NPM : 19110286
Kelas : MSDMA U1
A. Waktu istirahat
2. UU Cipta Kerja :
a. Istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu.
b. UU Cipta Kerja Omnibus Law tidak mencantumkan istirahat panjang dua bulan
setelah masa kerja enam tahun berturut-turut di perusahaan yang sama.
2. UU Cipta Kerja
Merupakan revisi pasal 88 dan 89 dengan menyelipkan poin pasal 88 C:
1. Gubernur wajib menetapkan upah minimum provinsi.
2. Gubernur dapat menetapkan upah minimum kabupaten/kota dengan syarat
tertentu.
3. Upah minimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan
berdasarkan kondisi ekonomi dan ketenagakerjaan.
4. Syarat tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi pertumbuhan
ekonomi daerah dan inflasi pada kabupaten/kota yang
bersangkutan.
5. Upah minimum kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus lebih
tinggi dari upah minimum provinsi.
6. Kondisi ekonomi dan ketenagakerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
menggunakan data yang bersumber dari lembaga yang berwenang di bidang
statistik.
7. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penetapan upah minimum
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan syarat tertentu sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
E. Jaminan sosial
1. UU Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003
a. Pasal 167 ayat 5
Dalam hal pengusaha tidak mengikutsertakan pekerja/buruh yang mengalami
pemutusan hubungan kerja karena usia pensiun pada program pensiun maka
pengusaha wajib memberikan kepada pekerja/buruh uang pesangon sebesar 2 (dua)
kali ketentuan Pasal 156 ayat (2), uang penghargaan masa kerja 1 (satu) kali
ketentuan Pasal 156 ayat (3) dan uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156
ayat.
b. Pasal 184
Barang siapa melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 167 ayat (5),
dikenakan sanksi pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5
(lima) tahun dan/atau denda paling sedikit Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah)
dan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
2. UU Cipta Kerja
Aturan yang baru merevisi UU Nomor 13 Tahun 2003 dengan menghapus pasal 167
dan 184. UU Cipta Kerja Omnibus Law juga merevisi jenis jaminan sosial yang
diberikan pada pekerja dengan menambahkan jaminan kehilangan pekerjaan.
Ketentuan ini merevisi Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional.
2. UU Cipta Kerja
Aturan ini merevisi pasal 154 dan 155 dengan memasukkan pasal 154 A yang
menjelaskan pemutusan hubungan kerja dapat terjadi karena:
2. UU Cipta Kerja O
Ketentuan ini merevisi pasal 59 dengan menambahkan PKWT menjadi:
1. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu hanya dapat dibuat untuk pekerjaan
tertentu yang menurut jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaannya akan selesai dalam
waktu tertentu, yaitu:
a. pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya
b. pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu lama
c. pekerjaan yang bersifat musiman
d. pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk
tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan, atau
e. pekerjaan yang jenis dan sifat atau kegiatannya bersifat tidak tetap.
2. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu tidak dapat diadakan untuk pekerjaan yang
bersifat tetap.
3. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu yang tidak memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), maka demi hukum menjadi
perjanjian kerja waktu tidak tertentu.
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaan, jangka
waktu, dan batas waktu perpanjangan perjanjian kerja waktu tertentu diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
H. Lama lembur
1. UU Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003
Pasal 78 ayat 1 butir b:
Waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3 (tiga) jam dalam 1 (satu)
hari dan 14 (empat belas) jam dalam 1 (satu) minggu.
2. UU Cipta Kerja Omnibus Law
Aturan ini merevisi sebelumnya menjadi:
Waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling lama 4 (empat) jam dalam 1 (satu)
hari dan 18 (delapan belas) jam dalam 1 (satu) minggu.