“KUPAS TUNTAS PP
58 TAHUN 2023 DAN
PMK 168 TAHUN 2023”
LATAR 2
BELAKANG
Pemotongan PPh Pasal 21 saat ini memiliki berbagai skema perhitungan yang dapat membingungkan
Wajib Pajak dan secara administrasi perpajakan memberatkan bagi Wajib Pajak yang berusaha
untuk melakukan kewajiban perpajakannya dengan benar.
DASAR HUKUM
www.pajak.go.id
TUJUAN 3
1
Memberikan kemudahan dan kesederhanaan bagi Wajib Pajak untuk
menghitung pemotongan PPh Pasal 21 di setiap Masa Pajak
2
Meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan
kewajiban perpajakannya
3
Memberikan kemudahan dalam membangun sistem
administrasi
perpajakan yang mampu melakukan validasi atas perhitungan Wajib Pajak.
www.pajak.go.id
DAMPA 4
K
Tidak ada tambahan beban pajak baru sehubungan dengan penerapan tarif efektif. Penerapan tarif
efektif bulanan bagi Pegawai Tetap hanya digunakan dalam melakukan penghitungan PPh Pasal 21
untuk masa pajak selain Masa Pajak Terakhir, sedangkan penghitungan PPh Pasal 21 setahun di Masa
Pajak Terakhir tetap menggunakan tarif Pasal 17ayat (1) huruf a UU PPh seperti ketentuan saat ini.
www.pajak.go.id
LANDASAN ATURAN 2024, TERKAIT
PPH PASAL 21/26 & NATURA-KENIKMATAN:
1.Pasal 20-21 UU PPh (Konsep)
2. Pasal 15 PP-94 Tahun2010 (SaatTerutang);
3. PP-58 Tahun2023 (PengaturanPPh21);
4.PMK-168 Tahun2023
(PengaturanPPh21); 5.
PMK-101/PMK.03/2016 (PTKP);
6. PP-80 Tahun2010
7. PMK-262/PMK.03/2010
8. Pasal 23-31 PP-55 Tahun 2023
(Natura-Kenikmatan);
9. PMK 66 Tahun 2023 (Natura-
LANDASAN ATURAN 2024, TERKAIT
PPH PASAL 21/26 & NATURA-KENIKMATAN:
10. Pasal 10 PMK-09/PMK.03/2018 jo. PMK-18/PMK.03/2021 (SPT)
11.PMK-254/PMK.03/2010 (Zakat & Sumbangan Keagamaan);
12.PER-03/PJ./2023 (Lembaga Pengelola Zakat & Sumbangan
Keagamaan);
13.PP 68 Tahun 2009 (PPh 21 Final Pesangon/ Manfaat/Tebusan
Pensiun);
14.PMK-16/PMK.03/2010 (PPh 21 Final Pesangon/ Manfaat/Tebusan
Pensiun);
15.PER-14/PJ./2013 = BENTUK/FORM SPT MASA PPh PASAL 21;
OVERVIEW
KONSEP PPh PASAL
21
Pemotongan PPh 21 Dapat Terjadi
Jika:
• Ada Subjek Pemotong;
• Ada Subjek Yg Dipotong; dan
• Ada Objek Penghasilan Yg Dipotong.
Tuan L bekerja pada PT O. Pada bulan Juni 2024, Tuan L melakukan pekerjaan perakitan bingkai foto
selama, 10 (sepuluh) hari. Atas penyelesaian pekerjaan tersebut, Tuan L menerima atau memperoleh
penghasilan sebesar Rp 4.500.000,00 sehingga jumlah penghasilan bruto sehari sebesar
Rp4.500.000,00 : 10 = Rp450.000,000. Penghitungan PPh Pasal 21 menggunakan tarif efektif
harian : 0% x Rp450.0000,00 = Rp0.
Tuan M bekerja pada PT N. Tuan M menerima atau memperoleh penghasilan harian berdasarkan jumlah
unit TV yang diperbaiki dengan besaran penghasilan yang diterima atau diperoleh adalah sebesar
Rp300.000,00 per unit TV. Tuan M menyelesaikan perbaikan TV sebanyak 10 buah dalam sehari dan
menerima atau memperoleh penghasilan sebesar Rp3.000.000,00. Penghitungan PPh Pasal 21
menggunakan tarif Pasal 17 UU PPh : 5% x 50% x Rp3.000.000,00 = Rp75.000,00
CONTOH PEGAWAI
TIDAK TETAP
Tuan N bekerja sebagai pemetik teh. pada
perkebunar milik PT M. Tuan N berstatus tidak
menikah dan tidak memiliki tanggungan (TK/0).
Tuan N menerima atau memperoleh penghasilan
yang dibayarkan secara bulanan berdasarkan
hasil panen yang diperolehnya. Selama tahun
2024, Tuan N menerima atau memperoleh
penghasilan dan dipotong PPh Pasal 21 sebagai
berikut:
BUKAN PEGAWAI
CONTOH BUKAN PEGAWAI
PEMBAHASAN
Catatan:
1.Rumah Sakit ABC membuat bukti pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 untuk Tuan R setiap
bulan.
2.Tuan R wajib melaporkan penghasilan yang diterima atau diperoleh dari Rumah Sakit ABC dalam Surat
Pemberitahuan Tahunan Tahun Pajak 2024.
Tuan P adalah seorang komisans di PT K. Selama tahun 2024, Tuan P hanya menerima atau
memperoleh penghasilan dari PT K di bulan Desember 2024. Tuan P berstatus tidak
menikah dan tidak memiliki tanggungan (TK/0). Pada bulan Desember 2024, Tuan P
menerima atau memperoleh honorarium sebesar Rp60.000.000,00.
PEMBAHASAN
a.Berdasarkan status PTKP (TK/O) dan jumlah bruto honorarium sebesar
Rp60.000.000,00, besarnya PPh Pasal 21 terutang atas penghasilan yang diterima atau
diperoleh Tuan P pada bulan Desember 2024, dihitung berdasarkan tarif efektif
bulanan kategori A sebesar 20%.
PEMBAHASAN
a.atas penarikan uang manfaat pensiun pada bulan April 2024, besarnya pemotongan
Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah sebesar 5% x Rp20.000.000,00 = Rp1.000.000,00,
b.at as penarikan uang manfaat pensiun pada bulan Juni 2024, besarnya pemotongan Pasal
21 adalah sebesar 5% x Rp15.000.000,00 = Rp750.000,00.
PNS/TNI/POLRI/
PN :
Pasal 2
(2) Bukti Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak Penghasilan Pasal
26 sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Direktur Jenderal ini terdiri atas:
a. Bukti Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 yang Tidak Bersifat Final atau
Pajak Penghasilan Pasal 26 - (Formulir 1721-VI);
b. b. Bukti Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 yang Bersifat Final -
(Formulir 1721-VII);
c. c. Bukti Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 Bulanan - (Formulir 1721-VIII);
dan
d. d. Bukti Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 bagi Pegawai Tetap atau
Pensiunan yang Menerima Uang terkait Pensiun secara Berkala - (Formulir
1721-A1),
PER-02/PJ/
2024
Pasal 2
(3) Bukti Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 Bulanan - (Formulir 1721-VIII)
sebagaimanadimaksud pada ayat (2) huruf c merupakan Bukti Pemotongan Pajak
Penghasilan Pasal 21 bagi pegawai tetap atau pensiunan yang menerima uang
terkait pensiun secara berkala atas penghasilan yang diterima atau diperoleh
setiap masa pajak selain masa pajak terakhir.