Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH HUBUNGAN INDUSTRIAL

“PT Sai Apparel Industries Terbukti Bersalah, Kemenaker: Perusahaan Akan Bayar
Upah Lembur”

Dosen Pengampu:
Dr. Hendro Widjanarko, M.M

Disusun Oleh:
Kelompok 6 (EM-A)
1. Visensia Gerosa Putri A. 141210280
2. Annisa Amanda P.H 141210347
3. Faiz Arqam Mufid 141210349
4. Triska Damawiyanti 141210361
5. Nadya Michelle A 141210363
6. Rana Yustri Anisa 141210366
7. Marcellino Faisal Ronald 141210373

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


JURUSAN MANAJEMEN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN “NASIONAL” VETERAN YOGYAKARTA
2024
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah


Pemerintah melalui Pengawas Ketenagakerjaan Disnakertrans Jawa Tengah,
Mediator Hubungan Industrial Disnaker Grobogan, dan Polres Grobogan telah
memeriksa PT SAI Apparel Industries di Grobogan, Jawa Tengah, terkait video viral
pekerja yang tidak dibayar gaji lemburnya.
Dirjen Binwasnaker dan K3 Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker),
Haiyani Rumondang mengatakan, hasil pemeriksaan tim di lapangan, benar terjadi
ada adu mulut antara pekerja bernama Erma dengan tenaga kerja asing (TKA) asal
India, Shanji.
Dari hasil pemeriksaan itu juga, tim pengawas ketenagakerjaan menemukan
adanya pelanggaran terhadap pembayaran upah lembur yang terjadi sejak September
2022. "Pihak perusahaan sudah menyatakan akan membayar kekurangan upah lembur
tersebut, terhitung 5-6 hari sejak hari pemeriksaan," kata Haiyani. Haiyani meminta
perusahaan mematuhi aturan perundang-undangan ketenagakerjaan yang berlaku.
Sebelumnya, viral video seorang karyawan wanita PT Sai Apparel Industries
adu argumen dengan pemilik perusahaan berkebangsaan India. Video itu
memperlihatkan karyawan PT Sai Apparel Industries menuntut haknya karena sudah
bekerja lembur.
Namun bos perusahaan itu tidak terima divideokan, apalagi di kawasan pabrik.
Ia mengusir karyawan perempuan tersebut keluar dari pabrik dengan alasan ada
aturan tidak boleh melakukan pengambilan video. "Ada rahasia di dalam perusahaan
ini, kerja paksa sampai selesai, tidak dibayar begitu. Perusahaan baru sudah molor
dua, tiga jam," ucap pekerja perempuan dalam video itu. Atas kejadian itu,
Kemenaker memerintahkan Dinas Ketenagakerjaan Provinsi Jawa Tengah melakukan
pemeriksaan ke PT Sai Apparel Industries.
2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penjelasan mengenai waktu kerja lembur ?
2. Apa saja dampak pelanggaran upah lembur di perusahaan?
3. Bagaimana peran pemerintah dalam menegakkan hak-hak karyawan dan
membangun hubungan industrial yang kondusif?
4. Apa saja aturan yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kepatuhan
pengusaha terhadap upah kerja di Indonesia?
5. Apa saja sanksi dari Penyimpangan Waktu Kerja Lembur ?
BAB II
LANDASAN TEORI

1. Pasal 78 Ayat (1) huruf b UU Nomor 13/2003


Menjelaskan waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3 jam
dalam 1 hari dan 14 jam dalam 1 minggu.
2. Pasal 188 ayat (1) UU Nomor 13/2003
Menjelaskan barang siapa melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 14 ayat (2), Pasal 38 ayat (2), Pasal 63 ayat (1), Pasal 78 ayat (1), Pasal 108 ayat
(1), Pasal 111 ayat (3), Pasal 114, dan Pasal 148, dikenakan sanksi pidana denda
paling sedikit Rp5 juta dan paling banyak Rp50 juta.
3. Perppu Cipta Kerja
a. Waktu kerja yang ditentukan undang-undang meliputi:
1.) 7 jam 1 hari dan 40 jam 1 minggu untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu;
atau
2.) 8 jam 1 hari dan 40 jam 1 minggu untuk 5 hari kerja dalam 1 minggu.
b. Pasal 81 angka 24 (Pasal 88 UU 13/2003)
1.) Setiap pekerja/buruh berhak atas penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan.
2.) Pemerintah Pusat menetapkan kebijakan pengupahan sebagai salah
satu upaya mewujudkan hak pekerja/buruh atas penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan.
3.) Kebijakan pengupahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi:
a) upah minimum
b) struktur dan skala upah
c) upah kerja lembur
d) upah tidak masuk kerja dan/atau tidak melakukan pekerjaan karena
alasan tertentu
e) bentuk dan cara pembayaran upah
f) hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah
g) upah sebagai dasar perhitungan atau pembayaran hak dan kewajiban
lainnya.
4.) Ketentuan lebih lanjut mengenai kebijakan pengupahan diatur dalam
Peraturan Pemerintah.
c. Pasal 78 ayat (1) UU Ketenagakerjaan, yang berbunyi:
Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh melebihi waktu kerja
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 ayat (2) harus memenuhi syarat:
1.) Ada persetujuan pekerja/buruh yang bersangkutan; dan
2.) Waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling lama 4 (empat) jam
dalam 1 (satu) hari dan 18 (delapan belas) jam dalam 1 (satu) minggu.
d. Pasal 26 ayat (1) PP 35/2021
Mengatur batasan waktu kerja lembur yang sama, yaitu waktu kerja
lembur hanya dapat dilakukan paling lama 4 jam dalam 1 hari dan 18 jam
dalam 1 minggu.

4. Cara Hitung Upah Lembur


Perusahaan yang mempekerjakan pekerja melebihi waktu kerja (lembur) wajib
membayar upah kerja lembur, dengan ketentuan:
a. Untuk jam kerja lembur pertama sebesar 1,5 kali upah sejam; dan
b. Untuk setiap jam kerja lembur berikutnya, sebesar 2 kali upah sejam.

Namun, apabila kerja lembur dilakukan pada hari istirahat mingguan dan/atau
hari libur resmi, maka perhitungannya berbeda, yaitu sebagai berikut:
a. Untuk waktu kerja 6 hari kerja dan 40 jam seminggu:
1.) Perhitungan upah kerja lembur dilaksanakan sebagai berikut:
a) jam pertama sampai dengan jam ketujuh, dibayar 2 kali upah sejam
b) jam kedelapan, dibayar 3 kali upah sejam
c) jam kesembilan, jam kesepuluh, dan jam kesebelas dibayar 4 kali
upah sejam
2.) Jika hari libur resmi jatuh pada hari kerja terpendek, perhitungan upah
kerja lembur dilaksanakan sebagai berikut:
a) jam pertama sampai dengan jam kelima, dibayar 2 kali upah sejam
b) jam keenam, dibayar 3 kali upah sejam; dan
c) jam tujuh, jam delapan, dan jam kesembilan, dibayar 4 kali upah
sejam.
b. Untuk waktu kerja 5 hari kerja dan 40 jam seminggu:
1) jam pertama sampai dengan jam kedelapan, dibayar 2 kali upah sejam
2) jam kesembilan, dibayar 3 kali upah sejam; dan
3) jam kesepuluh, jam kesebelas, dan jam kedua belas, dibayar 4 kali
upah sejam.

5. Sanksi Penyimpangan Waktu Kerja Lembur


Dinas Ketenagakerjaan yang masih memberikan izin penyimpangan waktu kerja
lembur bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka
yang bersangkutan bertindak melampaui wewenang dan dapat dikenakan sanksi sesuai
dengan PP 53/2010 sebagaimana diperbaharui dengan PP 94/2021.
Selain itu, pengusaha yang melanggar ketentuan waktu kerja lembur dalam Pasal 78
ayat (1) UU Ketenagakerjaan sebagaimana telah disebutkan di atas, dapat dijerat sanksi
pidana denda minimal Rp5 juta dan maksimal Rp50 juta. Namun, perlu diingat bahwa sanksi
denda tersebut tidak menghilangkan kewajiban pengusaha untuk membayar hak-hak dan/atau
ganti kerugian kepada pekerja itu sendiri
BAB III
PEMBAHASAN

PT Sai Apparel Industries dinyatakan bersalah karena hasil pemeriksaan oleh tim
pengawas ketenagakerjaan menemukan adanya pelanggaran terhadap pembayaran upah
lembur yang terjadi sejak September 2022. Hal ini tentu bertentangan dengan Pasal 78 ayat
(1) UU Ketenagakerjaan, yang berbunyi:

Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh melebihi waktu kerja sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 77 ayat (2) harus memenuhi syarat:
1. Ada persetujuan pekerja/buruh yang bersangkutan; dan
2. Waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling lama 4 (empat) jam dalam 1
(satu) hari dan 18 (delapan belas) jam dalam 1 (satu) minggu.

PT Sai Apparel Industries juga mewajibkan pekerja untuk menyelesaikan pekerjaan


hingga selesai, dan tidak dibayar sesuai dengan upah lembur. Hal ini tentu bertentangan
dengan peraturan yang harus dipenuhi perusahaan dalam mempekerjakan pekerja melebihi
waktu kerja (lembur) wajib membayar upah kerja lembur, dengan ketentuan:
1. Untuk jam kerja lembur pertama sebesar 1,5 kali upah sejam; dan
2. Untuk setiap jam kerja lembur berikutnya, sebesar 2 kali upah sejam.

PT Sai Apparel Industries sudah melanggar ketentuan waktu kerja lembur dalam
Pasal 78 ayat (1) UU Ketenagakerjaan sebagaimana telah disebutkan di atas, maka PT Sai
Apparel Industries dapat dijerat sanksi pidana denda minimal Rp5 juta dan maksimal Rp50
juta.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kasus PT Sai Apparel Industries yang terbukti bersalah oleh Kementerian
Ketenagakerjaan, di mana perusahaan diwajibkan untuk membayar upah lembur
kepada pekerjanya, memberikan pembelajaran yang penting dalam konteks hubungan
industrial. Sehingga yang dapat ditarik dari kasus ini menyoroti pentingnya
perlindungan hak-hak pekerja dan kepatuhan perusahaan terhadap regulasi
ketenagakerjaan.
Pertama, Keputusan Kementerian Ketenagakerjaan menegaskan bahwa
perlindungan hak-hak pekerja merupakan aspek yang tak terpisahkan dari hubungan
industrial yang sehat. Pembayaran upah lembur yang telah diatur dalam
undang-undang merupakan hak yang harus dijamin bagi setiap pekerja. Ketika
hak-hak ini dilanggar, konflik antara perusahaan dan pekerja dapat terjadi,
mengganggu stabilitas hubungan industrial dan produktivitas perusahaan.
Kedua, kepatuhan perusahaan terhadap regulasi ketenagakerjaan adalah
prasyarat bagi hubungan industrial yang berkelanjutan. Ketika perusahaan melanggar
aturan terkait upah dan jam kerja, hal ini tidak hanya merugikan pekerja secara
langsung, tetapi juga merusak kepercayaan dan citra perusahaan. Kepatuhan terhadap
hukum akan membantu membangun hubungan yang lebih harmonis antara
manajemen dan pekerja, serta memperkuat kestabilan lingkungan kerja.
Dalam konteks ini, kasus PT Sai Apparel Industries menunjukkan perlunya
perusahaan untuk memprioritaskan kepatuhan hukum dan perlindungan hak-hak
pekerja dalam strategi manajemen sumber daya manusia mereka. Dengan memastikan
ketaatan terhadap regulasi ketenagakerjaan dan memberikan perlindungan yang
memadai bagi pekerja, perusahaan dapat membangun hubungan industrial yang kuat,
berkelanjutan, dan berorientasi pada kesejahteraan bersama.

Anda mungkin juga menyukai