Anda di halaman 1dari 5

Yusril Nur Amin 23/528558/NEK/28092

Subjek Pajak Badan

A. Badan
Badan adalah suatu kelompok individu dan atau modal yang merupakan kesatuan baik
yang melakukan usaha maupun tidak melakukan usaha seperti PT, CV, Perseroan
lainnya, BUMN/D, Firma, Koperasi, dan lain sebagainya (EBReDA, 2020).
B. Bentuk Usaha Tetap
Bentuk usaha tetap merupakan subjek pajak yang terpisah dari badan yang merupakan
suatu tempat usaha yang terdiri dari orang pribadi atau badan dan kedudukannnya di
luar Indonesia (EBReDA, 2020).

Tax management dan tax planning merupakan cara yang dilakukan untuk meminimalkan
beban pajak secara legal karena banyak celah hukum yang dapat dimanfaatkan. Strategi
penentuan pajak dimulai dari penentuan bentuk usaha yang akan dipilih. Berikut entitas
hukum yang diakui oleh UU Perpajakan di Indonesia (Pohan, 2013):
1. PT, Koperasi, Yayasan
2. Persekutuan
3. Perseorangan
Dalam melakukan strategi untuk tax planning, ada beberapa yang harus dipertimbangkan
dalam memilih entitas hukum yang akan dipilih. Berikut pertimbangan dalam memilih entitas
bisnis yang akan dibuat (Pohan, 2013):
1. Hubungan antara tarif pajak penghasilan orang pribadi dan wajib pajak badan
2. Pengenaan pajak secara berganda, baik atas laba bruto usaha dan dividen
3. Kesempatan untuk menunda pengenaan pajak pada tariff pajak penghasilan lebih
kecil/besar apabila dibandingkan dengan kesempatan yang terdapat pada tarif pajak
penghasilan dan akumulasi penghasilan perusahaan
4. Adanya ketentuan mengenai kompensasi kerugian dan kredit investassi yang berlaku
bagi BUT
5. Kemungkinan pengajuan perlakuan khusus terhadap pajak atas akumulasi laba, pajak
atas penghasilan personal, holding company dan lain sebagainya
6. Liberalisasi ketentuan yang mengatur fringe benefit dana tau payment in kind
Yusril Nur Amin 23/528558/NEK/28092

Berikut perlakuan pajak untuk entitas hukum di Indonesia :


1. Perseroan
Perseroan ini termasuk wajib pajak badan yang dikenakan pajak 22% dari Penghasilan
Kena Pajak. Selanjutnya, Perseroan ini merupakan entitas bisnis yang dimiliki oleh
beberapa orang atau modal yang artinya ada pengurus dan investor. Pembagian dividen
dihitung berdasarkan laba setelah pajak. Dividen tersebut dikenai pph final sebesar
10%. Oleh karena itu, pemegang saham dikenai pajak double yaitu pph badan dan pph
atas dividen (Pohan, 2013).
2. Persekutuan
Persekutuan seperti CV, Firma, dan kongsi dikenakan pajak 22% dari Penghasilan
Kena Pajak. Pengenaan pajak persekutuan berbeda dengan PT. Pengenaan pajak CV
mengacu pada pasal 6 dan 4 ayat 3 huruf i Undang-Undang PPh. Pengenaan pajak CV
dikenai pada level net income pada perseroan dan ketika pembagian dividen tidak
dikenai pajak lagi (Pohan, 2013).
3. Usaha perseorangan
Pengenaan pajak perseorangan berbeda dengan pengenaan pajak badan. Berikut factor
pengurang pajak perseorangan :
a. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
Kategori Status PTKP Nilai PTKP
TER Kategori TK/0 54 Juta
A TK/1 58,5 Juta
K/0 58,5 Juta
TER Kategori TK/2 63 Juta
B TK/3 67,5 Juta
K/1 63 Juta
K/2 67,5 Juta
TER Kategori K/3 72 Juta
C

b. Biaya Jabatan dan iuran pension tahunan


c. Ada 2 tarif pajak penghasilan orang pribadi yaitu :
Yusril Nur Amin 23/528558/NEK/28092

a. Tarif berdasarkan Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh


Tarif ini dipakai untuk menghitung PPh 21 setahun di masa pajak terakhir
(Fitriya, 2024)
Lapisan Penghasilan Kena Tarif Pajak
Tarif Pajak (UU PPH 7/2021)
I Rp 0 - 60 juta 5%
II Rp 0 – 250 juta 15%
III Rp 250 – 500 juta 25%
IV Rp 500 juta – 5 miliar 30%
V > Rp 5 miliar 35%

b. Tarif efektif rata-rata (TER) pemotongan PPh Pasal 21


Skema ini untuk menghitung PPh 21 di masa pajak secara bulanan dan
harian (Fitriya, 2024)
.

Dasar Hukum PPh 21


Skema penghitungan PPh 21 ini berdasarkan ketentuan dalam UU No. 7 Tahun 2021
tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP), yang menyebutkan bahwa: “Tarif
pemotongan atas penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tarif pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf a, kecuali ditetapkan lain dengan
Peraturan Pemerintah.” Kemudian pemerintah menerbitkan regulasi teknis sebagai
aturan pelaksana dari PP 58/2023 melalui Peraturan Menteri Keuangan No. 168 Tahun
2023 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemotongan Pajak atas Penghasilan Sehubungan
dengan Pekerjaan, Jasa, atau Kegiatan Orang Pribadi. Oleh karena itu, skema
penghitungan PPh Pasal 21 berdasarkan penerima dan jumlah penghasilan yang
dikenakan pajak (Fitriya, 2024)
.
No Subjek Penerima Penghasilan Skema
Penghasilan Perhitungan
1 Mantan Pegawai Gratifikasi, bonus Penghasilan
Yusril Nur Amin 23/528558/NEK/28092

atau lainnya bruto x Tarif


pasal 17
2 Peserta Program Pensiun Dana Pensiun Penghasilan
(Pegawai) bruto x Tarif
pasal 17
3 Peserta Kegiatan Hadiah, atau Penghasilan
sehubungan bruto x Tarif
dengan kegiatan pasal 17
4 Bukan Pegawai Honor Penghasilan
bruto x 50% x
Tarif pasal 17
5 Pegawai Tidak Tetap 0 – 2,5 Juta/hari Penghasilan
(bukan bulanan) bruto x TER
Harian
>2,5 juta/hari Penghasilan
(bukan bulanan) bruto x 50% x
Tarif pasal 17
Upah bulanan Penghasilan
bruto x TER
Bulanan
6 Anggota Dewan Honor Penghasilan
Komisaris bruto x TER
Bulanan
7 PNS/TNI/POLRI/Pejabat Penghasilan tetap Penghasilan
Negara Kena Pajak
setahun x
Tarif pasal 17
8 Pegawai tetap dan Seluruh Penghasilan
pensiunan Penghasilan bruto x TER
Bulanan
Yusril Nur Amin 23/528558/NEK/28092

Daftar Pustaka :

1. EBReDA. (2020). Pelatihan Perpajakan Brevet A&B. Yogyakarta: P2EB UGM.


2. Fitriya. (2024, January 25). klikpajak. Retrieved from klikpajak:
https://klikpajak.id/blog/pajak-penghasilan-pasal-21-2/
3. Pohan, C. A. (2013). Manajemen Perpajakan Strategi Perencanaan Pajak dan Bisnis.
Jakarta: PT Gramedia Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai