Anda di halaman 1dari 9

UU NO. 13 TAHUN 2003 TENTANG UU NO. 11 TAHUN 2020 TENTANG PERPPU NO 2 TAHUN 2022 UU NO.

6 TAHUN 2023 KETERANGAN


KETENAGAKERJAAN CIPTA KERJA TENTANG CIPTA KERJA TENTANG PENETAPAN
PERATURAN PEMERINTAH
PENGGANTI UU NO. 2 TAHUN
2022 TENTANG CIPTA KERJA
MENJADI UNDANG-UNDANG

BAB IV BAB IV BAB IV


KETENAGAKERJAAN KETENAGAKERJAAN KETENAGAKERJAAN

Bagian Kesatu Bagian Kesatu Bagian Kesatu


Umum Umum Umum

Pasal 80 Pasal 8O Pasal 80 Tidak ada Perubahan


Dalam rangka penguatan Dalam rangka penguatan Dalam rangka penguatan
perlindungan kepada tenaga kerja perlindungan kepada tenaga kerja perlindungan kepada tenaga kerja
dan meningkatkan peran dan dan meningkatkan peran dan dan meningkatkan peran dan
kesejahteraan pekerja/buruh dalam kesejahteraan pekerja/buruh kesejahteraan pekerja/buruh
mendukung ekosistem investasi, dalam mendukung ekosistem dalam mendukung ekosistem
Undang-Undang ini investasi, Peraturan Pemerintah investasi, Peraturan Pemerintah
mengubah, menghapus, atau Pengganti Undang-Undang ini Pengganti Undang-Undang ini
menetapkan pengaturan baru mengubah, menghapus, atau mengubah, menghapus, atau
beberapa ketentuan yang diatur menetapkan pengaturan baru menetapkan pengaturan baru
dalam: beberapa ketentuan yang diatur beberapaketentuan yang diatur
dalam: dalam:
a Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2003 tentang a Undang-Undang Nomor 13 a. Undang-Undang Nomor 13
Ketenagakerjaan (Lembaran Tahun 2003 tentang Tahun 2OO3 tentang
Negara Republik Indonesia Ketenagakerjaan (Lembaran Ketenagakerjaan (Lembaran
Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Negara Republik Indonesia Tahun Negara Republik Indonesia Tahun
Lembaran Negara 20O3 Nomor 39, Tambahan 2003 Nomor 39, Tambahan
Republik Indonesia Nomor a279); Lembaran Negara Republik Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 42791; Indonesia Nomor a2791;
b. Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2OO4 tentang Sistem b Undang-Undang Nomor 40 b Undang-Undang Nomor 40
Jaminan Sosial Nasional Tahun 20O4 tentang Sistem Tahun 2OO4 tentang Sistem
(Lembaran Negara Republik Jaminan Sosial Nasional Jaminan Sosial Nasional
Indonesia Tahun 2OO4 Nomor (Lembaran Negara Republik (Lembaran Negara Republik
150, Tambahan Lembaran Indonesia Tahun 2OO4 Nomor Indonesia Tahun 2OO4 Nomor
Negara Republik Indonesia Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara 150, Tambahan Lembaran Negara
aa56l; Republik Indonesia Nomor 4456); Republik Indonesia Nomor 44456;
c Undang-Undang Nomor 24 c Undang-Undang Nomor 24 c Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2oll tentang Badan Tahun 2011 tentang Badan Tahun 2OlL tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Penyelenggara Jaminan Sosial Penyelenggara Jaminan Sosial
(Lembaran Negara Republik (Lembaran Negara Republik (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2OIl Nomor 116, Indonesia Tahun 2Ol1 Nomor 116, Indonesia Tahun 2oll Nomor 116,
Tambahan Lembaran Tambahan Lembaran Negara Tambahan Lembaran Negara
Negara Republik Indonesia Nomor Republik Indonesia Nomor 5256); Republik Indonesia Nomor 5256);
5256); dan dan dan
d Undang-Undang Nomor 18 d Undang-Undang Nomor 18 d Undang-Undang Nomor 18
Tahun 2Ol7 tentang Tahun 2Ol7 tentang Pelindungan Tahun 2Ol7 tentang Pelindungan
Pelindungan Pekerja Migran Pekerja Migran Indonesia Pekerja Migran Indonesia
Indonesia (Lembaran Negara (lrmbaran Negara Republik (Lembaran Negara Republik
Republik Indonesia Tahun 2OI7 Indonesia Tahun 2O17 Nomor 242, Indonesia Tahun 2Ol7 Nomor242,
Nomor 242, Tarnbahan Tambahan Lembaran Negara Tambahan Lembaran Negara
Lembaran Negara Republik Republik Indonesia Nomor Republik Indonesia Nomor
Indonesia Nomor 614ll. 6t4tl. 6t+tl.

Bagian Kedua Bagian Kedua Bagian Kedua


Ketenagakerjaan Ketenagakerjaan Ketenagakerjaan
Pasal 81 Pasal 81 Pasal 81 Tidak ada Perubahan
Beberapa ketentuan dalam Undang- Beberapa ketentuan dalam Undang- Beberapa ketentuan dalam Undang-
Undang Undang Undang
Nomor 13 Tahun 2003 tentang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Ketenagakerjaan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor
39, 39, 39,
Tambahan Lembaran Negara Republik Tambahan Lembaran Negara Republik Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia 4279) diubah sebagai berikut: Indonesia 4279) diubah sebagai berikut: Indonesia 4279) diubah sebagai berikut:

Pasal 155 43. Pasal 155 dihapus. 43. Pasal 155 dihapus. 46. Pasal 155 dihapus. Tidak ada Perubahan
(1) Pemutusan hubungan kerja tanpa penetapan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 151 ayat (3)
batal demi hukum.
(2) Selama putusan lembaga penyelesaian
perselisihan hubungan industrial belum
ditetapkan, baik pengusaha
maupun pekerja/buruh harus tetap
melaksanakan segala
kewajibannya.
(3) Pengusaha dapat melakukan
penyimpangan terhadap ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam ayat
(2) berupa tindakan skorsing
kepada pekerja/buruh yang sedang
dalam proses pemutusan hubungan
kerja dengan tetap wajib
membayar upah beserta hak-hak
lainnya yang biasa diterima
pekerja/buruh

44. Ketentuan Pasal 156 diubah 47. Ketentuan Pasal 156 diubah 47. Ketentuan Pasal 156 diubah Tidak ada Perubahan
sehingga berbunyi sebagai berikut: sehingga berbunyi sebagai berikut: sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 156 Pasal 156 Pasal 156 Pasal 156


(1)
Dalam hal terjadi pemutusan hubungan kerja, (1) Dalam hal terjadi pemutusan hubungan (1) Dalam hal terjadi Pemutusan (1) Dalam hal teradi Pemutusan
pengusaha diwajibkan membayar uang kerja, pengusaha wajib membayar Hubungan Kerja, Pengusaha wajib Hubungan Kerja, Pengusaha wajib
pesangon dan atau uang penghargaan masa kerja
dan uang penggantian hak yang seharusnya
uangpesangon dan/atau uang penghargaan membayar uang pesangon dan/atau uang membayar uang pesangon dan/atau uang
diterima. masa kerja dan uang penggantian hak penghargaan masa kerja dan uang penghargaan masa kerja dan uang
(2) yang seharusnya diterima. penggantian hak yang seharusnya penggantian hak yang seharusnya
Perhitungan uang pesangon sebagaimana diterima. diterima.
dimaksud dalam ayat (1) paling sedikit sebagai (2) Uang pesangon sebagaimana dimaksud
berikut: pada ayat (1) diberikan dengan ketentuan (2) Uang pesangon sebagaimana (2) Uang pesangon sebagaimana
a. sebagai berikut: dimaksud pada ayat (1) diberikan dengan dimaksud pada ayat (1) diberikan dengan
masa kerja kurang dari 1 (satu) tahun, 1 (satu) ketentuansebagai berikut: ketentuan sebagai berikut:
bulan upah;
a. masa kerja kurang dari 1 (satu) tahun, 1
b.
masa kerja 1 (satu) tahun atau lebih tetapi kurang (satu) bulan upah; a. masa kerja kurang dari 1 (satu) tahun, 1 a. masa kerja kurang dari 1 (satu) tahun, 1
dari 2 (dua) tahun, 2 (dua) bulan upah; (satu) bulan upah; (satu) bulan upah;
c. b. masa kerja 1 (satu) tahun atau lebih
masa kerja 2 (dua) tahun atau lebih tetapi kurang tetapi kurang dari 2 (dua) tahun, 2 (dua) b. masa kerja 1 (satu) tahun atau lebih b. masa kerja 1 (satu) tahun atau lebih
dari 3 (tiga) tahun, 3 (tiga) bulan upah; bulan upah; tetapi kurang dari 2 (dua) tahun, 2 (dua) tetapi kurang dari 2 (dua) tahun, 2 (dua)
d. bulan upah; bulan Upah;
masa kerja 3 (tiga) tahun atau lebih tetapi kurang c. masa kerja 2 (dua) tahun atau lebih
dari 4 (empat) tahun, 4 (empat) bulan tetapi kurang dari 3 (tiga) tahun, 3 (tiga) c. masa kerja 2 (dua) tahun atau lebih c. masa kerja 2 (dua) tahun atau lebih
upah;
bulan upah; tetapi kurang dari 3 (tiga) tahun, 3 (tiga) tetapi kurang dari 3 (tiga) tahun, 3 (tiga)
e.
masa kerja 4 (empat) tahun atau lebih tetapi bulan upah; bulan Upah;
kurang dari 5 (lima) tahun, 5 (lima) bulan d. masa kerja 3 (tiga) tahun atau lebih
upah; tetapi kurang dari 4 (empat) tahun, 4 d. masa kerja 3 (tiga) tahun atau lebih d. masa kerja 3 (tiga) tahun atau lebih
f. (empat) bulan upah; tetapi kurang dari 4 (empat) tahun, 4 tetapi kurang dari 4 (empat) tahun, 4
masa kerja 5 (lima) tahun atau lebih, tetapi kurang (empat) bulan upah; (empat) bulan Upah;
dari 6 (enam) tahun, 6 (enam) bulan e. masa kerja 4 (empat) tahun atau lebih
upah; tetapi kurang dari 5 (lima) tahun, 5 (lima) e. masa kerja 4 (empat) tahun atau lebih e. masa kerja 4 (empat) tahun atau lebih
g.
bulan upah; tetapi kurang dari 5 (lima) tahun, 5 (lima) tetapi kurang dari 5 (lima) tahun, 5 (lima)
masa kerja 6 (enam) tahun atau lebih tetapi
kurang dari 7 (tujuh) tahun, 7 (tujuh) bulan bulan upah; bulan Upah;
upah. f. masa kerja 5 (lima) tahun atau lebih,
h. tetapi kurang dari 6 (enam) tahun, 6 f. masa kerja 5 (lima) tahun atau lebih, f. masa kerja 5 (lima) tahun atau lebih,
masa kerja 7 (tujuh) tahun atau lebih tetapi kurang (enam) bulan upah; tetapi kurang dari 6 (enam) tahun, 6 tetapi kurang dari 6 (enam) tahun, 6
dari 8 (delapan) tahun, 8 (delapan) (enam) bulan upah; (enam) bulan Upah;
bulan upah; g. masa kerja 6 (enam) tahun atau lebih
i. tetapi kurang dari 7 (tujuh) tahun, 7 g. masa kerja 6 (enam) tahun atau lebih g. masa kerja 6 (enam) tahun atau lebih
masa kerja 8 (delapan) tahun atau lebih, 9 tetapi kurang dari 7 (tujuh) tahun, 7
(tujuh) bulan upah; tetapi kurang dari 7 (tujuh) tahun, 7
(sembilan) bulan upah.
(tujuh) bulan upah; (tujuh) bulan Upah;
(3)
Perhitungan uang penghargaan masa kerja h. masa kerja 7 (tujuh) tahun atau lebih
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan tetapi kurang dari 8 (delapan) tahun, 8 h. masa kerja 7 (tujuh) tahun atau lebih h. masa kerja 7 (tujuh) tahun atau lebih
sebagai berikut: (delapan) bulan upah; tetapi kurang dari 8 (delapan) tahun, 8 tetapi kurang dari 8 (delapan) tahun, 8
a. (delapan) bulan upah; (delapan) bulan Upah;
masa kerja 3 (tiga) tahun atau lebih tetapi kurang i. masa kerja 8 (delapan) tahun atau lebih,
dari 6 (enam) tahun, 2 (dua) bulan 9 (sembilan) bulan upah. i. masa kerja 8 (delapan) tahun atau lebih, i. masa kerja 8 (delapan) tahun atau lebih,
upah; 9 (sembilan) bulan upah. 9 (sembilan) bulan Upah.
b.
(3) Uang penghargaan masa kerja
masa kerja 6 (enam) tahun atau lebih tetapi
kurang dari 9 (sembilan) tahun, 3 (tiga) bulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) (3) Uang penghargaan masa kerja (3) Uang penghargaan masa kerja
upah; diberikan dengan ketentuan sebagai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
c. berikut: diberikan dengan ketentuan sebagai diberikan dengan ketentuan sebagai
masa kerja 9 (sembilan) tahun atau lebih tetapi berikut: berikut:
kurang dari 12 (dua belas) tahun, 4 a. masa kerja 3 (tiga) tahun atau lebih
(empat) bulan upah; tetapi kurang dari 6 (enam) tahun, 2 (dua) a. masa kerja 3 (tiga) tahun atau lebih a. masa kerja 3 (tiga) tahun atau lebih
d. bulan upah; tetapi kurang dari 6 (enam) tahun, 2 (dua) tetapi kurang dari 6 (enam) tahun, 2 (dua)
masa kerja 12 (dua belas) tahun atau lebih tetapi bulan upah; bulan Upah;
kurang dari 15 (lima belas) tahun, 5
(lima) bulan upah;
b. masa kerja 6 (enam) tahun atau lebih
e. tetapi kurang dari 9 (sembilan) tahun, 3 b. masa kerja 6 (enam) tahun atau lebih b. masa kerja 6 (enam) tahun atau lebih
masa kerja 15 (lima belas) tahun atau lebih tetapi (tiga) bulan upah; tetapi kurang dari 9 (sembilan) tahun, 3 tetapi kurang dari 9 (sembilan) tahun, 3
kurang dari 18 (delapan belas) tahun, 6 (tiga) bulan upah; (tiga) bulan Upah;
(enam) bulan upah; c. masa kerja 9 (sembilan) tahun atau lebih
f. tetapi kurang dari 12 (dua belas) tahun, 4 b. masa kerja 9 (sembilan) tahun atau c. masa kerja 9 (sembilan) tahun atau
masa kerja 18 (delapan belas) tahun atau lebih (empat) bulan upah; lebihtetapi kurang dari 12 (dua belas) lebih tetapi kurang dari 12 (dua belas)
tetapi kurang dari 21 (dua puluh satu) tahun, 4 (empat) bulan upah; tahun, 4 (empat) bulan Upah;
tahun, 7 (tujuh) bulan upah;
d. masa kerja 12 (duabelas) tahun atau
g.
lebih tetapi kurang dari 15 (lima belas) d. masa kerja 12 (duabelas) tahun atau d. masa keda 12 (dua belas) tahun atau
masa kerja 21 (dua puluh satu) tahun atau lebih tetapi
kurang dari 24 (dua puluh empat) tahun, 5 (lima) bulan upah; lebih tetapi kurang dari 15 (lima belas) lebih tetapi kurang dari 15 (lima belas)
tahun, 8 (delapan) bulan upah; tahun, 5 (lima) bulan upah; tahun, 5 (lima) bulan Upah;
h. e. masa kerja 15 (lima belas) tahun atau
masa kerja 24 (dua puluh empat) tahun atau lebih, lebih tetapi kurang dari 18 (delapan belas) e. masa kerja 15 (lima belas) tahun atau e. masa kerja 15 (lima belas) tahun atau
10 (sepuluh ) bulan upah. tahun, 6 (enam) bulan upah; lebih tetapi kurang dari 18 (delapan belas) lebih tetapi kurang dari 18 (delapan belas)
(4) tahun, 6 (enam) bulan upah; tahun, 6 (enam) bulan Upah;
Uang penggantian hak yang seharusnya diterima f. masa kerja 18 (delapan belas) tahun atau
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
lebih tetapi kurang dari 21 (dua puluh f. masa kerja 18 (delapan belas) tahun f. masa kerja 18 (delapan belas) tahun
meliputi:
a. satu) tahun, 7 (tujuh) bulan upah; atau lebih tetapi kurang dari 21 (dua puluh atau lebih tetapi kurang dari 21 (dua
cuti tahunan yang belum diambil dan belum gugur; satu) tahun, 7 (tujuh) bulan upah; puluh satu) tahun, 7 (tujuh) bulan Upah;
b. g. masa kerja 21 (dua puluh satu) tahun
biaya atau ongkos pulang untuk pekerja/buruh dan atau lebih tetapi kurang dari 24 (dua puluh g. masa kerja 21 (dua puluh satu) tahun g. masa kerja 21 (dua puluh satu) tahun
keluarganya ketempat dimana empat) tahun, 8 (delapan) bulan upah; atau lebih tetapi kurang dari 24 (dua puluh atau lebih tetapi kurang dari 24 (dua
pekerja/buruh diterima bekerja; empat) tahun, 8 (delapan) bulan upah; puluh empat) tahun, 8 (delapan) bulan
c. penggantian perumahan serta h. masa kerja 24 (dua puluh empat) tahun upah;
pengobatan dan perawatan atau lebih, 10 (sepuluh) bulan upah. h. masa kerja 24 (dua puluh empat) tahun
ditetapkan 15% (lima belas atau lebih, 10 (sepuluh) bulan upah. h. masa kerja 24 (dua puluh empat) tahun
perseratus) dari uang pesangon (4) Uang penggantian hak yang atau lebih, 10 (sepuluh) bulan Upah.
dan/atau uang penghargaan masa seharusnya diterima sebagaimana (4) Uang penggantian hak yang
kerja bagi yang memenuhi syarat; dimaksud pada ayat seharusnya diterima sebagaimana (4) Uang penggantian hak yang
d. hal-hal lain yang ditetapkan (1) meliputi: dimaksud pada ayat seharusnya diterima sebagaimana
dalam perjanjian kerja, peraturan (1) meliputi: dimaksud pada ayat
perusahaan atau perjanjian kerja a. cuti tahunan yang belum diambil dan (1) meliputi:
bersama. belum gugur; a. cuti tahunan yang belum diambil dan
(5) Perubahan perhitungan uang belum gugur; a. cuti tahunan yang belum diambil dan
pesangon, perhitungan uang b. biaya atau ongkos pulang untuk belum gugur;
penghargaan masa kerja, dan uang pekerja/buruh dan keluarganya ke tempat b. biaya atau ongkos pulang untuk
penggantian hak sebagaimana pekerja/buruh diterima bekerja; pekerja/buruh dan keluarganya ke tempat b. biaya atau ongkos pulang untuk
dimaksud dalam ayat (2), ayat (3), pekerja/buruh diterima bekerja; Pekerja/Buruh dan keluarganya ke tempat
dan ayat (4) ditetapkan dengan c. hal-hal lain yang ditetapkan dalam Pekerja/ Buruh diterima bekerja;
Peraturan Pemerintah. perjanjian kerja, peraturan perusahaan, c. hal-hal lain yang ditetapkan dalam
atau perjanjian kerja bersama. perjanjian kerja, peraturan perusahaan, b. hal-hal lain yang ditetapkan dalam
atau perjanjian kerja bersama. Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan,
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai atau Perjanjian Kerja Bersama.
pemberian uang pesangon, uang (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai
penghargaan masa kerja, dan uang pemberian uang pesangon, uang (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai
penggantian hak sebagaimana dimaksud penghargaan masa kerja, dan uang pemberian uang pesangon, uang
pada ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur penggantian hak sebagaimana dimaksud penghargaan masa kerja, dan uang
dalam Peraturan Pemerintah. pada ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur penggantian hak sebagaimana dimaksud
dalam Peraturan Pemerintah. pada ayat (21, ayat (3), dan ayat (4) diatur
dalam Peraturan Pemerintah.

45. Ketentuan Pasal 157 diubah 48. Ketentuan Pasal 157 diubah 48. Ketentuan Pasal 157 diubah Tidak ada Perubahan
sehingga berbunyi sebagai berikut: sehingga berbunyi sebagai berikut: sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 157 Pasal 157 Pasal 157 Pasal 157

(1) Komponen upah yang (1) Komponen Upah yang digunakan (1) Komponen upah yang digunakan (1) Komponen Upah yang digunakan
digunakan sebagai dasar sebagai dasar perhitungan uang pesangon sebagai dasar perhitungan uang pesangon sebagai dasar perhitungan uang pesangon
perhitungan uang pesangon, uang dan uangpenghargaan masa kerja terdiri dan uang penghargaan masa kerja terdiri dan uangpenghargaan masa kerja terdiri
penghargaan masa kerja, dan uang atas: atas: atas:
pengganti hak yang seharusnya a. Upah pokok; dan a. upah pokok; dan a. Upah pokok; dan
diterima yang tertunda, terdiri atas: b. tunjangan tetap yang diberikan kepada b. tunjangan tetap yang diberikan kepada b. tunjangan tetap yang diberikan kepada
Pekerja/ Buruh dan keluarganya. pekerja/buruh dan keluarganya. Pekerja/ Buruh dan keluarganya.
a. upah pokok;
(2) Dalam hal penghasilan Pekerja/Buruh (2) Dalam hal penghasilan pekerja/buruh (2) Dalam hal penghasilan Pekerja/Buruh
b. segala macam bentuk tunjangan yang bersifat dibayarkan atas dasar perhitungan harian, dibayarkan atas dasar perhitungan harian, dibayarkan atas dasar perhitungan harian,
tetap yang diberikan kepada pekerja/buruh dan upah sebulan sama dengan 30 (tiga puluh) upah sebulan sama dengan 30 (tiga puluh) upah sebulan sama dengan 30 (tiga puluh)
keluarganya, termasuk harga pembelian dari catu dikalikan Upah sehari. dikalikan upah sehari. dikalikan Upah sehari.
yang diberikan kepada pekerja/buruh secara
cuma-cuma, yang apabila catu harus dibayar (3) Dalam hal Upah Pekerja/Buruh (3) Dalam hal upah pekerja/buruh (3) Dalam hal Upah Pekerja/Buruh
pekerja/buruh dengan subsidi, maka sebagai upah dibayarkan atas dasar perhitungan satuan dibayarkan atas dasar perhitungan satuan dibayarkan atas dasar perhitungan satuan
dianggap selisih antara harga pembelian dengan hasil, Upah sebulan sama dengan hasil, upah sebulan sama dengan hasil, upah sebulan sama dengan
harga yang harus dibayar oleh pekerja/buruh. penghasilan rata-rata dalam 12 (dua penghasilan rata-rata dalam 12 (dua belas) penghasilan rata-rata dalam 12 (dua belas)
belas)bulan terakhir. bulan terakhir. bulan terakhir.
(2) Dalam hal penghasilan pekerja/buruh
dibayarkan atas dasar perhitungan harian, maka (4) Dalam hal upah sebulan sebagaimana (4) Dalam hal upah sebulan sebagaimana (4) Dalam hal upah sebulan sebagaimana
penghasilan sebulan adalah sama dengan 30 kali dimaksud pada ayat (3) lebih rendah dari dimaksud pada ayat (3) lebih rendah dari dimaksud pada ayat (3) lebih rendah dari
penghasilan sehari. upah minimum, upah yang menjadi dasar upah minimum, upah yang menjadi dasar upah minimum, upah yang menjadi dasar
perhitungan pesangon adalah upah perhitungan pesangon adalah upah perhitungan pesangon adalah upah
(3) Dalam hal upah pekerja/buruh dibayarkan atas minimum yang berlaku di wilayah minimum yang berlaku di wilayah minimum yang berlaku di wilayah
dasar perhitungan satuan hasil,potongan/borongan domisili perusahaan. domisili perusahaan. domisili perusahaan.
atau komisi, maka penghasilan sehari adalah sama
dengan pendapatan ratarata per hari selama 12
(dua belas) bulan terakhir, dengan ketentuan tidak
boleh kurang dari ketentuan upah minimum
provinsi atau kabupaten/kota.

(4) Dalam hal pekerjaan tergantung pada keadaan


cuaca dan upahnya didasarkan pada upah
borongan, maka perhitungan upah sebulan
dihitung dari upah ratarata 12 (dua belas) bulan
terakhir.

Pasal 158 47. Pasal 158 dihapus. 50. Pasal 158 dihapus. 50. Pasal 158 dihapus. Tidak ada Perubahan
(1) Pengusaha dapat memutuskan hubungan kerja
terhadap pekerja/buruh dengan alasan
pekerja/buruh telah melakukan kesalahan berat
sebagai berikut :

a. melakukan penipuan, pencurian, atau


penggelapan barang dan/atau uang milik
perusahaan;

b. memberikan keterangan palsu atau yang


dipalsukan sehingga merugikan perusahaan;

c. mabuk, meminum minuman keras yang


memabukkan, memakai dan/atau mengedarkan
narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya di
lingkungan kerja;

d. melakukan perbuatan asusila atau perjudian di


lingkungan kerja;

e. menyerang, menganiaya, mengancam, atau


mengintimidasi teman sekerja atau pengusaha di
lingkungan kerja;

f. membujuk teman sekerja atau pengusaha untuk


melakukan perbuatan yang bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan;

g. dengan ceroboh atau sengaja merusak atau


membiarkan dalam keadaan bahaya barang milik
perusahaan yang menimbulkan kerugian bagi
perusahaan;

h. dengan ceroboh atau sengaja membiarkan


teman sekerja atau pengusaha dalam keadaan
bahaya di tempat kerja;

i. membongkar atau membocorkan rahasia


perusahaan yang seharusnya dirahasiakan kecuali
untuk kepentingan negara; atau

j. melakukan perbuatan lainnya di lingkungan


perusahaan yang diancam pidana penjara 5 (lima)
tahun atau lebih.

(2) Kesalahan berat sebagaimana dimaksud dalam


ayat (1) harus didukung dengan bukti sebagai
berikut :

a. pekerja/buruh tertangkap tangan;

b. ada pengakuan dari pekerja/buruh yang


bersangkutan; atau

c. bukti lain berupa laporan kejadian yang dibuat


oleh pihak yang berwenang di perusahaan yang
bersangkutan dan didukung oleh sekurang-
kurangnya 2 (dua) orang saksi.

(3) Pekerja/buruh yang diputus hubungan kerjanya


berdasarkan alasan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), dapat memperoleh uang
penggantian hak sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 156 ayat (4).

(4) Bagi pekerja/buruh sebagaimana dimaksud


dalam ayat (1) yang tugas dan fungsinya tidak
mewakili kepentingan pengusaha secara langsung,
selain uang penggantian hak sesuai dengan
ketentuan Pasal 156 ayat (4) diberikan uang pisah
yang besarnya dan pelaksanaannya diatur dalam
perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau
perjanjian kerja bersama.

Pasal 159 48. Pasal 159 dihapus. 51. Pasal 159 dihapus 51. Pasal 159 dihapus Tidak ada Perubahan

Apabila pekerja/buruh tidak menerima pemutusan


hubungan kerja sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 158 ayat (1), pekerja/buruh yang
bersangkutan dapat mengajukan gugatan ke
lembaga penyelesaian perselisihan hubungan
industrial.

49. Ketentuan Pasal 160 diubah 52. Ketentuan Pasal 160 diubah 52. Ketentuan Pasal 160 diubah Tidak ada Perubahan
sehingga berbunyi sebagai berikut: sehingga berbunyi sebagai berikut: sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 160 Pasal 160 Pasal 160 Pasal 160

(1) Dalam hal pekerja/buruh ditahan pihak yang (1) Dalam hal pekerja/buruh ditahan pihak (1) Dalam hal pekerja/buruh ditahan pihak (1) Dalam hal pekerja/buruh ditahan
berwajib karena diduga melakukan tindak pidana yang berwajib karena diduga melakukan yang berwajib karena diduga melakukan pihak yang berwajib karena diduga
bukan atas pengaduan pengusaha, maka tindak pidana, pengusaha tidak wajib tindak pidana, pengusaha tidak wajib melakukan tindak pidana, pengusaha
pengusaha tidak wajib membayar upah tetapi membayar upah, tetapi wajib memberikan membayar upah, tetapi wajib memberikan tidak wajib membayar upah, tetapi wajib
wajib memberikan bantuan kepada keluarga bantuan kepada keluarga pekerja/buruh bantuan kepada keluarga pekerja/buruh memberikan bantuan kepada keluarga
pekerja/buruh yang menjadi tanggungannya yang menjadi tanggungannya dengan yang menjadi tanggungannya dengan pekerja/buruh yang menjadi
dengan ketentuan sebagai berikut : ketentuan sebagai berikut: ketentuan sebagai berikut: tanggungannya dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. untuk 1 (satu) orang tanggungan: 25% (dua a. untuk 1 (satu) orang tanggungan, 25% a. untuk 1 (satu) orang tanggungan, 25%
puluh lima perseratus) dari upah; (dua puluh lima persen) dari upah; (dua puluh lima persen) dari upah; a. untuk 1 (satu) orang tanggungan, 25%
(dua puluh lima persen) dari upah;
b. untuk 2 (dua) orang tanggungan: 35% (tiga b. untuk 2 (dua) orang tanggungan, 35% b. untuk 2 (dua) orang tanggungan, 35%
puluh lima perseratus) dari upah; (tiga puluh lima persen) dari upah; (tiga puluh lima persen) dari upah; b. untuk 2 (dua) orang tanggungan, 35%
(tiga puluh lima persen) dari upah;
c. untuk 3 (tiga) orang tanggungan : 45% (empat c. untuk 3 (tiga) orang tanggungan, 45% c. untuk 3 (tiga) orang tanggungan, 45%
puluh lima perseratus) dari upah; (empat puluh lima persen) dari upah; (empat puluh lima persen) dari upah; c. untuk 3 (tiga) orang tanggungan, 45%
(empat puluh lima persen) dari upah;
d. untuk 4 (empat) orang tanggungan atau lebih : d. untuk 4 (empat) orang tanggungan atau d. untuk 4 (empat) orang tanggungan atau
50% (lima puluh perseratus) dari upah. lebih, 50% (lima puluh persen) dari upah. lebih, 50% (lima puluh persen) dari upah. d. untuk 4 (empat) orang tanggungan atau
lebih, 50% (lima puluh persen) dari upah.
(2) Bantuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) (2) Bantuan sebagaimana dimaksud pada (2) Bantuan sebagaimana dimaksud pada
diberikan untuk paling lama 6 (enam) bulan ayat (1) diberikan untuk paling lama 6 ayat (1) diberikan untuk paling lama 6 (2) Bantuan sebagaimana dimaksud pada
takwin terhitung sejak hari pertama pekerja/buruh (enam) bulan terhitung sejak hari pertama (enam) bulan terhitung sejak hari pertama ayat (1) diberikan untuk paling lama 6
ditahan oleh pihak yang berwajib. pekerja/buruh ditahan oleh pihak yang pekerja/buruh ditahan oleh pihak yang (enam) bulan terhitung sejak hari pertama
berwajib. berwajib. pekerja/buruh ditahan oleh pihak yang
(3) Pengusaha dapat melakukan pemutusan berwajib.
hubungan kerja terhadap pekerja/buruh yang (3) Pengusaha dapat melakukan (3) Pengusaha dapat melakukan
setelah 6 (enam) bulan tidak dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap pemutusan hubungan kerja terhadap (3) Pengusaha dapat melakukan
pekerjaan sebagaimana mestinya karena dalam pekerja/buruh yang setelah 6 (enam) bulan pekerja/buruh yang setelah 6 (enam) bulan pemutusan hubungan kerja terhadap
proses perkara pidana sebagaimana dimaksud tidak dapat melakukan pekerjaan tidak dapat melakukan pekerjaan pekerja/buruh yang setelah 6 (enam)
dalam ayat (1). sebagaimana mestinya karena dalam sebagaimana mestinya karena dalam bulan tidak dapat melakukan pekerjaan
proses perkara pidana sebagaimana proses perkara pidana sebagaimana sebagaimana mestinya karena dalam
(4) Dalam hal pengadilan memutuskan perkara dimaksud pada ayat (1). dimaksud pada ayat (1). proses perkara pidana sebagaimana
pidana sebelum masa 6 (enam) bulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
dimaksud dalam ayat (3) berakhir dan (4) Dalam hal pengadilan memutuskan (4) Dalam hal pengadilan memutuskan
pekerja/buruh dinyatakan tidak bersalah, maka perkara pidana sebelum masa 6 (enam) perkara pidana sebelum masa 6 (enam) (4) Dalam hal pengadilan memutuskan
pengusaha wajib mempekerjakan pekerja/buruh bulan sebagaimana dimaksud pada ayat bulan sebagaimana dimaksud pada ayat perkara pidana sebelum masa 6 (enam)
kembali. (3) berakhir dan pekerja/buruh dinyatakan (3) berakhir dan pekerja/buruh dinyatakan bulan sebagaimana dimaksud pada ayat
tidak bersalah, pengusaha wajib tidak bersalah, pengusaha wajib (3) berakhir dan pekerja/buruh dinyatakan
(5) Dalam hal pengadilan memutuskan perkara mempekerjakan pekerja/buruh kembali. mempekerjakan pekerja/buruh kembali. tidak bersalah, pengusaha wajib
pidana sebelum masa 6 (enam) bulan berakhir dan mempekerjakan pekerja/buruh kembali.
pekerja/ buruh dinyatakan bersalah, maka (5) Dalam hal pengadilan memutuskan (5) Dalam hal pengadilan memutuskan
perkara pidana sebelum masa 6 (enam)
pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan perkara pidana sebelum masa 6 (enam) bulan berakhir dan pekerja/buruh (5) Dalam hal pengadilan memutuskan
kerja kepada pekerja/buruh yang bersangkutan. bulan berakhir dan pekerja/buruh dinyatakan bersalah, pengusaha dapat perkara pidana sebelum masa 6 (enam)
dinyatakan bersalah, pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja bulan berakhir dan pekerja/buruh
(6) Pemutusan hubungan kerja sebagaimana melakukan pemutusan hubungan kerja kepada pekerja/buruh yang bersangkutan. dinyatakan bersalah, pengusaha dapat
dimaksud dalam ayat (3) dan ayat (5) dilakukan kepada pekerja/buruh yang bersangkutan. melakukan pemutusan hubungan kerja
tanpa penetapan lembaga penyelesaian kepada pekerja/buruh yang bersangkutan
perselisihan hubungan industrial.

(7) Pengusaha wajib membayar kepada


pekerja/buruh yang mengalami pemutusan
hubungan kerja sebagaimana dimaksud dalam
ayat (3) dan ayat (5), uang penghargaan masa
kerja 1 (satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (3)
dan uang penggantian hak sesuai ketentuan dalam
Pasal 156 ayat (4).

Pasal 161 50. Pasal 161 dihapus. 53. Pasa1 161 dihapus. 53. Pasa1 161 dihapus. Tidak ada Perubahan

(1) Dalam hal pekerja/buruh melakukan


pelanggaran ketentuan yang diatur dalam
perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau
perjanjian kerja bersama, pengusaha dapat
melakukan pemutusan hubungan kerja, setelah
kepada pekerja/buruh yang bersangkutan
diberikan surat peringatan pertama, kedua, dan
ketiga secara berturut-turut.

(2) Surat peringatan sebagaimana dimaksud dalam


ayat (1) masingmasing berlaku untuk paling lama
6 (enam) bulan, kecuali ditetapkan lain dalam
perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau
perjanjian kerja bersama.

(3) Pekerja/buruh yang mengalami pemutusan


hubungan kerja dengan alasan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) memperoleh uang
pesangon sebesar 1 (satu) kali ketentuan Pasal 156
ayat (2), uang penghargaan masa kerja sebesar 1
(satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (3) dan uang
penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat
(4).

Pasal 162 51. Pasal 162 dihapus 54. Pasal 162 dihapus. 54. Pasal 162 dihapus. Tidak ada Perubahan

(1) Pekerja/buruh yang mengundurkan diri atas


kemauan sendiri, memperoleh uang penggantian
hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (4).

(2) Bagi pekerja/buruh yang mengundurkan diri


atas kemauan sendiri, yang tugas dan fungsinya
tidak me-wakili kepentingan pengusaha secara
langsung, selain menerima uang penggantian hak
sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (4) diberikan uang
pisah yang besarnya dan pelaksanaannya diatur
dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau
perjanjian kerja bersama.

(3) Pekerja/buruh yang mengundurkan diri


sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus
memenuhi syarat :

a. mengajukan permohonan pengunduran diri


secara tertulis selambat-lambatnya 30 (tiga
puluh) hari sebelum tanggal mulai pengunduran
diri;

b. tidak terikat dalam ikatan dinas;


dan

c. tetap melaksanakan kewajibannya sampai


tanggal mulai pengunduran diri.

(4) Pemutusan hubungan kerja dengan alasan


pengunduran diri atas kemauan sendiri dilakukan
tanpa penetapan lembaga penyelesaian
perselisihan hubungan industrial.

Pasal 163 52. Pasal 163 dihapus. 55. Pasal 163 dihapus. 55. Pasal 163 dihapus. Tidak ada Perubahan

(1) Pengusaha dapat melakukan pemutusan


hubungan kerja terhadap pekerja/buruh dalam hal
terjadi perubahan status, penggabungan,
peleburan, atau perubahan kepemilikan
perusahaan dan pekerja/buruh tidak bersedia
melanjutkan hubungan kerja, maka pekerja/buruh
berhak atas uang pesangon sebesar 1 (satu) kali
sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (2), uang
perhargaan masa kerja 1 (satu) kali ketentuan
Pasal 156 ayat (3) dan uang penggantian hak
sesuai ketentuan dalam Pasal 156 ayat (4).

(2) Pengusaha dapat melakukan pemutusan


hubungan kerja terhadap pekerja/buruh karena
perubahan status, penggabungan, atau peleburan
perusahaan, dan pengusaha tidak bersedia
menerima pekerja/buruh di perusahaannya, maka
pekerja/buruh berhak atas uang pesangon sebesar
2 (dua) kali ketentuan Pasal 156 ayat (2), uang
penghargaan masa kerja 1 (satu) kali ketentuan
dalam Pasal 156 ayat (3), dan uang penggantian
hak sesuai ketentuan dalam Pasal 156 ayat (4).

Pasal 164 53. Pasal 164 dihapus. 56. Pasal 164 dihapus. 56. Pasal 164 dihapus. Tidak ada Perubahan

(1) Pengusaha dapat melakukan pemutusan


hubungan kerja terhadap pekerja/buruh karena
perusahaan tutup yang disebabkan perusahaan
mengalami kerugian secara terus menerus selama
2 (dua) tahun, atau keadaan memaksa (force
majeur), dengan ketentuan pekerja/buruh berhak
atas uang pesangon sebesar 1 (satu) kali ketentuan
Pasal 156 ayat (2) uang penghargaan masa kerja
sebesar 1 (satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (3)
dan uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal
156 ayat (4).

(2) Kerugian perusahaan sebagaimana dimaksud


dalam ayat (1) harus dibuktikan dengan laporan
keuangan 2 (dua) tahun terakhir yang telah diaudit
oleh akuntan publik.

(3) Pengusaha dapat melakukan pemutusan


hubungan kerja terhadap pekerja/buruh karena
perusahaan tutup bukan karena mengalami
kerugian 2 (dua) tahun berturutturut atau bukan
karena keadaan memaksa (force majeur) tetapi
perusahaan melakukan efisiensi, dengan ketentuan
pekerja/buruh berhak atas uang pesangon sebesar
2 (dua) kali ketentuan Pasal 156 ayat (2), uang
penghargaan masa kerja sebesar 1 (satu) kali
ketentuan Pasal 156 ayat (3) dan uang
penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat
(4).

Pasal 165 54. Pasal 165 dihapus. 57. Pasal 165 dihapus. 57. Pasal 165 dihapus. Tidak ada Perubahan

Pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan


kerja terhadap pekerja/ buruh karena perusahaan
pailit, dengan ketentuan pekerja/buruh berhak
atas uang pesangon sebesar 1 (satu) kali ketentuan
Pasal 156 ayat (2), uang penghargaan masa kerja
sebesar 1 (satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (3)
dan uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal
156 ayat (4).

Pasal 166 55. Pasal 166 dihapus. 58. Pasal 166 dihapus. 58. Pasal 166 dihapus. Tidak ada Perubahan

Dalam hal hubungan kerja berakhir karena


pekerja/buruh meninggal dunia, kepada ahli
warisnya diberikan sejumlah uang yang besar
perhitungannya sama dengan perhitungan 2 (dua)
kali uang pesangon sesuai ketentuan Pasal 156
ayat (2), 1 (satu) kali uang penghargaan masa
kerja sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (3), dan
uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156
ayat (4).

Pasal 167 56. Pasa1 167 dihapus. 59. Pasa1 167 dihapus. 59. Pasa1 167 dihapus. Tidak ada Perubahan

(1) Pengusaha dapat melakukan pemutusan


hubungan kerja terhadap pekerja/buruh karena
memasuki usia pensiun dan apabila pengusaha
telah mengikutkan pekerja/buruh pada program
pensiun yang iurannya dibayar penuh oleh
pengusaha, maka pekerja/buruh tidak berhak
mendapatkan uang pesangon sesuai ketentuan
Pasal 156 ayat (2), uang penghargaan masa kerja
sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (3), tetapi tetap
berhak atas uang penggantian hak sesuai
ketentuan Pasal 156 ayat (4).

(2) Dalam hal besarnya jaminan atau manfaat


pensiun yang diterima sekaligus dalam program
pensiun se-bagaimana dimaksud dalam ayat (1)
ternyata lebih kecil daripada jumlah uang
pesangon 2 (dua) kali ketentuan Pasal 156 ayat (2)
dan uang penghargaan masa kerja 1 (satu) kali
ketentuan Pasal 156 ayat (3), dan uang
penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat
(4), maka selisihnya dibayar oleh pengusaha.

(3) Dalam hal pengusaha telah mengikutsertakan


pekerja/buruh dalam program pensiun yang
iurannya/premi-nya dibayar oleh pengusaha dan
pekerja/buruh, maka yang diperhitungkan dengan
uang pesangon yaitu uang pensiun yang
premi/iurannya dibayar oleh pengusaha.

(4) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat


(1), ayat (2), dan ayat (3) dapat diatur lain dalam
perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau
perjanjian kerja bersama.
(5) Dalam hal pengusaha tidak mengikutsertakan
pekerja/buruh yang mengalami pemutusan
hubungan kerja karena usia pensiun pada program
pensiun maka pengusaha wajib memberikan
kepada pekerja/buruh uang pesangon sebesar 2
(dua) kali ketentuan Pasal 156 ayat (2), uang
penghargaan masa kerja 1 (satu) kali ketentuan
Pasal 156 ayat (3) dan uang penggantian hak
sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (4).

(6) Hak atas manfaat pensiun sebagaimana yang


dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan
ayat (4) ti-dak menghilangkan hak pekerja/buruh
atas jaminan hari tua yang bersifat wajib sesuai
dengan peraturan perundangundangan yang
berlaku.

Pasal 168 57. Pasal 168 dihapus. 60. Pasal 168 dihapus. 60. Pasal 168 dihapus. Tidak ada Perubahan

(1) Pekerja/buruh yang mangkir selama 5 (lima)


hari kerja atau lebih berturut-turut tanpa
keterangan secara ter tulis yang dilengkapi dengan
bukti yang sah dan telah dipanggil oleh pengusaha
2 (dua) kali secara patut dan tertulis dapat diputus
hubungan kerjanya karena dikualifikasikan
mengundurkan diri.

(2) Keterangan tertulis dengan bukti yang sah


sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus
diserahkan paling lambat pada hari pertama
pekerja/buruh masuk bekerja.

(3) Pemutusan hubungan kerja sebagaimana


dimaksud dalam ayat (1) pekerja/buruh yang
bersangkutan berhak menerima uang penggantian
hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (4) dan
diberikan uang pisah yang besarnya dan
pelaksanaannya diatur dalam perjanjian kerja,
peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja
bersama.

Pasal 169 58. Pasal 169 dihapus. 61. Pasal 169 dihapus. 61. Pasal 169 dihapus. Tidak ada Perubahan

(1) Pekerja/buruh dapat mengajukan permohonan


pemutusan hubungan kerja kepada lembaga
penyelesaian perselisihan hubungan industrial
dalam hal pengusaha melakukan perbuatan
sebagai berikut :

a. menganiaya, menghina secara kasar atau


mengancam pekerja/buruh;

b. membujuk dan/atau menyuruh pekerja/buruh


untuk melakukan perbuatan yang bertentangan
dengan peraturan perundangundangan;

c. tidak membayar upah tepat pada waktu yang


telah ditentukan selama 3 (tiga) bulan berturut-
turut atau lebih;

d. tidak melakukan kewajiban yang telah


dijanjikan kepada pekerja/ buruh;

e. memerintahkan pekerja/buruh untuk


melaksanakan pekerjaan di luar yang
diperjanjikan; atau

f. memberikan pekerjaan yang membahayakan


jiwa, keselamatan, kesehatan, dan kesusilaan
pekerja/buruh sedangkan pekerjaan tersebut tidak
dicantumkan pada perjanjian kerja.

(2) Pemutusan hubungan kerja dengan alasan


sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
pekerja/buruh berhak mendapat uang pesangon 2
(dua) kali ketentuan Pasal 156 ayat (2), uang
penghargaan masa kerja 1 (satu) kali ketentuan
Pasal 156 ayat (3), dan uang penggantian hak
sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (4).

(3) Dalam hal pengusaha dinyatakan tidak


melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) oleh lembaga penyelesaian
perselisihan hubungan industrial maka pengusaha
dapat melakukan pemutusan hubungan kerja tanpa
penetapan lembaga penyelesaian perselisihan
hubungan industrial dan pekerja/buruh yang
bersangkutan tidak berhak atas uang pesangon
sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (2), dan uang
penghargaan masa kerja sesuai ketentuan Pasal
156 ayat (3).

Pasal 170 59. Pasal 170 dihapus. 62. Pasal 170 dihapus. 62. Pasal 170 dihapus. Tidak ada Perubahan

Pemutusan hubungan kerja yang dilakukan tidak


memenuhi ketentuan Pasal 151 ayat (3) dan Pasal
168, kecuali Pasal 158 ayat (1), Pasal 160 ayat (3),
Pasal 162, dan Pasal 169 batal demi hukum dan
pengusaha wajib mempekerjakan
pekerja/buruh yang bersangkutan serta membayar
seluruh upah dan hak yang seharusnya diterima

Pasal 171 60. Pasal l7l dihapus. 63. Pasal l7l dihapus. 63. Pasal l7l dihapus. Tidak ada Perubahan

Pekerja/buruh yang mengalami pemutusan


hubungan kerja tanpa penetapan lembaga
penyelesaian perselisihan hubungan industrial
yang berwenang sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 158 ayat (1), Pasal 160 ayat (3), dan Pasal
162, dan pekerja/buruh yang bersangkutan tidak
dapat menerima pemutusan hubungan kerja
tersebut, maka pekerja/buruh dapat mengajukan
gugatan ke lembaga penyelesaian perselisihan
hubungan industrial dalam waktu paling lama 1
(satu) tahun sejak tanggal dilakukan pemutusan
hubungan kerjanya.

Pasal 172 61. Pasal 172 dihapus. 64. Pasal 172 dihapus. 64. Pasal 172 dihapus. Tidak ada Perubahan

Pekerja/buruh yang mengalami sakit


berkepanjangan, mengalami cacat akibat
kecelakaan kerja dan tidak dapat melakukan
pekerjaannya setelah melampaui batas 12 (dua
belas) bulan dapat mengajukan pemutusan
hubungan kerja dan diberikan uang pesangon 2
(dua) kali ketentuan Pasal 156 ayat (2), uang
penghargaan masa kerja 2 (dua) kali ketentuan
Pasal 156 ayat (3), dan uang pengganti hak 1
(satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (4)

Pasal 184 62. Pasal 184 dihapus. 65. Pasal 184 dihapus. 65. Pasal 184 dihapus. Tidak ada Perubahan

(1) Barang siapa melanggar ketentuan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 167 ayat (5),
dikenakan sanksi pidana penjara paling singkat 1
(satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun
dan/atau denda paling sedikit Rp 100.000.000,00
(seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam


ayat (1) merupakan tindak pidana kejahatan

63. Ketentuan Pasal 185 diubah 66. Ketentuan Pasal 185 diubah 66. Ketentuan Pasal 185 diubah Tidak ada Perubahan
sehingga berbunyi sebagai berikut: sehingga berbunyi sebagai berikut: sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 185 Pasal 185 Pasal 185 Pasal 185

(1) Barang siapa melanggar ketentuan (1) Barang siapa melanggar ketentuan (1) Barang siapa melanggar ketentuan (1) Barang siapa melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (1) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42
dan ayat (2), Pasal 68, Pasal 69 ayat (2), Pasal 80, ayat (2), Pasal 68, Pasal 69 ayat (2), Pasal ayat (2), Pasal 68, Pasal 69 ayat (2), Pasal ayat (2), Pasal 68, Pasal 69 ayat (2), Pasal
Pasal 82, Pasal 90 ayat (1), Pasal 143, dan Pasal 80, Pasal 82, Pasal 88A ayat (3), Pasal 80, Pasal 82, Pasal 88A ayat (3), Pasal 80, Pasal 82, Pasal 88A ayat (3), Pasal
160 ayat (4) dan ayat (7), dikenakan sanksi pidana 88E ayat (2), Pasal 143, Pasal 156 ayat 88E ayat (2), Pasal 143, Pasal 156 ayat 88E ayat (2), Pasal 143, Pasal 156 ayat
penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling (1), atau Pasal 160 ayat (4) dikenai sanksi (1), atau Pasal 160 ayat (4) dikenai sanksi (1), atau Pasal 160 ayat (4) dikenai sanksi
lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling pidana penjara paling singkat 1 (satu) pidana penjara paling singkat 1 (satu) pidana penjara paling singkat 1 (satu)
sedikit Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) tahun dan paling lama 4 (empat) tahun tahun dan paling lama 4 (empat) tahun tahun dan paling lama 4 (empat) tahun
dan paling banyak Rp 400.000.000,00 (empat dan/atau denda paling sedikit dan/atau denda paling sedikit dan/atau denda paling sedikit
ratus juta rupiah). Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah)
dan paling banyak Rp400.000.000,00 dan paling banyak Rp400.000.000,00 dan paling banyak Rp400.000.000,00
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam (empat ratus juta rupiah). (empat ratus juta rupiah). (empat ratus juta rupiah).
ayat (1) merupakan tindak pidana kejahatan
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) merupakan tindak pidana pada ayat (1) merupakan tindak pidana pada ayat (1) merupakan tindak pidana
kejahatan kejahatan kejahatan

64. Ketentuan Pasal 186 diubah 67. Ketentuan Pasal 186 diubah 67. Ketentuan Pasal 186 diubah Tidak ada Perubahan
sehingga berbunyi sebagai berikut: sehingga berbunyi sebagai berikut: sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 186 Pasal 186 Pasal 186 Pasal 186 Tidak ada Perubahan

(1) Barang siapa melanggar ketentuan (1) Barang siapa melanggar ketentuan (1) Barang siapa melanggar ketentuan (1) Barang siapa melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (2) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35
dan ayat (3), Pasal 93 ayat (2), Pasal 137, dan ayat (2) atau ayat (3), atau Pasal 93 ayat ayat (2) atau ayat (3), atau Pasal 93 ayat ayat (2) atau ayat (3), atau Pasal 93 ayat
Pasal 138 ayat (1), dikenakan sanksi pidana (2), dikenakan sanksi pidana penjara (2), dikenakan sanksi pidana penjara (2), dikenakan sanksi pidana penjara
penjara paling singkat 1 (satu) bulan dan paling paling singkat 1 (satu) bulan dan paling paling singkat 1 (satu) bulan dan paling paling singkat 1 (satu) bulan dan paling
lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda lama 4 (empat) tahun dan/atau denda lama 4 (empat) tahun dan/atau denda
sedikit Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) paling sedikit Rp 10.000.000,00 (sepuluh paling sedikit Rp 10.000.000,00 (sepuluh paling sedikit Rp 10.000.000,00 (sepuluh
dan paling banyak Rp 400.000.000,00 (empat juta rupiah) dan paling banyak Rp juta rupiah) dan paling banyak Rp juta rupiah) dan paling banyak Rp
ratus juta rupiah). 400.000.000,00 (empat ratus juta rupiah). 400.000.000,00 (empat ratus juta rupiah). 400.000.000,00 (empat ratus juta rupiah).

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud
ayat (1) merupakan tindak pidana pelanggaran. pada ayat (1) merupakan tindak pidana pada ayat (1) merupakan tindak pidana pada ayat (1) merupakan tindak pidana
pelanggaran pelanggaran pelanggaran

65. Ketentuan Pasal 187 diubah 68. Ketentuan Pasal 187 diubah 68. Ketentuan Pasal 187 diubah Tidak ada Perubahan
sehingga berbunyi sebagai berikut: sehingga berbunyi sebagai berikut: sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 187 Pasal 187 Pasal 187 Pasal 187 Tidak ada Perubahan
(1) Barang siapa melanggar ketentuan (1) Barang siapa melanggar ketentuan (1) Barang siapa melanggar ketentuan
(1) Barang siapa melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (2), ayat (1), Pasal 67 ayat (1), Pasal 71 ayat ayat (1), Pasal 67 ayat (1), Pasal 71 ayat ayat (1), Pasal 67 ayat (1), Pasal 71 ayat
Pasal 44 ayat (1), Pasal 45 ayat (1), Pasal 67 ayat (2), Pasal 76, Pasal 78 ayat (2), Pasal 79 (2), Pasal 76, Pasal 78 ayat (2), Pasal 79 (2), Pasal 76, Pasal 78 ayat (2), Pasal 79
(1), Pasal 71 ayat (2), Pasal 76, Pasal 78 ayat (2), ayat (1), ayat (2), atau ayat (3), Pasal 85 ayat (1), ayat (2), atau ayat (3), Pasal 85 ayat (1), ayat (2), atau ayat (3), Pasal 85
Pasal 79 ayat (1), dan ayat (2), Pasal 85 ayat (3), ayat (3), atau Pasal 144 dikenai sanksi ayat (3), atau Pasal 144 dikenai sanksi ayat (3), atau Pasal 144 dikenai sanksi
dan Pasal 144, dikenakan sanksi pidana kurungan pidana kurungan paling singkat 1 (satu) pidana kurungan paling singkat 1 (satu) pidana kurungan paling singkat 1 (satu)
paling singkat 1 (satu) bulan dan paling lama 12 bulan dan paling lama 12 (dua belas) bulan dan paling lama 12 (dua belas) bulan dan paling lama 12 (dua belas)
(dua belas) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp bulan dan/atau denda paling sedikit bulan dan/atau denda paling sedikit bulan dan/atau denda paling sedikit
10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) dan paling Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) dan Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah)
banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah). paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus dan paling banyak Rp100.000.000,00 dan paling banyak Rp100.000.000,00
juta rupiah). (seratus juta rupiah). (seratus juta rupiah).
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) merupakan tindak pidana pelanggaran. (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) merupakan tindak pidana pada ayat (1) merupakan tindak pidana pada ayat (1) merupakan tindak pidana
pelanggaran. pelanggaran. pelanggaran.

66. Ketentuan Pasal 188 diubah 69. Ketentuan Pasal 188 diubah 69. Ketentuan Pasal 188 diubah Tidak ada Perubahan
sehingga berbunyi sebagai berikut: sehingga berbunyi sebagai berikut: sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 188 Pasal 188 Pasal 188 Pasal 188 Tidak ada Perubahan

(1) Barang siapa melanggar ketentuan (1) Barang siapa melanggar ketentuan (1) Barang siapa melanggar ketentuan (1) Barang siapa melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2), sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38
Pasal 38 ayat (2), Pasal 63 ayat (1), Pasal 78 ayat ayat (2), Pasal 63 ayat (1), Pasal 78 ayat ayat (2), Pasal 63 ayat (1), Pasal 78 ayat ayat (2), Pasal 63 ayat (1), Pasal 78 ayat
(1), Pasal 108 ayat (1), Pasal 111 ayat (3), Pasal (1), Pasal 108 ayat (1), Pasal 111 ayat (3), (1), Pasal 108 ayat (1), Pasal 111 ayat (3), (1), Pasal 108 ayat (1), Pasal 111 ayat (3),
114, dan Pasal 148, dikenakan sanksi pidana Pasal 114, atau Pasal 148 dikenai sanksi Pasal 114, atau Pasal 148 dikenai sanksi Pasal 114, atau Pasal 148 dikenai sanksi
denda paling sedikit Rp 5.000.000,00 (lima juta pidana denda paling sedikit pidana denda paling sedikit pidana denda paling sedikit
rupiah) dan paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) dan Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) dan Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) dan
puluh juta rupiah). paling banyak Rp50.000.000,00 (lima paling banyak Rp50.000.000,00 (lima paling banyak Rp50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah). puluh juta rupiah). puluh juta rupiah).
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) merupakan tindak pidana pelanggaran. (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) merupakan tindak pidana pada ayat (1) merupakan tindak pidana pada ayat (1) merupakan tindak pidana
pelanggaran pelanggaran pelanggaran
67. Ketentuan Pasal 190 diubah 70. Ketentuan Pasal 190 diubah 70. Ketentuan Pasal 190 diubah Tidak ada Perubahan
sehingga berbunyi sebagai berikut: sehingga berbunyi sebagai berikut: sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 190 Pasal 190 Pasal 190 Pasal 190

(1) Menteri atau pejabat yang ditunjuk (1) Pemerintah Pusat atau Pemerintah (1) Pemerintah Pusat atau Pemerintah (1) Pemerintah Pusat atau Pemerintah
mengenakan sanksi administratif atas pelanggaran Daerah sesuai kewenangannya Daerah sesuai kewenangannya Daerah sesuai kewenangannya
ketentuanketentuan sebagaimana diatur dalam mengenakan sanksi administratif atas mengenakan sanksi administratif atas mengenakan sanksi administratif atas
Pasal 5, Pasal 6, Pasal 15, Pasal 25, Pasal 38 ayat pelanggaran ketentuan-ketentuan pelanggaran ketentuan-ketentuan pelanggaran ketentuan-ketentuan
(2), Pasal 45 ayat (1), Pasal 47 ayat (1), Pasal 48, sebagaimana diatur dalam Pasal 5, Pasal 6, sebagaimana diatur dalam Pasal 5, Pasal sebagaimana diatur dalam Pasal 5, Pasal
Pasal 87, Pasal 106, Pasal 126 ayat (3), dan Pasal Pasal 14 ayat (1), Pasal 15, Pasal 25, Pasal 6, Pasal 14 ayat (1), Pasal 15, Pasal 25, 6, Pasal 14 ayat (1), Pasal 15, Pasal 25,
160 ayat (1) dan ayat (2) Undangundang ini serta 37 ayat (2), Pasal 38 ayat (2), Pasal 42 Pasal 37 ayat (2), Pasal 38 ayat (2), Pasal Pasal 37 ayat (2), Pasal 38 ayat (2), Pasal
peraturan pelaksanaannya. ayat (1), Pasal 47 ayat (1), Pasal 61A, 42 ayat (1), Pasal 47 ayat (1), Pasal 61A, 42 ayat (1), Pasal 47 ayat (1), Pasal 61A,
Pasal 66 ayat (4), Pasal 87, Pasal 92, Pasal Pasal 66 ayat (4), Pasal 87, Pasal 92, Pasal Pasal 66 ayat (4), Pasal 87, Pasal 92,
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud 106, Pasal 126 ayat (3), atau Pasal 160 106, Pasal 126 ayat (3), atau Pasal 160 Pasal 106, Pasal 126 ayat (3), atau Pasal
dalam ayat (1) berupa : ayat (1) atau ayat (2) undangundang ini ayat (1) atau ayat (2) undangundang ini 160 ayat (1) atau ayat (2) undangundang
serta peraturan pelaksanaannya. serta peraturan pelaksanaannya. ini serta peraturan pelaksanaannya.
a. teguran;
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai sanksi (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai
b. peringatan tertulis; Administratif sebagaimana dimaksud pada sanksi administratif sebagaimana sanksi administratif sebagaimana
ayat (1) diatur dalam Peraturan dimaksud pada ayat (1) diatur dalam dimaksud pada ayat (1) diatur dalam
c. pembatasan kegiatan usaha; Pemerintah. Peraturan Pemerintah. Peraturan Pemerintah.

d. pembekuan kegiatan usaha;

e. pembatalan persetujuan;

f. pembatalan pendaftaran;

g. penghentian sementara sebagian


atau seluruh alat produksi;

h. pencabutan ijin.

(3) Ketentuan mengenai sanksi administratif


sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat
(2) diatur lebih lanjut oleh Menteri

68. Di antara Pasal 191 dan Pasal 192 71. Di antara Pasal 191 dan Pasal 192 71. Di antara Pasal 191 dan Pasal 192 Tidak ada Perubahan
disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal
19lA sehingga berbunyi sebagai 19lA sehingga berbunyi sebagai 19lA sehingga berbunyi sebagai
berikut: berikut: berikut:

Pasal 191A Pasal 191A Pasal 191A

Pada saat berlakunya Undang-Undang ini: Pada saat berlakunya Undang-Undang ini: Pada saat berlakunya Undang-Undang ini:
a. untuk pertama kali upah minimum yang a. untuk pertama kali upah minimum yang a. untuk pertama kali upah minimum yang
berlaku, yaitu upah minimum yang telah berlaku, yaitu upah minimum yang telah berlaku, yaitu upah minimum yang telah
ditetapkan berdasarkan peraturan ditetapkan berdasarkan peraturan ditetapkan berdasarkan peraturan
pelaksanaan Undang-Undang Nomor 13 pelaksanaan Undang-Undang Nomor 13 pelaksanaan Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
mengatur mengenai pengupahan. yang mengatur mengenai pengupahan. yang mengatur mengenai pengupahan.

b. bagi perusahaan yang telah memberikan b. bagi perusahaan yang telah b. bagi perusahaan yang telah
upah lebih tinggi dari upah minimum yang memberikan upah lebih tinggi dari upah memberikan upah lebih tinggi dari upah
ditetapkan sebelum Undang-Undang ini, minimum yang ditetapkan sebelum minimum yang ditetapkan sebelum
pengusaha dilarang mengurangi atau Undang-Undang ini, pengusaha dilarang Undang-Undang ini, pengusaha dilarang
menurunkan upah. mengurangi atau menurunkan upah. mengurangi atau menurunkan upah.

Anda mungkin juga menyukai