UU no 11 tahun 2020
5. Jaminan Sosial
UU ketenagakerjaan Nomor 13 tahun 2003 UU NO 11 TAHUN 2020
a. pasal 167 ayat 5 Aturan yang baru merevisi UU nomor
Dalam hal pengusaha tidak 13 tahun 2003 dengan menghapus
mengikutsertakan pekerja/buruh yang pasal 167 dan pasal 184. UU Cipta
mengalami pemutusan hubungan kerja Kerja no 11 ini juga merevisi jenis
karena usia pensiun pada program pensiun jaminan sosial yang diberikan kepada
maka pengusaha wajib memeberikan pekerja dengan menambahkan
kepada pekerja/buruh uang pesangon jaminan kehilangan pekerjaan.
sebesar dua kali ketentuan pasal 156 ayat Ketentuan ini merevisi UU no 40 tahun
(2), uang penghargaan masa kerja satu kali 2004 tentang system jaminan sosial
ketentuan pasal 156 ayat (3) dan uang nasional.
penggantian hak sesuai ketentuan pasal
156.
b. pasal 184
Barang siapa melanggara ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 157
ayat (5), dikenakan sanksi pidana penjara
paling singkat satu tahun dan paling lama 5
tahun atau denda paling sedikit
Rp.100.000.000,00 dan paling banyak
Rp.500.000.000,00.
6. Alasan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
UU ketenagakerjaan Nomor 13 tahun 2003 UU NO 11 TAHUN 2020
Kententuan menjelaskan beberapa hal yang Aturan ini merevisi pasal 154 dan pasal
bisa menjadi penyebab PHK yaitu 155 dengan memasukkan pasal 154 A
perusahaan bangkrut, rugi, berubah status, yang menjelaskan pemutusan
melanggar perjanjian kerja, melakukan hubungan kerja dapat terjadi karena:
kesalahan, mangkir, dan mengundurkan a. Perusahaan melakukan
diri. penggabungan, peleburan,
pengambilalihan, atau pemisahan
perusahaan.
b. Perusahaan melakukan efisiensi.
c. perusahaan tutup yang disebabkan
karena perusahaan mengalami
kerugian.
d. Perusahaan tutup yang disebabkan
karena keadaan memaksa (force
majeur).
e. Perusahaan dalam keadaan
penundaan kewajiban pembayaran
utang.
f. Perusahaan pailit.
g. Perusahaan melakukan perbuatan
yang merugikan pekerja/buruh.
h. Pekerja/buruh mengundurkan diri
atas kemauan sendiri.
i. Pekerja/buruh mangkir.
j. Pekerja/buruh melakukan
pelanggaran ketentuan yang diatur
dalam perjanjian kerja, peraturan
perusahaan, atau perjanjian kerja
Bersama.
k. Pekerja/buruh ditahan pihak yang
berwajib.
l. Pekerja/buruh mengalami sakit yang
berkepanjangan atau cacat akibat
kecelakaan kerja dan tidak dapat
melakukan pekerjaannya setelah
melampaui batas 12 bulan.
m. Pekerja/buruh memasuki masa
pensiun.
n. Pekerja/buruh meninggal dunia.
7. Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWT)
UU ketenagakerjaan Nomor 13 tahun 2003 UU NO 11 TAHUN 2020
a. UU Ketenagakerjaan mengatur sanksi a. UU Cipta Kerja hanya membuka
berupa peralihan PKWT menjadi perjanjian peluang peralihan PKWT menjadi
kerja waktu tidak tertentu (PKWTT) jika PKWTT untuk pelanggaran terkait
terjadi pelanggaran terkait jenis pekerjaan, jenis pekerjaan.
jangka waktu dan perpanjangan atau
pembaharuan PKWT. b. Hal tersebut juga diatur dalam UU
b. UU Ketenagakerjaan melarang masa Cipta Kerja dan ditegaskan selain
percobaan dalam mekanisme PKWT. masa percobaan itu batal demi hukum,
masa kerja tersebut tetap dihitung. Hal
baru yang diatur UU Cipta Kerja
yakni adanya kompensasi bagi buruh
pada saat berakhirnya PKWT atau
selesainya suatu pekerjaan tertentu.
8. Lama Lembur
UU ketenagakerjaan Nomor 13 tahun 2003 UU NO 11 TAHUN 2020
Pasal 78 ayat (1) butir B: Aturan ini merevisi sebelumnya
Waktu kerja lembur hanya dapat 3 jam menjadi:
dalam satu hari dan 14 jam dalam satu Waktu kerja lembur hanya dapat
minggu. dilakukan paling lama empat jam satu
dalam hari dan 18 jam dalam satu
minggu.
9. Penggunaan Tenaga Kerja Asing (TKA)
UU ketenagakerjaan Nomor 13 tahun 2003 UU NO 11 TAHUN 2020
Pasal 42 ayat (1) UUK menyatakan: Dalam UU cipta Kerja , izin tertulis TKA
Setiap pemberi kerja yang mempekerjakan diganti dengan pengesahaan rencana
tenaga kerja asing wajib memiliki izin penggunaan TKA.
tertulis dari Menteri atau pejabat yang
ditunjuk. Pasal 43 mengenai rencana
penggunaan TKA dari pemberi kerja
Pasal 43 ayat (1): sebagai syarat mendapat izin kerja
Pemberi kerja yang menggunakan tenaga dimana dalam uu cipta kerja , informasi
kerja asing harus memiliki rencana terkait periode penugasan ekspatriat,
penggunaan tenaga kerja asing yang penunjukan tenaga kerja menjadi
disahkan oleh Menteri atau pejabat yang warga negara Indonesia sebagai mitra
ditunjuk. kerja ekspatriat dalam rencana
penugasan ekspatriat dihapuskan.
Pasal 44 ayat (1):
Pemberi kerja tenaga kerja asing wajib Pasal 44 mengenai kewajiban menaati
menaati ketentuan mengenai jabatan dan ketentuan mengenai jabatan dan
standar kompetensi yang berlaku. kompetensi TKA dihapus.
Ketentuan dalam pasal 79 menjelaskan:
a. Istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk 6
(enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu
atau 2 (dua) hari untuk 5 (lima) hari kerja
dalam 1 (satu) minggu
b. Istirahat panjang sekurang-kurangnya 2
(dua) bulan dan dilaksanakan pada tahun
ketujuh dan kedelapan masing-masing 1
(satu) bulan bagi pekerja/buruh yang
telah bekerja selama 6 (enam) tahun
secara terus-menerus pada perusahaan
yang sama dengan ketentuan
pekerja/buruh tersebut tidak berhak lagi
atas istirahat tahunannya dalam 2 (dua)
tahun berjalan dan selanjutnya berlaku
untuk setiap kelipatan masa kerja 6
(enam) tahun.
Ketentuan dalam pasal 79 menjelaskan:
a. Istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk 6
(enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu
atau 2 (dua) hari untuk 5 (lima) hari kerja
dalam 1 (satu) minggu
b. Istirahat panjang sekurang-kurangnya 2
(dua) bulan dan dilaksanakan pada tahun
ketujuh dan kedelapan masing-masing 1
(satu) bulan bagi pekerja/buruh yang
telah bekerja selama 6 (enam) tahun
secara terus-menerus pada perusahaan
yang sama dengan ketentuan
pekerja/buruh tersebut tidak berhak lagi
atas istirahat tahunannya dalam 2 (dua)
tahun berjalan dan selanjutnya berlaku
untuk setiap kelipatan masa kerja 6
(enam) tahun.
Ketentuan dalam pasal 79 menjelaskan:
a. Istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk 6
(enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu
atau 2 (dua) hari untuk 5 (lima) hari kerja
dalam 1 (satu) minggu
b. Istirahat panjang sekurang-kurangnya 2
(dua) bulan dan dilaksanakan pada tahun
ketujuh dan kedelapan masing-masing 1
(satu) bulan bagi pekerja/buruh yang
telah bekerja selama 6 (enam) tahun
secara terus-menerus pada perusahaan
yang sama dengan ketentuan
pekerja/buruh tersebut tidak berhak lagi
atas istirahat tahunannya dalam 2 (dua)
tahun berjalan dan selanjutnya berlaku
untuk setiap kelipatan masa kerja 6
(enam) tahun.