitu apakah Gubernur akan menetapkan UMK atau tida
k? Karena dalam UU CK Gubernur tidak diwajibkan, hanya dapat menetapkan, yang mana artinya bis
a jadi ada dan bisa jadi tidak ada.
3) Perbedaan Rumus menghitung upah minimum
- UU Ketenagakerjaan jo pasal 44 ayat (2) PP No. 78 Tahun 2015 : Rumus yang dipakai ada
lah UMt+{UMt, x (INFLASIt + % ∆ PDBt )} Keterangan :
UMn : Upah minimum yang ditetapkan
UMt : Upah minimum tahun berjalan
Inflasit : Inflasi yang dihitung dari periode September tahun yang lalu sampai dengan per
iode September tahun berjalan
∆ PDBt : Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) yang dihitung dari pertumbuhan P
DB yang mencakup periode kwartal III dan IV tahun sebelumnya dan periode kwartal I d
an II tahun berjalan
- UU Cipta Kerja jo RPP tentang Pengupahan :
Rumus yang dipakai adalah UMt+1 = UMt + (UMtx %PEt) Keterangan :
UMt : Upah minimum tahun berjalan
PEt : Pertumbuhan ekonomi tahunan

ekonomi daerah Inflasi merupakan suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan te
rus-menerus (continue), kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali
bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya (Wikipedia Indonesi
a).

Jadi dengan kata lain UU Cipta Kerja dalam penentuan upah minimum tidak mempertimbangkan
adanya inflasi. Sedangkan harga barang-barang kebutuhan tidaklah tetap, namun bisa saja bahkan serin
g mengalami inflasi. Jika hal ini tidak jadi faktor pertimbangan dalam formula rumus upah minimum, ma
ka dikhawatirkan masyarakat khususnya kaum buruh menerima pendapatan upah yang tidak sesuai den
gan pengeluaran kebutuhan hidup. Dimana gaji atau upah tidak naik-naik namun justru barang-barang s
emuanya naik. Hal ini justru menurunkan tingkar kesejahteraan masyarakat khusunya bagi kaum buruh.

PENUTUP

- Kesimpulan

UU No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja Bab IV mengenai Ketenagakerjaan menjadi p
erbincangan yang krusial sekaligus sensitif. Di dalamnya terdapat pengaturan mengenai upah. U
paah yang terdapat dalam UU Ciapta Kerja ada beberpa poin yang berbeda dengan UU No. 13 Ta
hun 2003 tentang Ketengakerjaan dan PP No. 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan. Diantaranya
yaitu dikuranginya beberapa jenis upah dalam UU Cipta Kerja seperti poin tentang upah karena
tidak masuk kerja karena berhalangan, upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya, u
pah untuk pembayaran pesangon, dan upah untuk perhitungan pajak penghasilan. Yang mana h
al ini tentu merugikan bagi masyarakat khususnya kaum buruh.
Dalam UU Cipta Kerja juga tidak mewajibkan adanya upah minimum Sektoral Kabupaten
/Kota dan hanya wajib ada upah minimum provinsi, itu pun dengan tidak adanya pertimbangan i
nflasi. Tidak adanya upah minimum kabupaten/kota akan mengakibatkan menurunnya upah mi
nimum di kabupaten yang sebelumnya lebih tinggi dari kabupaten lain diprovinsi yang sama. Ap
alagi dengan tidak adanya pertimbangan inflasi, maka dikhawtirkan upah buruh akan tetap seda
ngkan barang-barang kebutuhan semakin meningkat, sehingga tidak terjaminnya kesejahteraan
bagi kaun buruh.

- Saran

Dalam membuat suatu peraturan baru, alangkah lebih bijaksana pembuat undang-unda
ng sebagai wakil rakyat haruslah lebih berpandangan ke depan akan dampak atau pengaruh yan
g akan diterima masyarakat khususnya kaum buruh bila ada penghapusan pasal-pasal yang krusi
al termasuk mengenai upah. Dalam pembuatan makalah ini pun, saya menyadari masih banyak
kekurangan, maka kritik dan saran yang membangun saya harapkan agar tulisan ini menjadi lebi
h baik

DAFTAR PUSTAKA

UU No. 11 tahun 2020 tentang Cipta kerja


UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

PP No. 78 tahun 2015 tentang pengupahan RPP (Rancangan Peraturan Pelaksanaan

UU No. 11 tahun 2020 tentang Cipta kerja (Claster Ketenagakerjaan)

- Rizal, Jawahir Gustav dan Rizal Setyo Nugroho. 2020. Ketentuan Upah di UU Ketenagakerjaan da
n UU Cipta Kerja, Apa Bedanya?. (Online). Tersedia:https://www.kompas.com/tren/read/2020/1
1/04/162000665/ke tentuan-upah-di-uu-ketenagakerjaan-dan-uu-cipta-kerja-apa-bedanya-? pa
ge=all#page2,
- 2020. Naskah UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan. (Online). Tersedia:https://jeo.kompas.co
m/naskah-uu-cipta-kerja-klasterketenagakerjaan,

Anda mungkin juga menyukai