Anda di halaman 1dari 6

PERPAJAKAN 1

PENGAYAAN DAN PENGAPLIKASIAN

Dosen Pengampuh : Dr. Whedy Prasetyo, SE., MSA., CPMA, CMA, CA, AK

Oleh : Eka Nisaul Yuha (210810301232)

Jawaban pengayaan :
1. Perpajakan memiliki beberapa fungsi penting dalam perekonomian Indonesia, di
antaranya:
 Fungsi Anggaran (Budgetair)
Pajak meruapakan sumber pendapatan negara yang memiliki fungsi untuk membiaya
seluruh pengeluaran yang berkaitan dengan negara.berhubungan dengan negara yang
dalam menjelakan tugas rutin negara dan melaksanakan pemabngunan
membutuhkan biaya maka biaya yang diperlukan oleh negara didapatkan dari
penerimaan pajak yang dibayarkan oleh warga negara yang sudah terdaftar sebagai
wajib pajak kepada negara.
 Fungsi Mengatur (Regulerend)
Melalui kebijaksanaa pajak pemerintah dapat mengatur pertumbuhan. Dengan
fungsi pajak sebagai mengatur hal tersebut membuktikan bahwa pajak digunakan
sebagi alat untuk mencapai tujuan yaitu kesejahteraan rakyar. Fungsi mengatur pada
pajak tersebut antara lain, pajak dapat digunakan untuk menghambat laju inflasi,
meningkatkan kegiatan ekspor barang, memberikan perlindungan terhadap barang
produksi dari dalam negri seperti PPN, dan pajak juga bisa mengatur dan menarik
investasi modal untuk membantu perekonomian agar semakin produktif
 Fungsi stabilitas
Pajak berfungsi membantu pemerintah yang berkaitan dengan kepemilikan dana
yang dapat digunakan untuk menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan
stabilitas harga sehingga hal-hal yang berkaitan dengan inflasi dan dikendalikan
dengan baik.untuk menjaga stabilitas negara bisa dengan mengatur peredaran uang
yang ada di masyarakat,pemungutan pajak,hingga penggunaan pajak efektif dan
efisien.
 Fungsi Resdritibusi Pendapatan
Pajak yang telah dipungut oleh negara akan digunakan untuk membiayai seluruh
kepentingan masyarakat, termasuk juga untuk membiayai pembangunan sehingga
dapat membuka lapangan kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan
masyarakat.
2. Pajak memiliki kedudukan yang sangat penting dalam tata undang-undang Indonesia,
karena pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara yang signifikan dan
memainkan peran penting dalam membangun ekonomi yang sehat, stabil, dan berkeadilan.

Dalam hubungan hukum pajak, terdapat beberapa prinsip-prinsip yang harus diperhatikan,
antara lain:
- Kepastian hukum, yaitu prinsip bahwa peraturan perpajakan harus jelas, tidak
bertentangan dengan undang-undang dan dapat dipahami oleh semua pihak terkait.
- Kesetaraan, yaitu prinsip bahwa semua wajib pajak harus diperlakukan secara adil dan
sama dalam menghadapi tuntutan pajak.
- Keterbukaan, yaitu prinsip bahwa pemerintah harus memberikan akses informasi yang
cukup kepada wajib pajak tentang peraturan perpajakan dan kebijakan yang berlaku.
- Kemandirian, yaitu prinsip bahwa pengenaan pajak harus dilakukan secara profesional
dan mandiri oleh instansi pemerintah yang ditunjuk.
3. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) adalah undang-undang yang mengatur
prinsip-prinsip dasar perpajakan di Indonesia. Dalam KUP, terdapat beberapa konsep yang
penting untuk dipahami dalam pelaksanaan perpajakan di Indonesia, antara lain:
a. Objek Pajak Objek pajak adalah hal, kejadian atau peristiwa yang menjadi dasar
pengenaan pajak.
b. Subjek Pajak Subjek pajak adalah orang atau badan yang dikenakan kewajiban
membayar pajak atas objek pajak yang dimilikinya.
c. Tarif Pajak Tarif pajak adalah besarnya proporsi yang dikenakan pada objek pajak
untuk menentukan bsarnya pajak yang harus dibuat oleh pajak wajib.
d. Waktu Pembayaran Pajak Waktu pembayaran pajak adalah waktu yang ditentukan oleh
pemerintah untuk kewajiban pajak membayar pajak yang terutang.
e. Administrasi Perpajakan Administrasi Perpajakan adalah serangkaian prosedur dan
aturan yang diterapkan oleh pemerintah dalam mengumpulkan, memeriksa, dan
menagih pajak dari wajib pajak.
4. Dalam aktivitas pembukuan dalam perpajakan, terdapat kajian menarik terkait pentingnya
pembukuan yang akurat dan teratur dalam menjalankan kegiatan usaha. Pembukuan yang
baik dapat membantu dalam memudahkan proses perhitungan pajak yang harus diproses
oleh wajib pajak dan meminimalisir kesalahan perhitungan yang dapat mengakibatkan
sanksi atau denda.

Sementara itu, dalam pemeriksaan pajak terdapat kajian yang menarik terkait dengan
pentingnya kewajiban pajak mempersiapkan dokumen-dokumen yang diperlukan dan
memahami ketentuan perpajakan yang berlaku, agar dapat memastikan bahwa seluruh
pajak yang terutang telah dibayar dan tidak terjadi kesalahan perhitungan yang dapat
menyebabkan sanksi atau denda.

Selain itu, dalam penagihan pajak dengan surat paksa, terdapat kajian menarik terkait dengan
prosedur dan cara penagihan pajak yang dilakukan oleh pemerintah. Hal ini meliputi
bagaimana pemerintah dapat menuntut wajib pajak yang tidak memenuhi kewajibannya
dalam membayar pajak dan menghindari sanksi atau denda yang dapat dikenakan.
5. Pajak Penghasilan (PPh) adalah jenis pajak yang dikenakan atas penghasilan yang
diperoleh dengan wajib pajak, baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Terdapat
beberapa kajian menarik dalam Pajak Penghasilan, antara lain:
a. Tarif PPh Tarif PPh terus mengalami perubahan dari waktu ke waktu, baik untuk
individu maupun badan.
b. Objek PPh Objek PPh meliputi penghasilan dari berbagai sumber, seperti gaji,
tunjangan, bonus, dividen, bunga, sewa, royalti, serta penghasilan dari penjualan
aset.
c. PPh Insentif Pemerintah memberikan insentif PPh untuk mendorong investasi dan
pertumbuhan ekonomi.
d. Kepatuhan Wajib Pajak PPh juga menunjukkan tingkat kepatuhan wajib pajak
dalam membayar pajak.
e. Perpajakan Digital Perkembangan teknologi juga mempengaruhi pengumpulan
dan pengolahan data pajak serta pembayaran PPh.
6. Pajak Penghasilan (PPh) 21 Ditanggung Pemerintah adalah salah satu jenis PPh yang
dibebankan kepada pemerintah sebagai pihak yang bertanggung jawab atas pembayaran
penghasilan tertentu. PPh 21 Ditanggung Pemerintah dikenakan pada beberapa jenis
penerimaan seperti pensiun, uang jaminan sosial, uang tunjangan hari raya, dan tunjangan
kematian bagi pejabat negara, anggota TNI dan Polri, serta pensiunan PNS.

Kriteria tertentu untuk dapat memperoleh fasilitas PPh 21 Ditanggung Pemerintah antara
lain:
a. Penerima penghasilan adalah Warga Negara Indonesia (WNI) atau penduduk
Indonesia yang memiliki Surat Keterangan Lapor Diri (SKLD).
b. Penerima penghasilan telah mencapai usia pensiun sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
c. Penerimaan penghasilan telah memenuhi masa kerja minimal yang ditentukan
oleh peraturan perundang-undangan.
d. Penerima penghasilan tidak memperoleh penghasilan lain selain penghasilan yang
diterima dalam tahun pajak yang bersangkutan.
e. Penerima penghasilan memiliki NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak).

Perhitungan No 1

Pradana
Perhitungan PPh Pasal 21
Penghasilan Per Bulan :
Gaji pokok sebulan-Pradana Rp 12,450,000
Tunjangan Makan, Pendidikan, Kesehatan, dan
Transportasi (6,5% (dari gaji) x Rp 12.450.000 (dari Rp 809,250
gaji pokok))
Premi Jaminan Kecelakaan Kerja (0,24% (dari gaji
Rp 29,880
kotor) x Rp 12.450.000 (dari gaji pokok))
Premi Jaminan Kematian (0,30% (dari gaji kotor) x RP
Rp 37,350
12.450.000 (dari gaji pokok))

Premi Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (6%


Rp 747,000
(menikah) x Rp 12.450.000 (gaji pokok))

Penghasilan Bruto Sebulan Rp 14,073,480

Pengurangan :
Biaya Jabatan (5% x Rp 14.073.480) = Rp 703.674 Rp 500,000
Iuran Tunjangan Hari Tua-Pradana (2% x Rp
Rp 249,000
12.450.000 (gaji pokok))
Iuran Pensiun-Pradana Rp 145,000
Total Pengurangan Penghasilan Bruto -Rp 894,000

Penghasilan Neto:
Penghasilan Neto sebulan (Rp 14.073.480 (Gaji
Bruto/bulan) - Rp 894.000 (Total Pengurangan Rp 13,179,480
Penghasilan Bruto))
Penghasilan Neto disetahunkan (12 bulan x Rp
Rp 158,153,760
13.179.480 (penghasilan neto sebulan))

Penghasilan Tidak Kena Pajak (K/1) Setahun:


‐ Untuk Wajib Pajak Sendiri Rp 54,000,000
‐ Untuk Wajib Pajak Kawin Rp 4,500,000
‐ Tambah 1 Orang Anak Pradana Rp 4,500,000
Total Penghasilan Tidak Kena Pajak Rp 63,000,000

Penghasilan Kena Pajak :


Penghasilan Kena Pajak (Rp 150.153.760 (Penghasilan
Rp 95,153,760
Neto Disetahunkan) - Rp 63.000.000 (PTKP))
Pembulatan Rp 95,154,000

PPh 21 Terutang:
PPh 21 Terutang Setahun
5% x Rp 60.000.000 Rp 3,000,000
15% x Rp 35.154.000 Rp 5,273,100
Total PPh 21 Terutang Setahun Rp 8,273,100

PPh 21 Terutang Sebulan Rp 689,425


Rp 8.273.100 (PPh 21 Terutang Setahun)/12

Gaji Bersih Yang Diterima Perbulan (Rp 14.073.480


(Penghasilan Bruto) - Rp 689.425 (PPh 21 Terutang
Rp 12,990,055
Sebulan) - (145.000 (Iuran Pensiun) + Rp 249.000
(Iuran THT))
Laras
Perhitungan PPh Pasal 21
Penghasilan Per Bulan:
Gaji pokok sebulan-Pradana Rp 12,450,000
Tunjangan Makan, Pendidikan, Kesehatan, dan
Transportasi (6,5% (dari gaji) x Rp 12.450.000 (dari Rp 809,250
gaji pokok))
Premi Jaminan Kecelakaan Kerja (0,24% (dari gaji
Rp 29,880
kotor) x Rp 12.450.000 (dari gaji pokok))
Premi Jaminan Kematian (0,30% (dari gaji kotor) x
Rp 37,350
RP 12.450.000 (dari gaji pokok))

Premi Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (6%


Rp 747,000
(menikah) x Rp 12.450.000 (gaji pokok))

Penghasilan Bruto Sebulan Rp 14,073,480

Pengurangan :
Biaya Jabatan (5% x Rp 14.073.480) = Rp 703.674 Rp 500,000
Total Pengurangan Penghasilan Bruto -Rp 500,000

Penghasilan Neto:
Penghasilan Neto sebulan (Rp 14.073.480 (Gaji
Bruto/bulan) - Rp 500.000 (Total Pengurangan Rp 13,573,480
Penghasilan Bruto))
Penghasilan Neto disetahunkan (12 bulan x Rp
Rp 162,881,760
13.179.480 (penghasilan neto sebulan))

Penghasilan Tidak Kena Pajak (K/3) Setahun:


‐ Untuk Wajib Pajak Sendiri Rp 54,000,000
‐ Tambahan 3 Tanggungan yang berasal dari 1
anak dan menanggung kedua orang tua (Rp Rp 13,500,000
4.500.000 x 3)
Total Penghasilan Tidak Kena Pajak Rp 67,500,000

Penghasilan Kena Pajak :


Penghasilan Kena Pajak (Rp 162.881.760
(Penghasilan Neto Disetahunkan) - Rp 61.500.000 Rp 95,381,760
(PTKP))
Pembulatan Rp 95,382,000

PPh 21 Terutang:
PPh 21 Terutang Setahun
5% x Rp 60.000.000 Rp 3,000,000
15% x Rp 35.382.000 Rp 5,307,300
Total PPh 21 Terutang Setahun Rp 8,307,300

PPh 21 Terutang Sebulan


Rp 8.307.300 (PPh 21 Terutang Setahun) /12 Rp 692,275

Gaji Bersih Yang Diterima Perbulan (Rp


14.073.480 (Penghasilan Bruto) - Rp 692.275 (PPh Rp 13,381,205
21 Sebulan))
Perhitungan soal no 2

Perhitungan PPh Pasal 21


Penghasilan Per Bulan:
Gaji Pokok Sebulan Rp 12,250,000
Tunjangan Jabatan Rp 5,325,000
Tunjangan Kesehatan Rp 6,225,000
Tunjangan Transportasi dan Makan Rp 6,225,000
Tunjangan Lain-Lain Rp 8,175,000
Penghasilan Bruto Rp 38,200,000

Pengurangan:
Biaya Jabatan (5% x Rp 38.200.000 (Penghasilan
Rp 500,000
Bruto)) = Rp 1.910.000

Iuran Pensiun 1,25% (2,75% (total iuran pensiun) -


Rp 153,125
1,50% (ditanggung perusahaan), perhitungan =
1,25% x Rp 12.250.000 (gaji pokok)
Total Pengurangan Penghasilan Bruto -Rp 653,125

Penghasilan Neto:
Penghasilan Neto Sebulan (Rp 38.200.000
(Penghasilan Bruto) - Rp 653.125 (Total Rp 37,546,875
Pengurangan Penghasilan Bruto)
Penghasilan Neto Disetahunkan (12 x Rp
Rp 450,562,500
37.546.875 (penghasilan neto sebulan))

Pajak Tidak Kena Pajak (TK/0) Setahun:


‐ Untuk Wajib Pajak Sendiri Rp 54,000,000
Total Penghasilan Tidak Kena Pajak Rp 54,000,000

Penghasilan Kena Pajak:


Penghasilan Kena Pajak (Rp 450.562.500
(Penghasilan Neto yang Disetahunkan - Rp Rp 396,562,500
54.000.000 (Penghasilan Tidak Kena Pajak))
Pembulatan Rp 396,563,000

PPh 21 Terutang:
PPh 21 Terutang Setahun
5% x Rp 60.000.000 Rp 3,000,000
15% x Rp 155.000.000 Rp 23,250,000
25% x 181.563.000 Rp 45,390,750
Total PPh 21 Terutang Setahun Rp 71,640,750

PPh 21 Terutang Sebulan


Rp 71.640.750 (PPh 21 Terutang Setahun)/12 Rp 5,970,063

Gaji Bersih Yang Diterima Perbulan (Rp


38.200.000 (Penghasilan Bruto) - Rp 5.970.063
Rp 32,076,813
(PPh 21 Terutang Sebulan) - (Rp 153.125
(Iuran Pensiuan) + Rp 0 (Iuran THT)

THRdan Bonus Akhir Tahun 1,5% dari gaji


bruto (150% x Rp 38.200.000 (Penghasilan Rp 57,300,000
= Bruto)

Anda mungkin juga menyukai