NPM : 1810631010268
Pasal 6
“Peningkatan ekosistem investasi dan kegiatan berusaha sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf a meliputi:
a. penerapan Perizinan Berusaha berbasis risiko;
b. penyederhanaan persyaratan dasar Perizinan Berusaha;
c. penyederhanaan Perizinan Berusaha sektor; dan
d. penyederhanaan persyaratan investasi.”
Alasan :
Sedangkan
Pasal 79 Ayat (2) Huruf (d) UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan,
Berbunyi :
(2) Waktu istirahat dan cuti sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), meliputi :
a. istirahat antara jam kerja, sekurang kurangnya setengah jam setelah bekerja
selama 4 (empat) jam terus menerus dan waktu istirahat tersebut tidak termasuk
jam kerja;
b. istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu)
minggu atau 2 (dua) hari untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu;
Alasan :
Sedangkan
Alasan :
Pasal 88 Ayat (3) yang tercantum pada dalam Bab Ketenagakerjaan hanya
menyebut tujuh kebijakan pengupahan yang sebelumnya ada 11 dalam
UU Ketenagakerjaan. Beberapa kebijakan terkait pengupahan yang
dihilangkan melalui UU Cipta Kerja tersebut, antara lain upah karena
menjalankan hak waktu istirahat kerjanya, upah untuk pembayaran
pesangon, serta upah untuk perhitungan pajak penghasilan.
Sedangkan
Alasan :
5. Pasal 91 Ayat (1) dan Ayat (2) UU No. 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan, Berbunyi :
Pasal 91 :
(2) Dalam hal kesepakatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) lebih rendah
atau bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, kesepakatan tersebut
batal demi hukum, dan pengusaha wajib membayar upah pekerja/buruh
menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Sedangkan
Pasal 91 Ayat (1) dan Ayat (2) UU No. 11 Tahun 2020 DIHAPUSKAN
SELURUHNYA.
6. Pasal 169 Ayat (1), (2) dan (3) UU No. 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan, Berbunyi :
c. tidak membayar upah tepat pada waktu yang telah ditentukan selama 3 (tiga)
bulan berturut-turut atau lebih;
Sedangkan
Pasal 169 Ayat (1), (2) dan (3) UU No. 11 Tahun 2020 DIHAPUSKAN
SELURUHNYA.
Sedangkan
Pasal 79 Ayat (2) Huruf (b) UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan,
Berbunyi :
(2) Waktu istirahat dan cuti sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), meliputi :
a. istirahat antara jam kerja, sekurang kurangnya setengah jam setelah bekerja
selama 4 (empat) jam terus menerus dan waktu istirahat tersebut tidak termasuk
jam kerja;
Alasan :
Pasal 79 Ayat (2) Huruf (b) dipangkas. Hak pekerja mendapatkan hari
libur dua hari dalam satu pekan yang sebelumnya diatur dalam
UU Ketenagakerjaan sekarang menjadi 1 Hari selama sepekan.
“Pelaksanaan cuti tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dalam
perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.”
Sedangkan
“Hak istirahat panjang sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf d hanya
berlaku bagi pekerja/buruh yang bekerja pada perusahaan tertentu.”
Alasan :
(1) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu hanya dapat dibuat untuk pekerjaan
tertentu yang menurut jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaannya akan selesai
dalam waktu tertentu, yaitu sebagai berikut:
d. pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk
tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan; atau
e. pekerjaan yang jenis dan sifat atau kegiatannya bersifat tidak tetap.
(2) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu tidak dapat diadakan untuk
pekerjaan yang bersifat tetap.
Alasan :
b. waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling lama 4 (empat) jam
dalam 1 (satu) hari dan 18 (delapan belas) jam dalam 1 (satu) minggu.
Sedangkan
Pasal 78 Ayat (1) Huruf (b) UU No. 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan, Berbunyi :
b. waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3 (tiga) jam
dalam 1 (satu) hari dan 14 (empat belas) jam dalam 1 (satu) minggu.
Alasan :
“Setiap pemberi kerja yang mempekerjakan tenaga kerja asing wajib memiliki
rencana penggunaan tenaga kerja asing yang disahkan oleh Pemerintah
Pusat.”
Sedangkan
“Setiap pemberi kerja yang mempekerjakan tenaga kerja asing wajib memiliki
izin tertulis dari Menteri atau pejabat yang ditunjuk.”
Alasan :
Alasan :
13. Pasal 46 Ayat (1) dan (2) UU No. 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan, Berbunyi :
(1) Tenaga kerja asing dilarang menduduki jabatan yang mengurusi personalia
dan/atau jabatanjabatan ter tentu.
Sedangkan
Alasan :
Poin C Pada Pasal 156 Ayat (4) UU No. 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan DIHAPUS SELURUHNYA. Hal tersebut
mengakibatkan kehilangan salah satu hak Buruh yang seharusnya bisa
diterima.
(2) Dalam hal pemutusan hubungan kerja tidak dapat dihindari, maksud dan
alasan pemutusan hubungan kerja diberitahukan oleh pengusaha kepada
pekerja/buruh dan/atau serikat pekerja/serikat buruh.
(3) Dalam hal pekerja/buruh telah diberitahu dan menolak pemutusan hubungan
kerja, penyelesaian pemutusan hubungan kerja wajib dilakukan melalui
perundingan bipartit antara pengusaha dengan pekerja/buruh dan/atau serikat
pekerjalserikat buruh.
(4) Dalam hal perundingan bipartit sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak
mendapatkan kesepakatan, pemutusan hubungan kerja dilakukan melalui tahap
berikutnya sesuai dengan mekanisme penyelesaian perselisihan hubungan
industrial.
Sedangkan
(2) Dalam hal segala upaya telah dilakukan, tetapi pemutusan hubungan kerja
tidak dapat dihindari, maka maksud pemutusan hubungan kerja wajib
dirundingkan oleh pengusaha dan serikat pekerja/serikat buruh atau dengan
pekerja/buruh apabila pekerja/buruh yang bersangkutan tidak menjadi anggota
serikat pekerja/serikat buruh.
(3) Dalam hal perundingan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) benar-
benar tidak menghasilkan persetu-juan, pengusaha hanya dapat
memutuskan hubungan kerja dengan pekerja/buruh setelah memperoleh
penetapan dari lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial.
Alasan :
Poin C Dalam Pasal 151 UU No. 13 Taun 2003 dirubah dan dihapuskan
untuk seluruhnya.