Anda di halaman 1dari 13

Analisa Hukum Mengenai Perubahan atas Undang-Undang Ketenagakerjaan

dengan adanya Undang-Undang Cipta Kerja sebagai perubahannya

I. Pengertian
Adanya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (“UU Cipta
Kerja”) berdampak pada 76 Undang-Undang, salah satunya Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2003 tentang Ketanagakerjaan (“UU Kenaker”). UU Cipta Kerja merupakan
onibus law yang mengatur perubahan peraturan beragam sector dengan tujuan
memperbaiki iklim investasi dan mewujudkan kepastian hukum.

Terobosan Omnibus Law memungkinkan adanya pasal-pasal dan Undang-Undang


sebelumnya yang direvisi oleh UU Cipta Kerja yang mengatur multisector. Dengan
demikian revisi memangkas pasal-pasal yang tidak efektif. Terobosan ini diperlukan
untuk memperbaiki iklim berusaha, memperbaiki kebijakan horizontal dan vertical yang
saling berbenturan, meningkatkan indeks regulasi Indonesia yang masih rendah,
mengatasi fenomena hyper regulation dan kebijakan tiddak efisien, serta UU yang
bersifat sktoral dan sering tidak sinkron.

II. Tujuan Adanya Undang-Undang Cipta Kerja


Tujuan utama dari UU Cipta Kerja adalah mendorong investasi, mempercepat
transformasi ekonomi, menyelaraskan kebijakan pusat-daerah, memberi kemudahan
berusaha, mengatasi masalah regulasi yang tumpeng tindih, serta untuk menghilangkan
ego sectoral. Berikut beberapa tujuan dibuatnya Undang-Undang Cipta Kerja :
a. Menciptakan Lapangan Kerja
Indonesia memiliki visi untuk menjadi 5 besar negara dengan ekonomi
terkuat di dunia serta memiliki PBD Rp 27 juta per kapita per bulan pada tahun
2045. Harapannya UU Cipta Kerja dapat membuat iklim investasi kondusif akan
menyerap lebih banyak tenaga kerja sehingga mengurangi pengangguran,
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, serta produktivitas pekerja meningkat.

Cipta kerja memiliki beberapa kebijakan strategis. Kebijakan tersebut adalah


peningkatan ekossitem investasi dana kegiatan berusaha, perlindungan dan
kesejahteraan pekerja, kemudahan, pemberdayaan, dan perlindungan Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengaj (UMKM). Selain itu, kebijakan lainnya adalah peningkatan
investasi pemerintah dan proyek strategis nasional.

b. Mendorong Investasi
Adanya Pandemi Covid-19 membuat pekerkonomian global mengalami
permasalahan. Pemerintah Indonesia terus berusaha untuk mengatasi permasalahn
tersebut. Pengesahan UU Cipta Kerja mendorong investasi dengan sistem perizinan
yang sederhana. Proses perizinan kegiatan kini telah diubah dari berbasis izin
menjadi berbasisi risiko.

Perizinan berbasis risiko merupakan sistem perizinan berdasarkan ringkat


risiko kegiatan usaha. Tingkat risiko tersebut dibagi menjadi rendah, menengah
rendah, menengah tinggi, dan tinggi. Selain itu , beberapa factor lain juga
dipertimbangkan seperti peringkat skala kegiatan usaha dan laus lahan
sebagaimana tercantum pada lampiran PP tentang Penyelengraan Perizinan
Berusaha Berbasis Risiko.

Sistem perizinan yang lebih mudah dan cepat tentu sangat membantu
perbaikan ekonomi negara. Hal ini dikarenakan dengan sistem perizinan yang baik
akan membuat calon investor lebih tertaik berinvestasi di Indonesia.

c. Persyaratan Investasi Dipermudah


Persyaratan investasi menjadi lebih mudah dengan UU Cipta Kerja. Pertama,
menetapkan bidang usaha penanaman modal   yang didorong untuk investasi.
Kriteria investasi yang dimaksud mencakup teknologi tinggi, investasi besar,
berbasis digital, dan padat karya. Kedua, untuk kegiatan usaha UMKM dapat
bermitra dengan modal asing. Ketiga, status Penanaman Modal Asing (PMA) hanya
dikaitkan dengan batasan kepemilikan asing. Persyaratan keempat dan terakhir,
ketentuan persyaratan investasi dalam UU sektor dihapus karena akan diatur dalam
Perpres Bidang Usaha Penanaman Modal (BUPM).

Dengan UU Cipta Kerja yang disahkan oleh pemerintah diharapkan akan


mendorong masuknya investasi yang berkualitas sehingga berdampak pada
penyerapan tenaga kerja serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

III. Dampak Adanya Undang-Undang Cipta Kerja Terhadap Undang-Undang


Ketenagakerjaan
Pengesahan UU Cipta Kerja berdampak pada beberapa Undang-Undang salah satunya
UU Kenaker, berikut beberapa dampaknya :
a. Kendati sebagian pasalnya terdampak UU Cipta Kerja, tapi UU Kenaker tetap
berlaku sebagai hukum positif.
b. Sebagaian kaidah UU Kenaker mengalami perubahan
c. Ketentuan UU Kenaker yang dihapus UU Cipta Kerja otomatis tidak berlaku
d. Bila kaidah UU Kenaker diubah, yang digunakan sebagai pedoman yakni ketentuan
dalam UU Cipta Kerja
e. Memperlemah, memperkuat, dan menata ketentuan dalam UU Kenaker, misalnya
soal pesangon, kompensasi untuk perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT), dan cara
melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK)
f. Berpotensi menimbulkan konflik dalam proses perubahan Peraturan Perusahaan
(PP) atau Perjanjian Kerja Bersama (PKB)
g. Sebagai peraturan pelaksana UU Kenaker akan mengalami peruabahan
h. Tertutupnya peluang peralihan hubungan kerja dari pekerja penerima pekerjaan
(Vendor) menjadi pekerja pada perusahaan pemberi pekerjaan
i. Untuk membaca UU Kenaker haru berdampingan dengan UU Cipta Kerja

IV. Perbedaan Atas Perubahan Dari Undang-Undang Cipta Kerja Terhadap


Undang-Undang Ketenagakerjaan

TOPIK UU KENAKER UU CIPTA KERJA


WAKTU ISTIRAHAT DAN CUTI
Istirahat Mingguan Pasal 79 ayat (2) huruf b UU RUU Cipta Kerja, Pasal 79
Ketenagakerjaan disebutkan: ayat (2) huruf b tersebut
"Istirahat mingguan 1 (satu) mengalami perubahan di
hari untuk 6 (enam) hari kerja mana aturan 5 hari kerja itu
dalam 1 (satu) minggu atau dihapus, sehingga berbunyi:
2(dua) hari untuk 5 (lima) hari istirahat mingguan 1 hari
kerja dalam 1 (satu)minggu." untuk 6 hari kerja dalam 1
minggu

Istirahat Panjang asal 79 Ayat (2) huruf d UU RUU Cipta Kerja regulasi
Ketenagakerjaan disebutkan terkait hak cuti panjang
bahwa pekerja berhak atas tersebut tak diatur melainkan
istirahat panjang sekurang- menyerahkan aturan itu
kurangnya 2 bulan dan kepada perusahaan atau
dilaksanakan pada tahun diatur melalui perjanjian
ketujuh dan kedelapan masing kerja sama yang disepakati.
masing satu bulan jika telah
bekerja selama 6 tahun secara
terus-menerus pada perusahaan
yang sama.

Ketentuannya: pekerja/buruh
tersebut tidak berhak lagi atas
istirahat tahunannya dalam 2
tahun berjalan dan selanjutnya
berlaku untuk setiap kelipatan
masa kerja 6 tahun.

UPAH
Upah Satuan hasil tidak mengatur upah satuan upah satuan hasil dan waktu
dan Waktu hasil danwaktu. diatur dalam Pasal 88 B.
Dalam ayat (2) pasal 88 B
tersebut juga dijelaskan
bahwa ketentuan lebih lanjut
mengenai upah satuan hasil
dan waktu diatur dalam
Peraturan Pemerintah (PP)
Upah minimum Upah minimum ditetapkan di mencantumkan pasal baru,
sectoral dan upah tingkat provinsi, yakni Pasal 90 B yang
minimum kabupaten/kotamadya, dan mengecualikan ketentuan
kabupaten/kota sektoral diatur lewat Pasal 89 upah minimum untuk UMKM.
dan diarahkan pada pencapaian Upah pekerja UMKM diatur
kelayakan hidup. berdasarkan kesepakatan
antara pekerja dan
Dalam pasal tersebut, upah pemberian kerja sedangkan
minimum provinsi ditetapkan tata cara lebih lanjut
Gubernur dengan pengaturan upah pekerja
memperhatikan rekomendasi untuk UMKM diatur lebih
dari Dewan Pengupahan lanjut lewat PP.
Provinsi dan/atau
Bupati/Walikota. Sedangkan
penghitungan komponen serta
pelaksanaan tahapan
pencapaian kebutuhan hidup
layak diatur dengan Keputusan
Menteri.
UANG PENGGANTI HAK
Diatur dalam Pasal Uang penggantian hak terdiri Hanya ada dua jenis uang
156 ayat (4) dari uang pengganti cuti penggantian hak yang
tahunan yang belum diambil diwajibkan kepada
dan belum gugur; uang pengusaha, yakni uang
pengganti biaya atau ongkos pengganti cuti tahunan yang
pulang untuk pekerja/buruh dan belum diambil dan belum
keluarganya ke tempat di mana gugur serta biaya atau
diterima bekerja; dan uang ongkos pulang untuk
penggantian perumahan serta pekerja/buruh dan
pengobatan dan perawatan keluarganya ke tempat
yang ditetapkan 15 persen dari dimana mereka diterima
uang pesangon dan/atau uang bekerja.
penghargaan masa kerja bagi
yang memenuhi syarat. Di luar itu uang penggantian
hak yang wajib diberikan
kepada buruh masuk ke
dalam kategori "hal-hal lain
yang ditetapkan dalam
perjanjian kerja, peraturan
perusahaan atau perjanjian
kerja bersama.

JAMINAN SOSIAL
Jaminan Pensiun Pasal 167 ayat (5) menyatakan menghapus ketentuan sanksi
bahwa pengusaha yang tak pidana bagi perusahaan
mengikutsertakan pekerja yang tersebut, yakni pasal 184 UU
terkena PHK karena usia Ketenagakerjaan yang
pensiun pada program pensiun menyatakan "Barang siapa
wajib memberikan uang melanggar ketentuan
pesangon sebesar 2 kali, uang sebagaimana dimaksud
penghargaan masa kerja 1 kali dalam Pasal 167 ayat (5),
dan uang penggantian hak. Jika dikenakan sanksi pidana
hal tersebut tak dilakukan, maka penjara paling singkat 1
pengusaha dapat terkena sanksi (satu) tahun dan paling lama
pidana. 5 (lima) tahun.

jaminan - Pemerintah menambahkan


Kehilangan program jaminan sosial baru
Pekerjaan yaitu Jaminan Kehilangan
Pekerjaan, yang dikelola oleh
BPJS Ketenagakerjaan
berdasarkan prinsip asuransi
sosial. Hal ini tercantum
dalam Pasal 82 RUU Cipta
Kerja.

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK)


Pasal 154 A perusahaan boleh melakukan Menambah poin alasan
PHK dengan 9 alasan yang perusahaan boleh melakukan
meliputi: perusahaan bangkrut, PHK dalam Pasal 154 A.
perusahaan tutup karena
merugi, perubahan status Beberapa alasan tersebut di
perusahaan, pekerja melanggar antaranya: perusahaan
perjanjian kerja, pekerja melakukan efisiensi;
melakukan kesalahan berat, perusahaan melakukan
pekerja memasuki usia ension, penggabungan, peleburan,
pekerja mengundurkan diri, pengambilalihan, atau
pekerja meninggal dunia, serta pemisahan; dan perusahaan
pekerja mangkir. dalam keadaan penundaan
kewajiban pembayaran utang
(PKPU).

Kemudian, perusahaan
melakukan perbuatan yang
merugikan pekerja; pekerja
mengalami sakit
berkepanjangan atau cacat
akibat kecelakaan kerja dan
tidak dapat melakukan
pekerjaannya setelah
melampaui batas 12 bulan;
pekerja buruh memasuki usia
ension; dan pekerja
meninggal
STATUS KERJA
Pasal 59 mengatur Perjanjian Kerja Dihapus
Waktu Tertentu (PKWT)
terhadap pekerja maksimal
dilakukan selama 2 tahun, lalu
boleh diperpanjang kembali
dalam waktu 1 tahun.
PKWT Dalam Perjanjian kerja untuk waktu Pasal 57 ayat 2 UU 13/2003
Bentuk Lisan tertentu yang dibuat tidak dicabut. (Pasal 81 angka 13
tertulis bertentangan dengan RU Cipta Kerja)
ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1)
dinyatakan sebagai perjanjian
kerja untuk waktu tidak
tertentu. (Pasal 57 ayat 2 UU
13/2003)
Masa Percobaan Dalam hal disyaratkan masa Dalam hal disyaratkan masa
Kerja PKW percobaan kerja dalam percobaan kerja dalam
perjanjian kerja sebagaimana perjanjian kerja sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), masa dimaksud dalam ayat (1),
percobaan kerja yang masa percobaan kerja yang
disyaratkan batal demi hukum. disyaratkan batal demi
(Pasal 58 ayat 2 UU 13/2003) hukum dan masa kerja tetap
dihitung. (Pasal 81 angka 14
UU Cipta Kerja)
Beralihnya PKWT Perjanjian kerja untuk waktu Perjanjian kerja untuk waktu
menjadi PKWTT tertentu yang tidak memenuhi tertentu yang tidak
ketentuan sebagaimana memenuhi ketentuan
dimaksud dalam ayat (1), ayat sebagaimana dimaksud pada
(2), ayat (4), ayat (5), dan ayat ayat (1) dan ayat (2), maka
(6) maka demi hukum menjadi demi hukum menjadi
perjanjian kerja waktu tidak perjanjian kerja waktu tidak
tertentu. (Pasal 59 ayat 7 UU tertentu.
13/2003) (Pasal 81 angka 15 UU Cipta
Kerja)
Dasar Berakhirnya Perjanjian kerja berakhir Perjanjian kerja berakhir
Perjanjian Kerja apabila: apabila:
a. pekerja meninggal dunia; a. pekerja/buruh meninggal
b. berakhirnya jangka waktu dunia;
perjanjian kerja; b. berakhirnya jangka waktu
c. adanya putusan pengadilan perjanjian kerja;
dan/atau putusan atau c. selesainya suatu pekerjaan
penetapan lembaga tertentu;
penyelesaian perselisihan d. adanya putusan
hubungan industrial yang telah pengadilan dan/ atau
mempunyai kekuatan hukum putusan atau penetapan
tetap; atau Lembaga penyelesaian
d. adanya keadaan atau perselisihan hubungan
kejadian tertentu yang industrial yang telah
dicantumkan dalam perjanjian mempunyai kekuatan hukum
kerja, peraturan perusahaan, tetap; atau
atau perjanjian kerja bersama e. adanya keadaan atau
yang dapat menyebabkan kejadian tertentu yang
berakhirnya hubungan kerja. dicantumkan dalam
(Pasal 61 ayat 1 UU 13/2003) perjanjian kerja, peraturan
perusahaan, atau perjanjian
kerja bersama yang dapat
menyebabkan berakhirnya
hubungan kerja. (Pasal 81
angka 16 UU Cipta Kerja)
Uang Kompensasi UU 13/2003 tidak mengatur - Dalam hal perjanjian kerja
pemberian uang kompensasi waktu tertentu berakhir
akibat berakhirnya PKWT. sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 61 ayat (1)
huruf b dan huruf c,
pengusaha wajib
memberikan uang
kompensasi kepada
pekerja/buruh. (Pasal 81
angka 17 UU Cipta Kerja)
- Uang kompensasi
sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diberikan
kepada pekerja/buruh
sesuai dengan masa kerja
pekerja/buruh
diperusahaan yang
bersangkutan. (Pasal 81
angka 17 UU Cipta Kerja
JAM KERJA
Pasal 77 waktu kerja lembur paling waktu kerja lembur
banyak hanya 3 jam per hari diperpanjang menjadi
dan 14 jam per minggu. maksimal 4 jam per hari dan
18 jam per minggu.
ALIH DAYA (OUTSOURCING)
Bentuk Perjanjian - Perusahaan dapat PASAL 64 dan 65 DIHAPUS
Outsourcing menyerahkan sebagian
pelaksanaan pekerjaan
kepada perusahaan lainnya
melalui perjanjian
pemborongan pekerjaan atau
penyediaan jasa
pekerja/buruh yang dibuat
secara tertulis. (Pasal 64 UU
13/2003)
- Penyerahan sebagian
pelaksanaan pekerjaan
kepada perusahaan lain
dilaksanakan melalui
perjanjian pemborongan
pekerjaan yang dilakukan
secara tertulis.
(Pasal 65 ayat 1 UU
13/2003)
Pembatasan - Pekerjaan yang dapat PASAL 65 dan 66 AYAT (2)
Penggunaan diserahkan kepada DICABUT.
Outsourcing perusahaan lain
sebagaimana dimakusd
dalam ayat (1) harus
memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut:
a. dilakukan secara terpisah
dari kegiatan utama;
b. dilakukan dengan perintah
langsung atau tidak langsung
dari pemberi pekerjaan;
c. merupakan kegiatan
penunjang perusahaan
secara keseluruhan; dan
d. tidak menghambat proses
produksi secara langsung.
(Pasal 65 ayat 2 UU
13/2003)
- Pekerja/buruh dari
perusahaan penyedia jasa
pekerja/buruh tidak boleh
digunakan oleh pemberi
kerja untuk melaksanakan
kegiatan pokok atau kegiatan
yang berhubungan langsung
dengan proses produksi,
kecuali untuk kegiatan jasa
penunjang atau kegiatan
yang tidak berhubungan
langsung dengan proses
produksi. (Pasal 66 ayat 1
UU 13/2003)
Bentuk Perusahaan - Perusahaan lain Pasal 65 dan Pasal 66 ayat
Outsourcing sebagaimana dimaksud (3) UU 13/2003 dihapus,
dalam ayat (1) harus dicabut, dan diubah menjadi
berbentuk badan hukum. Pasal 66 ayat (4):
(Pasal 65 ayat 3 UU Perusahaan alih daya
13/2003) sebagaimana dimaksud pada
- Penyedia jasa pekerja/buruh ayat (2) berbentuk badan
merupakan bentuk usaha hukum dan wajib memenuhi
yang berbadan hukum dan Perizinan Berusaha yang
memiliki izin dari instansi diterbitkan oleh Pemerintah
yang bertanggung jawab di Pusat.
bidang ketenagakerjaan. (Pasal 81 angka 19 jo. angka
(Pasal 66 ayat 3 UU 20 UU Cipta Kerja)
13/2003)
Perlindungan Kerja Perlindungan kerja dan syarat- - Pasal 65 UU 13/2003
dan Syarat-Syarat syarat kerja bagi pekerja/buruh dihapus dan diubah
Kerja pada perusahaan lain menjadi Pasal 66 ayat (2):
Pekerja/Buruh sebagaimana dimaksud dalam Perlindungan
Outsourcing ayat (2) sekurangkurangnya pekerja/buruh, upah, dan
sama dengan perlindungan kesejahteraan, syarat-
kerja dan syarat-syarat kerja syarat kerja serta
pada perusahaan pemberi kerja perselisihan yang timbul
atau sesuai dengan peraturan dilaksanakan sekurang-
perundang-undangan yang kurangnya sesuai dengan
berlaku. (Pasal 65 ayat 4 UU ketentuan peraturan
13/2003) perundang-undangan dan
menjadi tanggung jawab
perusahaan alih daya.
(Pasal 81 angka 19 jo.
angka 20 UU Cipta Kerja)
- Dalam hal perusahaan
alih daya mempekerjakan
pekerja/buruh
berdasarkan perjanjian
kerja waktu tertentu
sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), maka
perjanjian kerja tersebut
harus mensyaratkan
pengalihan perlindungan
hak-hak bagi
pekerja/buruh apabila
terjadi pergantian
perusahaan alih daya dan
sepanjang objek
pekerjaannya tetap ada.
(Pasal 81 angka 20 UU
Cipta Kerja)
Bentuk Perjanjian Hubungan kerja dalam Pasal 65 UU 13/2003 dihapus
Kerja antara pelaksanaan pekerjaan dan diubah menjadi Pasal 66
Perusahaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1): Hubungan kerja
Outsourcing dan ayat (1) diatur dalam perjanjian antara perusahaan alih daya
Pekerja/Buruhnya kerja secara tertulis antara dengan pekerja/buruh yang
perusahaan lain dan dipekerjakannya didasarkan
pekerja/buruh yang pada perjanjian kerja yang
dipekerjakannya. (Pasal 65 ayat dibuat secara tertulis baik
6 UU 13/2003) perjanjian kerja waktu
tertentu atau perjanjian kerja
waktu tidak tertentu. (Pasal
81 angka 19 jo. angka 20 UU
Cipta Kerja)
Jenis Perjanjian Hubungan kerja sebagaimana Pasal 65 UU 13/2003 dihapus
Kerja antara dimaksud dalam ayat (6) dapat dan diubah menjadi Pasal 66
Perusahaan didasarkan atas perjanjian kerja ayat (1):
Outsourcing dan waktu tertentu atau perjanjian Hubungan kerja antara
Pekerja/Buruhnya kerja waktu tertentu apabila perusahaan alih daya dengan
memenuhi persyaratan pekerja/buruh yang
sebagaimana dimaksud dalam dipekerjakannya didasarkan
Pasal 59. (Pasal 65 ayat 7 UU pada perjanjian kerja yang
13/2003) dibuat secara tertulis baik
perjanjian kerja waktu
tertentu atau perjanjian kerja
waktu tidak tertentu.
(Pasal 81 angka 19 jo. angka
20 UU Cipta Kerja)
Beralihnya - Dalam hal ketentuan PASAL 65 dan PASAL 66
Pekerja/Buruh sebagaimana dimaksud AYAT (4) DIHAPUS
Outsourcing dalam ayat (2) dan ayat (3)
menjadi tidak terpenuhi, maka demi
Pekerja/Buruh hukum status hubungan
Perusahaan kerja pekerja/buruh dengan
Pemberi Pekerjaan perusahaan penerima
pemborongan beralih
menjadi hubungan kerja
pekerja/buruh dengan
perusahaan pemberi
pekerjaan. (Pasal 65 ayat 8
UU 13/2003)
- Dalam hal hubungan kerja
beralih ke perusahaan
pemberi pekerjaan
sebagaimana dimaksud
dalam ayat (8), maka
hubungan kerja
pekerja/buruh dengan
pemberi pekerjaan sesuai
dengan hubungan kerja
sebagaimana dimaksud
dalam ayat (7). (Pasal 65
ayat 9 UU 13/2003)
- Dalam hal ketentuan
sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), ayat (2)
huruf a, huruf b, dan huruf d
serta ayat (3) tidak
terpenuhi, maka demi hukum
status hubungan kerja antara
pekerja/buruh dan
perusahaan penyedia jasa
pekerja/buruh beralih
menjadi hubungan kerja
antara pekerja/buruh dan
perusahaan pemberi
pekerjaan. (Pasal 66 ayat 4
UU 13/2003)
PELATIHAN KERJA
Lembaga Pelatihan kerja diselenggarakanPelatihan kerja
Penyelenggara oleh lembaga pelatihan kerja diselenggarakan oleh:
Pelatihan Kerja pemerintah dan/atau lembaga a. lembaga pelatihan kerja
pelatihan kerja swasta. pemerintah;
(Pasal 13 ayat 1 UU 13/2003) b. Lembaga pelatihan kerja
swasta; atau
c. Lembaga pelatihan kerja
perusahaan.
(Pasal 81 angka 1 UU Cipta
Kerja)
Pendaftaran UU 13/2003 tidak mengatur Lembaga pelatihan kerja
Lembaga Pelatihan pendaftaran lembaga pemerintah sebagaimana
Kerja penyelenggara pelatihan kerja dimaksud pada ayat (1) huruf
a dan lembaga pelatihan
kerja perusahaan
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c
mendaftarkan kegiatannya
kepada instansi yang
bertanggung jawab di bidang
ketenagakerjaan di
kabupaten/kota.
(Pasal 81 angka 1 UU Cipta
Kerja)
Bentuk Badan Lembaga pelatihan kerja swasta Pasal 14 ayat 1 UU 13/2003
Hukum Lembaga dapat berbentuk badan hukum dicabut.
Pelatihan Kerja Indonesia atau perorangan. (Pasal 81 angka 2RUU Cipta
Swasta (Pasal 14 ayat 1 UU 13/2003) Kerja)
Penyertaan Modal UU 13/2003 tidak mengatur Bagi lembaga pelatihan kerja
Asing Bagi penyertaan modal asing bagi swasta yang terdapat
Lembaga Pelatihan lembaga pelatihan kerja swasta. penyertaan modal asing,
Kerja Swasta Perizinan Berusaha
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diterbitkan oleh
Pemerintah Pusat.
(Pasal 81 angka 2 UU Cipta
Kerja)
Memenuhi NSPK UU 13/2003 tidak mengatur Perizinan Berusaha
Perizinan Berusaha keharusan memenuhi norma, sebagaimana dimaksud pada
standar, dan kriteria perizinan ayat (1) dan ayat (2) harus
berusaha yang ditetapkan memenuhi norma, standar,
Pemerintah Pusat. prosedur, dan kriteria yang
ditetapkan oleh Pemerintah
Pusat.
(Pasal 81 angka 2 UU Cipta
Kerja)
TENAGA KERJA ASING
Perizinan Tenaga Setiap pemberi kerja yang Setiap pemberi kerja yang
Kerja Asing mempekerjakan tenaga kerja mempekerjakan tenaga asing
asing wajib memiliki izin tertulis wajib memiliki rencana
dari Menteri atau pejabat yang penggunaan tenaga kerja
ditunjuk. (Pasal 42 ayat 1 UU asing yang disahkan oleh
13/2003) Pemerintah Pusat. (Pasal 81
angka 4 UU Cipta Kerja)
Kompetensi UU 13/2003 tidak mengatur Tenaga kerja asing dapat
Tenaga Kerja Asing ketentuan penggunaan tenaga dipekerjakan di Indonesia
kerja asing yang memiliki hanya dalam hubungan kerja
kompetensi yang sesuai dengan untuk jabatan tertentu dan
jabatan yang akan diduduki. waktu tertentu serta memiliki
kompetensi sesuai dengan
jabatan yang akan diduduki.
(Pasal 81 angka 4 UU Cipta
Kerja)
Larangan Jabatan - Tenaga kerja asing dilarang Tenaga kerja asing dilarang
Bagi Tenaga Kerja menduduki jabatan yang menduduki jabatan yang
Asing mengurusi personalia mengurusi personalia. (Pasal
dan/atau jabatan-jabatan 81 angka 8 UU Cipta Kerja)
tertentu. (Pasal 46 ayat 1
UU 13/2003)
- Jabatan-jabatan tertentu
sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) diatur
dengan Keputusan Menteri.
(Pasal 46 ayat 2 UU
13/2003)
Penggantian Tenaga kerja asing UU Cipta Kerja tidak
Tenaga Kerja Asing sebagaimana dimaksud dalam mengatur tenaga kerja asing
ayat (4) yang masa kerjanya yang masa kerjanya habis
habis dan tidak dapat dan tidak dapat diperpanjang
diperpanjang dapat digantikan dapat digantikan oleh tenaga
oleh tenaga asing lainnya. asing lainnya.
(Pasal 42 ayat 6 UU 13/2003)
Rencana Pemberi kerja yang Pasal 43 UU 13/2003
Penggunaan menggunakan tenaga kerja dihapus. (Pasal 81 angka 5
Tenaga Kerja Asing asing harus memiliki rencana UU Cipta Kerja)
penggunaan tenaga kerja asing
yang disahkan oleh Menteri atau
pejabat yang ditunjuk. (Pasal 43
ayat 1 UU 13/2003)
Pengecualian Ketentuan sebagaimana Ketentuan sebagaimana
Pemberlakuan dimaksud dalam ayat (1) tidak dimaksud pada ayat (1) tidak
Rencana berlaku bagi instansi berlaku bagi:
Penggunaan pemerintah, badan-badan a. direksi atau komisaris
Tenaga Kerja Asing internasional dan perwakilan dengan kepemilikan saham
negara asing. (Pasal 43 ayat 3 tertentu atau pemegang
UU 13/2003) saham sesuai dengan
ketentuan peraturan
perundang-undangan;
b. pegawai diplomatik dan
konsuler pada kantor
perwakilan negara asing;
atau
c. tenaga kerja aisng yang
dibutuhkan oleh Pemberi
Kerja pada jenis kegiatan
produksi yang terhenti
karena keadaan darurat,
vokasi, perusahaan rintisan
(start-up), kunjungan bisnis,
dan penelitian untuk jangka
waktu tertentu.
(Pasal 81 angka 4 UU Cipta
Kerja)
Kewajiban Menaati Pemberi kerja tenaga asing Pasal 44 UU 13/2003
Ketentuan Jabatan wajib menaati ketentuan dihapus. (Pasal 81 angka 6
dan Standar mengenai jabatan dan standar UU Cipta Kerja)
Kompetensi Yang kompetensi yang berlaku. (Pasal
Berlaku 44 ayat 1 UU 13/2003)
Kewajiban Pemberi - Pemberi kerja tenaga kerja Pemberi kerja tenaga kerja
Kerja asing wajib: asing wajib:
a. menunjuk tenaga kerja warga a. menunjuk tenaga kerja
negara Indonesia sebagai warga negara Indonesia
tenaga pendamping tenaga sebagai tenaga pendamping
kerja asing yang dipekerjakan tenaga kerja asing yang
untuk alih teknologi dan alih dipekerjakan untuk alih
keahlian dari tenaga kerja asing; teknologi dan alih keahlian
dan dari tenaga kerja asing;
b. melaksanakan pendidikan dan b. melaksanakan pendidikan
pelatihan kerja bagi tenaga dan pelatihan kerja bagi
kerja Indonesia sebagaimana tenaga kerja Indonesia
dimaksud pada huruf a yang sebagaimana dimaksud pada
sesuai dengan kualifikasi huruf a yang sesuai dengan
jabatan yang diduduki oleh kualifikasi jabatan yang
tenaga kerja asing. (Pasal 45 diduduki oleh tenaga kerja
ayat 1 UU 13/2003) asing; dan
c. memulangkan tenaga kerja
- Pemberi kerja yang asing ke negara asalnya
mempekerjakan tenaga asing setelah hubungan kerjanya
wajib memulangkan tenaga berakhir. (Pasal 81 angka 7
kerja asing ke negara asalnya UU Cipta Kerja)
setelah hubungan kerjanya
berakhir. (Pasal 48 UU 13/2003)
PENEMPATAN TENAGA KERJA
Lembaga Pelaksana penempatan tenaga Pelaksana penempatan
Pelaksana kerja sebagaimana dimaksud tenaga kerja sebagaimana
Penempatan dalam Pasal 35 ayat (1) terdiri dimaksud dalam Pasal 35
Tenaga Kerja dari: a. instansi pemerintah ayat (1) terdiri atas:
yang bertanggung jawab di a. instansi pemerintah yang
bidang ketenagakerjaan; dan bertanggung jawab di bidang
b. lembaga swasta berbadan ketenagakerjaan; dan
hukum. b. lembaga penempatan
(Pasal 37 ayat 1 UU 13/2003) tenaga kerja swasta.
(Pasal 81 angka 3 UU Cipta
Kerja)
Perizinan Lembaga Lembaga penempatan tenaga Lembaga penempatan kerja
Penempatan kerja swasta sebagaimana swasta sebagaimana
Tenaga Kerja dimaksud dalam ayat (1) huruf dimaksud pada ayat (1) huruf
Swasta b dalam melaksanakan b dalam melaksanakan
pelayanan penempatan tenaga pelayanan penempatan
kerja wajib memiliki izin tertulis tenaga kerja wajib memenuhi
dari Menteri atau pejabat yang Perizinan Berusaha yang
ditunjuk. (Pasal 37 ayat 2 UU diterbitkan oleh Pemerintah
13/2003) Pusat.
(Pasal 81 angka 3 UU Cipta
Kerja)
Memenuhi NSPK UU 13/2003 tidak mengatur Perizinan Berusaha
Perizinan Berusaha keharusan memenuhi norma, sebagaimana dimaksud pada
standar, dan kriteria perizinan ayat (2) harus memenuhi
berusaha yang ditetapkan norma, standar, prosedur,
Pemerintah Pusat. dan kriteria yang ditetapkan
oleh Pemerintah Pusat.
(Pasal 81 angka 3 UU Cipta
Kerja)

Anda mungkin juga menyukai