Anda di halaman 1dari 21

ETIKA DAN TANGGUNG JAWAB

PROFESI HUKUM
Dosen Pengampu :
Fadli Yasser Arafat Juanda S.H.,M.H

DI SUSUN OLEH KELOMPOK : 2


NAMA : NIM :
Darmina Hamma Nur I0120017
St. Raodah I0120368
Rahmatia I0120302
Srimasita I0120014
Juhaya I0120010
Marni I0120004
Salman I0120303
Sarman I0120306

PRODI ILMU HUKUM


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULAWESI BARAT
TAHUN AJARAN
2022/2023
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penyusun kemudahan sehingga
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya
penyusun tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta
salam semoga terlimpah dan tercurahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad
SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penyusun mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penyusun mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Etika dan tanggung
jawab profesi hukum , kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.

Untuk itu, kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini,
supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penyusun mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada dosen
pengampu pada mata kuliah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Majene, 04 September 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

SAMPUL

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG 1

B. RUMUSAN MASALAH 2

C. TUJUAN 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Etika 3
B. Tanggung Jawab Profesi Hukum 4
C. Pengertian Profesi Hukum 5
D. Nilai Moral Profesi Hukum 6
E. Etika Profesi Hukum 9
F. Hubungan Etika Dan Profesi Hukum 11
G. Contoh Kasus 12

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN 15

DAFTAR PUSTAKA 16

ii
iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Berbicara mengenai etika dan tanggung jawab profesi hukum adalah berbicara mengenai
bagaimana seorang penegak hukum beretika dan bertanggung jawab dalam menjalankan
profesinya. Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya profesi hukum harus mampu
memberikan kepastian hukum, ketertiban hukum, keadilan, dan kebenaran berdasarkan hukum
dan mengindahkan norma-norma keagamaan, kesopanan, dan kesusilaan serta wajib menggali
nilai-nilai kemanusiaan, hukum, dan keadilan yang hidup dalam masyarakat.

Secara normatif das solen etika dan tanggung jawab profesi hukum saat ini terlihat baik
dan sempurna. Misalnya profesi seorang jaksa yang mempunyai keududukan sebagai wakil
negara dalam bidang peradilan. Tugas wakil negara adalah hal yang penting terutama kaitanya
dengan kewibawaan negara. Akan sangat baik bila profesi seorang jaksa atau profesi hukum
yang lain mempunyai etika dan tanggung jawab yang baik sehingga dapat dipercaya dan diakui
oleh masyrakat.

Dalam kenyataan das sein citra etika profesi hukum tidak sebaik dan seindah tugas dan
kewajibannya yang sangat ideal. Di tengah-tengah masyarakat banyak terjadi penyalahgunaan
profesi hukum tersebut disebebakan adanya faktor kepentingan. Sumaryono mengatakan
bahwa penyalahgunaan profesi hukum atau tidak adanya disiplin diri.

Dalam profesi hukum dapat dilihat dua hal yang sering berkontradiksi satu sama lain,
pengembalaan hukum yang berada jauh dibawah cita-cita tersebut. Selain itu penyalahgunaan
profesi terjadi karena desakan pihak klien yang menginginkan perkaranya cepat selesai dan
tentunya ingin menang. Klien biasanya tidak segan-segan menawarkan bayaran yang
menggiurkan baik kepada penasehat hukum ataupun hakim yang memeriksa perkara.

Mafia peradilan, itulah istilah yang kini cukup populer dibicarakan di masyarakat. Banyak
profesi hukum yang memberikan teladan atau perilaku yang kurang baik terhadap masyarakat.
Dalam menangani kakus di peradilan tidak jarang aparat penegak hukum dalam hal ini hakim,
jaksa dan penasehat hukum “main mata”. Hukum pun dipermainkan untuk kepentingan
mereka sendiri. Masyarakat yang tidak tahu tentang aturan hukum pun mudah untuk
dipermainkan.

1
Masyarakat pun mulai menilai bahwa profesi hukum tidak lagi menjadi teladan hukum
yang baik, dan membuat masyarakat tidak percaya kepada aparat penegak hukum. Dengan ini
untuk menjaga profesi hukum yang diteladani perlu adanya etika dan tanggung jawab profesi
hukum.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas maka dapat diambil rumusan masalah, diantaranya:

1. Apa pengertian etika?


2. Bagaimana tanggung jawab profesi hukum?
3. Apa pengertian profesi hukum?
4. Bagaimana hubungan etika dan profesi hukum?
5. Contoh kasus pelanggaran etika

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu agar kita dapat mengetahui apa itu etika profesi dan
tanggung jawab profesi hukum, mengetahui etika profesi dan tanggyng jawab profesi hukum,
dan bisa mempelajari kasus pelanggaran kode etik seorang profesi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Etika
Etika berasal dari kata Yunani Ethos yaitu adat kebiasaan, adat istiadat, akhlak yang
baik. Dalam Kamus Bahasa Inggris ethos diartikan sebagai jiwa khas suatu bangsa.Etika
dipergunakan Aristoteles (384-322 BC) untuk menunjukkan Filsafat Moral. Dengan
demikian, Ethos yang artinya dorongan dari dalam jiwa atau semangat untuk menjadi lebih
baik atau sebaliknya. Ethos dari bahasa Yunani artinya adat istiadat atau kebiasaan yang
baik. Etiket diartikan sebagai aturan (pakai), sopan santun, tatakrama.

Terdapat banyak dalil dari Al-Qur'an dan As-Sunnah yang menyebutkan tentang


tingginya kedudukan seseorang yang beradab dan berakhlak yang baik, di antaranya:

Dari alquran ; "(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang
maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan)
orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan."— QS.Ali-Imran: 134

Kutipan motivasi salah satu pakar hukum mengenai pentingnya etika dan
tanggungjawab dalam profesi Geef me geode rechters, geode rechters commissarissen,
geode officieren van justitie en geode politie ambtenaren, en ikzal met eenslechtwetboek van
strafproces recht goedbereiken. “Berikan kepada saya jaksa dan hakim yang baik, maka
dengan peraturan yang buruk sekalipun saya bisa membuat putusan yang baik.”

Menurut Suhrawardi K. Lubis menyatakan bahwa dalam bahasa agama islam, istilah etika
ini merupakan bagian dari akhlak. Dikatakan merupakan bagian dari akhlak, karena akhlak
bukanlah sekedar menyangkut perilaku manusia yang bersifat perbuatan yang lahiriyah saja,
akan tetapi mencakup hal-hal yang lebih luas, yitu meliputi bidang akidah, ibadah dan
syari’ah.

Etika adalah sebuah cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai dan norma moral yang
menentukan perilaku manusia dalam hidupnya. Etika menurut Magnis Suseno adalah sebuah
ilmu dan buku sebuah ajaran. Etika adalah perwujudan dan pengejawantahan secara kritis dan
rasional ajaran moral yang siap pakai itu. Dari beberapa pengertian di atas dapat diambil
sebuah kesimpulan bahwa etika adalah akhlak atau kebiasaan yang menurut manusianya itu

3
sendiri masih dalam koridor atau jalan yang benar. Atau etika adalah yang muncul secara
alamiah yang timbul dari diri sendiri bukan dibuat-buat sebagai nilai dari manusia tersebut
yang menentukan karakter seperti apa yang ia miliki.

1. Urgensi Etika

Sejak zaman Aristoteles, urgensi etika mendapat tempat dalam pembahasan utama,
terbukti dalam tulisannya tentang “Ethika Nicomachela”. Beliau berpendapat tentang tata
pergaulan dan

penghargaan seorang manusia, yang tidak didasarkan pada egoisme atau kepentingan
individu, akan tetapi didasarkan pada hal-hal yang altruistik, yaitu memperhatikan orang lain.
(Suhrawardi K. Lubis, Etika Profesi Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 1994).

2. Fungsi Etika antara lain;

1. Diperlukan untuk mengambil sikap yang wajar dalam suasana perbedaan.

2. Perbedaan dalam: suku, budaya, agama dll

3. Modernisasi membawa perubahan yang berbeda

4. Ideologi yang menawarkan diri sebagai penuntun kehidupan.

B. Tanggung Jawab Profesi Hukum

Tanggung jawab menurut kamus umum Bahasa indonesia adalah keadaan wajib
menanggung segala sesuatunya. Berkewajiban menanggung,memikul tanggung jawab,
menanggung segala sesuatunya atau memberikan jawab dan menanggung akibatnya ,
Tanggung jawab dalam pengertian kamus diterjemahkan dengan kata “responsibility: having
the caracter of a free moral agent; capable of determining one’s own acts; capable of
deterred by consideration of sanction or consequences”.

Definisi ini memberikan pengertian yang dititikberatkan pada:

1. Harus ada kesanggupan untuk menetapkan sikap terhadap suatu perbuatan


2. Harus ada kesanggupan untuk memikul risiko dari suatu perbuatan.

Bila pengertian itu dianalisis lebih luas, akan kita dapati bahwa dalam kata having the
caracter itu dituntut sebagai suatu keharusan, akan adanya suatu pertanggungan

4
moral/karakter. Tanggung jawab profesi hukum itu sendiri diartikan dalam menjalankan
tugasnya, profesional hukum wajib bertanggung jawab, artinya:

1. Kesediaan melakukan dengan sebaik mungkin tugas apa saja yang termasuk
lingkup profesinya.
2. Bertindak secara profesional, tanpa membedakan perkara bayaran dan perkara
cuma-cuma (prodeo).

Tanggung jawab sebagai kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang
disengaja maupun tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan
kesadaran akan kewajibannya.

C. Pengertian Profesi Hukum


1. Profesi

Profesi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pekerjaan yang dilandasi pendidikan
keahlian (keterampilan, kejujuran, dan sebagainya) tertentu. Profesi merupakan suatu konsep
yang lebih spesifik diabndingkan denga pekerjaan. Dengan kata lain, pekerjaan memiliki
konotasi yang lebih luas daripada profesi, suatu profesi adalah pekerjaan, teta[i tidak semua
pekerjaan merupakan profesi.

Sementara itu Darji Darmodiharjo dan Sidharta mengemukakan bahwa profesi adalah
suatu pekerjaan yang membutuhkan dan memiliki serta memenuhi sedikitnya 5 (lima)
persyaratan sebagai berikut :

a. Memiliki landasan intelektualitas,


b. Memiliki standar kualifikasi,
c. Pengabdian pada masyarakat,
d. Mendapat penghargaan di tengah masyarakat,
e. Memiliki organisasi profesi

Sebagai pegangan dapat diutaraan pendapat yang dikemukakan oleh Dr J. Spillane SJ


dalam Nilai-nilai Etis dan Kekuasaan Utopis. Suatu profesi dapat didefinisikan secara singkat
sebagai jabatan seseorang kalau profesi tersebut tidak bersifat komersial, mekanis pertanian
dan sebagainnya. Secara tradisonal ada empat profesi; kedokteran, hukum, pendidikan dan
kependetaan.

5
Oleh karena itu profesi menurut penulis diartikan sebagai pekerjaan dengan keahlian
khusus sebagai mata pencaharian yang karena sifatnya menuntut pengetahuan yang tinggi,
khusus dan latihan.

2. Profesi Hukum

Profesi hukum merupakan salah satu dari sekian profesi yang ada, misalnya profesi
dokter, profesi akuntan, profesi teknik dan lain-lain. Profesi hukum sangat bersentuhan
langsung denga kepentingan manusia atau orang yang lazim disebut “klien”. Profesi hukum
adalah suatu istilah yang kompleks. disebut demikian karena kata "hukum" yang melekat
padanya memang bermakna kompleks, multidimensional yang multifaset.

Setiap profesi hukum dalam menjalankan tugasnya masing-masing harus senantiasa


menyadari, bahwa dalam proses pemberian Pengayoman hukum, mereka harus saling isi-
mengisi demi tegaknya hukum, keadilan dan kebenaran yang sesuai dengan jiwa Negara kita
yang bersifat integralistik dan kekeluargaan.

Biasanya asosiasi yang bersifat profesional adalah merupakan organisasi yang bukan
bertujuan untuk mendapak mendapatkan untung yang bersifat materi (laba) akan tetapi
berdasarkan kepada prinsip kerjasama dan kesukarelaan. Dari uraian di atas dapatlah
dikemukaan bahwa yang dimaksut dengan profesi hukum tersebut adalah segala pekerjaan
yang dikaitkan dengan masalah hukum.

D. Nilai Moral Profesi Hukum


1. Pengertian Moral Secara Etimologi,

Pengertian moral menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) bisa diartikan sebagai
(ajaran tentang) baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dan
sebagainya; akhlak; budi pekerti; susila: kondisi mental yang membuat orang tetap berani,
bersemangat, bergairah, berdisiplin, dan sebagainya; isi hati atau keadaan perasaan
sebagaimana terungkap dalam perbuatan: ajaran kesusilaan yang dapat ditarik dari suatu
cerita.

Kata Moral berasal dari kata mos (mores) yang sinonim dengan kesusilaan, kelakuan. Moral
adalah ajaran tentang hal yang baik dan buruk, yang menyangkut tingkah laku dan perbuatan
manusia.Seorang pribadi yang taat kepada aturan-aturan, kaidah-kaidah dan norma-norma

6
yang berlaku dalam masyarakatnya, dianggap sesuai dan bertindak secara moral. Jika
sebaliknya yang terjadi maka pribadi itu dianggap tidak bermoral.

2. jenis-jenis moral
1. Moral Ketuhanan
2. Moral ideologi dan filsafat
3. Moral etika dan kesusilaan
4. Moral disiplin dan hukum
3. tujuan moral
1. Untuk memastikan terwujudnya harkat dan martabat individu seseorang dan
kemanusiaan.
2. Untuk memotivasi manusia supaya bersikap dan beraksi dengan penuh kebajikan
dan kebaikan yang didasari atas kesadaran keharusan yang dilandasi moral.
3. Untuk mengawal keharmonisan hubungan sosial antar manusia, sebab moral
menjadi landasan rasa percaya terhadap sesama.

Profesi hukum merupakan satu profesi yang menuntut pemenuhan nilai moral dan
pengembangannya. Nilai moral itu merupakan keuatan yang mengarah dan mendasari
perbuatan luhur.setiap profesional dituntut supaya memiliki nilai moral yang kua. Franz
Magnis Susen mengeukanan lima kriteria nilai moral yang mendasari keperibadian
profesional hukum, diantaranya adalah:

1. Kejujuran

Kejujuran adalah dasar utama. Tanpa kejujuran maka profesional hukum mengingkari
misi profesinya, sehingga dia menjadi mnafik, licik, penuh tipu diri. Sikap yang terdapat
dalam kejujuran yaitu:

a. Sikap terbuka, berekenaan dengan pelayanan klien, kerelaan atau keikhlasan melayani
atau secara Cuma-Cuma.
b. Sikap wajar, ini berkenaan dengan perbuatan yang tidak berlebihan tidak otoriter,
tidak sok kuasa, tidak kasar, tidak menindas, tidak memeras.

2. Autentik

Autentik artinya menghayati dan menunjukan diri sesuai dengan keasliannya, kepribadian
yang sebenarnya. Autentik pribadi profesional hukum diantaranya:

7
a. Tidak menyalahgunakan wewenang.
b. Tidak melakukan perbuatan yang merendahkan martabat.
c. Mendahulukan kepentingan klien
d. Berani berinisiatif dan berbuat sendiri dengan bijaksana, tidak semata-mata
menunggu atasan
e. Tidak mengisolasi diri dari pergaulan sosial.

3. Bertanggung Jawab

Dalam menjalankan tugasnya, profesional hukum wajib bertanggung jawab artinya:

a. kesediaan melakukan dengan sebaik mungkin tugas apa saja yang termasuk
lingkup profesinya ;
b. bertindak secara proporsional, tanpa membedakan perkara bayaran dan perkara
cuma-cuma (prodeo)
c. kesediaan memberikan laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan
kewajibannya

4. Kemandirian Moral

Kemandirian moral artinya tidak mudah terpengaruh atau tidak mudah mengikuti
pandangan moral yang terjadi di sekitarnya, melainkan memebetuk penilaian dan mempunyai
pendirian sendiri. mandiri secara moral berarti tidak dapat dibeli oleh pendapat mayoritas,
tidak terpengaruhi oleh pertimbangan untung rugi (pamrih), penyesuaian diri dengan nilai
kesusilaan dan agama.

5. Keberanian Moral

Keberanian moral adalah kesetiaan terhadap suara hati nurani yang menyatakan
kesediaan untuk menanggung resiko konflik. Keberanian tersebut antara lain :

a. Menolak segala bentuk korupsi, kolusi suap, pungli


b. Menolak segala bentuk cara penyelesaian melalui jalan belakang yang tidak sah.

8
E. Etika Profesi Hukum

1. Hubungan antara etika dan hukum


Von Savigny dalam madzhab sejarah secara tidak langsung menunjukkan keterkaitan
antara hukum dengan etika. Beliau mengatakan, bahwa hukum itu harus dipandang sebagai
suatu penjelmaan dari jiwa atau rohani suatu bangsa. Selalu ada suatu hubungan yang erat
antara hukum dengan kepribadian suatu bangsa. Apa yang dinilai dan dijadikan ideologi
sauatu bangsa sebagai pandangan, tata aturan atau kaidah-kaidah kehidupan bermasyarakat
dan bernegara, maka hal itu dapat disebut sebagai bagian dari “jiwa bangsa”.

2. Dampak Penegakan Dan Pelanggaran Etika 


Terdapat syair yang menyebutkan "sesungguhnya bangsa itu jaya selama mereka masih
mempunyai ahklak (moral) yang mulia, maka apabila ahklak mulianya telah hilang. maka
hancurlah bangsa itu". Manusia memang sering kali bersikap dan berperilaku yang
berlawanan dengan norma yang sudah dipelajari dan dipahaminya. Banyaknya kasus yang
terjadi dan akibat yang ditimbulkan luar biasa, maka ini menunjukan bahwa dampak dari
pelanggaran etika atau penyimapangan moral tidaklah main-main.

3. Peran etika dalam perkembangan IPTEK


Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berlangsung sangat cepat. Dengan
perkembangan tersebut diharapkan akan dapat mempertahankan dan meningkatkan taraf
hidup manusia, untuk menjadi manusia secara utuh.

Kehidupan manusia dalam melakukan interaksi sosialnya selalau akan berpatokan pada
norma atau tatanan hukum yang berada dalam masyarakat tersebut. Menakala manusia
melakukan interaksinya, tidak berjalan dalam kerangka norma atau tatanan yang ada, maka
akan terjadi bias dalam proses interaksi itu. Sebab tidak bisa dipungkiri bahwa manusia
memiliki kecenderungan untuk menyimpang dari norma atau tatanan yang ada, karena
terpengaruh oleh adanya hawa nafsu yang tidak terkendali.

Hal yang sama juga akan berlaku bagi yang namanya profesi, khususnya profesi hukum.
Berjalan tidaknya penegakkan hukum dalam suatu masyarakat tergantung pada baik buruknya
profesional hukum yang menjalani profesinya tersebut. Untuk menghindari jangan sampai
terjadi penyimpangan terhadap menjalankan profesi, khususnya profesi hukum, dibentuklah
suatu norma yang wajib dipatuhi oleh orang yang tergabung dalam sebuah profesi yang lazim

9
disebut “Etika Profesi”. Dengan harapan bahwa para profesional tersebut tunduk dan patuh
terhadap kode etik profesinya.

Menurut Notohamidjojo dalam menjalankan kewajibannya, profesional hukum perlu


memiliki:

a. Sikap manusiawi, artinya tidak menanggapi hukum secara formal belaka, melainkan
kebenaran yang sesuai dengan hati nurani.
b. Sikap adil, artinya mencari kelayakan yang sesuai dengan perasaan masyarakat.
c. Sikap patut, artinya mencari pertimbangan untuk menentukan keadilan dalam suatu
perkara kongkret.

Sikap jujur, artinya menyatakan sesuai itu benar menurut apa adanya dan menjauhi yang
tidak benar dan tidak patut. Profesi Hukum dan Penegakan Hukum

Suatu profesi hukum di awali dengan proses pendalaman dan penguasaan spesifikasi
keilmuwan di bidang perundang-undangan (hukum). Orang yang berniat menjadi
penyelenggara atau pengemban profesi hukum haruslah masuk dalam lingkaran atau
komunitas proses. Tanpa melalui jalan ini, sulit dihasilkan seorang figur penyelenggara
hukum yang handall (profesional).

4. Sikap penyelenggara profesi hukum


1) Sikap kemanusiaan, agar tidak menaggapi (menyikapi) hukum secara
formal belaka, Artinya, sebagai sarjana hukun dituntut sejak dini untuk
gemar melakukan analisis dan interpretasi yuridis yang sesuai dengan
aspirasi dan dinamika masyarakat.
2) Sikap keadilan yang berorientasi pada nilai-nilai kemanusiaan.
3) Mampu melihat dan menempatkan nilai-nilai objektif dalam suatu perkara
yang ditangani

5. Profesi Hukum dan Unsur-Unsur Penegakan Hukum

Penegakan hukum dilakukan dengan penindakan hukum menurut urutan sebagai berikut;

1) Teguran peringatan supaya menghentikan pelanggaran dan jangan berbuat


lagi (percobaan);
2) Pembebanan kewajiban tertentu (ganti kerugian, denda);

10
3) Penyisihan atau pengucilan (pencabutan hak-hak tertentu);
4) Pengenaan sanksi badan (pidana penjara, pidana mati).
5) Idealisme Negara Hukum

Ide negara hukum, selain terkait dengan konsep 'rechtstaat' dan 'the rule of law', juga
berkaitan dengan konsep 'nomocracy' yang berasal dari perkataan 'nomos' dan 'cratos'.
Perkataan nomokrasi itu dapat dibandingkan dengan 'demos' dan 'cratos' atau 'kratien' dalam
demokrasi. 'Nomos' berarti norma, sedangkan 'cratos' adalah kekuasaan. Yang dibayangkan
sebagai faktor penentu dalam penyelenggaraan kekuasaan adalah norma atau hukum. Karena
itu, istilah nomokrasi itu berkaitan erat dengan ide kedaulatan hukum atau prinsip hukum
sebagai kekuasaan tertinggi.

F. Hubungan Etika dan Profesi Hukum

Etika dimasukkan dalam disiplin pendidikan hukum disebabkan belakangan ini terlihat
adanya gejala penurunan etika dikalangan aparat penegak hukum, yang mana hal itu tentunya
akan merugikan bagi pembangunan masyarakat di Indonesia.

Di sisi lain, seorang profesional hukum harus memiliki pengetahuan bidang hukum yang
andal, sebagai penentu bobot kualitas pelayanan hukum secara profesional kepada
masyarakat. Hal ini sesuai dengan Pasal 1 Keputusan Mendikbud No 17/Kep/O/1992 tentang
Kurikulum Nasional Bidang Hukum, program sarjana bidang hukum bertujuan untuk
menghasilkan sarjana hukum yang:

1. Menguasai hukum indonesia


2. Mampu menganalisis masalah hukum dalam masyarakat
3. Mampu menggunakan hukum sebagai sarana untuk memecahkan masalah
kongkret dan tetap berdasarkan prinsip-prinsip hukum
4. Menguasai dasar-dasar ilmiah untuk mengembangkan ilmu hukum dan hukum
5. Mengenal dan peka akan masalah-masalah keadilan dan masalah-masalah
kemasyarakatan.

Dengan adanya pelajaran etika profesi hukum ini diharapkan lahirlah nantinya sarjana-
sarjana hukum yang profesional dan beretika. Pengembangan profesi hukum haruslah
memiliki keahlian yang berkeilmuan, khususnya dalam bidang itu. Oleh karena itu setiap
profesional harus secara mandiri mampu memenuhi kebutuhan warga masyarakat yang

11
memerlukan pelayanan dalam bidang hukum. Untuk itu tentunya memerlukan keahlian yang
berkeilmuan.

Etika profesi adalah sebagai sikap hidup, yang mana berupa kesediaan untuk memberikan
pelayanan profesional di bidang hukum terhadap masyarakat dengan keterlibatan penuh dan
keahlian sebagai pelayanan dalam rangka melaksanakan tugas berupa kewajiban terhadap
masyarakat yang membutuhkan pelayanan hukum.

Dari uraian di atas hubungan antara etika dan profesi hukum sangat erat, sebab dengan
etika inilah para profesional hukum dapat melaksanakan tugas (pengabdian) profesinya
dengan baik untuk menciptakan penghormatan terhadap martabat menusia yang pada
akhirnya akan melahirkan keadilan di tengah-tengah masyarakat.

G. Contoh Kasus

Pilih Main Tenis Daripada Sidang, Ketua Pengadilan dan 3 Hakim Dihukum MA.

Jakarta - Mahkamah Agung (MA) menjatuhkan hukuman disiplin kepada 45 hakim se-
Indonesia kurun Januari-Maret 2014. Empat di antaranya dihukum karena lebih memilih
main tenis daripada bersidang.

Hal ini seperti dilansir Badan Pengawas MA di websitenya, Jumat (4/4/2014). Empat di
antara 45 nama itu ada 3 hakim dan 1 ketua pengadilan yang diberikan sanksi kode etik
berupa teguran lisan."Menjatuhkan hukuman kepada hakim Strm, Ketua Pengadilan Agama
(PA) Pl berupa hukuman disipin sedang berupa dimutasikan ke pengadilan lain dengan kelas
yang lebih rendah," putus Kepala Badan Pengawas MA, Sunarto.

Kode etik yang dilanggar yaitu Pasal 12 Kode Etik dan Perilaku Hakim. Yaitu 'Hakim
harus berperilaku disiplin bermakna ketaatan pada norma-norma atau kaidah-kaidah yang
diyakini sebagai panggilan luhur untuk mengemban amanah serta kepercayaan masyarakat
pencari keadilan.

"Namun oleh karena pelanggaran yang dilaporkan Terlapor bukan untuk kepentingan
pribadi tetapi untuk kepentingan PTWP (Pertandingan Tenis Warga Pengadilan) Ketua PA
Cup ke IV maka kami berpendapat lebih tepat terlapor dimutasikan ke pengadilan agama
yang kelasnya sama dengan jabatan yang sama," sambung Sunarto.

12
Selain menghukum hakim Pl, MA juga menghukum 3 hakim pengadilan negeri di
kabupaten yang sama dengan kasus yang sama yaitu hakim Rml F Tmbln, AFS Dwtr dan R
Ys Hrty. Masuk dalam daftar sanksi tersebut hakim yang diadili di Majelis Kehormatan
Hakim (MKH) kurun waktu Januari-Maret 2014 lalu.

Dalam kasus di atas dapat dilihat bahwa banyak hakim di Indonesia yang memilih
bermain tenis dari pada melakukan sidang, dan itu jelas melanggar etika yang seharusnya
tidak dilakukan oleh seorang hakim yang sedang menangani kasus.

Juga yang telah dibahas bersama, misal hakim dengan pengacara tidak boleh saling
bertemu atau sekedar minum kopi bersama atau main golf bersama. Di sini diartikan sebagai
hakim menjaga etika, dan apabila hakim melakukan hal-hal tersebut di sini hakim dianggap
melanggar etika. Dalam hal ini hakim di tuntut untuk menjaga etika karena tidak dipungkiri
pertemuan antara pengacara yang hanya sekedar minum kopi atau bermain golf bisa
mempengaruhi keputusan hakim pada sidang yang ditanganinya.

Ada seorang hakim yang memang benar-benar tidak mau atau menolak pemberian hadiah
meski itu bukan orang yang sedang ditangani kasusnya, atau menolak hadiah setelah
menghadiri acara televisi. Di sini hakim mungkin dianggap berlebihan dalam menjaga
etikanya. Namun menurut saya itu boleh saja, karena dia bersikap hati-hati dan tetap
menjaga, karena pada suatu saat bisa saja dia menangani kasus seseorang tersebut dan bisa
mempengaruhi keputusannya, juga menjaga image agar orang yang melihat pemberian itu
tidak beranggapan hakim mudah menerima hadiah dari siapapun.

13
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
1. Etika adalah akhlak atau kebiasaan yang menurut manusianya itu sendiri masih dalam
koridor atau jalan yang benar. Atau etika adalah yang muncul secara alamiah yang
timbul dari diri sendiri bukan dibuat-buat sebagai nilai dari manusia tersebut yang
menentukan karakter seperti apa yang ia miliki.
2. Tanggung jawab profesi hukum itu sendiri diartikan dalam menjalankan tugasnya,
profesional hukum wajib bertanggung jawab, artinya:
a Kesediaan melakukan dengan sebaik mungkin tugas apa saja yang termasuk
lingkup profesinya.
b Bertindak secara profesional, tanpa membedakan perkara bayaran dan perkara
cuma-cuma (prodeo).Tanggung jawab sebagai kesadaran manusia akan tingkah
laku atau perbuatannya yang disengaja maupun tidak disengaja. Tanggung
jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya.
3. Oleh karena itu profesi menurut penulis diartikan sebagai pekerjaan dengan keahlian
khusus sebagai mata pencaharian yang karena sifatnya menuntut pengetahuan yang
tinggi, khusus dan latihan. Sedangkan Profesi hukum sangat bersentuhan langsung
denga kepentingan manusia atau orang yang lazim disebut “klien”. Profesi hukum
tersebut adalah segala pekerjaan yang dikaitkan dengan masalah hukum.
4. Profesi hukum memiliki nilai moral, yang diantaranya
a. Kejujuran
b. Autentik
c. Bertanggung jawab
d. Kemandirian moral
e. Keberanian moral
5. Menurut Notohamidjojo dalam menjalankan kewajibannya, profesional hukum perlu
memiliki:
a. Sikap manusiawi,
b. Sikap adil,
c. Sikap patut,
d. Sikap jujur.

14
e. Hubungan antara etika dan profesi hukum sangat erat, sebab dengan etika
inilah para profesional hukum dapat melaksanakan tugas (pengabdian)
profesinya dengan baik untuk menciptakan penghormatan terhadap martabat
menusia yang pada akhirnya akan melahirkan keadilan di tengah-tengah
masyarakat.

15
DAFTAR PUSTAKA

Burhanudin Salam. 2002. Etika Sosial Asas Moral dalam Kehidupan Manusia. Jakarta: PT
Rineka Cipta

Gandasubrata, Purwoto S. 1998. Renungan Hukum Ikatan Hakim Indonesia (IKAHI)


Kunarto. 1999. Etika dalam peradilan pidana. Jakarta: Cipta Manunggal

Lubis, Suhrawardi K. 2012. Etika Profesi Hukum. Jakarta: Sinar Grafika


Supriadi. 2010. Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum di Indonesia. Jakarta: Sinar
Grafika
Shidarta. 2006. Moralitas Profesi Hukum suatu kerangka berfikir. Bandung: Refika Aditama

16

Anda mungkin juga menyukai