PSIKOLOGI AGAMA
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Konsep Manusia menurut Humanisme dan Al Quran”, ini dapat selesai tepat waktu.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi syarat tugas kuliah, kami sangat berterima kasih
kepada Dosen pengampu Psikologis Agama yaitu, Ibu Dr. Briliyantina Inrati, M Pd yang
telah membimbing dan membantu kami daam penyelesaikan makalah ini. Tak lupa juga kami
menyampaikan terima kasih kepada teman teman dan semua pihak yang telah membantu dan
penulisan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat jauh dari kata sempurna, namun
kami telah berupaya semaksimal mungkin agar mencapai hasil yang sebaik-baiknya. Harapan
kami semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan pembaca. Kritik dan saran, serta
masukan yang membangun akan kami terima seluas-luasnya untuk perbaikan makalah yang
akan kami susun selanjutnya.
Penulis
Kelompok 2
1
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR .............................................................................................................................1
BAB I ...................................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ...................................................................................................................................3
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 5
PENUTUP .............................................................................................................................................11
A. Kesimpulan ................................................................................................................................11
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Apakah arti manusia Menurut Omar Mohammad Al-Toumi Al-Syaibany.
pengertian manusia adalah makhluk yang mulia Manusia merupakan makhluk yang
mampu berpikir, dan menusia merupakan makhluk 3 dimensi (yang terdiri dari badan, ruh,
dan kemampuan berpikir/akal). Manusia dalam proses tumbuh kembangnya dipengaruhi
oleh dua faktor utama yaitu faktor keturunan dan faktor lingkungan. Lalu apakah manusia
menurut humanisme dan hakikat manusia menurut Al quran?
Manusia memandang manusia itu sendiri, ada pada Humanisme yaitu suatu paham
yang menitikberatkan pada manusia, kemampuan kodratinya dan kehidupan duniawinya.
Jadi paham humanisme ini menempatkan manusia sebagai mahluk yang unik dari makhluk
lainya, karena manusia memiliki kesadaran daripada makhluk lainya. Humanisme
memiliki keyakinan bahwa nilai-nilai universal tidak hanya sebatas dari wahyu dari langit
saja tetapi mempercayai bahwa manusia adalah mahkluk yang diberi kelebihan dari
makhluk lain yaitu akal budi. Jadi menurut humanisme ketika manusia hanya tunduk
terhadap segala dogma-dogma agama tanpa memikirkan secara kritis apakah hal yang
masuk di dalam kepalanya tersebut benar ataupun salah, maka menurut paham humanisme
manusia sudah mengingkari kelebihan yang dimilikinya.
Manusia menurut Al-Qur'an dimaknai dengan menggunakan beberapa istilah, yaitu
Bani (Banu) adam atau Dariyat Adam (keturunan, anak Cucu Adam), al-insan, al-ins, an-
nas, atau unas atau al- basyar. Sejalan dengan fungsinya sebagai khalifah dimuka bumi ini,
manusia dibekali dengan berbagai instrumen sebagai modal dasar dalam menjalankan
tugas kekhalifahan. Pada sisi ini manusia berbeda dengan hewan sehingga dalam
perspektif Islam manusia tidak menjadi objek selayaknya hewan. Al Quran Firman Allah
SWT memandang manusia sebagaimana fitrahnya yang suci, AlQuran memuliakan
manusia sebagai makhluk syurgawi yang sedang dalam perjalanan menuju suatu
kehidupan yang spritual yang suci dan abadi dinegeri akhirat, meski dia harus melewati
rintangandan cobaan dengan beban dosa saat melakukan kesalahan dalam hidup pada saat
di dunia. Dan Al Quran juga memgajarkan cara kehidupan dunia agar menjadi lebih baik.
3
A. Rumusan masalah
B. Tujuan Penulisan
4
BAB II
PEMBAHASAN
1
Muhammaddin, Muhammaddin. “Islam dan HumanismeE”. Jurnal Studi Agama 1, Vol 1 no. 2 (December 11,
2017)
http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/jsa/article/view/2408 Diakses tanggal 13 Maret 2023
5
pemisahan-pemisahan (Budi Hardiman, 2012: 62). Dalam kajian humanisme manusia
dianggap sebagai makhluk yang istimewa karena memiliki kesadaran lebih, tapi karena
anggapan inilah justru manusia menganggap dirinya lebih hebat dari makhluk lainya.
Kelebihan yang dimiliki manusia berupa akal, justru digunakan untuk menundukkan alam
(ekspoloitasi tambang batu akik, emas, penggundulan hutan dengan cara membakarnya)
sampai membunuh sesama manusia. Contoh dari humanisme ekslusif ini bisa kita lihat
dari kepemimpinan Adolf Hittler yang membedakan manusia berdasarkan dua ras yaitu ras
tinggi (ras arya) dan ras "lainya". Dikotomi ini berujung terhadap pemusnahan ras "lainya"
dengan metode kamar gas yang menimbulkan banyak korban jiwa yang diterapkan Hittler
pada saat itu. Contoh lain dari humanisme ekslusif adalah sikap fanatisme terhadap salah
satu partai, agama dan lainya.
Salah satu bagian dari humanistik adalah logoterapi. Adalah Viktor Frank yang
mengembangkan teknik psikoterapi yang disebut sebagai logotherapy (makna. Pandangan
ini berprinsip
b) Tujuan hidup kita yang utama adalah mencari makna dari kehidupan kita itu
sendiri,
c) Kita memiliki kebebasan untuk memaknai apa yang kita lakukan dan apa yang
kita alani babkan dalam menghadap kesegaran
Psikologis initidak memusatkan perhatian untuk mencari sebab mengapa seseorang
berprestasi rendah, tetapi perhatian diarahkan pada cara-cara meningkatkan potensi
manusiawi yang dimiliki setiap orang. Konsep Psikologis ini tidak mengesampingkan
kemungkinan terjadinya perbedaan-perbedaan genetik yang dibawa sejak seseorang lahir.
Namun konsepsiitu juga mengakui adadnya kemampuan-kemampuan hebat ini pasti ada
pada manusia yang sukar untuk diukur.2
2
Iik Barakatul Anwar, Psikologi Agama: Konsep Agama Menurut Humnisme dan Al-Quran,
https://youtube.com/watch?v=SNjTeGTOnFg&si=EnSIkaIECMiOmarE diakses tanggal 17 Maret 2023
3
Yuminah Rohmatulloh, Psikologi Agama: Memahami dan Menjadikan Psikologis Sebagai Peneguh Jati Diri,
(Yogyakarta: Deepublish 2017), hlm 26
6
Qur'an sebanyak 27 kali. Basyar menunjuk pada pengertian manusia sebagai makhluk
biologis (Q.S. Ali 'Imran 3: 47) yakni memberi pengertian kepada sifat biologis manusia,
seperti makan, minum, hubungan seksual dan lain-lain.
Kata al-insan dituturkan sampai 65 kali dalam al-Qur'an yang dapat
dikelompokkan dalam tiga kategori. Pertama, al-insan dihubungkan dengan khalifah
sebagai penanggung amanah (Q.S. al- Ahzab 3: 72), kedua, al-insan dihubungankan
dengan predisposisi negatif dalam diri manusia, misalnya sifat keluh kesah, kikir (Q.S. al-
Ma'arij 70:19-21) dan ketiga, ai-insan dihubungkan dengan proses penciptaannya yang
terdiri dari unsur-unsur materi dan non-materi (Q.S. al-Hijr 15: 28-29).
Semua konteks kata al-insan ini menunjuk pada sifat-sifat manusia psikologis dan
spiritual. Kata an-nas yang disebut sebanyak 240 dalam al-Qur'an mengacu kepada
manusia sebagai makhluk sosial dengan karateristik tertentu misalnya mereka mengaku
beriman padahal sebenarnya tidak (Q.S. al-Baqarah 2:8)
Berdasarkan studi isi al-Qur'an dan Hadis, manusia (al-insan) adalah makhluk
ciptaan Allah yang memiliki potensi untuk beriman kepada Allah dan dengan
mempergunakan akalnya mampu memahami dan mengamalkan wahyu serta mengamati
gejala-gejala alam, mempunyai rasa tanggung jawab atas segala perbuatannya dan
berakhlak (N.A. Rasyid, 1983: 19).
Berdasarkan rumusan tersebut, manusia mempunyai berbagai ciri sebagai berikut:4
1. Makhluk yang paling unik, dijadikan dalam bentuk yang sangat baik, ciptaan
Tuhan yang paling sempurna. "Sesungguhnya Kami telah menjadikan manusia
dalam bentuk yang sebaik-baiknya." (Q.S. 95: 4)
2. Manusia memiliki potensi (daya atau kemampuan yang mungkin
dikembangkan) beriman kepada Allah.
"... 'Bukankah Aku ini Tuhanmu? Mereka menjawab, "Betul (Engkau Tuhan
kami), kami menjadi saksi."" (QS. 7: 172)
3. Manusia diciptakan Allah untuk mengabdi kepada-Nya. "Dan Aku tidak
menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku."
(Q.S. 51: 56)
4. Manusia diciptakan Tuhan untuk menjadi khalifah-Nya di bumi.
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: 'Sesunggunya Aku
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi...." (Q.S. 2: 30)
5. Manusia dilengkapi akal, perasaan, dan kemauan atau kehendakk. "Dan
kutakanlah: 'kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu, maka barang siapa yang
ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barang siapa yang ingin (kafir)
biarlah ia kafir...." (QS. 18: 29)
6. Manusia secara individual bertanggung jawab atas segala perbuatannya.
“... Setiap orang (manusia) terikat (bertanggung jawab) terhadap apa yang
dilakukannya." (QS. 53:21) Manusia itu berakhlak.
7. Manusia itu berakhlak
4
Yuminah Rohmatulloh, Psikologis Agama, hlm 27
7
Manusia menurut agama Islam, terdiri dari dua unsur, yaitu unsur materi berupa
tubuh yang berasal dari tanah dan unsur immateri berupa ruh yang berasal dari
alam gaib.
"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal
dari) tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam
tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah,
lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu
Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan
daging, Kemudian kami jadikan ia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha
Suci-lah Allah, Pencipta Yang Paling Baik. Yang membuat segala sesuatu yang
Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah.
Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (air mani).
Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh)nya ruh
(ciptaan)- Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati,
(tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur." (Q.S. 23: 12-14, 32: 7-9)
5
Yuminah Rohmatulloh, Psikiologis Agama, hlm 28
8
Hakikat manusia dalam al-Qur'an adalah makhluk Allah yang paling sempurna,
yang memiliki dimensi jiwa, raga, jasmani dan rohani. Juga sebagai makhluk
biologis, psikologis dan sosial. Ketiganya harus dikembangkan dan diperhatikan
hak maupun kewajibannya secara seimbang dan selalu berada dalam hukum-
hukum yang berlaku (sunnatullah).
1. Tujuan Penciptaan Manusia
Kata "abdi" berasal dari bahasa Arab yang artinya memperhambakan
diri, ibadah (mengabdi/memperhambakan diri). Manusia diciptakan oleh Allah
agar ia beribadah kepada-Nya. Pengertian ibadah di sini tidak sesempit
pengertian ibadah yang dianut oleh masyarakat pada umumnya, yakni kalimat
syahadat, shalat, puasa, zakat, dan haji, tetapi seluas pengertian yang
dikandung oleh kata memperhambakan dirinya sebagai hamba Allah. Berbuat
sesuai dengan kehendak dan kesukaan (ridha)-Nya dan menjauhi apa yang
menjadi larangan-Nya.
2. Fungsi dan Kedudukan Manusia
Sebagai orang yang beriman kepada Allah, segala pernyataan yang
keluar dari mulut tentunya dapat tersingkap dengan jelas dan lugas lewat kitab
suci al-Qur'an sebagai satu kitab yang abadi.
Allah menjadikan manusia agar ia menjadi khalifah (pemimpin) di atas
muka bumi ini dan kedudukan ini sudah tampak jelas pada diri Adam (Q.S. al-
An'am 6: 165 dan Q.S. al-Baqarah 2: 30). Allah menganugerahkan kepada
manusia segala yang ada di bumi, semua untuk kepentingan manusia (la
menciptakan untukmu seluruh apa yang ada di bumi ini). (Q.S. al-Baqarah 2:
29). Maka sebagai tanggung jawab kekhalifahan dan tugas utama umat
manusia sebagai makhluk Allah, ia harus selalu menghambakan dirinya
kepada Allah Swt.
Untuk mempertahankan posisi manusia tersebut, Tuhan menjadikan
alam ini lebih rendah martabatnya dari pada manusia. Oleh karena itu,
manusia diarahkan Tuhan agar tidak tunduk kepada alam, gejala alam. (Q.S.
al-Jatsiah 45: 13) melainkan hanya tunduk kepada-Nya saja sebagai hamba
Allah (Q.S. al-Dzarait 51: 56).
Manusia pada hakikatnya adalah makhluk biologis, psikologis dan
sosial yang memiliki dua predikat di hadapan Allah sebagai hamba Allah (Q.S.
al-Dzarait 51: 56) dan fungsinya di dunia sebagai khalifah Allah (Q.S. al-
Baqarah 2: 30); al-An'am 6: 165), mengatur alam dan mengelolanya untuk
mencapai kesejahteraan kehidupan manusia itu sendiri dalam masyarakat
dengan tetap tunduk dan patuh kepada Sunnatullah.
3. Hakikat Manusia Menurut al-Qur'an 6
Al-Qur'an memandang manusia sebagaimana fitrahnya yang suci dan
mulia, bukan sebagai manusia yang kotor dan penuh dosa. Peristiwa yang
menimpa Nabi Adam sebagai cikal bakal manusia, yang melakukan dosa
dengan melanggar larangan Tuhan, mengakibatkan Adam dan istrinya
6
Yuminah Rohmatulloh, Psikologis Agama, hlm 30
9
diturunkan dari surga, hal ini tidak bisa dijadikan argumen bahwa manusia
pada hakikatnya adalah pembawa dosa turunan. al-Qur'an justru memuliakan
manusia sebagai makhluk surgawi yang sedang dalam perjalanan menuju
suatu kehidupan spiritual yang suci dan abadi di negeri akhirat, meski dia
harus melewati rintangan dan cobaan dengan beban dosa saat melakukan
kesalahan di dalam hidupnya di dunia ini. Bahkan manusia diisyaratkan
sebagai makhluk spiritual yang sifat aslinya adalah berpembawaan baik
(positif, hanif).
Karena itu, kualitas, hakikat, fitrah, kesejatian manusia adalah baik,
benar, dan indah. Tidak ada makhluk di dunia ini yang memiliki kualitas dan
kesejatian semulia manusia. Sungguh pun demikian, harus diakui bahwa
kualitas dan hakikat baik, benar dan indah itu selalu mengisyaratkan dilema-
dilema dalam proses pencapaiannya. Artinya, memerlukan sebuah proses
perjuangan yang berat dan terus menerus (istiqomah) untuk bisa menyandang
predikat manusia "agung"
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sikap toleransi adalah sikap terbuka dari seseorang untuk mau menerima serta
menghargai pendapat orang lain. Sesuai dengan arti bahasa toleransi berarti kesabaran
atau toleransi berarti akan bersikap sabar saat menghadapi perbedaan pendapat, atau
membiarkan orang lain melaksanakan ibadah agama sesuai dengan kepercayaan dan
keyakinannya masing-masing.
11
DAFTAR PUSTAKA
12