Anda di halaman 1dari 4

Nama : Yana Rifky Pratama

NIM : 195503795
Kelas : 4RA
Matkul : Manaj. SDM Lanjutan
1. Pasal-pasal yang dianggap merugikan bagi para pekerja dan bagaimana tanggapannya. Menurut
saya adalah

Pasal pasal kontraversial UU Cipta kerja yang dianggap merugikan

a) Pemberhentian kontrak kerja j

b) Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT)

c) Outsourcing atau alih daya

d) Penghapusan upah minimum

e) Penambahan jam lembur

f) Penghapusan hak istirahat cuti

g) PHK sepihak

h) Berkurangnya hak pesangon

Kontrak seumur hidup rentan PHK

Pasal 56 ayat 1 dan 2.

Inti ayat 1 : Perjanjian kerja dibuat untuk jangka waktu tertentu atau untuk waktu tak tertentu.

Inti ayat 2 : Didasarkan pada jangka waktu atau selesainya suatu pekerjaan,

Tanggapan : Apabila dikontrak seumur hidup maka pegawai tidak bisa hidup dengan bebas, selalu saja
tekanan batin dalam diri pegawai. Apabila pegawai ingin keluar dari pekerjaan dia tidak bisa berbuat apa-
apa karena sudah dikontrak seumur hidup.

Pemotongan waktu istirahat dan cuti

Pasal 79 ayat 2 (a)


Inti : Pekerja diberi waktu istirahat paling sedikit setengah jam.

Tanggapan : Menurut saya pegawai diberi waktu istirahat paling sedikit setengah jam sangat kurang.
Seharusnay pegawai diberi waktu paling sedikit 1 jam setelah 4 jam mereka bekerja.

2. Komparasikan dengan UU No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan mengenai pasal-pasal


yang merugikan pekerja. Dan bagaimana tanggapannya?

Menurut tanggapan saya :

o Waktu Istirahat dan Cuti

1. Istirahat Mingguan

Dalam Pasal 79 ayat (2) huruf b UU Ketenagakerjaan disebutkan: "Istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk 6
(enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu atau 2(dua) hari untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu."

Sementara dalam RUU Cipta Kerja, Pasal 79 ayat (2) huruf b tersebut mengalami perubahan di mana aturan
5 hari kerja itu dihapus, sehingga berbunyi: istirahat mingguan 1 hari untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu.

2. Istirahat Panjang

Dalam Pasal 79 Ayat (2) huruf d UU Ketenagakerjaan disebutkan bahwa pekerja berhak atas istirahat
panjang sekurang-kurangnya 2 bulan dan dilaksanakan pada tahun ketujuh dan kedelapan masing masing
satu bulan jika telah bekerja selama 6 tahun secara terus-menerus pada perusahaan yang sama.

Ketentuannya: pekerja/buruh tersebut tidak berhak lagi atas istirahat tahunannya dalam 2 tahun berjalan dan
selanjutnya berlaku untuk setiap kelipatan masa kerja 6 tahun. Namun dalam RUU Cipta Kerja regulasi
terkait hak cuti panjang tersebut tak diatur melainkan menyerahkan aturan itu kepada perusahaan atau
diatur melalui perjanjian kerja sama yang disepakati.

o Upah

1. Upah satuan dan hasil waktu

Undang-undang Ketenagakerjaan tidak mengatur upah satuan hasil dan waktu. Sementara, dalam RUU
Ciptaker, upah satuan hasil dan waktu diatur dalam Pasal 88 B. Dalam ayat (2) pasal 88 B tersebut juga
dijelaskan bahwa ketentuan lebih lanjut mengenai upah satuan hasil dan waktu diatur dalam peraturan
pemerintah (pp).
2. Upah Minimum Setoral dan Upah minimum Kabupaten/Kota

Dalam UU Ketenagakerjaan, upah minimum ditetapkan di tingkat provinsi, kabupaten/kotamadya, dan


sektoral diatur lewat Pasal 89 dan diarahkan pada pencapaian kelayakan hidup.

Dalam pasal tersebut, upah minimum provinsi ditetapkan Gubernur dengan memperhatikan rekomendasi
dari Dewan Pengupahan Provinsi dan/atau Bupati/Walikota. Sedangkan penghitungan komponen serta
pelaksanaan tahapan pencapaian kebutuhan hidup layak diatur dengan Keputusan Menteri.

Namun, Omnibus Law Cipt akerja menghapus pasal tersebut dan menggantinya menjadi Pasal 88 C. Dalam
pasal pengganti tersebut upah sektoral dihapuskan sedangkan penetapan upah minimum provinsi diatur dan
ditetapkan gubernur berdasarkan kondisi ekonomi dan ketenagakerjaan dengan syarat tertentu.

Kondisi ekonomi dan ketenagakerjaan yang diatur dalam Pasal 88 C didasarkan pada data yang bersumber
dari lembaga yang berwenang di bidang statistik. Sementara, syarat tertentu yang dimaksud meliputi
pertumbuhan ekonomi daerah dan inflasi pada kabupaten/kota yang bersangkutan.

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penetapan upah minimum tersebut diatur dalam peraturan
pemerintah. Yang tak berubah adalah upah minimum kabupaten/kota tetap harus lebih tinggi dari upah
minimum provinsi.

Di samping itu, Omnibus Law Ciptaker juga mencantumkan pasal baru, yakni Pasal 90 B yang
mengecualikan ketentuan upah minimum untuk UMKM. Upah pekerja UMKM diatur berdasarkan
kesepakatan antara pekerja dan pemberian kerja sedangkan tata cara lebih lanjut pengaturan upah pekerja
untuk UMKM diatur lebih lanjut lewat pp.

o JAM KERJA

Dalam UU Ketenagakerjaan, waktu kerja lembur paling banyak hanya 3 jam per hari dan 14 jam per
minggu. Sedangkan dalam Omnibus Law Cipta Kerja waktu kerja lembur diperpanjang menjadi maksimal
4 jam per hari dan 18 jam per minggu.

3. Bagaimana mestinya langkah-langkah yang harus dilakukan oleh serikat pekerja untuk
memperjuangkan pasal-pasal yang cukup merugikan bagi para pekerja dalam proses perundingan
dengan pemerintah dalampelaksanaanUU Cipta Karya.

a. Melakukan negosiasi ulang dengan pemerintah. Seperti demo yang terjadi pada Oktober 2020 lalu,
mereka berdemo karena ada beberapa pasal yang tidak masuk akal dalam UU Ciptaker. Mereka berdemo
dengan harap para pemerintah bisa mendengar jeritan hati mereka khususnya para buruh dan mahasiswa.
Kenapa mahasiswa ikut berdemo? Karena setelah lulus kuliah nanti mahaiswa pasti akan bekerja. Mereka
takut kalau pasal-pasal yang tidak masuk akal tersebut diberlakukan pada saat mereka bekerja,

Anda mungkin juga menyukai