MODUL PERKULIAHAN
U002100001
PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM
ISLAM DAN ILMU
PENGETAHUAN,
Dosen: Ayatullah, M.Pd
Abstrak Sub-CPMK
10
Tim MKCU Pendidikan Agama Islam
Ekonomi dan Bisnis Akuntansi
Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni
Latar Belakang1k
Dizaman modern saat ini ilmu pengetahuan sangat dibutuhkan dalam kemajuan
suatu bangsa, serta ilmu tersebut akan berpengaruh terhadap taraf ekonomi, sosial dan
intelektual seseorang. Dari tahun ke tahun IPTEK sudah berkembang dengan pesat.
Bahkan untuk oknum-oknum tertentu IPTEK merupakan suatu kebutuhan primer. Islam
sangat memperhatikan pentingnya ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dalam
kehidupan dalam umat manusia. Martabat manusia disamping ditentukan oleh
Peribadahannya kepada Allah, juga ditentukan oleh kemampuan mengembangkan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni. Bahkan didalam Al-qur’an sendiri Allah menyatakan
bahwa hanya orang yang berilmulah yang benar takut kepada Allah.
Dialog antara Allah dan Malaikat ketika Allah mau menciptakan manusia dan
Malaikat mengatakan bahwa manusia akan berbuat kerusakan dan menumpahkan
darah, Allah membuktikan keunggulan manusia dari pada Malaikat dengan kemampuan
manusia menguasai ilmu melalui kemampuan menyebutkan nama-nama. IPTEK dan seni
dalam praktik mampu mengangkat harkat dan martabat manusia karena melalui IPTEK
dan seni manusia mampu melakukan eksplorasi kekayaan alam yang disediakan oleh
Allah. Oleh karena itu dalam pengembangan ilmu IPTEK dan seni, nilai-nilai islam tidak
boleh diabaikan agar hasil yang diperoleh memberikan kemanfaatan sesuai dengan fitrah
hidup manusia.
Iman
Ada tiga konsep yang perlu Anda pelajari pada kegiatan belajar ini, yaitu iman,
ipteks dan amal. Ketiga konsep ini dalam kehidupan harus menjadi sebuah kesatuan.
Iman merupakan keyakinan vertikal terhadap sang pencipta (spiritual), Ipteks merupakan
kognisi yang harnus kita tuntut agar menjadi cerdas (rasional) dan amal merupakan
dampak dari pengetahuan (lpteks) sehingga menjadi sebuah bangunan yang berbentuk
perilaku.
Fenomena yang terjadi pada akhir-akhir ini sering Anda dengar istilah kekerasan
(violence), pelecehan (harashmence), bahkan orang berpikir akibat dari dua hal ini maka
muncul saja berpikir seperti itu, hal ini menunjukkan adanya sebuah kesadaran
Pengertian iman telah Anda pahami pada modul pertama. Namun alangkah
baiknya kita mengingat kembali tentang pengertian iman. Iman menurut arti bahasa
adalah membenarkan dalam hati dengan mengandung rencana di mana-mana (disaster).
Boleh-boleh ilmu bagi orang yang membenarkan itu. Sedangkan pengertian iman menurut
Syari'at adalah membenarkan dan mengetahui adanya Allah dan sifat-sifat-Nya disertai
melaksanakan segala yang diwajibkan dan disunahkan serta menjauhi segala larangan
dan kemaksiatan. Seperti dikatakan dalam hadits:
Artinya: Iman adalah mengetahui dengan hati dan mengucapkan dengan lisan serta
melakukan perbuatan dengan anggota tubuh.
Iman adalah keterikatan antara hati (qalbu), lisan, dan arkan. Ma’rifat artinya
mengetahui. Qalbu adalah hati, lisan artinya ucapan, dan arkan artinya perbuatan.
Berdasarkan tafsiran tersebut diketahui, bahwa rukun (struktur) iman ada tiga
aspek yaitu: kalbu, lisan, dan perbuatan. Tepatlah jika iman didefinisikan dengan
pendirian yang diwujudkan dalam bentuk bahasa dan perilaku. Jika pengertian ini
diterima, maka istilah iman identik dengan kepribadian manusia seutuhnya, atau pendirian
yang konsisten. Orang yang beriman berarti orang yang memiliki kecerdasan, kemauan,
dan keterampilan. (Ali Nurdin dkk,2020:63)
Kata iman dalam Alquran, pada umumnya dirangkaikan dengan kata lain. Kata
rangkaian itulah yang memberikan nilai tentang sesuatu yang di imaninya. Jika kata iman
dirangkaikan dengan kata-kata yang negatif berarti nilai iman tersebut negatif. Dalam
istilah Alquran, iman yang negatif disebut kufur. Pelakunya disebut kafir. Berikut ini
dikemukakan beberapa ayat yang mengemukakan kata iman dikaitkan dengan nilai yang
negatif. Kata iman pada ayat tersebut dirangkaikan dengan kata jibti dan taghut, syaithan
dan apa saja yang disembah selain Allah. Kata iman dikaitkan dengan kata batil (yang
tidak benar menurut Allah). QS. Al-Ankabut (29): 51.
٥١ ࣖ َاَو َلْم َيْك ِفِهْم َاَّنٓا َاْنَز ْلَنا َع َلْيَك اْلِكٰت َب ُيْتٰل ى َع َلْيِهْم ِۗاَّن ِفْي ٰذ ِلَك َلَر ْح َم ًة َّو ِذ ْك ٰر ى ِلَقْو ٍم ُّيْؤ ِم ُنْو َن
Hubungan ilmu dan amal dapat difokuskan pada dua hal. Pertama, ilmu adalah
pemimpin dan pembimbing amal perbuatan. Amal yang lurus dan berkembang bila
didasari dengan ilmu. Dalam semua aspek kegiatan manusia harus disertai dengan ilmu
baik itu yang berupa amal ibadah atau amal perbuatan lainnya, sebagai mana sebuah
hadits Rasul saw yang artinya:
“Barang siapa yang menghendaki kehidupan Dunia, maka wajib baginya memiliki Ilmu.
Dan barang siapa yang menghendaki kehidupan Akhirat, maka wajib memiliki Ilmu. Dan
barangsiapa menghendaki keduanya, maka wajib baginya memiliki Ilmu”. [HR Turmudzi].
Ajaran Islam sebagai mana tercermin dari Al-Qur'an sangat kental dengan nuansa
- nuansa yang berkaitan dengan ilmu, ilmu menempati kedudukan yang sangat penting
dalam ajaran Islam. Keimanan yang dimiliki oleh seseorang akan jadi pendorong untuk
menuntut ilmu, sehingga posisi orang yang beriman dan berilmu berada pada posisi yang
tinggi dihadapan Allah yang berarti juga rasa takut kepada Allah akan menjiwai seluruh
aktivitas kehidupan manusia untuk beramal shaleh.
Dalam sejarah kehidupan manusia, Allah swt memberikan kehidupan yang
sejahtera, bahagia, dan damai kepada semua orang yang mau melakukan amal kebaikan
yang diiringi dengan iman, dengan yakin dan ikhlas karena Allah swt semata. Perbuatan
baik seseorang tidak akan dinilai sebagai suatu perbuatan amal sholeh jika perbuatan
tersebut tidak dibangun diatas nilai iman dan takwa, sehingga dalam pemikiran Islam
perbuatan manusia harus berlandaskan iman dan pengetahuan tentang pelaksanaan
perbuatan.
1. Ilmu Pengetahuan
Pengetahuan yang dimiliki manusia ada dua jenis, yaitu: dari luar manusia,
ialah wahyu, yang hanya diyakini bagi mereka yang beriman kepada Allah swt.
Ilmu dari wahyu diterima dengan yakin, sifatnya mutlak. Dari dalam diri manusia,
dibagi dalam tiga kategori: pengetahuan, ilmu pengetahuan, dan filsafat. Ilmu dari
manusia diterima dengan kritis, sifatnya nisbi. Al-Qur'an dan As-Sunnah adalah
Para sarjana muslim berpandangan bahwa yang disebut ilmu itu tidak
hanya terbatas pada pengetahuan (knowledge) dan ilmu (science) saja, melainkan
ilmu oleh Allah dirumuskan dalam “Lauhil Mahfudz” yang disampaikan kepada kita
melalui Al-Quran dan As-sunnah. Perhatikanlah penjelasan Al-Qur’an surah Al-
Buruj (85) :21-22
Artinya: 21. Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al Quran yang mulia. 22.
yang (tersimpan) dalam Lauh Mahfuzh.
ِّلُيَع ِّذ َب ُهّٰللا اْلُم ٰن ِفِقْيَن َو اْلُم ٰن ِفٰق ِت َو اْلُم ْش ِر ِكْيَن َو اْلُم ْش ِر ٰك ِت َو َيُت ْو َب ُهّٰللا َع َلى اْلُم ْؤ ِمِنْيَن َو اْلُم ْؤ ِم ٰن ِۗت
٧٣ ࣖ َو َك اَن ُهّٰللا َغ ُفْو ًرا َّر ِح ْيًم ا
ُز ِّيَن ِللَّن اِس ُحُّب الَّش َهٰو ِت ِم َن الِّنَس ۤا ِء َو اْلَبِنْيَن َو اْلَقَن اِط ْيِر اْلُم َقْنَط َرِة ِم َن الَّذ َهِب َو اْلِفَّض ِة َو اْلَخ ْي ِل
١٤ اْلُم َسَّو َم ِة َو اَاْلْنَع اِم َو اْلَح ْر ِث ۗ ٰذ ِلَك َم َتاُع اْلَح ٰي وِة الُّد ْنَيا َۗو ُهّٰللا ِع ْنَد ٗه ُح ْسُن اْلَم ٰا ِب
َاَلْم َتَر َاَّن َهّٰللا َاْنَز َل ِم َن الَّس َم ۤا ِء َم ۤا ًۚء َفَاْخ َر ْج َنا ِبٖه َثَم ٰر ٍت ُّم ْخ َتِلًفا َاْلَو اُنَه ا َۗوِم َن اْلِج َب اِل ُج َد ٌد ِۢبْيٌض َّوُح ْم ٌر
َوِم َن الَّناِس َو الَّد َو ۤا ِّب َو اَاْلْنَع اِم ُم ْخ َتِلٌف َاْلَو اُنٗه َك ٰذ ِلَۗك ِاَّنَم ا َيْخ َش ى َهّٰللا٢٧ ُّم ْخ َتِلٌف َاْلَو اُنَها َو َغ َر اِبْيُب ُسْو ٌد
٢٨ ِم ْن ِع َباِدِه اْلُع َلٰۤم ُؤ ۗا ِاَّن َهّٰللا َع ِزْيٌز َغ ُفْو ٌر
2. Teknologi
١٣ َو َس َّخ َر َلُك ْم َّم ا ِفى الَّسٰم ٰو ِت َو َم ا ِفى اَاْلْر ِض َجِم ْيًعا ِّم ْنُه ِۗاَّن ِفْي ٰذ ِلَك ٰاَل ٰي ٍت ِّلَقْو ٍم َّيَتَفَّك ُرْو َن
13. Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang
di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang
berfikir. (QS. Al-Jaatsiyah/45: 13.)
Di sisi lain, manusia diberi kemampuan untuk mengetahui ciri dan hukum-
hukum yang berkaitan dengan alam raya, sebagaimana diinformasikan oleh
firman-Nya dalam Al-quran surat Al-baqarah ayat 31. Yang dimaksud nama-nama
dalam ayat tersebut adalah sifat, cin dan hukum sesuatu. Ini berarti manusia
berpotensi mengetahui rahasia alam raya.
Adanya potensi itu, dan tersedianya lahan yang diciptakan Allah, serta
ketidakmampuan alam raya membangkang terhadap perintah dan hukum hukum
Tuhan, menjadikan ilmuwan dapat memperoleh kepastian mengenai hukum-
hukum alam. Karenanya semua itu mengantarkan manusia berpotensi untuk
memanfaatkan alam yang telah ditundukkan Tuhan. Keberhasilan memanfaatkan
alam itu merupakan buah teknologi. Al-quran memuji sekelompok manusia yang
dinamainya ulil albab. Ciri mereka antara lain disebutkan dalam surat Ali-Imran 3:
190-191. Dalam ayat-ayat di atas tergambar dua ciri pokok ulil albab, yaitu
tafakkur dan dzikir. Kemudian keduanya menghasilkan natijah yang diuraikan
pada ayat 195. Natijah bukanlah sekedar ide-ide yang tersusun dalam benak,
melainkan melampauinya sampai kepada pengamalan dan pemanfaatannya
dalam kehidupan sehari-hari.
Sebelum menjawab pertanyaan itu, ada dua catatan yang perlu diperhatikan.
Pertama, ketika Al-quran berbicara tentang alam raya dan fenomenanya, terlihat
secara jelas bahwa pembicaraannya selalu dikaitkan dengan kebesaran dan
kekuasaan Allah SWT, QS Al-anbiya 21:30.
Ayat ini dipahami oleh banyak ulama kontemporer sebagai isyarat tentang
teori "Big Bang" (Ledakan Besar), yang mengawali terciptanya langit dan bumi.
Para pakar boleh saja berbeda pendapat tentang makna ayat tersebut atau
mengenai proses terjadinya pemisahan langit dan bumi.
Yang pasti, ketika Al-quran berbicara tentang hal itu dikaitkannya dengan
kebesaran dan kekuasaan Allah serta keharusan beriman kepada-Nya.
Dari kedua catatan di atas dapat disimpulkan bahwa teknologi dan hasil-
hasilnya di samping harus mengingatkan manusia kepada Allah, juga harus
mengingatkan bahwa manusia adalah khalifah yang kepadanya tunduk segala
yang berada di alam raya ini. Kalaulah alat atau mesin dijadikan sebagai
3. Seni
Seni adalah hasil ungkapan akal dan budi manusia dengan segala
prosesnya. Seni merupakan ekspresi jiwa seseorang. Hasil ekspresi jiwa tersebut
berkembang menjadi bagian dari budaya manusia. Seni identik dengan
keindahan. Keindahan yang hakiki identik dengan kebenaran. Keduanya memiliki
nilai yang sama yaitu keabadian. Seni yang lepas dari nilai-nilai ketuhanan tidak
akan abadi karena ukurannya adalah hawa nafsubukan akal dan budi. Seni
mempunyai kematangan jiwanya terus bertambah. Agama Islam tidak
memberikan atau maenggariskan teori dan ajaran yang rinci tentang seni dengan
bentuk-bentuknya, sehingga belum memiliki 'batasan tentang seni Islam yang
diterima semua pihak. Meskipun demikian Seyyed H. Nasr telah memberikan ciri-
cirinya, yaitu bahwa: seni Islam merupakan hasil dari pengejawantahan Ke-esaan
pada bidang keanekaragaman yang merefleksikan Ke-Esaan Illahi,
kebergantungan keanekaragaman kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Pendapat tersebut mirip toeri Ernst Diez yang menyatakan bahwa seni
Islam atau seni yang Islamis adalah seni yangmengungkapkan sikap pengabdian
kepada Allah. Kemudian M. Abdul Jabbar Beg melengkapi pernyataan-pernyataan
di atas dengan pendapatnya bahwa suatu seni menjadi Islamis, jika hasil seni itu
mengungkapkan pandangan hidup kaum Muslimin, yaitu konsep tauhid,
sedangkan seniman yang membuat objek seninya tidak mesti seorang Muslim.
Boleh jadi problem yang paling menonjol dalam hubungan dengan seni
budaya dan islam, sekaligus kendala utama kemajuannya adalah kekhawatiran
tersebut.
Kalau memang seperti itu, mengapa warna kesenian Islami tidak tampak
dengan jelas pada masa nabi. Dan para sahabatnya. Bahkan mengapa terasa
atau terdengar adanya semacam pembatasan-pembatasan yang menghambat
perkembangan kesenian? Boleh jadi sebab Sayid Quthb yang berbicara tentang
masa Nabi dan para sahabatnya. Adalah karena seniman, baru berhasil dalam
karyanya jika ia dapat berinteraksi dengan gagasan, menghayatinya secara
sempurna sampai menyatu dengan jiwanya, kemudian mencetuskannya dalam
bentuk karya seni. Nah pada masa Nabi dan sahabatnya beliau, proses
penghayatan nilai-nilai islami baru dimulai, bahkan sebagian mereka baru dalam
tahap upaya membersihkan gagasan-gagasan jahiliyah yang telah meresap
Apakah seni suara (nyanyian) harus dalam bahasa Arab? Ataukah harus
berbicara tentang ajaran Islam? Dengan tegas jawabannya adalah Tidak. Dalam
konteks ini Muhammad Quthb menulis. Kesenian islam tidak harus berbicara
tentang islam. Ia tidak harus berupa nasihat langsung, atau anjuran berbuat
kebajikan, bukan juga penampilan abstrak tentang akidah. Seni yang Islami
adalah seni yang dapat menggambarkan wujud ini dengan bahasa yang indah
serta sesuai dengan cetusan fitrah. Seni islam adalah ekspresi tentang keindahan
wujud dari sisi pandangan islam tentang alam, hidup, dan manusia yang
mengantar menuju pertemuan sempurna antara kebenaran dan keindahan
(Manhaj Al-Tarbiyah Al-islamiyah, 119).
٢٥ ُتْؤ ِتْٓي ُاُكَلَها ُك َّل ِح ْيٍن ِۢبِاْذ ِن َر ِّبَهۗا َو َيْض ِرُب ُهّٰللا اَاْلْم َثاَل ِللَّناِس َلَع َّلُهْم َيَتَذَّك ُرْو َن
Untuk menjalankan tugasnya itu, manusia harus berbekal ilmu pengetahuan. Ilmu
pengetahuan mempunyai kedudukan tinggi dalam pandangan Islam diantaranya adalah:
Agama Islam memerintahkan supaya menuntut ilmu, karena menuntut ilmu adalah
kewajiban utama dan sarana terbaik untuk mencerdaskan umat dan pembangunan dunia,
khususnya bila ilmu itu disertai dengan amal. Menuntut ilmu dapat disebut pula dengan
mencari ilmu atau belajar. (Muhaimin, Abdul Mujib, 1993: 80-81)
Belajar ialah, berusaha menguasai ilmu pengetahuan baik dengan cara bertanya,
melihat atau pun mendengar. Islam membebankan juga kepada penganut-penganutnya
agar menjadi orang yang berpengetahuan. Mengetahui segala sebab kemaslahatan dan
jalan-jalan kemanfaatan. Menyelami hakikat alam, meninjau dan menganalisa umat
terdahulu, baik yang berkenaan dengan ‘aqo`id dan ibadah maupun yang berkaitan
dengan budi, sosial, ekonomi serta ilmu pengetahuan alam dan sebagainya.
Ada dua fungsi utama manusia di dunia, yaitu sebagai Abdun(hamba Allah) dan
sebagai Khalifah Allah (wakil Allah) di bumi. Esensi dari Abdun adalah ketaatan,
ketundukan dan kepatuhan kepada kebenaran dan keadilan Allah, sedangkan esensi dari
Khalifah adalah tanggung jawab terhadap dirinya dan lingkungannya, baik lingkungan
sosial maupun lingkungan alam.
Fungsi Pertama dalam konteks Abdun, manusia menempati posisi sebagai ciptaan
Allah yang memiliki konsekuensi adanya keharusan manusia untuk taat dan patuh kepada
penciptanya. Keengganan manusia menghambakan diri kepada Allah sebagai pencipta
dirinya akan menghilangkan rasa syukur atas anugerah yang diberikan Sang pencipta
kepadanya. Dengan hilangnya rasa syukur mengakibatkan manusia menghamba kepada
selain Allah, termasuk menghambakan diri kepada hawa nafsunya. Keikhlasan manusia
menghambakan dirinya kepada Allah akan mencegah penghambaan manusia kepada
sesama manusia termasuk kepada dirinya.
Fungsi kedua adalah sebagai Khalifah (wakil Allah) di muka bumi. Dalam posisi ini
manusia mempunyai tanggung jawab untuk menjaga keseimbangan alam dan
lingkungannya tempat mereka tinggal. Manusia diberikan kebebasan untuk
mengeksploitasi, menggali sumber-sumber alam, serta memanfaatkannya dengan
sebesar-besarnya untuk kemanfaatan umat manusia, asalkan tidak berlebih-lebihan dan
melampaui batas. Karena pada dasarnya, alam beserta isinya ini diciptakan oleh Allah
untuk kehidupan dan kemaslahatan manusia.
Untuk menggali potensi alam dan pemanfaatannya diperlukan ilmu pengetahuan yang
memadai. Hanya orang yang memiliki ilmu pengetahuan yang cukup (para ilmuwan atau
para cendekiawan) yang sanggup menggali dan memberdayakan sumber-sumber alam
ini. Akan tetapi, para ilmuwan juga harus sadar bahwa potensi sumber daya alam ini
terbatas dan akan habis terkuras apabila tidak dijaga keseimbangannya. Oleh karena itu,
Kerusakan alam dan lingkungan ini lebih banyak disebabkan karena ulah tangan manusia
sendiri (Qs. Ar Rum: 41). Mereka banyak yang menghianati perjanjiannya sendiri kepada
Allah. Mereka tidak menjaga amanat sebagai khalifah yang bertugas untuk menjaga,
melestarikan alam ini. Justru mengeksploitir alam ini untuk kepentingan pribadi dan
kelompoknya.
Kedua fungsi manusia tersebut tidak boleh terpisah, artinya keduanya merupakan satu
kesatuan yang utuh yang seharusnya diaktualisasikan dalam kehidupan manusia. Jika hal
tersebut dapat dilakukan secara terpadu, akan dapat mewujudkan manusia yang ideal
(insan kamil) yakni manusia sempurna yang pada akhirnya akan memperoleh
keselamatan hidup dunia dan akhirat.
Diriwayatkan bahwa pada hari kiamat Allah Ta'ala mengeluarkan sebuah kitab
dari bawah Arsy bertuliskan, "Ralımat-Ku mendahului kemarahan-Ku dan Aku Yang
Maha Penyayang di antara para penyayang." Maka Allah mengeluarkan penghuni
surga dari neraka.
Rasulullah Saw. bersabda, "Allah Azza Wa Jalla menani- pakkan diri kepada
kita di hari kiamat dengan gembira seraya berkata, Gembiralah wahai kaum muslimin,
karena tak seorang pun di antara kalian, melainkan telah aku gantikan tempatnya
dengan seorang Yahudi atau Nasrani."
Rasulullah Saw. bersabda, “Allah Ta'ala memberi izin kepada Adam untuk
memberi syafaat bagi keturunannya dalam 110 juta Orang”
Nabi Saw. bersabda bahwa Allah Azza wa Jalla berkata, “Keluarkanlah dari
neraka siapa yang menyebutKu pada suatu hari atau takut kepada-Ku dalam suatu
keadaan."
" Mereka menjawab, "Ya." Orang-orang kafir berkata, "Islam kalian tidak
berguna bagi kalian, karena kalian bersama kami di neraka."
Jabir bin Abdillah ra. berkata, “Barangsiapa yang kebaikannya melebihi dosa-
dosanya di hari kiamat, maka itulah orang kebaikan-yang masuk surga tanpa dihisab.
Dan barangsiapa yang kebaikan- kebaikannya sama dengan dosa-dosanya di hari
kiamat, maka itulah orang yang dihisab (diperiksa) dengan pemeriksaan yang ringan,
kemudian masuk surga. Sesungguhnya syafaat Rasulullah adalah bagi siapa yang
membinasakan dirinya dan memberatkan punggungnya."
Ash-Shanabihi berkata, “Aku masuk kepada Ubadah bin Shamit yang sedang
sakit menjelang wafatnya. Maka aku menangis." Ubadah berkata, “Sabarlah, kenapa
engkau menangis? Demi Allah, setiap hadis yang aku dengar dari Rasulullah Saw.
dan mengandung kebaikan, tentu aku sampaikan kepada kalian, kecuali sebuah
hadis. Sekarang akan kusampaikan hadis itu kepada kalian di saat menjelang ajalku.
Aku mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Barangsiapa bersaksi bahwa tiada Tuhan
selain Allah dan Muhammad Rasul Allah, maka Allah Ta'ala mengharamkan neraka
atas dirinya.”
Abdullah bin Amru Ibnul Ash ra. berkata bahwa Rasulullah bersabda, "Allah
memeriksa seorang dari umatku di depan para makhluk di hari kiamat. Kemudian
Allah membentangkan 99 buku catatan dan setiap buku catatan sepanjang
pandangan. Kemu- dian Allah berkata: Apakah engkau mengingkari sesuatu dari
catatan ini? Apakah para malaikat pencatat dan penjaga berbuat aniaya terhadapmu
sedikit pun?
Allah berkata, "Ya, sesungguhnya engkau mempunyai ke- baikan di sisi Kami.
Tiada kezaliman atas dirimu hari ini." Kemudian Allah mengeluarkan selembar kertas
bertuliskan:
Segala puji hanya bagi Allah dan shalawat semoga terlimpahkan atas Nabi-
Nya.
Wallaahu A'lam.
Muhaimin, Abdul Mujib, 1993, Pemikiran Pendidikan Islam Kajian Filosofis dan Kerangka
Dasar Operasionalnya, Bandung: PT Trigenda Karya