KETENAGAKERJAAN DENGAN UU CIPTA KERJA ARDIA REGITA PRAMESTI
EKONOMI/AKUNTANSI TAHUN 2022-2023 PERBANDINGAN UU CIPTA KERJA Vs UU KETENAGAKERJAAN Nomor 13 Tahun 2003
A. Waktu istirahat 2. UU Cipta Kerja Omnibus Law
1. UU Ketenagakerjaan Nomor 13 Merupakan revisi pasal 88 dan 89
Tahun 2003 dengan menyelipkan poin pasal 88 B:
Ketentuan dalam pasal 79 menjelaskan: 1. Upah ditetapkan berdasarkan:
a. satuan waktu dan/atau a. Istirahat mingguan 1 (satu) b. satuan hasil. hari untuk 6 (enam) hari kerja 2. Ketentuan lebih lanjut dalam 1 (satu) minggu atau 2 mengenai upah berdasarkan (dua) hari untuk 5 (lima) hari satuan waktu dan/atau satuan kerja dalam 1 (satu) minggu hasil sebagaimana dimaksud b. Istirahat panjang sekurang- pada ayat (1) diatur dalam kurangnya 2 (dua) bulan dan Peraturan Pemerintah. dilaksanakan pada tahun ketujuh dan kedelapan masing- “Upah yang dihitung per jam ini masing 1 (satu) bulan bagi pernah disampaikan Menteri pekerja/buruh yang telah Ketenagakerjaan, sebagaimana bisa bekerja selama 6 (enam) tahun kita telusuri kembali dari berbagai secara terus-menerus pada pemberitaan di media,” kata Iqbal. perusahaan yang sama dengan ketentuan pekerja/buruh tersebut tidak berhak lagi atas istirahat tahunannya dalam 2 C. Upah minimum provinsi, (dua) tahun berjalan dan kabupaten, dan kota selanjutnya berlaku untuk setiap kelipatan masa kerja 6 a. UU Ketenagakerjaan Nomor 13 (enam) tahun. Tahun 2003
2. UU Cipta Kerja Omnibus Law Ketentuan dalam pasal 89
menjelaskan: a. Istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk 6 (enam) hari kerja Upah minimum sebagaimana dalam 1 (satu) minggu. dimaksud dalam Pasal 88 ayat (3) b. UU Cipta Kerja Omnibus Law huruf a dapat terdiri atas: tidak mencantumkan istirahat panjang dua bulan setelah a. upah minimum berdasarkan masa kerja enam tahun wilayah provinsi atau berturut-turut di perusahaan kabupaten/kota yang sama. b. upah minimum berdasarkan sektor pada wilayah provinsi atau kabupaten/kota.
b. UU Cipta Kerja Omnibus Law
B. Upah berdasarkan satuan hasil dan waktu Merupakan revisi pasal 88 dan 89 dengan menyelipkan poin pasal 88 1. UU Ketenagakerjaan Nomor 13 C: Tahun 2003 Tidak ada pengaturan terkait upah 1. Gubernur wajib berdasarkan satuan hasil dan waktu. menetapkan upah minimum provinsi. 2. Gubernur dapat e. Kesepakatan upah menetapkan upah sebagaimana dimaksud minimum kabupaten/kota pada ayat (2) sekurang- dengan syarat tertentu. kurangnya sebesar 3. Upah minimum persentase tertentu dari sebagaimana dimaksud rata-rata konsumsi pada ayat (1) dan ayat (2) masyarakat ditetapkan berdasarkan berdasarkan data yang kondisi ekonomi dan bersumber dari ketenagakerjaan. lembaga yang 4. Syarat tertentu berwenang di bidang sebagaimana dimaksud statistik. pada ayat (2) meliputi f. Ketentuan lebih lanjut pertumbuhan ekonomi mengenai upah bagi daerah dan inflasi pada Usaha Mikro dan Kecil kabupaten/kota yang diatur dengan Peraturan bersangkutan. Pemerintah. 5. Upah minimum kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus lebih D. Uang penggantian hak tinggi dari upah minimum provinsi. 1. UU Ketenagakerjaan Nomor 13 6. Kondisi ekonomi dan Tahun 2003 pasal 156 ayat 4: ketenagakerjaan sebagaimana dimaksud Uang penggantian hak yang seharusnya pada ayat (3) diterima sebagaimana dimaksud dalam menggunakan data yang ayat (1) meliputi : bersumber dari lembaga yang berwenang di bidang a. cuti tahunan yang belum statistik. diambil dan belum gugur 7. Ketentuan lebih lanjut b. biaya atau ongkos pulang mengenai tata cara untuk pekerja/buruh dan penetapan upah minimum keluarganya ke tempat dimana sebagaimana dimaksud pekerja/buruh diterima bekerja pada ayat (3) dan syarat c. penggantian perumahan serta tertentu sebagaimana pengobatan dan perawatan dimaksud pada ayat (4) ditetapkan 15% (lima belas diatur dengan Peraturan perseratus) dari uang pesangon Pemerintah. dan/atau uang penghargaan masa kerja bagi yang UU Cipta Kerja Omnibus Law juga memenuhi syarat mengatur upah pekerja UMKM d. hal-hal lain yang ditetapkan dalam Pasal 90 B: dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau c. Ketentuan upah perjanjian kerja bersama. minimum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2. UU Cipta Kerja Omnibus Law 88C ayat (1) dan ayat (2) dikecualikan bagi Uang penggantian hak yang Usaha Mikro dan Kecil. seharusnya diterima sebagaimana d. Upah pada Usaha dimaksud pada ayat (1) meliputi: Mikro dan Kecil ditetapkan berdasarkan a. cuti tahunan yang belum kesepakatan antara diambil dan belum gugur pengusaha dengan b. biaya atau ongkos pulang pekerja/buruh di untuk pekerja/buruh dan perusahaan. keluarganya ke tempat dimana pekerja/buruh diterima bekerja c. hal-hal lain yang ditetapkan F. Alasan Pemutusan Hubungan dalam perjanjian kerja, Kerja (PHK) peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama. 1. UU Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003 Perubahan juga dilakukan pada UU Cipta Kerja Omnibus Law, dengan Ketentuan menjelaskan beberapa menghilangkan kalimat ‘paling banyak’ hal yang bisa menjadi penyebab pada pasal 156 ayat dua. Pasal ini PHK yaitu perusahaan bangkrut, mengatur besar pesangon atau uang rugi, berubah status, melanggar penggantian hak yang diterima pekerja. perjanjian kerja, melakukan kesalahan, mangkir, dan mengundurkan diri.
E. Jaminan sosial 2. UU Cipta Kerja Omnibus Law
1. UU Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun Aturan ini merevisi pasal 154 dan
2003 155 dengan memasukkan pasal 154 A yang menjelaskan pemutusan a. Pasal 167 ayat 5 hubungan kerja dapat terjadi Dalam hal pengusaha tidak karena: mengikutsertakan pekerja/buruh yang mengalami pemutusan a. perusahaan melakukan hubungan kerja karena usia pensiun penggabungan, peleburan, pada program pensiun maka pengambilalihan, atau pengusaha wajib memberikan kepada pemisahan perusahaan pekerja/buruh uang pesangon sebesar b. perusahaan melakukan 2 (dua) kali ketentuan Pasal 156 ayat efisiensi (2), uang penghargaan masa kerja 1 c. perusahaan tutup yang (satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat disebabkan karena (3) dan uang penggantian hak sesuai perusahaan mengalami ketentuan Pasal 156 ayat kerugian b. Pasal 184 d. perusahaan tutup yang Barang siapa melanggar ketentuan disebabkan karena sebagaimana dimaksud dalam Pasal keadaan memaksa (force 167 ayat (5), dikenakan sanksi pidana majeur) penjara paling singkat 1 (satu) tahun e. perusahaan dalam dan paling lama 5 (lima) tahun keadaan penundaan dan/atau denda paling sedikit Rp kewajiban pembayaran 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) utang dan paling banyak Rp f. perusahaan pailit 500.000.000,00 (lima ratus juta g. perusahaan melakukan rupiah). perbuatan yang merugikan pekerja/buruh 2. UU Cipta Kerja Omnibus Law h. pekerja/buruh mengundurkan diri atas Aturan yang baru merevisi UU Nomor kemauan sendiri 13 Tahun 2003 dengan menghapus pasal i. pekerja/buruh mangkir 167 dan 184. UU Cipta Kerja Omnibus j. pekerja/buruh melakukan Law juga merevisi jenis jaminan sosial pelanggaran ketentuan yang diberikan pada pekerja dengan yang diatur dalam menambahkan jaminan kehilangan perjanjian kerja, peraturan pekerjaan. Ketentuan ini merevisi perusahaan, atau Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 perjanjian kerja bersama tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. k. pekerja/buruh ditahan pihak yang berwajib l. pekerja/buruh mengalami 3. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu sakit berkepanjangan atau dapat diperpanjang atau cacat akibat kecelakaan diperbaharui. kerja dan tidak dapat melakukan pekerjaannya 4. Perjanjian kerja waktu tertentu yang setelah melampaui batas didasarkan atas jangka waktu tertentu 12 (dua belas) bulan dapat diadakan untuk paling lama 2 m. pekerja/buruh memasuki (dua) tahun dan hanya boleh usia pensiun, atau diperpanjang 1 (satu) kali untuk jangka n. pekerja/buruh meninggal waktu paling lama 1 (satu) tahun. dunia. 2. UU Cipta Kerja Omnibus Law
Ketentuan ini merevisi pasal 59 dengan
G. Perjanjian kerja waktu tidak menambahkan PKWT menjadi: tertentu (PKWT) 1. Perjanjian kerja untuk waktu 1. UU Ketenagakerjaan Nomor 13 tertentu hanya dapat dibuat Tahun 2003 untuk pekerjaan tertentu yang menurut jenis dan sifat atau Aturan ini tidak mengatur PKWT, kegiatan pekerjaannya akan namun mengatur lamanya kontrak selesai dalam waktu tertentu, seorang pekerja dalam pasal 59: yaitu: a. pekerjaan yang sekali 1. Perjanjian kerja untuk waktu selesai atau yang tertentu hanya dapat dibuat sementara sifatnya untuk pekerjaan tertentu yang b. pekerjaan yang menurut jenis dan sifat atau diperkirakan kegiatan pekerjaannya akan penyelesaiannya dalam selesai dalam waktu tertentu, waktu yang tidak terlalu yaitu: lama a. pekerjaan yang sekali c. pekerjaan yang bersifat selesai atau yang musiman sementara sifatnya d. pekerjaan yang b. pekerjaan yang berhubungan dengan diperkirakan produk baru, kegiatan penyelesaiannya baru, atau produk dalam waktu yang tambahan yang masih tidak terlalu lama dan dalam percobaan atau paling lama 3 (tiga) penjajakan, atau tahun e. pekerjaan yang jenis dan c. pekerjaan yang sifat atau kegiatannya bersifat musiman, atau bersifat tidak tetap. d. pekerjaan yang 2. Perjanjian kerja untuk waktu berhubungan dengan tertentu tidak dapat diadakan produk baru, kegiatan untuk pekerjaan yang bersifat baru, atau produk tetap. tambahan 3. Perjanjian kerja untuk waktu yang masih dalam tertentu yang tidak memenuhi percobaan atau ketentuan sebagaimana penjajakan. dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), maka demi hukum 2. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu menjadi perjanjian kerja waktu tidak dapat diadakan untuk tidak tertentu. pekerjaan yang bersifat tetap. 4. Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaan, jangka waktu, dan batas waktu perpanjangan perjanjian kerja 6. Tenaga kerja asing sebagaimana waktu tertentu diatur dengan dimaksud dalam ayat (4) yang masa Peraturan Pemerintah. kerjanya habis dan tidak dapat di perpanjang dapat digantikan oleh tenaga kerja asing lainnya.
H. Lama lembur 2. UU Cipta Kerja Omnibus Law
1. UU Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun Revisi UU Ketenagakerjaan Nomor 13
2003 Tahun 2003 pasal 42 menjadi:
Pasal 78 ayat 1 butir b: 1. Setiap pemberi kerja yang
mempekerjakan tenaga kerja asing Waktu kerja lembur hanya dapat wajib memiliki rencana dilakukan paling banyak 3 (tiga) jam penggunaan tenaga kerja asing dalam 1 (satu) hari dan 14 (empat belas) yang disahkan oleh Pemerintah jam dalam 1 (satu) minggu. Pusat. 2. Pemberi kerja orang perseorangan 2. UU Cipta Kerja Omnibus Law dilarang mempekerjakan tenaga kerja asing. Aturan ini merevisi sebelumnya 3. Ketentuan sebagaimana dimaksud menjadi: Waktu kerja lembur hanya pada ayat (1) tidak berlaku bagi: dapat dilakukan paling lama 4 (empat) a. direksi atau komisaris jam dalam 1 (satu) hari dan 18 (delapan dengan kepemilikan belas) jam dalam 1 (satu) minggu. saham tertentu atau pemegang saham sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- I. Penggunaan tenaga kerja asing undangan b. pegawai diplomatik dan 1. UU Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun konsuler pada kantor 2003 perwakilan negara asing, atau Pasal 42: c. tenaga kerja asing yang dibutuhkan oleh Pemberi 1. Setiap pemberi kerja yang Kerja pada jenis kegiatan mempekerjakan tenaga kerja asing produksi yang terhenti wajib memiliki izin tertulis dari karena keadaan darurat, Menteri atau pejabat yang ditunjuk. vokasi, perusahaan 2. Pemberi kerja orang perseorangan rintisan (start-up), dilarang mempekerjakan tenaga kunjungan bisnis, dan kerja asing. penelitian untuk jangka 3. Kewajiban memiliki izin waktu tertentu. sebagaimana dimaksud dalam ayat 4. Tenaga kerja asing dapat (1), tidak berlaku bagi perwakilan dipekerjakan di Indonesia hanya negara asing yang mempergunakan dalam hubungan kerja untuk tenaga kerja asing sebagai pegawai jabatan tertentu dan waktu tertentu diplomatik dan konsuler. serta memiliki kompetensi sesuai 4. Tenaga kerja asing dapat dengan jabatan yang akan dipekerjakan di Indonesia hanya diduduki. dalam hubungan kerja untuk 5. Tenaga kerja asing dilarang jabatan tertentu dan waktu tertentu. menduduki jabatan yang mengurusi 5. Ketentuan mengenai jabatan personalia. tertentu dan waktu tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat Ketentuan mengenai jabatan tertentu dan (4) ditetapkan dengan Keputusan waktu tertentu sebagaimana dimaksud pada Menteri. ayat (4) dan ayat (5) diatur dengan Peraturan Pemerintah.