Anda di halaman 1dari 15

1

MODUL PERKULIAHAN

F032100007
PERPAJAKAN

REKONSILIASI FISKAL

Abstrak Sub-CPMK 9

Rekonsiliasi fiskal dilakukan Mampu menjelaskan penyesuaian


oleh Wajib Pajak karena laporan laba rugi fiskal berdasarkan
terdapat perbedaan ketentuan perundangundangan
perhitungan, khususnya laba perpajakan
menurut akuntansi (komersil)
dengan laba menurut
perpajakan (fiskal). Laba
akuntansi berdasarkan SAK
sedangan laba fiskal
berdasarkan peraturan
perpajakan ( UU PPh)

Pembahasan
Pengertian

Fakultas Program Studi Tatap Muka Disusun Oleh

09
Debbie Yoshida,S.Pd,M.Si
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Manajemen
Rekonsiliasi fiskal dilakukan oleh Wajib Pajak karena terdapat perbedaan
perhitungan, khususnya laba menurut akuntansi (komersil) dengan laba menurut
perpajakan (fiskal). Dimana Laporan keuangan komersil atau bisnis ditujukan untuk
menilai kinerja ekonomi dan keadaan finansial dari sektor swasta sedangkan laporan
keuangan fiskal lebih ditujukan untuk menghitung pajak. Untuk kepentingan bisnis laporan
keuangan disusun berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum yaitu Standar
Akuntansi Keuangan (SAK) Sedangkan untuk kepentingan fiskal, laporan keuangan
disusun berdasarkan peraturan perpajakan (UU PPh).Perbedaan kedua dasar
penyusunan laporan keuangan tersebut mengakibatkan perbedaan perhitungan laba
(rugi) suatu entitas (wajib pajak).
Penyebab Perbedaan Laporan Keuangan Komersil dan Laporan Keuangan Fiskal
a. Perbedaan prinsip akuntansi
b. Perbedaan metode dan prosedur akuntansi
c. Perbedaan perlakuan dan pengakuan penghasilan dan biaya
Perbedaan penghasilan dan biaya/pengeluaran menurut akuntansi dan menurut fiskal
dapat dikelompokkan menjadi perbedaan tetap/perbedaan permanen (permanent
differences) dan perbedaan waktu (timming differences)
Rekonsiliasi fiskal pada hakikatnya adalah merupakan proses untuk mendapatkan
angka laba fiskal atau laba kena pajak dengan melakukan penyesuaian-penyesuaian
terhadap laba komersial atau laporan laba rugi. Rekonsiliasi yang dilakukan akan
menghasilan koreksi fiskal yang akan mempengaruhi besarnya laba kena pajak serta
Pajak Penghasilan (PPh) terutang. Rekonsiliasi dilakukan terhadap pos-pos biaya dan
pos-pos penghasilan dalam Laporan keuangan Komersial, antara lain :
1.    Rekonsiliasi terhadap penghasilan yang dikenakan PPh Final.
2.    Rekonsiliasi terhadap penghasilan yang bukan merupakan objek pajak
3.    Wajib Pajak mengeluarkan biaya-biaya yang sebenarnya tidak boleh menjadi
pengurang penghasilan bruto
4.    Wajib pajak menggunakan metode pencatatan yang berbeda dengan ketentuan pajak
5.    WP mengeluarkan biaya-biaya yang dikeluarkan bersama-sama untuk mendapatkan
pendapatan yang telah dikenakan PPh Final atau pendapatan yang bukan Objek Pajak
serta pendapatan yang dikenakan PPh non Final

PENGGOLONGAN BIAYA FISKAL


Berdasarkan Pasal 6 UU PPh:

2021 Perpajakan
2 Debbie Yoshida,S.Pd,M.Si
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
1. Besarnya PKP bagi Wajib Pajak DN dan BUT ditentukan berdasarkan penghasilan
bruto dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan,
termasuk:
a. Biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan
usaha, antara lain :
1. Biaya pembelian bahan
2. Biaya berkenaan denganpekerjaan atau jasa termasuk upah gaji, honorarium,
bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang
3. Bunga, sewa dan royalty
4. Biaya perjalanan
5. Biaya pengolahan limbah
6. Premi asuransi
7. Biaya promosi dan penjualan yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan
8. Biaya administrasi dan
9. Pajak kecuali pajak penghasilan
b. Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi
atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang mempunyai
masa manfaat lebih dari satu tahun sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 dan
pasal 11A ;
c. Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disyahkan oleh Menteri
Keuangan
d. Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan digunakan
dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan;
e. Kerugian dari selisih kurs mata uang asing;
f. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia;
g. Biaya beasiswa, magang dan pelatihan;
h. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih,dengan syarat :
 Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial
 Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih
kepada Direktorat Jenderal Pajak
 Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau
instansi Pemerintah yang menangani piutang Negara; atau adanya
perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutang / pembebasan utang
antara kreditur dan debitur yang bersangkutan; atau telah dipublikasikan

2021 Perpajakan
3 Debbie Yoshida,S.Pd,M.Si
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
dalam penerbitan umum atau khusus; atau adanya pengakuan dari debitur
bahwa utangnya telah dihapuskan untuk jumlah uang tertentu
 syarat sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak berlaku untuk
penghapusan piutang tak tertagih debitur kecil sebagaimana dimaksud
dalam pasal 4 ayat (1) huruf k
i. Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang ditetapkan
dengan Peraturan Pemerintah
j. Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang dilakukan di
Indonesia yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah
k. Biaya pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya diatur dengan
Peraturan Pemerintah
l. Sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dengan Peraturan
Pemerintah
m. Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang ketentuannya diatur dalam
Peraturan Pemerintah

Pasal 9 UU PPh:
Untuk menentukan besarnya PKP bagi WPDN & BUT tidak boleh dikurangkan:
a. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti: deviden, termasuk
deviden yg dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan
pembagian sisa hasil usaha koperasi.
b. Biaya yg dibebankan / dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham,
sekutu atau anggota
c. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan kecuali cadangan Piutang tidak
tertagih untuk usaha bank dan sewa guna usaha dengan hak opsi, cadangan untuk
usaha asuransi, dan cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan, yang
ketentuan dan syarat-syaratnya ditetapkan berdasarkan keputusan Menteri
Keuangan
d. Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna dan
asuransi beasiswa, yang di bayar oleh Wajib Pajak Orang Pribadi, kecuali jika di
bayar oleh pemberi kerja dan premi tersebut di hitung sebagai penghasilan bagi
Wajib pajak yang bersangkutan
e. Penggatian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan
dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan minuman
bagi seluruh pegawai serta penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan

2021 Perpajakan
4 Debbie Yoshida,S.Pd,M.Si
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
kenikmatan di daerah tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan
yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan
f. Jumlah yang melebihi kewajaran yang bayarkan kepada pemegang saham atau
kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan
dengan pekerjaan yang dilakukan.
g. Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan sebagaimana
dimaksud dlm pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b, kecuali sumbangan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 6 ayat (1) huruf i, huruf j, huruf k, huruf l, dan huruf m serta
zakat yang diterima badan amil zakat atau lembaga amil zakat yg dibentuk atau
disyahkan oleh pemerintah atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi
pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan
yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah, yang ketentuannya diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Pemerintah
h. Pajak Penghasilan
i. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib Pajak atau
orang yang menjadi tanggungannya.
j. Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma atau perseroan komanditer
yang modalnya tidak terbagi atas saham.
k. Sanksi administrasi berupa bunga, denda dan kenaikan serta sanksi pidana berupa
denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan di bidang
perpajakan.
2. Pengeluaran untuk 3M yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun tidak
dibolehkan untuk dibebankan sekaligus, melainkan dibebankan melalui
penyusutan/amortisasi sebagaimana dimaksud dalam Ps-11/Ps-11A.

Ketentuan khusus mengenai biaya


1. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP 220/PJ/2002 tentang Perlakuan
Pajak Penghasilan atas Biaya pemakaian telepon selular dan Kendaraan
perusahaan.
a. Biaya perolehan atau pembelian ponsel yang di miliki dan dipergunakan
perusahaan untuk pegawai tertentu karena jabatan atau pekerjaannya, dapat
dibebankan sebagai biaya perusahaan sebesar 50% (lima puluh persen) melalui
penyusutan aktiva kelompok I.
b. Biaya berlangganan atau pengisian ulang pulsa dan perbaikan ponsel tersebut
dapat dibebankan sebagai biaya rutin perusahaan sebesar 50% (lima puluh
persen).

2021 Perpajakan
5 Debbie Yoshida,S.Pd,M.Si
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
c. Biaya perolehan atau pembelian atau perbaikan besar kendaraan sedan atau
yang sejenis yang dimiliki dan dipergunakan perusahaan untuk pegawai tertentu
karena jabatan atau pekerjaannya, dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan
sebesar 50% (lima puluh persen) melalui penyusutan aktiva tetap kelompok II.
d. Biaya pemeliharaan atau perbaikan rutin kendaraan tersebut dapat dibebankan
sebagai biaya rutin perusahaan sebesar 50% (lima puluh persen).
e. Biaya perolehan atau pembelian atau perbaikan besar kendaraan bus, minibus,
atau yang sejenis yang dimiliki dan dipergunakan perusahaan untuk antar jemput
para pegawai, dapat dibebankan seluruhnya sebagai biaya perusahaan melalui
penyusutan aktiva tetap kelompok II.
f. Biaya pemeliharaan atau perbaikan rutin kendaraan tersebut dapat dibebankan
seluruhnya sebagai biaya rutin perusahaan.
Biaya-biaya tersebut bukan penghasilan bagi pegawai yang menerimanya.

2. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-27/PJ.22/1986 tentang biaya


entertainment dan sejenisnya 
a. Biaya "entertainment", representasi, jamuan dan sejenisnya untuk mendapatkan,
menagih dan memelihara penghasilan pada dasarnya dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto
b. Wajib Pajak harus dapat membuktikan, bahwa biaya-biaya tersebut telah benar-
benar dikeluarkan (formal) dan benar ada hubungannya dengan kegiatan
perusahaan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan
perusahaan (materiil).
c. Wajib Pajak yang mengurangkan biaya-biaya tersebut dari penghasilan brutonya,
agar melampirkan daftar nominatif pada Surat Pemberitahuan Tahunan yang
berisi :
 Nomor urut.
 Tanggal "entertainment" dan sejenisnya yang telah diberikan.
 Nama tempat, alamat, jenis, dan jumlah (Rp) "entertainment" dan sejenisnya
yang telah diberikan.
 Relasi usaha yang diberikan "entertainment" dan sejenisnya sesuai dengan
nomor urut tersebut di atas berisi Nama, Posisi, Nama perusahaan, dan Jenis
usaha.
3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 83/PMK.03/2009 tentang penggantian atau
imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan yang dapat dikurangkan dari

2021 Perpajakan
6 Debbie Yoshida,S.Pd,M.Si
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
penghasilan bruto, dan bukan merupakan penghasilan bagi yang menerimanya
adalah :
a. Pemberian atau penyediaan makanan dan/atau minuman bagi seluruh Pegawai
yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan.
b. Penggantian atau imbalan dalam bentuk natura atau kenikmatan yang diberikan
berkenaan dengan pelaksanaan pekerjaan di daerah tertentu dalam rangka
menunjang kebijakan pemerintah untuk mendorong pembangunan di daerah
tersebut.                    
c. Pemberian natura dan kenikmatan yang merupakan keharusan dalam
pelaksanaan pekerjaan sebagai sarana keselamatan kerja atau karena sifat
pekerjaan tersebut mengharuskannya, seperti pakaian dan peralatan untuk
keselamatan kerja, pakaian seragam petugas keamanan (satpam), sarana antar
jemput Pegawai, serta penginapan untuk awak kapal, dan yang sejenisnya.     
d. Penggantian atau imbalan berupa sarana dan fasilitas di lokasi kerja di daerah
tertentu seperti untuk :
1. Tempat tinggal, termasuk perumahan bagi Pegawai dan
keluarganya;               
2. Pelayanan kesehatan;                
3. Pendidikan bagi Pegawai dan keluarganya;                
4. Peribadatan;                
5. Pengangkutan bagi Pegawai dan keluarganya;                
6. Olahraga bagi Pegawai dan keluarganya tidak termasuk golf, power boating,
pacuan kuda, dan terbang layang,                
7. Sepanjang sarana dan fasilitas tersebut tidak tersedia, sehingga pemberi kerja
harus menyediakannya sendiri.   
Daerah tertentu yang dimaksud adalah daerah yang secara ekonomis mempunyai
potensi yang layak dikembangkan tetapi keadaan prasarana ekonomi pada umumnya
kurang memadai dan sulit dijangkau oleh transportasi umum, baik melalui darat, laut
maupun udara. 
4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 02/PMK.03/2010 tentang biaya promosi yang
dapat dikurangkan dari penghasilan bruto
a. Biaya Promosi adalah bagian dari biaya penjualan yang dikeluarkan oleh
Wajib Pajak dalam rangka memperkenalkan dan/ atau menganjurkan
pemakaian suatu produk baik langsung maupun tidak langsung untuk
mempertahankan dan/atau meningkatkan penjualan.

2021 Perpajakan
7 Debbie Yoshida,S.Pd,M.Si
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
b. Besarnya Biaya Promosi yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto
merupakan akumulasi dari jumlah:
 Biaya periklanan di media elektronik media cetak, dan/atau media
lainnya;
 Biaya pameran produk;
 Biaya pengenalan produk baru; dan/ atau 
 Biaya sponsorship yang berkaitan dengan promosi produk.
Tidak termasuk Biaya Promosi adalah:
 Pemberian imbalan berupa uang dan/atau fasilitas, dengan nama dan
dalam bentuk apapun, kepada pihak lain yang tidak berkaitan langsung
dengan penyelenggaraan kegiatan promosi.
 Biaya Promosi untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan yang bukan merupakan objek pajak dan yang telah dikenai
pajak bersifat final.
Dalam hal promosi dilakukan dalam bentuk pemberian sampel produk,
besarnya biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto adalah
sebesar harga pokok sampel produk yang diberikan, sepanjang belum
dibebankan dalam perhitungan harga pokok penjualan.
 Wajib Pajak wajib membuat daftar nominatif atas pengeluaran Biaya
Promosi
 Daftar nominatif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit
harus memuat data penerima berupa nama, NPWP, alamat, tanggal,
bentuk dan jenis biaya, besarnya biaya, nomor bukti pemotongan dan
besarnya Pajak Penghasilan yang dipotong.
 Daftar nominatif dilaporkan sebagai lampiran saat Wajib Pajak
menyampaikan SPT Tahunan PPh Badan.
5. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 57/PMK.03/2010 tentang piutang yang nyata-
nyata tidak dapat ditagih yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto :
a. Piutang yang tidak dapat ditagih yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto
adalah yang memenuhi persyaratan :
 Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial;
 Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang nyata-nyata tidak dapat
ditagih kepada Direktorat Jenderal Pajak (hard copy/soft copy)
 Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih tersebut telah diserahkan
perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau instansi pemerintah

2021 Perpajakan
8 Debbie Yoshida,S.Pd,M.Si
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
yang menangani piutang negara, atau terdapat perjanjian tertulis mengenai
penghapusan piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur atas
piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih tersebut, atau telah
dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus, atau adanya pengakuan
dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan untuk jumlah utang tertentu.
 Persyaratan c tidak berlaku bagi debitur kecil dan debitur kecil lainnya.

Koreksi Fiskal
Koreksi fiskal adalah koreksi perhitungan pajak yang diakibatkan oleh adanya
perbedaan pengakuan metode, manfaat, dan umur, dalam menghitung laba secara
komersial atau dengan secara fiskal. Koreksi fiskal dilakukan karena adanya perbedaan
antara laba atau rugi menurut perhitungan akuntansi komersial dengan akuntansi fiskal
( berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994 dan Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2000 ), maka sebelum menghitung Pajak Penghasilan yang terutang, terlebih
dahulu laba/rugi komersial tersebut harus dilakukan koreksi-koreksi fiskal sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000.
Dengan demikian, untuk keperluan perpajakan wajib pajak tidak perlu membuat
pembukuan ganda, melainkan cukup membuat satu pembukuan berdasarkan Standar
Akuntansi Keuangan (SAK), dan pada waktu mengisi SPT Tahunan PPh terlebih dahulu
harus dilakukan koreksi-koreksi fiskal. Koreksi fiskal tersebut dilakukan baik terhadap
penghasilan maupun terhadap biaya-biaya (pengurang penghasilan bruto).

Jenis – jenis koreksi fiskal


Jenis koreksi fiskal di sini merupakan jenis – jenis  perbedaan antara akuntansi
komersial dengan ketentuan fiskal (UU Nomor 10 TAHUN 1994 dan UU Nomor 17 Tahun
2000). 
Secara umum terdapat dua perbedaan pengakuan baik penghasilan maupun biaya antara
akuntansi komersial dengan perpajakan (fiskal) yang menyebabkan terjadinya koreksi
fiskal, yaitu:
1.      Beda Tetap
Beda tetap merupakan perbedaan pengakuan baik penghasilan maupun biaya
antara akuntansi komersial dengan ketentuan Undang-undang PPh yang sifatnya
permanen artinya koreksi fiskal yang dilakukan tidak akan diperhitungkan dengan laba
kena pajak tahun pajak berikutnya.
 Dalam hal pengakuan penghasilan koreksi karena beda tetap terjadi karena :

2021 Perpajakan
9 Debbie Yoshida,S.Pd,M.Si
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
a)   Menurut akuntansi komersial merupakan penghasilan, sedangkan menurut Undang-
undang PPh bukan merupakan penghasilan, contohnya dividen atau bagian laba yang
diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi,
Badan Usaha Milik Negara, atau Badan Usaha Milik Daerah, dari penyertaan modal pada
badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat dividen
berasal dari cadangan laba yang ditahan serta kepemilikan saham pada badan yang
memberikan dividen paling rendah 25% (Pasal 4 ayat 3 UU PPh).
b)  Menurut akuntansi komersial merupakan penghasilan, sedangkan menurut Undang-
undang PPh telah dikenakan PPh Final, contohnya:
1)      Bunga Deposito dan Tabungan lainnya
2)       Penghasilan berupa hadiah undian
3)      Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/ atau bangunan,
4)       Penghasilan dari usaha jasa konstruksi dan
5)      Penghasilan dari persewaan tanah dan/atau bangunan
6)      dan sebagainya (Pasal 4 ayat 2 UU PPh)
Dalam hal pengakuan biaya/beban koreksi karena beda tetap terjadi karena
menurut akuntansi komersial merupakan biaya, sedangkan menurut Undang-undang PPh
bukan merupakan biaya yang dapat mengurangi penghasilan bruto, misalnya:
a)    Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan ;
1)   yang bukan objek pajak
2)    yang pengenaan pajaknya bersifat final
3)   yang dikenakan pajak berdasarkan norma penghitungan penghasilan
b)   Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan
dalam bentuk natura dan kenikmatan
c)    Pajak Penghasilan
d)   sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa
denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan di bidang perpajakan.
e)    biaya-biaya lainnya yang menurut Undang-undang PPh tidak dapat dibebankan (Pasal 9
ayat 1 UU PPh)
Koreksi atas beda tetap penghasilan akan menyebabkan koreksi negatif atau
koreksi positif. Koreksi negatif artinya penghasilan yang diakui oleh akuntansi komersial
namun secara fiskal harus dikoreksi baik itu karena bukan merupakan objek pajak
maupun karena telah dikenakan PPh final, menyebabkan laba kena pajak berkurang yang
akhirnya akan menyebabkan PPh terutang lebih kecil. Sedangkan koreksi atas beda tetap
biaya akan menyebabkan koreksi positif artinya biaya yang diakui oleh akuntansi

2021 Perpajakan
10 Debbie Yoshida,S.Pd,M.Si
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
komersial namun secara fiskal harus dikoreksi, akan menyebabkan laba kena pajak
bertambah yang akhirnya akan menyebabkan PPh terutang menjadi lebih besar.
2.      Beda Waktu
Beda Waktu merupakan perbedaan pengakuan baik penghasilan maupun biaya
antara akuntansi komersial dengan ketentuan Undang-undang PPh yang sifatnya
sementara artinya koreksi fiskal yang dilakukan akan diperhitungkan dengan laba kena
pajak tahun-tahun pajak berikutnya.
 Dalam hal pengakuan penghasilan koreksi karena beda waktu terjadi karena :
Penerimaan penghasilan cash basis untuk lebih dari satu tahun. Secara akuntansi
komersial penghasilan tersebut harus dialokasi sesuai dengan masa perolehannya sesuai
dengan prinsip matching cost with revenue. Sedangkan menurut Undang-undang PPh,
penghasilan tersebut harus diakui sekaligus pada saat diterima.
Dalam hal pengakuan biaya koreksi karena beda waktu terjadi karena :
a.    Perbedaan metode penyusutan, dimana menurut Undang-undang PPh metode
penyusutan yang diperbolehkan hanya metode garis lurus dan saldo menurun
b.    Perbedaan metode penilaian persediaan, dimana menurut Undang-undang PPh metode
penilaian persediaan yang diperbolehkan hanya metode rata-rata dan FIFO
c.    Penyisihan piutang tak tertagih, dimana menurut Undang-undang Penyisihan piutang tak
tertagih tidak diperkenankan kecuali untuk usaha-usaha tertentu dan sebagainya
Koreksi atas beda waktu penghasilan akan menyebabkan koreksi positif pada saat
penghasilan diterima dan akan menyebabkan koreksi negatif pada tahun-tahun
berikutnya. Koreksi positif ini akan menyebabkan laba kena pajak akan bertambah,
sedangkan koreksi negatif tahun-tahun berikutnya akan menyebabkan laba kena pajak
akan berkurang.
Koreksi atas beda waktu biaya dapat menyebabkan koreksi positif maupun koreksi negatif
tergantung dari metode yang digunakan.
1)        Koreksi Positif
Koreksi positif adalah koreksi fiskal yang mengakibatkan adanya pengurangan
biaya yang telah diakuai dalam laporan laba rugi secara komersial menjadi semakin kecil
apabila dilihat secara fiskal, atau yang akan mengakibatkan adanya penambahan
Penghasilan Kena Pajak. koreksi fiskal positif diantaranya:
a)      Biaya yg dikeluarkan untuk kepentingan pemegang saham
b)      Pembentukan atau pemupukan dana cadangan
c)      Pengeluaran dalam bentuk natura
d)     Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kpd pemegang saham
e)      Sumbangan atau bantuan

2021 Perpajakan
11 Debbie Yoshida,S.Pd,M.Si
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
f)       Pajak Penghasilan
g)      Sanksi administrasi (Pajak)
h)      Penyusutan/amortisasi
i)        Dan lain - lain
2)   Koreksi Negatif
Koreksi negatif adalah koreksi fiskal yang mengakibatkan adanya penambahan
biaya yang telah diakui dalam laporan laba rugi secara komersial sehingga semakin besar
apabila dilihat secara fiskal, atau yang akan mengakibatkan adanya pengurangan
Penghasilan Kena Pajak. Koreksi fiskal negatif diantaranya:
a.       Penyusutan/amortisasi
b.      Penghasilan yang ditangguhkan pengakuannya
c.       Dan lain - lain
Penyustan bisa menimbulkan koreksi negatif atau positif tergantung hasil
perhitungan apa lebih besar atau malah lebih kecil.
Untuk lebih mendalami koreksi fiskal kita dapat juga membaca laporan audit akuntan
publik atas laporan keuangan suatu perusahaan. Setiap perusahaan akan mempunyai
pos yang berbeda atas koreksi fiskalnya.

Teknik Rekonsiliasi Fiskal


Teknik rekonsiliasi fiskal dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a.    Jika suatu penghasilan diakui menurut akuntansi tetapi tidak diakui menurut fiskal,
rekonsiliasi dilakukan dengan mengurangkan sejumlah penghasilan tersebut  dari
penghasilan menurut akuntansi, yang berarti mengurangi laba menurut akuntansi.
b.    Jika suatu penghasilan tidak diakui menurut akuntansi tetapi diakui menurut
fiskal,  rekonsiliasi dilakukan dengan menambahkan sejumlah penghasilan tersebut pada
penghasilan menurut akuntansi, yang berarti menambah laba menurut akuntansi.
c.    Jika suatu biaya atau pengeluaran diakui menurut akuntansi tetapi tidak diakui sebagai
pengurang penghasilan bruto menurut fiskal, rekonsiliasi dilakukan dengan
mengurangkan sejumlah biaya atau pengeluaran tersebut dari biaya menurut akuntansi,
yang berarti menambah laba menurut akuntansi.
d.   Jika suatu biaya atau pengeluaran tidak diakui menurut akuntansi tetapi diakui sebagai
pengurang penghasilan bruto menurut fiskal, rekonsiliasi dilakukan dengan
menambahkan sejumlah biaya atau pengeluaran teersebut pada biaya menurut akuntansi
yang berarti mengurangi laba menurut akuntansi.

2021 Perpajakan
12 Debbie Yoshida,S.Pd,M.Si
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Format Rekonsiliasi Fiskal
Contoh format Rekonsiliasi Fiskal.
Format 1
Laba menurut Laporan Keuangan komersial ……………..                    Rp xxx
Koreksi Positif (Ditambah)
Pengeluaran yg tidak dapat dikurangkan………………..        Rp xxx
Pengeluaran berkaitan penghasilan yang bukan objek pajak   Rp xxx
Pengel. berkaitan pengh. yg telah dikenakan pjk brsfat final   Rp xxx.
Beda penghitungan antara PSAK dan PPh ………….               Rp xxx.
Total koreksi positif                                                                                 Rp xxx
Koreksi Negatif (Dikurangi)
Penghasilan yang bukan objek pajak ……………………      Rp xxx
Penghasilan yang telah dikenakan pajak bersifat final….       Rp xxx
Beda penghitungan antara PSAK dan PPh………...………     Rp xxx
Total koreksi negatif                                                                               Rp. xxx

Penghasilan Kena Pajak menurut fiskal……………………….              Rp xxx


PPh terutang……………………………………………………              Rp xxx
Laba setelah PPh……………………………………….…….            Rp. xxx

Perbedaan dimasukkan sebagai koreksi positif apabila:


a.       Pendapatan menurut fiskal lebih besar dari pada menurut akuntansi atau suatu
penghasilan diakui menurut fiskal tetapi tidak diakui menurut akuntansi.
b.       Biaya atau pengeluaran menurut fiskal lebih kecil dari pada menurut akuntansi atau
suatu biaya atau pengeluaran tidak diakui menurut fiskal tetapi diakui menurut akuntansi
Perbedaan diakui sebagai koreksi negatif apabila:
a.        Pendapatan menurut fiskal lebih kecil dari pada menurut akuntansi atau suatu
penghasilan tidak diakui menurut fiskal (bukan objek pajak) tetapi diakui menurut
akuntansi.
b.       Biaya atau pengeluaran menurut fiskal lebih besar dari pada menurut akuntansi atau
suatu biaya atau pengeluaran diakui menuruttt fiskal tetapi tidak diakui menurut akuntansi.
c.       Suatu pendapatan telah dikenakan pajak penghasilan bersifat final.

2021 Perpajakan
13 Debbie Yoshida,S.Pd,M.Si
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Format 2

2021 Perpajakan
14 Debbie Yoshida,S.Pd,M.Si
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Daftar Pustaka

1. Teguh Hadi Wardoyo, 2017, TAXATION ( Pengantar Perpajakan Indonesia ),


TaxSys.
2. Waluyo, 2014, Perpajakan Indonesia, Edisi 10, Jakarta: Salemba Empat.
3. Mardiasmo, 2011, Perpajakan, Edisi Revisi Tahun 2011, Yogyakarta: ANDI.
4. Siti resmi, 2014, Perpajakan: Teori dan Kasus, Edisi 8, Jakarta: Salemba Empat
5. UU No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan,
berikut Peraturan Pelaksanaannya.
6. UU No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, berikut Peraturan
Pelaksanaannya

2021 Perpajakan
15 Debbie Yoshida,S.Pd,M.Si
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai