PENDAHULUAN
Terdapat banyak Pajak yang dipungut oleh Negara, tetapi makalah ini
hanya membahas Pajak Penghasilan Pajak Penghasilan Pasal 21, 22, 23, 24, 4
ayat (2), 25, dan 26. yang dikenai untuk Wajib Pajak Orang Pribadi dan Badan.
1
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa maksud dari Pajak Penghasilan Pasal 21, 22, 23, 24, 4 ayat (2),
25, dan 26 bagi Negara?
b. Apa saja Objek dan Subjek Pajak Penghasilan Pasal 21, 22, 23, 24, 4
ayat (2), 25, dan 26?
c. Bagaimana Cara Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21, 22, 23, 24,
4 ayat (2), 25, dan 26?
1.3 Tujuan
a. Untuk memahami apa itu Pajak Penghasilan Pasal 21, 22, 23, 24, 4
ayat (2), 25, dan 26.
b. Untuk mengetahui bagaimana cara dalam melakukan perhitungan
Pajak Penghasilan Pasal 21, 22, 23, 24, 4 ayat (2), 25, dan 26.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pengurangan:
3
1. Biaya jabatan (5% x
Rp. 300.000
Rp. 6.000.000)
(Rp. 400.000)
Penghasilan neto
Rp. 5.600.000
sebulan
Penghasilan neto
Rp.67.200.000
setahun: 12 x 5.600.000
(Rp.58.500.000)
PPh 21 Setahun: 5%
Rp. 435.000
x Rp.8.700.000
5
Menjadi Beban Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Atau
Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah.
8. Peraturan Mentri Keuangan Nomor 101/PMK.010/2016 Tentang
Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak.
9. Peraturan Mentri Keuangan Nomor 102/PMK.010/2016 Tentang
Penetapan Bagian Penghasilan Sehubungan Dengan Pekerjaan Dari
Pegawai Harian Dan Mingguan Serta Pegawai Tidak Tetap Lainnya Yang
Tidak Dikenakan Pemotongan Menimbang Pajak Penghasilan.
10. Peraturan Mentri Keuangan Nomor 40/PMK.03/2017 Tentang Tata Cara
Pelaporan Dan Penghitungan Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21
Atas Penghasilan Pegawai Dari Pemberi Kerja Dengan Kriteria Tertentu.
11. Peraturan Mentri Keuangan Nomor 231/PMK.03/2019 Tentang Tata Cara
Pendaftaran Dan Pengukuhan Dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak, Serta Pemotongan atau Pemungutan, Penyetoran, Dan
Pelaporan Pajak Bagi Instansi Pemerintah.
12. Peraturan Mentri Keuangan Nomor 59/PMK.03/2022 Tentang Perubahan
Atas Peraturan Mentri Keuangan Nomor 231/PMK.03/2019 Tentang Tata
Cara Pendaftaran Dan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak,
Pengukuhan Dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Serta
Pemotongan Dan/Atau Pemungutan, Penyetoran, Dan Pelaporan Pajak
Bagi Intansi Pemerintah.
13. Peraturan Direktur Jendral Pajak Nomor PER-26/PJ/2009 Tentang
Pelaksanaan Pemberian Pajak Penghasilan Pasal 21 Ditanggung
Pemerintah Atas Penghasilan Pekerja Pada Pemberi Kerja Yang Berusaha
Pada Kategori Usaha Tertentu.
14. Peraturan Direktur Jendral Pajak Nomor PER-22/Pj/2009 Tentang
Perubahan Peraturan Direktur Jendral Pajak Nomor PER-22/PJ/2009
Tentang Pelaksanaan Pemberian Pajak Penghasilan Pasal 21 Ditanggung
Pemerintah Atas Penghasilan Pekerja Pada Pemberi Kerja Yang
Berusaha Pada Kategori Usaha Tertentu.
15. Peraturan Direktur Jendral Pajak Nomor PER-16/PJ/2009 Tentang
Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan,Penyetoran, Dan Pelaporan
Pajak Penghasilan Pasal 21.
6
Jika Penerima Penghasilan Tidak Memiliki NPWP, Maka Dikenakan
Tarif Lebih Tinggi 20% Dari Tarif Normal.
1) Formulir SPT Masa PPh pasal 21/26 dan lampiran secara manual disertai
petunjuk pengisian Formulir SPT Masa PPh pasal 21.
2) Melalui aplikasi e-SPT Masa PPh pasal 21 versi 24 dapat di download di
www.pajak.go.id.
8) Penjualan Migas
Penjualan migas oleh produsen atau importir yang terdiri dari:
a) Bahan bakar minyak
b) Bahan bakar gas
c) Pelumas
Barang tergolong sangat mewah yang jadi objek PPh Pasal 22 di antaranya:
a. Pesawat terbang pribadi dan helikopter pribadi
b. Kapal pesiar, yacht, dan sejenisnya
c. Rumah beserta tanahnya, dengan harga jual atau harga pengalihannya
lebih dari Rp30 miliar atau luas bangunan lebih dari 400 meter persegi
d. Apartemen, kondominium dan sejenisnya, dengan harga jual atau
pengalihannya lebih dari Rp30 miliar atau luas bangunan lebih dari 150
meter persegi
e. Kendaraan bermotor roda empat pengangkutan orang kurang dari 10
orang berupa sedan, jeep, sport utility vehicle (SUV), multi purpose
vehicle (MPV), minibus dan sejenis, dengan harga jual lebih dari Rp2
miliar atau dengan kapasitas silinder lebih dari 3.000cc
f. Kendaraan bermotor roda dua dan tiga, dengan harga jual lebih dari
Rp300 juta atau dengan kapasitas silinder lebih dari 250cc
11
g. B. Pengecualian Pemungutan PPh Pasal 22
h. Daftar kegiatan yang dikecualikan atau tidak dikenakan PPh Pasal 22 di
antaranya:
a. Impor barang-barang dan/atau penyerahan barang yang berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan tidak terutang PPh.
i. Pengecualian tersebut, harus dinyatakan dengan Surat Keterangan Bebas
PPh Pasal 22 yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak.
a. Impor barang-barang yang dibebaskan dari bea masuk:
j. yang dilakukan ke dalam Kawasan Berikat (kawasan tanpa bea masuk
hingga barang tersebut dikeluarkan untuk impor, ekspor atau re-impor)
dan Entrepot Produksi Untuk Tujuan Ekspor (EPTE), yaitu tempat
penimbunan barang dagangan karena pengimpornya tidak membayar bea
masuk sebagaimana mestinya;
k. sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 7 PP Nomor 6 Tahun
1969 tentang Pembebanan atas Impor sebagaimana diubah dan ditambah
terakhir dengan PP Nomor 26 tahun 1988 Jo. Peraturan Pemerintah
Nomor 2 tahun 1973;
l. berupa kiriman hadiah;
m. untuk tujuan keilmuan.
2.2.5 Tarif PPh Pasal 22
Besar tarif pajak penghasilan pasal 22 menurut UU PPh dan diatur dalam PMK
No. 34/PMK.010 Tahun 2017 yakni:
a. Tarif PPh 22 sebesar 2,5% dan 7,5% atas Impor
Tarif pajak penghasilan pasal 22 ini untuk pajak penghasilan atas impor
barang dengan rincian sebagai berikut:
1) Tarif pembebanan tunggal sebesar 10% dari nilai impor, dengan atau
tanpa menggunakan API untuk barang tertentu yang tercantum dalam
Lampiran I PMK 34/2017.
2) Importir yang menggunakan Angka Pengenal Importir (API): 2,5% dari
nilai impor.
3) Importir non-API: 7,5% dari nilai impor.
4) Importir yang tidak dikuasai: 7,5% dari harga jual lelang.
13
Tarif ini dari DPP PPN berlaku atas penjualan kendaraan bermotor di
dalam negeri oleh ATPM, APM, dan importir umum kendaraan bermotor,
tidak termasuk alat berat.
i. Tarif PPh 22 sebesar 0,45% atas Penjualan Emas Batangan
Tarif ini dari harga jual emas batangan ini berlaku atas penjualan emas
batangan oleh badan usaha yang melakukan penjualan.
j. Tarif PPh Pasal 22 Barang Mewah
Sesuai Pasal 2 ayat (2) PMK 29/2019 ini, besar pajak
penghasilan pasal 22 yang dipungut pada saat melakukan penjualan
barang yang tergolong sangat mewah adalah:
1) Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri
kertas, industri baja, industri otomotif, dan industri farmasi, atas
penjualan hasil produksinya kepada distributor di dalam negeri.
2) Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM), Agen Pemegang Merek (APM),
dan importir umum kendaraan bermotor, atas penjualan kendaraan
bermotor di dalam negeri.
3) Produsen atau importir bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan
pelumas, atas penjualan bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan
pelumas.
15
4) Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri baja yang
merupakan industri hulu, termasuk industri hulu yang terintegrasi antara
hulu dan industri hilir.
5) Pedagang pengumpul berupa badan atau orang pribadi yang kegiatan
usahanya:
a) Mengumpulkan hasil kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan,
dan perikanan;
b) Menjual hasil tersebut kepada badan usaha industri dan eksportir yang
bergerak dalam sektor kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan,
dan perikanan.
b. Objek PPh Pasal 24 adalah penghasilan yang berasal dari luar negeri.
d. Keuntungan dari pengalihan aset yang merupakan bagian dari suatu bentuk
usaha tetap (BUT).kalau nilai pajak di luar negeri yang telah digunakan sebagai
kredit pajak di Indonesia telah berkurang atau dikembalikan sehingga nilai
kredit akan berkurang untuk menutup pajak terutang yang ada di sini, maka
Wajib Pajak harus membayar jumlah terutang tersebut ke Kantor Pelayanan
Pajak (KPP) di Indonesia
19
digabungkan dengan penghasilan lainnya, baik yang diperoleh dari dalam negeri
maupun luar negeri.
Selanjutnya, jika koreksi SPT menyebabkan PPh kurang bayar, maka atas
kekurangan bayar tersebut tidak akan dikenakan sanksi bunga. Di sisi lain, apabila
atas pembetulan SPT itu menjadi lebih bayar, maka dapat dikembalikan kepada
Wajib Pajak setelah diperhitungkan dengan utang pajak lainnya.
20
(dibulatkan)
Dari perhitungan di atas, kredit pajak luar negeri yang diperbolehkan adalah
sebesar Rp40.000.000 atau sebesar PPh yang terutang atau dibayar di Luar
Negeri. Jumlah ini diperoleh dengan membandingkan penghitungan PPh
maksimum yang boleh dikreditkan dengan PPh yang terutang atau dibayar di
Luar Negeri, kemudian pilih jumlah yang terendah.
PPh Final merupakan pajak yang tidak dapat dikreditkan atau dikurangkan dari
total pajak penghasilan yang terutang pada akhir tahun pajak atau pada saat
perhitungan PPh dalam SPT Tahunan. Sehingga pajak yang dipotong, dipungut oleh
pemberi penghasilan atau dibayar sendiri oleh pihak penerima penghasilan,
perhitungan pajaknya harus diselesaikan dan dilunasi dalam masa pajak yang sama
ketika menerima penghasilan, maka tidak diperlukan untuk melakukan pelaporan lagi
ketika akhir tahun pajak
a.Tarif sebesar 20% atas bunga deposito serta jenis-jenis tabungan, SBI, dan
diskon jasa giro.
b.Tarif sebesar 10% atas bunga simpanan yang dibayar koperasi kepada anggota
jika > Rp250.000 per bulan, jika < Rp 250.000 maka tarif sebesar 0%.
c. Tarif sebesar 10% atas dividen.
d.Tarif sebesar 25% atas hadiah undian, berdasarkan dari jumlah bruto hadiah
undian.
e.Tarif sebesar 2,5% atas transaksi derivatif, berdasarkan margin awal.
f. Tarif sebesar 0,5% atas penjualan saham pendiri.
g.Tarif sebesar 0,1% atas penjualan saham bukan pendiri.
h.Tarif sebesar 2-6% atas jasa konstruksi.
i. Tarif sebesar 1% dan 5% atas sewa atas tanah dan/atau bangunan (termasuk
real estate). 1% digunakan untuk pengalihan Rumah Sederhana dan RUSUN
Sederhana.)
j. Tarif sebesar 0,1% atas transaksi penjualan dan pengalihan saham oleh modal
ventura.
Penyelesaian:
2.6.1 Pengertian
23
Pajak penghasilan pasal 25 atau PPh 25 Badan adalah angsuran pembayaran
pajak penghasilan oleh wajib pajak badan setiap bulan dalam tahun berjalan.
Angsuran ini dikenakan tarif PPh Pasal 25 badan. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25
tidak dikenakan pada objek pajak tertentu, melainkan hanyalah metode pembayaran
pajak yang memiliki tarif sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan
perpajakan.
Tujuan adanya metode pembayaran pajak penghasilan pasal 25 ini tidak lain
agar tidak membebani wajib pajak. Sehingga WP dapat membayar pajak penghasilan
terutangnya dengan cara diangsur mengikuti mekanisme dan sesuai tarif PPh 25
badan bagi wajib pajak badan maupun pribadi. Artinya, WP badan tidak harus
membayar seluruh PPh terutangnya secara langsung, tapi memiliki opsi dengan cara
diangsur setiap bulan, sehingga tidak membebani.
Besarnya angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan yang harus dibayar
sendiri oleh wajib pajak untuk setiap bulan adalah sebesar pajak penghasilan yang
terutang menurut Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan PPh tahun pajak yang lalu
dikurangi:
a. PPh yang dipotong sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dan Pasal 23 serta
PPh yang dipungut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22; dan
b. Pajak atas penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang boleh
dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24, dibagi 12 bulan atau
banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak.
24
Sedangkan dalam Pasal 25 ayat (4) disebutkan, apabila dalam tahun pajak
berjalan diterbitkan Surat Ketetapan Pajak (SKP) untuk tahun pajak yang lalu,
besarnya angsuran pajak dihitung kembali berdasarkan SKP tersebut dan berlaku
mulai bulan berikutnya setelah bulan penerbitan SKP.
a. Siapa yang menghitung Angsuran PPh25
Seperti diketahui, penerapan pajak penghasilan di Indonesia menganut sistem
self assessment, yang artinya wajib pajak sendiri yang melakukan
penghitungan, penyetoran dan pelaporan pajak penghasilannya. Namun ada
kalanya DJP yang menentukan besar angsuran PPh 25 tersebut, sebagaimana
diatur dalam Pasal 25 ayat (6) UU PPh.
DJP berwenang menetapkan penghitungan besarnya angsuran pajak dalam
tahun pajak berjalan dalam hal-hal tertentu, sebagai berikut:
1) Wajib Pajak berhak atas kompensasi kerugian;
2) Wajib Pajak memperoleh penghasilan tidak teratur;
3) SPT Tahunan PPh tahun yang lalu disampaikan setelah lewat batas waktu
yang ditentukan;
4) Wajib Pajak diberikan perpanjangan jangka waktu penyampaian SPT
Tahunan PPh;
5) Wajib Pajak membetulkan sendiri SPT Tahunan PPh yang mengakibatkan
angsuran bulanan
6) lebih besar dari angsuran bulanan sebelum pembetulan; dan
7) Terjadi perubahan keadaan usaha atau kegiatan Wajib Pajak.
Sementara itu, Menteri Keuangan dapat menetapkan penghitungan besarnya
angsuran pajak sebagaimana diatur dalam Pasal 25 ayat (7) yakni bagi:
b.WP baru
Bank, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD),
WP masuk bursa, dan WP lainnya yang berdasarkan ketentuan ketentuan
perundang-undangan harus membuat laporan keuangan berkala. WP orang
pribadi pengusaha tertentu dengan tarif paling tinggi 0,75% dari peredaran
bruto
Sejatinya, tidak ada istilah berapa tarif PPh Pasal 25 karena memang ini bukan
pengenaan pajak pada suatu objek pajak, melainkan sebutan dari sebuah angsuran
pembayaran pajak penghasilan terutang. Singkatnya, pajak terutang yang harus
dibayar disebut PPh Pasal 29, sedangkan PPh Pasal 25 adalah angsuran pembayaran
pajak penghasilan terutang.
Rumusnya:
Besar PPh Terutang (PPh 29) dibagi 12 bulan = Angsuran pembayaran pajak (PPh
25).
25
Untuk mengetahui berapa besar PPh terutang dari tahun pajak yang bersangkutan
yang harus dibayarkan setiap bulannya yakni dengan cara menghitung Penghasilan
Kena Pajak (PKP) dikalikan dengan tarif PPh yang berlaku, kemudian dibagi 12
bulan.
Dari situ akan ketemu cicilan PPh terutang yang harus dibayarkan setiap bulannya
atau biasa disebut pembayaran angsuran PPh 25.
Tidak hanya itu, perusahaan ini juga melakukan ekspor ke luar negeri seperti
Thailand dan Korea Selatan.
Misalnya pada data pajak, angsuran PPh 25 yang sudah dibayarkan adalah
Rp168.982.456 dan jumlah penghasilan PT AAA dalam setahun lebih dari
Rp50.000.000.000 maka penghitungannya menggunakan tarif PPh Badan
22%.
26
Angsuran PPh 25 yang telah dibayar = Rp37.308.904
Pajak kurang bayar yang harus disetorkan kembali tersebut dikenakan utang
bunga berdasarkan berdasarkan tarif bunga sanksi administrasi pajak akibat
pembetulan yang menyebabkan kurang bayar PPh.
a. Terutang sanksi bunga per bulan untuk masa Maret 2023 terhitung sejak
16 April 2023 hingga tanggal penyetoran.
b. Terutang sanksi bunga per bulan untuk masa April 2023 terhitung sejak
16 Mei 2023 hingga tanggal penyetoran.
c. Terutang sanksi bunga per bulan untuk masa Mei 2023 terhitung sejak 16
Juni 2023 hingga tanggal penyetoran.
d. Terutang sanksi bunga per bulan untuk masa Juni 2023 terhitung sejak
16 Juli 2023 hingga tanggal penyetoran.
2.7.1 Pengertian
a.Dividen
b.Bunga (premium, diskonto, dan imbalan jaminan pengembalian utang)
c. Royalti, sewa, dan penghasilan dari penggunaan harta lainnya
d.Imbalan dari jasa, pekerjaan, dan kegiatan.
e.Hadiah dan penghargaan.
f. Pensiun dan pembayaran berkala lainnya.
g.Premi swap, transaksi lindung nilai lainnya.
h.Keuntungan karena pembebasan utang.
i. Penghasilan dari penjualan atau pengalihan harta di Indonesia (jika termasuk
ke dalam pasal 4 ayat 2, dikecualikan)
j. Premi asuransi yang dibayar ke perusahaan asuransi di luar negeri.
k. Penjualan atau pengalihan saham oleh Subjek Pajak luar negeri.
l. Penghasilan Kena Pajak setelah dikurangi pajak dari suatu BUT di Indonesia,
(jika ditanamkan kembali ke Indonesia, dikecualikan)
Tarif Pajak PPh Pasal 26 adalah sebesar 20%, tetapi apabila antara Indonesia
dengan negara asal Wajib Pajak Luar Negeri tersebut terdapat Tax treaty atau P3B
(Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda), maka tarif pajak PPh pasal 26
dikenakan berdasarkan Tarif Pajak PPh pasal 26 berdasarkan Tax treaty atau P3B
tersebut. Tarif 20% dikenakan dari dasar pengenaan pajak, dengan ketentuan
sebagai berikut:
a.Dividen
28
b.Bunga (premium, diskonto, dan imbalan jaminan pengembalian utang);
c. Royalti, sewa, dan penghasilan dari penggunaan harta lainnya;
d.Imbalan dari jasa, pekerjaan, dan kegiatan;
e.Hadiah dan penghargaan;
f. Pensiun dan pembayaran berkala lainnya
Contoh Kasus :
Ahmad berstatus menikah dengan dua orang anak, bekerja sebagai konsultan
pada hotel Kala Pajak dengan gaji sebulan US$15,000. Roger mulai bekerja
pada tanggal 1 September 2019 dan selesai kontraknya pada tanggal 1 Juli
2020. Kurs KMK yang berlaku pada bulan Maret 2020 adalah Rp14.000,00
untuk US$1.00
Berapa PPh pasal 26 yang dipotong oleh Hotel Sobat Pajak untuk Roger pada
bulan Maret 2020?
Jawab:
29
= 2% x penghasilan bruto
= 2% x jumlah premi yang dibayar
3. Untuk premi yang dibayar perusahaan reasuransi yang di Indonesia kepada
perusahaan asuransi di luar negeri adalah 5% dari jumlah premi yang dibayar
(penghasilan bruto), sehingga:
PPh pasal 26 = 20% x penghasilan netto
= 20% x (50% x penghasilan bruto)
= 1% x penghasilan bruto
= 1% x jumlah premi yang dibayar
30