Anda di halaman 1dari 4

Keterkaitan Antara Omnibus Law UU Cipta Kerja Dengan Materi Ketenagakerjaan

Kekurangan :

1. Penghapusan upah minimum kabupaten/kota (UMK), diganti dengan upah minimum


provinsi (UMP). Penggantian ini dinilai akan upah pekerja lebih rendah.
2. Waktu lembur dapat dilakukan paling banyak empat jam dalam sehari dan 18 jam
seminggu.
3. Jangka waktu kontrak akan berada di tangan pengusaha, sehingga berpotensi
membuat status kontrak pekerja abadi, bahkan pengusaha dinilai dapat mem-PHK
pekerja sewaktu-waktu.
4. waktu istirahat mingguan adalah satu hari untuk enam hari kerja dalam satu minggu.
5. Menghapus cuti panjang dua bulan per enam tahun. Cuti panjang akan diatur dalam
perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama.
6. Memudahkan izin bagi tenaga kerja asing (TKA) untuk direkrut.

Kelebihan :

1. Dapat mendorong debirokratisasi sehingga pelayanan pemerintah akan lebih efisien,


mudah dan pasti karena ada penerapan NSPK (Norma, Standar, Prosedur dan
Kriteria), serta penggunaan sistem elektronik.
2. Terdapat dukungan bagi UMKM lewat kemudahan dan kepastian dalam proses
perizinan melalui OSS. Kemudahan dalam mendaftarkan Hak Kekayaan Intelektual
(HAKI) dan kemudahan dalam mendirikan Perusahaan Terbuka (PT) Perseorangan.
3. Bagi koperasi juga disebutnya akan mudah dalam pendiriannya dengan menetapkan
minimal sembilan orang anggota.
4. Dalam pengurusan Sertifikat Halal ada percepatan dan kepastian proses. Serta dapat
dilakukan Ormas Islam maupun Perguruan Tinggi Negeri.
5. Masyarakat juga disebut dapat memiliki kepastian pemanfaatan atas ketelanjutan
lahan dalam kawasan hutan, di mana lahan yang berada di kawasan konservasi, hasil
kebun dapat dimanfaatkan masyarakat dengan pengawasan pemerintah.
6. Bagi nelayan, diatur penyederhanaan perizinan berusaha, untuk kapal perikanan
dengan dilakukan melalui satu pintu di KKP.

Beberapa ketentuan dalam UU Ketenagakerjaan yang diubah oleh UU Cipta Kerja adalah
sebagai berikut:

1. Jenis upah dikurangi

Ketentuan Pasal 88 ayat (3) dalam UU Ketenagakerjaan diubah oleh UU Cipta Kerja
sehingga berbunyi sebagai berikut. Kebijakan pengupahan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) meliputi:
1. upah minimum;
2. struktur dan skala upah;
3. upah kerja lembur;
4. upah tidak masuk kerja dan/atau tidak melakukan pekerjaan karena alasan tertentu;
5. bentuk dan cara pembayaran upah;
6. hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah; dan
7. upah sebagai dasar perhitungan atau pembayaran hak dan kewajiban lainnya.
8. Sebelumnya, dalam UU Ketenagakerjaan, Pasal 88 ayat (3) berbunyi sebagai
berikut.

Kebijakan pengupahan yang melindungi pekerja/buruh sebagaimana dimaksud dalam ayat


(2)meliputi :

1. upah minimum;
2. upah kerja lembur;
3. upah tidak masuk kerja karena berhalangan;
4. upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain di luar pekerjaannya;
5. upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya;
6. bentuk dan cara pembayaran upah;
7. denda dan potongan upah;
8. hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah;
9. struktur dan skala pengupahan yang proporsional;
10. upah untuk pembayaran pesangon; dan
11. upah untuk perhitungan pajak penghasilan

Dalam UU Cipta Kerja, terdapat beberapa poin yang hilang dari UU Ketenagakerjaan, yaitu
poin tentang upah karena tidak masuk kerja karena berhalangan, upah karena menjalankan
hak waktu istirahat kerjanya, upah untuk pembayaran pesangon, dan upah untuk perhitungan
pajak penghasilan.

2. Komponen hidup layak tidak dimasukkan

Dalam UU Ketenagakerjaan Pasal 88 ayat (4) ketentuan tentang penetapan upah minimum
bagi pekerja berbunyi sebagai berikut. Pemerintah menetapkan upah minimum sebagaimana
dimaksud dalam ayat (3) huruf a berdasarkan kebutuhan hidup layak dan dengan mem-
perhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi.
Sementara dalam UU Cipta Kerja, ketentuan tentang penetapan upah minimum diatur dalam
Pasal 88D, yang sebelumnya tidak ada dalam UU Ketenagakerjaan, dan berbunyi sebagai
berikut.
Upah minimum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 88C ayat (1) dan ayat (2) dihitung
dengan
menggunakan formula perhitungan upah minimum
(1) Formula perhitungan upah minimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat
variabel
pertumbuhan ekonomi atau inflasi.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai formula perhitungan upah minimum diatur dalam
Peraturan Pemerintah.
(3) Perbedaan standar penetapan upah minimum antara UU Ketenagakerjaan dengan UU
Cipta Kerja adalah pada poin kebutuhan hidup layak.
UU Ketenagakerjaan menyebut bahwa salah satu standar penetapan upah minimum adalah
berdasarkan kebutuhan hidup layak, namun UU Cipta Kerja meniadakan poin tersebut dalam
ketentuan penetapan upah minimum.

3. Masa kerja tidak dipertimbangkan

Dalam UU Ketenagakerjaan Pasal 92 ketentuan tentang penyusunan struktur dan skala upah
bagi pekerja berbunyi sebagai berikut.
Pengusaha menyusun struktur dan skala upah dengan memperhatikan golongan, jabatan,
masa kerja, pendidikan, dan kompetensi.

Pengusaha melakukan peninjauan upah secara berkala dengan mem-perhatikan kemampuan


perusahaan dan produktivitas.

Ketentuan mengenai struktur dan skala upah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur
dengan Keputusan Menteri.

Sementara dalam UU Cipta Kerja, ketentuan dalam Pasal 92 diubah hingga berbunyi sebagai
berikut.
Pengusaha wajib menyusun struktur dan skala upah di perusahaan dengan memperhatikan
kemampuan perusahaan dan produktivitas.

 PIHAK YANG DIUNTUNGAN


1) Investor
Karena omnibuslaw cipta kerja akan memberikan dampak yang signifikan bagi
iklim usaha dan berinvestasi di Indonesia. Pertama, proses perizinan berusaha dan
berinvestasi menjadi lebih sederhana dan lebih cepat.
2) Pekerja asing
Karena undang-undang ini memudahkan izin kerja bagi tenaga kerja asing.
Selanjutnya dalam pasal 42 ayat 1, di mana tenaga kerja sing hanya perlu Rencana
Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA) untuk bekerja di Indonesia tanpa Visa
tinggal terbatas dan izin menggunakan tenaga kerja asing.
3) Sector perbankan
Dari sisi ketenagakerjaan, perbankan mendapat keringanan biaya oprasional salah
satunya dari segi upah pegawai. Serta secara tidak langsung, potensi pertumbuhan
ekonomi dari adanya penanaman modal asing (FDI) yang lebih tinggi baik dari sisi
penyaluran pinjaman ataupun simpanan juga menguntungkan pihak perbankan
4) Sector properti
Adanya relaksasi kepemilikan oleh asing atas properti high-rise atau apartemen.
Selain itu, adanya pajak yang lebih rendah untuk menjalankan bisnis mal juga
menguntungkan saham beberapa perusahaan properti

 PIHAK YANG DIRUGIKAN


1) Petani dan Nelayan
Karena kehilangan sumber penghidupannya. RUU cipta kerja memfasilitasi
keserakahan dan korupsi banyak investor hitam dengan bantuan oligarki. Oligarki
adalah persekutuan antara pengusahaa dan pejabat pemerintah/apparat keamanan
yang menggunakan berbagai cara untuk merampas sumber penghidupan
masyarakat dengan dalih pengadaan lahan.
2) Buruh atau pekerja industri
Masuknya pasal 88B yang memberikan kebebasan bagi pengusaha untuk
mencaantumkan unit keluaran yang di tugaskan pada pekerja sebagai dasar
perhitungan upah.
Penghapusan pasal 91 di UU ketenagakerjaan yang mewajibkan upah yang
disetujui oleh pengusaha dan pekerja tidak boleh lebih rendah daripada upah
minimum sesuai aturan perundang undangan. Penghapusan pasal ini akan berujung
pada kurangnya kepatuhan pengusaha terhadap upah minimum, dengan kata lain
kemungkinan besar pengusaha akan memberikan upah minimum.
Dan sebagainya.

Tri Fenti Indah Rukhmana / XI KBDR

Anda mungkin juga menyukai