Anda di halaman 1dari 5

Dasar Hukum

UU No.7 Tahun 1983 Tentang PPh, terakhir dengan UU No. 36 Tahun 2008
B. Pengertian PPh Pasal 21
1. PPh Pasal 21adalah salah satu jenis pelunasan PPh dalam tahun berjalan, melaui pemotongan
oleh pihak ketiga (yaitu pemberi kerja/ bendaharawan pemerintah/ dana pensiun/ badan lain/
penyelenggara pemerintah) yang merupakan anjuran pajak yang boleh dikreditkan terhadap
PPh yang terutang untuk tahun pajak bersangkutan, kecuali PPh yang bersifat final.
2. PPh sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh WP orang
pribadi, pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorium, tunjangan, dan pembayaran lain
(PMK No.252/PMK.03/2008).
C. Pemotongan PPh Pasal 21 Wajib Memotong, Menyetor, dan Melapor (Pasal 21 (1) UU
PPh)
Dilakukan oleh pemberi kerja, bendahara pemerintah, dana pensiun atau badan lain, badan dan
penyelenggara kegiatan.
D. Tidak Termasuk Pemberi Kerja yang Wajib Memotong PPh Pasal 21 Ayat (1)
a. Kantor perwakilan negera asing
b. Organisasi-organisasi internasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 UU PPh (Pasal 21
(2) UU PPh)
E. Penerima Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21 (PMK.No.252/PMK.03/2008)
1. Pegawai
2. Penerima pesangon, pensiun
3. Bukan pegawai sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan lain meliputi: tenaga ahli
yaitu dokter, akuntan, pengacara, arsitek, konsultan, notaris, penilai aktuaris; pemain musik,
pembawa acara, penyanyi, aktris, aktor; olahragawan; penasihat, pengajar, pelatih,
penceramah, penyuluh, moderator; pengarang, peneliti, penerjemah; pemberi jasa teknik;
pengawas, pengelola proyek; perantara; ditributor; petugas penjaga barang dagangan;
petugas dinas luar asuransi.
4. Peserta kegiatan perlombaan, rapat, kepanitiaan, pelatihan, dan peserta kegiatan lainnya.
F. Tidak Termasuk dalam Pengertian Penerima Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21
(Psl 4 PMK.252/PMK.03/2008)
1. Pejabat perwakilan diplomatik, konsulat, pejabat lain dari negara asing dan orang yang
bekerja membantunya.
2. Pejabat perwakilan organisasi internasional
G. Objek PPh Pasal 21 (Pasal 5 PMK.252/PMK.03/2008)
1. Penghasilan
2. Penghasilan dalam bentuk naturadan/atau kenikmatan lainnya dengan nama dan dalam
bentuk apapun.
3. Penghasilan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan lainnya didasarkan pada harga pasar
atas barang yang diberikan atau nilai wajar atas pemberian kenikmatan yang diberikan.
H. Tidak Termasuk dalam Pengertian Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21
1. Berdasarkan PPh Pasal 21 (Pasal 8. PMK.252/P.03/2008) : pembayaran manfaat, santunan
asuransi dari perusahaan asuransi, zakat dan beasiswa.
2. PPh yang ditanggungkan kepada pemberi kerja, termasuk yang ditanggung oleh pemerintah
(Pasal 8 ayat (1) huruf b PMK.252/PMK.03/2008)
I. Penghasilan Pegawai Tetap atau Pensiunan yang Dipotong Pajak
Untuk setiap bulan yaitu jumlah penghasilan bruto setelah dikurangi dengan biaya jabatan atau
biaya pensiun yang besarnya ditetapkan dengan Peraturan Menkeu, iuran Pensiun, dan
Penghasilan Tidak Kena Pajak.
J. Dasar Pengenaan dan Pemotongan PPh Pasal 21 (Pasal 9 PMK.252/PMK03/2008)
1. Dasar Pengenaan dan Pemotongan PPh Pasal 21
a. Penghasilan kena pajak berlaku bagi: pegawai tetap, penerima pensiun berkala, bukan
pegawai meliputi distributor, petugas dinas luar asuransi, penjaja barang dagangan.
b. Junlah penghasilan yang melebihi bagian penghasilan yang tidak dilakukan pemotongan PPh
Pasal 21
c. Jumlah Penghasilan Bruto

2. PTKP sebulan dibagi 12.


K. Pengurangan yang Diperbolehkan (Pasal 10 PMK.252/PMK03/2008)
1. Jumlah penghasilan bruto yang diterima adalah seluruh jumlah yang diterima dalam satu
periode atau pada saat dibayarkan
2. Penghasilan kena pajak : pegawai tetap, pegawai tidak tetap, dan bagi buka pegawai
3. Besarnya penghasilan neto adalah penghasilan bruto dikurangi biaya jabatan, iuran yang
terkait dengan gaji untuk dana pensiun
4. Penghasilan neto adalah jumlah penghasilan bruto dikurangi biaya pensiun
5. Besarnya PTKP bagi karyawati
6. Bagi karyawati yang suaminya tidak bekerja
7. Besarnya PTKP ditentukan berdasarkan keadaan pada awal tahun kaender.
8. Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud Pasal 10 ayat (7) PMK.252/ PMK03/
2008 (angka 7 tersebut di atas, yaitu PTKP 2008 berdasarkan keadaan pada awal tahun).
L. Ketentuan bagi Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas/ Belum Melebihi PTKP
(Pasal 11 PMK.252/PMK03/2008)
1. a. Tidak dilakukan pemotongan, dalam penghasilan sehari atau rata-rata penghasilan sehari
belum melebihi bagian penghasilan
b.dilakukan pemotongan, dalam hal penghasilan sehari melebihi bagian penghasilan
M. PTKP bagi bukan pegawai (Pasal 12 PMK.252/PMK03/2008)
1. Penerima penghasilan bukan pegawai memperoleh pengurangan PTKP sepanjang yang
bersangkutan telah mempunyai NPWP
2. Untuk memperoleh pengurang penerima harus menyerahkan fotokopi kartu NPWP
N. Tarif Pemotongan Pajak dan Penerapannya (Pasal 13 PMK.252/PMK03/2008)
1. Tarif berdasarkan Pasal 17
2. Dipotong berdasrkan masa pajak, kecuali masa pajak terakhir, terif diterapkan atas perkiraan
penghasilan yang akan diperoleh selama 1 tahun
3. Dipotong setiap masa pajak, atas penghasilan teratur, penghasilan pajak tidak teratur adalah
sebesar selisih antara Pajak Penghasilan yang terutang atas jumlah penghasilan
4. Pegawai tetap mempunyai tetap mempunyai kewajiban pajak subjektif
O. PPh Pegawai tidak tetap/ tenaga kerja lepas berupa upah harian, upah mingguan,
upah satuan, upah borongan, dan uang saku harian (Pasal 14 PMK.252/ PMK03/
2008)
1. Jumlah penghasilan tidak dipotong pajak, namun jumlah penghasilan bruto dikurangi PTKP
sebulan untuk diri WP sendiri
2. Jumlah penghasilan satu bulan melebihi Rp. 6000.000 ditetapkan pemotongan pajak
penghasilan yang disetahunkan.
P. Tarif PPh Bukan Pegawai Atas Pembayaran Pekerjaan/Jasa yang Tidak
Berkesinambungan (Pasal 15 PMK.252/PMK03/2008)
Tarif berdasarkan Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh diterapkan atas jumlah kumulatif
Penghasilan Kena Pajak sebesar Penghasilan bruto dikurangi PTKP, yang diterima atau
diperoleh bukan pegawai.
Q. Tarif PPh Atas Honorium/Imbalan Tidak Teratur; Jasprod, Tantiem, Gratifikasi,
Bonus, Dana Pensiun (Pasal 16 PMK.252/PMK03/2008)
Tarif berdasarkan Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh diterpkan atas penghasilan bruto kumulatif.
R. Tata Cara Pemotongan PPh Pasal 21
Penghasilan yang berupa uang pesangon, uang manfaat pensiun yang dibayarkan sekaligus oleh
badan penyelenggara tunjangan hari tua diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan (Pasal 17
PMK.252/PMK03/2008)
Penghasilan yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara atau daerah yang
diperoleh pejabat negara, PNS, anggota TNI/POLRI dan pensiunannya, diatur dalam
Peraturan Menteri Keuangan (Pasal 18 PMK.252/PMK03/2008)
S. Tarif Pemotongan PPh Pasal 21 Bagi Penerima Penghasilan yang Tidak Mempunyai
NPWP (Pasal 20 PMK.252/PMK03/2008)

Yang tidak memiliki NPWP ditetapkan tarif yang lebih tinggi yaitu 20%, dari pada WP yang
memiliki NPWP. Pemotongan PPh Pasal 21 bagi penerima penghasilan yang tidak memiliki
NPWP hanya berlaku untuk pemotongan PPh Pasal 21 yang bersifat tidak final.
T. Saat Terutang PPh Pasal 21 (pasal 21 PMK.252/PMK03/2008)
Saat terutang untuk setiap masa pajak bagi pemotong pajak adalah akhir bulan dilakukannya
pembayaran atau pada akhir bulan terutangnya penghasilan yang bersangkutan.
U. Hak dan Kewajiban Pemotong Pajak serta Penerima Penghasilan yang Dipotong Pajak
(Pasal 22 PMK.252/PMK03/2008)
1. Wajib mendaftarkan diri ke kantor pelayanan pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku
2. Wajib membuat surat pertanyaan yang berisi jumlah tanggunagan keluarga sebagai dasar
penentuan PTKP dan wajib menyerahkannya kepada pemotong pajak pada saat mulai
bekerja atau mulai pensiun.
3. Perubahan tanggungan keluarga pegawai, penerima pensiun dan bukan pegawai wajib
membuat surat pernyataan baru dan menyerahkannya kepada pemotong PPh Pasal 21 paling
lambat sebelum mulai tahun kalender berikutnya.
4. Wajib menghitung, memotong, menyetorkan dan melaporkan setiap bulan kalender
5. Wajib membuat dan menyimpan catatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
6. Kewajiban untuk melaporkan pemotongan PPh Pasal 21, tetap berlaku dalam hal jumlah
pajak yang dipotong pada bulan yang bersangkutan nihil
7. Wajib melaoprkan apabila terjadi kelebihan
8. Wajib membuat bukti pemotongan
9. Bentuk formulir ditetapkan sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak.
V. PPh Pasal 21 Merupakan Kredit Pajak (Pasal 23 PMK.252/PMK03/2008)
PPh Pasal 21 yang telah dipotong tersebut dapat dikreditkan dalam SPT Tahunan PPh WP orang
Pribadi, kecuali PPh 21 yang bersifat final.
W. Contoh Perhitungan PPh Pasal 21 Berdasarkan Lampiran Peraturan Direktur Jenderal
Pajak Nomor Per 31/PJ/2009
1. Perhitungan Pemotongan PPh Pasal 21 Terhadap Penghasilan Pegawai Tetap
1.1 Dengan Gaji Bulanan
Ahmad Zakaria pada tahun 2009 bekerja pada perusahaan PT Zamrud ABAdi dengan
memperoleh gaji sebulan Rp. 2500.000 dan membayar iuran pensiun sebesar Rp. 1.000.000.
Ahmad menikah tetapi belum mepunyai anak. Perhitungan PPh Pasal 21 adalah sebagai
berikut :
Gaji sebulan
Pengurangan :
1. Biaya Jabatan :
5% Rp. 2.500.000
2. Iuran pensiun

Rp. 2.500.000
Rp. 125.000
Rp. 100.000
Rp.

Penghasilan neto sebulan


Penghasilan neto setahun adalah
12 Rp. 2.275.000
PTKP setahun
- Untuk WP sendiri
- Tambahan WP kawin

225.000
Rp. 2.275.000

Rp. 27.300.000
Rp. 15.840.000
Rp. 1.320.000
Rp. 17.160.000

Penghasilan Kena Pajak setahun


PPh Pasal 21 terutang setahun :
5% Rp. 10.140.000
PPh Pasal 21 sebulan
Rp. 507.000 : 12

Rp. 507.000
Rp.

42.250

Catatan :
a. Biaya jabatan adalah biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan yang
dapat dikurangi dari penghasilan setiap orang yang bekerja sebagai pegawai tetap tanpa
memandang mempunyai jabatan ataupun tidak.

b. Contoh diatas berlaku apabila pegawai yang bersangkutan sudah memiliki NPWP. Dalam hal
ini pegawai yang bersangkutan belum memiliki NPWP, maka jumlah PPh Pasal 21 yang
harus dipotong adalah sebesar : 120% Rp. 42.250 = Rp. 50.700.000
1.2 Dengan Gaji Mingguan dan Gaji Harian
Gaguk Trimanto, menikah dengan satu anak, bekerja sebagai pegawai tetap pada Perusahaan PT
Teguh Gemilang menerima gaji yang dibayar mingguan sebesar Rp. 600.000. Penghitungan
PPh Pasal 21:
Gaji sebulan adalah
4 Rp. 600.000
Rp. 2.400.000
Pengurangan : Biaya Jabatan
5% Rp. 2.400.000
Rp. 120.000
Penghasilan neto sebulan
Rp. 2.280.000
Penghasilan neto setahun
12 Rp. 2.280.000
Rp.27.360.000
PTKP :
a. Untuk WP sendiri
Rp. 15.840.000
b. Tambahan karena menikah
Rp. 1.320.000
c. Tambahan untuk 1 anak
Rp. 1.320.000
(Rp.18.480.000)
Rp. 8.880.000
Penghasilan Kena Pajak Setahun
PPh Pasal 21 setahun :
5% Rp. 8.880.000
Rp. 444.000
PPh Pasal 21 sebulan
Rp. 444.000 : 12 bulan
Rp.
37.000
PPh Pasal 21 atas gaji/upah mingguan
Rp. 37.000 : 4 minggu
Rp.
9.250
1.3 Penghitungan PPh Pasal 21 Atas Pembayaran Uang Rapel
Ahmad Zakaria sebagaimana dalam contoh nomor 1.1 tersebut di atas pada Juni 2009 menerima
kenaikan gaji, menjadi Rp. 3.500.000 sebulan dan berlaku surut sejak 1 Januari 2009.
Dengan adanya kenaikan gaji yang berlaku surut tersebut maka Ahmad menerima Rapel
sejumlah Rp. 5.000.000 ( kekurangan gaji untuk masa Januari s.d. Mei 2009). Untuk
menghitung PPh Pasal 21 atas uang rapel tersebut, terlebih dahulu dihitung kembali PPh
Pasal 21 untuk masa Januari s.d. Mei 2009 atas dasar penghasilan setelah ada kenaikan gaji.
Dengan demikian penghitungan PPh Pasal 21 terutangnya adalah sebagai berikut :
Gaji
Rp. 3.500.000
Pengurangan :
a. Biaya jabatan
5% Rp. 3.500.000
Rp. 175.000
b. Iuran Pensiun
Rp. 100.000
Rp. 275.000
Penghasilan neto sebulan
Rp. 3.225.000
Penghasilan neto setahun
12 Rp. 3.225.000
Rp.38.700.000
PTKP :
a. Untuk wajib pajak
Rp. 15.840.000
b. Tambahan karena menikah
Rp. 1.320.000
(Rp. 17.160.000)
Penghasilan Kena Pajak
Rp. 21.540.000
PPh Pasal 21 setahun :
5% Rp. 21.540.000
Rp. 1.077.000
PPh Pasal 21 sebulan
Rp. 1.077.000 : 12
Rp.
89.750
PPh Pasal 21 Januari s.d Mei 2009 seharusnya adalah
5 Rp. 89.750
Rp.
448.750
PPh Pasal 21 yang sudah dipotong Januari s.d Mei 2009
5 Rp. 42.250
(dari perhitungan contoh 1.1)
(Rp.
221.250)
PPh Pasal 21 untuk uang rapel
Rp.
237.500
1.4 Penghitungan Pemotongan PPh Pasal 21 Terhadap Penghasilan berupa : Jasa
Produksi, Tantiem, Gratifikasi, Tunjangan Hari Raya atau Tahun Baru, Bonus, Premi,

dan Penghasilan Sejenis Lainnya yang Sifatnya Tidak Tetap dan Pada Umumnya
Diberikan Sekali dalam Setahun
Joko Qurnain (tidak kawin) bekerja pada PT. Qolbu Jaya dengan memperoleh gaji sebesar Rp.
2.000.000 sebulan. Dalam tahun yang bersangkutan Joko menerima bonus sebesar Rp.
5.000.000. Setiap bulannya Joko membayar iuran pensiun ke Dana Pensiun yang
pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan sebesar Rp. 60.000.
Cara menghitung PPh Pasal 21 atas bonus adalah :
1.4.a. PPh Pasal 21 atas gaji dan bonus (penghasilan setahun):
Gaji setahun (12 Rp.2000.000)
Rp. 24.000.000
Bonus
Rp. 5.000.000
Penghasilan bruto setahun
Rp. 29.000.000
Pengurangan :
a. Biaya Jabatan
5% Rp. 29.000.000
Rp. 1.450.000
b. Iuran pensiun setahun
12 Rp. 60.000
Rp. 720.000
(Rp. 2.170.000)
Penghasilan neto setahun
Rp. 26.830.000
PTKP-untuk WP sendiri
(Rp. 15.840.000)
Penghsilan Kena Pajak
Rp. 10.990.000
PPh Pasal 21 terutang
5% Rp. 10.990.000
Rp. 549.500
1.4.b PPh Pasal 21 atas Gaji Setahun
Gaji setahun (12 Rp. 2.000.000)
Rp. 24.000.000
Pengurangan :
a. Biaya Jabatan
5% Rp. 24.000.000
Rp. 1.200.000
b. Iuran pensiun setahun
12 Rp. 60.000
Rp.
720.000
(Rp. 1.920.000)
Penghasilan neto setahun
Rp. 22.080.000
PTKP : Untuk WP sendiri
(Rp. 15.840.000)
Penghasilan Kena Pajak
Rp. 6.240.000
PPh Pasal 21 terutang
5% Rp. 6.240.000
Rp. 312.000
1.4.c PPh Pasal 21 atas Bonus
Rp. 549.500 Rp. 312.000
= Rp. 237.500

Anda mungkin juga menyukai