Anda di halaman 1dari 3

PPh 21 bagi Pejabat Negara, PNS, Anggota

TNI, POLRI, dan Pensiunannya


A. Pasal 21 UU Nomor 36 TAHUN 2008 (berlaku sejak 1 Januari 2009) tentang
perubahan keempat atas UU Nomor 7 TAHUN 1983 tentang Pajak Penghasilan
B. PP 80 TAHUN 2010 (berlaku sejak 1 Januari 2011) tentang Tarif Pemotongan dan
Pengenaan PPh Pasal 21 atas Penghasilan Yang Menjadi Beban APBN atau APBD
C. PMK-262/PMK.03/2010 (berlaku sejak 1 Januari 2011) tentang Tata Cara
Pemotongan PPh Pasal 21 bagi Pejabat Negara, PNS, Anggota TNI, Anggota POLRI,
dan Pensiunannya atas Penghasilan yang Menjadi Beban APBN atau APBD

II. PPH 21 TIDAK FINAL YANG DITANGGUNG PEMERINTAH


A. Jenis PPh Pasal 21 yang Ditanggung Pemerintah
▪ PPh pasal 21 yang terutang atas penghasilan tetap dan teratur setiap
bulan yang menjadi beban APBN atau APBD ditanggung oleh
Pemerintah atas beban APBN atau APBD. (Pasal 2 ayat (1) PP 80
TAHUN 2010)
▪ Penghasilan tetap dan teratur setiap bulan yang menjadi beban
APBN atau APBD ini meliputi penghasilan tetap dan teratur
bagi: (Pasal 2 ayat (2) PP 80 TAHUN 2010)
1. Pejabat Negara, yaitu :
a. gaji dan tunjangan lain yang sifatnya tetap dan
teratur setiap bulan; atau
b. imbalan tetap sejenisnya,

yang ditetapkan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan;

2. PNS, anggota TNI, POLRI, yaitu :


o gaji dan tunjangan lain yang sifatnya tetap dan teratur setiap
bulan yang ditetapkan berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan
3. bagi Pensiunan, yaitu :
o uang pensiun dan tunjangan lain yang sifatnya tetap dan
teratur setiap bulan yang ditetapkan berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan

● Termasuk dalam pengertian gaji, uang pensiun, dan tunjangan lain


sebagaimana dimaksud di atas adalah gaji, uang pensiun, dan tunjangan
ke-13 (ketiga belas). (Pasal 2 ayat (3) PMK-262/PMK.03/2010)
● DALAM HAL TDAK MEMILIKI NPWP (PPH 21 TIDAK DITANGGUNG
PEMERINTAH)

o Dalam hal Pejabat Negara, PNS, Anggota TNI, Anggota POLRI, dan
Pensiunannya tidak memiliki NPWP, atas penghasilan tetap dan teratur setiap
bulan yang dibebankan pada APBN atau APBD dikenai tarif PPh Pasal 21
lebih tinggi sebesar 20% (dua puluh persen) daripada tarif yang diterapkan
terhadap Pejabat Negara, PNS, Anggota TNI, Anggota POLRI, dan
Pensiunannya yang memiliki NPWP. (Pasal 3 ayat (1) PP 80 TAHUN 2010)
o Tambahan PPh Pasal 21 sebesar 20% (dua puluh persen) ini dipotong dari
penghasilan yang diterima Pejabat Negara, PNS, Anggota TNI, Anggota
POLRI, dan Pensiunannya. (Pasal 3 ayat (2) PP 80 TAHUN 2010)
o Pemotongan atas tambahan PPh Pasal 21 ini dilakukan pada saat penghasilan
tetap dan teratur setiap bulan dibayarkan. (Pasal 3 ayat (3) PP 80 TAHUN
2010)
o PPh Pasal 21 yang ditanggung oleh Pemerintah dan tambahan PPh Pasal 21 ini
dapat dikreditkan dengan PPh yang terutang atas seluruh penghasilan yang
telah dilaporkan dalam SPT Tahunan PPh WP OP. (Pasal 6 ayat (2) PP 80
TAHUN 2010)

PPH 21 YANG BERSIFAT FINAL DAN TIDAK DITANGGUNG PEMERINTAH

o PPh Pasal 21 yang terutang atas penghasilan selain penghasilan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) PP 80 Tahun 2010 berupa honorarium atau
imbalan lain dengan nama apapun yang menjadi beban APBN atau APBD,
dipotong oleh bendahara pemerintah yang membayarkan honorarium atau
imbalan lain tersebut.
▪ Atas penghasilan berupa honorarium atau imbalan lain dengan nama
apa pun yang menjadi beban APBN atau APBD, dipotong PPh pasal
21 bersifat final, tidak termasuk biaya perjalanan dinas. (pasal 3
PMK-262/PMK.03/2010)
o Tarif pemotongan PPh pasal 21 final sbb: (Pasal 4 ayat (2) PP 80 TAHUN
2010)

No. Penerima Penghasilan Tarif Final


1. PNS Golongan I dan Golongan II, Anggota TNI dan Anggota 0 % dari penghasilan bruto
POLRI Golongan Pangkat Tamtama dan Bintara, dan
Pensiunannya
2. PNS Golongan III, Anggota TNI dan Anggota POLRI Golongan 5 % dari penghasilan bruto
Pangkat Perwira Pertama, dan pensiunannya
3. Pejabat Negara, PNS Golongan IV, Anggota TNI dan Anggota 15 % dari penghasilan bruto
POLRI Golongan Pangkat Perwira Menengah dan Perwira
Tinggi, dan Pensiunannya
PPh pasal 21 dipotong oleh bendahara pemerintah yang membayarkan honorarium atau
imbalan lain. Bukti pemotongan PPh Pasal 21 final diberikan paling lama pada akhir
bulan dilakukannya pembayaran penghasilan tersebut. PMK-262/PMK.03/2010 pasal 14
ayat (3)

● Kewajiban menghitung, memotong, dan melaporkan PPh pasal 21 tetap dilakukan


terhadap penghasilan yang dikenai tarif PPh Pasal 21 sebesar 0%.
PMK-262/PMK.03/2010 pasal 11 ayat (3)
● Dalam hal jumlah pajak yang dipotong pada Masa Pajak yang bersangkutan nihil,
Bendahara Pemerintah tetap wajib melaporkan pemotongan PPh Pasal 21 untuk setiap
Masa Pajak. PMK-262/PMK.03/2010 pasal 11 ayat (4)

V. PENGHASILAN LAIN-LAIN YANG DIPEROLEH PNS, ANGGOTA TNI,


ANGGOTA POLRI
A. Dalam hal PNS, Anggota TNI, Anggota POLRI, dan Pensiunannya diangkat
sebagai pimpinan dan/atau anggota pada lembaga yang tidak termasuk sebagai
Pejabat Negara, atas penghasilan yang menjadi beban APBN atau APBD
terkait dengan kedudukannya sebagai pimpinan dan/atau anggota pada
lembaga tersebut dikenai pemotongan PPh Pasal 21 sesuai dengan UU PPh
dan tidak ditanggung oleh Pemerintah. (Pasal 5 PP 80 TAHUN 2010)
B. Dalam hal Pejabat Negara, PNS, Anggota TNI Anggota POLRI, dan
Pensiunannya, menerima atau memperoleh penghasilan lain yang tidak
dikenai PPh bersifat final di luar penghasilan tetap dan teratur yang menjadi
beban APBN atau APBD, penghasilan lain tersebut digunggungkan dengan
penghasilan tetap dan teratur setiap bulan dalam SPT Tahunan PPh WP OP
yang bersangkutan. (Pasal 6 ayat (1) PP 80 TAHUN 2010)

VI. Bukti Pemotongan PPh Pasal 21


1. Untuk Penghasilan Tetap dan Teratur Setiap Bulan :
▪ Dibuat sekali setahun (Form 1721-A2)
▪ Diberikan paling lama 1 bulan setelah akhir tahun atau pegawai
berhenti
2. Untuk PPh Final :
▪ Dibuat pada akhir bulan dilakukan pemotongan
▪ Dengan menggunakan formulir bukti pemotongan PPh Pasal 21 Final
(Lampiran Per-32/pj/2009)

Anda mungkin juga menyukai