Di Susun Oleh :
Kelompok 9
HUKUM KEHUTANAN
ROMBEL 02
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2019
Perkembangan yang terjadi dalam kehidupan manusia selalu berhadapan dengan
konflik yang mewarnai kehidupan, berawal dari permasalahan yang mengiringi setiap
aktivitas dalam kehidupan manusia. Bervariasinya permasalahan yang menimbulkan konflik
tentunya tidak selalu dapat diselesaikan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya dengan hasil
dari pemecahan masalah yang dapat diterima bagi para pihak yang berselisih bahkan tidak
jarang berujung pada munculnya sengketa. Sengketa hutan muncul karena adanya berbagai
permasalahan sehingga diperlukan adanya suatu regulasi yang dapat mengakomodir
penyelesaian sengketa tersebut. Hutan sendiri tidak lepas dari unsur adanya manusia seperti
keberadaan masyarakat lokal atau masyarakat adat yang telah bermukim bergenerasi di
wilayah tersebut, -bahkan sebelum adanya aturan negara, maka konteks kawasan hutan harus
ditempatkan dalam pola pikir tata ruang dan interaksi antar unsur.
2. Apabila telah dipilih upaya penyelesaian sengketa kehutanan di luar pengadilan, maka
gugatan melalui pengadilan dapat dilakukan setelah tidak tercapai kesepakatan antara para
pihak yang bersengketa.
Pasal 75
1. Penyelesaian sengketa kehutanan di luar pengadilan tidak berlaku terhadap tindak pidana
sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.
1
Andi Hamzah,, Penegakan Hukum Lingkungan (Jakarta : Sinar Grafika, 2005)
2. Penyelesaian sengketa kehutanan di luar pengadilan dimaksudkan untuk mencapai
kesepakatan mengenai pengembalian suatu hak, besarnya ganti-rugi, dan atau mengenai
bentuk tindakan tertentu yang harus dilakukan untuk memulihkan fungsi hutan.
Pasal 76
2. Selain putusan untuk melakukan tindakan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
pengadilan dapat menetapkan pembayaran uang paksa atas keterlambatan pelaksanaan
tindakan tertentu tersebut setiap hari.
Dapat disimpulkan bahwa Penyelesaian sengketa hutan pada kasus tersebut diatas
menggunakan jalur Pengadilan dimana setiap perusahaan yang telah melakukan pembakaran
hutan diwajibkan untuk mengganti kerugian sebesar apa yang telah diputuskan oleh
pengadilan. Eksekusi putusan tersebut penting untuk menimbulkan efek jera dan
menghormati putusan pengadilan. Sepanjang tahun 2015-2017, total putusan pengadilan yang
dinyatakan inkracht untuk mengganti kerugian dan pemulihan (perdata) mencapai Rp17,82
Triliun. Sedangkan untuk nilai pengganti kerugian lingkungan di luar pengadilan (PNBP)
mencapai Rp36,59 miliar. Angka tersebut menurutnya, menjadi yang terbesar dalam sejarah
penegakan hukum lingkungan hidup di Indonesia yang termasuk didalamnya adalah kawasan
hutan.
2
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180908173838-12-328802/klhk-menang-gugatan-karhutla-3-
perusahaan-didenda-rp13-t