Anda di halaman 1dari 20

Burrhus Frederic Skinner (1904-1990) lahir di Susquehanna, Pennsylvania.

Dia meraih gelar master pada 1930 dan Ph.D pada 1931 dari Harvard University.
Gelar B.A. diperoleh dari Hamilton College, New York, dimana dia mengambil
jurusan Sastra Inggris. Antara tahun 1936 dan 1945, Skinner mengajar Psikologi
di University of Minnesota dan menghasilkan salah satu bukunya yang berjudul,
The Behavior of Organisme (1938). (Hergenhann dan Olson, 2008 :81-82)
Pada 1945 Skinner pindah ke Indiana University untuk menjabat ketua
Fakultas Psikologi. Pada 1948 dia kembali ke Harvard, dan tetap disana hingga
akhir hayatnya pada 1990.
Semasa hidupnya Skinner adalah penulis yang prolific. Salah satu perhatian
utamanya adalah menghubungkan temuan laboratoriumnya dengan solusi problem
manusia. Karya-karyanya memicu perkembangan mesin pengajaran dan belajar.
1. Konsep Teoretis Utama
a. Behaviorisme Radikal
Skinner mengadopsi dan mengembangkan filsafat ilmiah yang dikenal
sebagai radical behaviorism (behavirisme radikal). Orientasi ilmiah ini menolak
bahasa ilmiah dan interpretasi ilmiah yang mengacu pada mentalistic
event (kejadian mental). Beberapa teoretisi belajar behavioristik menggunakan
istilah seperti dorongan, motivasi, dan tujuan untuk menjelaskan aspek tertentu
dari perilauku manusia dan non manusia. Skinner menolak jenis istilah ini karena
istilah ini merujuk pada pengalaman mental yang bersifat pribadi, dan menurutnya
menyebabkan psikologi kembali kebentuk non-ilmiah. Menurut Skinner aspek
yang dapat diamati dan dapat diukur dari lingkungan, dari perilaku organisme,
dan dari konsekuensi perilaku itulah yang merupakan materi penting untuk
penelitian ilmiah.
Skinner berpendapat bahwa sains atau ilmu pengetahuan adalah soal
pencarianSebab-sebab,bahwa identifikasi sebab-sebab akan memungkinkan
dilaakukan prediksi dan kontrol, dan bahwa penelitia ekperimental, yang
dilakukan dengaan benar akan bisa mengidentifikasi sebab-sebab itu.
Behaviorisme radikal Skinner ini adalah pandangan yang luarbiasa tentang ilmu
pengetahuan... apa-apa yang unik dan menantang dan banyak disalah pahamidari
behaviorisme radikal Skinner ini adalah argumen Skinner bahwa pandangannya
ini merupakan basis atau skeptisismenya terhadap khususnya mentalisme dan
terhadap berbagai pendekatan yang paling penting terhadap kajian tindakan akal
dan belajar pada umumnya.
b. Perilaku Responden dan Operan
Skinner membedakan dua jenis perilaku responden behavior (perilaku
responden),yang ditimbulkan oleh suatu stimulus yang dikenali, dan operant
behavior (perilaku operan), yang tidak diakibatkan oleh stimulus yang dikenal
tetapi dilakukan sendiri oleh organisme. Respon yang tidak terkondisikan
(bersyarat) adalah contoh dari perilaku responden karena respons ini ditimbulkan
oleh stimuli yang tak terkndisikan. Contoh dari perilaku respnden adalah semua
gerak refleks. Karena perilaku peran pada awalnya tidak berkolerasi dengan
stimuli yang dikenali, maka ia tampak spontan. Kebanyakan aktivitas keseharian
kita adalah perilaku peran.
c. Pengkondisian Tipe S dan Tipe R
Bersama dengan dua perilaku tersebut diatas, ada dua jenis pengkondisian.
Pengkndisian Tipe S juga dinamakan respondent coditioning (pengkondisian
responden) dan identik dengan pengkondisian klasik. Ia disebut pengkondisian
Tipe S karena menekankan arti penting stimulus dalam menimbulkan respons
yang diinginkan. Tipe kondisi yang menyangkut perilaku operan dinamakan Tipe
R karena penekannya adalah pada respons. Pengkondisian Tipe R juga
dinamakan operant conditioning(pengkondisian operan).
d. Prinsip Pengkondisian Operan
Ada dua prinsip umum dalam pengkondisian Tipe R : (1) setiap respons
yang diikuti dengan stimulus yang menguatkan cenderung diulang; (2) stimulus
yang menguatkan adalah segala sesuatu yang memperbesar rata-rata terjadinya
respons operan.
Skinner (1953) tidak mengemukakan kaidah yang mesti diikuti seseorang
untuk menemukan apa yang merupakan penguat yang efektif. Namun dia
mengatakan bahwa apakah sesuatu itu menguatkan atau tidak akan hanya dapat
dipastikan melalui efeknya terhadap perilaku.
Dalam pengkondisian operan, penekannya adalah pada perilaku dan pada
konsekuensinya; dengan pengkondisian peran, organisme pasti merespons dengan
cara tertentu untuk memproduksi stimulus yang menguatkan. Prinsip
pengkndisian operan berlaku untuk berbagai macam situasi.
Prinsip yang sama juga dianggap bisa diaplikasikan untuk pengembangan
personalitas (kepribadian) manusia. Menurut Skinner, diri kita adalah diri yang
diperkuat pada satu saat tertentu. Apa yang kita sebut personalitas tak lain adalah
pola perilaku yang konsisten yang meringkaskan sejarah penguatan dalam diri
kita.
e. Kotak Skinner
Sebagian besar percobaan binatang skinner awal dilakukan dalam ruang tes-
tes kecil yang kemudian terkenal sebagai skinner box (kotak skinner). Kotak ini
adalah pengemban dari kotak teka-teki yang dipakai oleh thorndike.
Pada dasarnya, teori Skinner bermula dari eksperimen di bawah ini. Adapun
materi dari eksperimen Skinner adalah:
1) The Skinner Box (Kotak Skinner).
The Skinner Box adalah suatu ruang percobaan kecil, pemberian
Thorndike. Adapun isi dari Skinner Box adalah grid floor (lantai berjaring
listrik), tuas, feeder mechanism dan mangkok makanan. Perabot-perabot
tersebut disusun sedemikian rupa sehingga jika binatang menekan tuas
maka feeder mechanism akan bergerak (berbunyi) sebagai tanda keluarnya
makanan yang dialirkan ke mangkok makanan, seperti yang tampak dalam
gambar di bawah ini.
2) The Cumulative Recording (Pencatatan Kumulatif)
The cumulative recording adalah suatu alat yang dapat mencatat
perilaku bintang di dalam Skinner Box, dimana alat ini akan bekerja sesuai
dengan garis x atau garis y seperti dalam suatu grafik. Garis x menunjukkan
bahwa binatang tidak melakukan respon; sebaliknya garis y menunjukkan
bahwa binatang melakukan respon.
3) Conditioning the Lever-Pressing Response (Pengkondisian Respons
penekanan-tuas)
Belajar menekan tuas, terdiri dari tiga tahap yaitu :
- Deprivation (deprivasi)
Sebelum binatang dimasukkan dalam Skinner Box, binatang dibuat
deprivasi (kekurangan), lapar atau haus. Binatang tidak diberi makanan
selama 23 jam supaya lapar, atau tidak diberi minum selama 23 jam supaya
haus. Setelah dibuat deprivasi, binatang dimasukkan dalam Skinner Box.
- Magazine training
Magazine training adalah suatu latihan untuk menjauhi mangkok
makanan sebelum feeder mechanisme berbunyi dan dilatih untuk mendekati
makanan setelah feeder mechanism berbunyi. Dalam hal ini, diharapkan
binatang bisa menghubungkan antara feeder mechanism  (sebagai secondary
reinforcement) dengan makanan (sebagai primary reinforcement).
- Lever pressing
Lever pressing adalah suatu respon yang harus dilakukan oleh
binatang saat ia lapar, dengan cara menekan tombol yang ada di dalam
Skinner Box. Jika binatang langsung mendekati makanan sebelum feeder
mechanism berbunyi, maka makanan tidak akan keluar; tetapi jika binatang
menjauhi mangkok makanan sebelum feeder mechanism berbunyi dan
mendekati mangkok makanan setelah mangkok makanan berbunyi maka
makanan akan keluar.
f. Pembentukan (shaping)
Ada pendekatan lain untuk pengkondisian operan yang disebut
dengan shaping (pembentukan) yang tidak membutuhkan waktu lama.
Pembentukan terdiri dari dua komponen: differential reinforcement (penguatan
diferensial) yang berarti sebagian respons diperkuat dan sebagian lainnya tidak,
dan successive approximation  (kedekatan suksesif), yakni fakta bahwa hanya
respons – respons yang semakin sama dengan yang diinginkan oleh
eksperimenterlah yang akan diperkuat. Dalam contoh kita, hanya respon yang
secara berurutan mendekati respons penekanan tuas itulah yang akan diperkuat
secara diferensial.
Belakang ini ditemukan bahwa dalam situasi tertentu, kontingensi yang
sudah ada sebelumnya atau bahkan kontingensi aksidental antar kejadian di
lingkungan dan respons hewan secara otomatis membentuk perilaku. Fenomena
ini dinamakan autoshaping.
g. Pelenyapan (extinction)
Seperti pengkondisian klasik, ketika kita mencabut penguat dari situasi
pengkondisian operan, kita berarti melakukan extinction (pelenyapan). Kita akan
sedikit keliru jika kita mengatakan bahwa setelah pelenyapan ini tidak ada lagu
respons yang muncul; akan lebih tepat jika dikatakan bahwa setelah pelenyapan
ini, respons akan kembali kepada respons di mana penguatan belum
diperkenalkan.
Tingkat dasar ini, yang dinamakan operant level (level operan), adalah
frekuensi yang terjadi secara alamiah di dalam kehidupan hewan itu sebelum dia
diperkenalkan dengan penguatan. Ketika kita menghilangkan penguatan dari
percobaan, seperti dalam kasus pelenyapan, respons hewan akan cenderung
kembali ke level operan.
h. Pemulihan Spontan
Setelah pelenyapan, apabila hewan dikembalikan ke sarangnya selama
periode waktu tertentu dan kemudian dikembalikan ke situasi percobaan, ia sekali
lagi akan mulai menekan tuas dengan segera tanpa perlu di latih lagi. Ini disebut
sebagai spontaneous recovery (pemulihan spontan).
i. Perilaku Takhayul
Menurut prinsip pengkondisian operan, kita dapat memperkirakan bahwa
perilaku yang dilakukan hewan ketika mekanisme pemberi makan diaktifkan akan
diperkuat, dan hewan akan cenderung mengulangi perilaku yang diperkuat itu.
Setelah beberapa saat, perilaku yang diperkuat akan muncul lagi saat mekanisme
pemberi makan aktif lagi, dan responsnya akan semakin kuat. Jadi hewan bisa
mengembangkan respons ritualistik yang aneh; ia mungkin menyerudukkan
kepalanya, atau berputar – putar, berdiri dengan kaki belakang, atau melakukan
sederetan tindakan lain yang pernah dilakukannya ketika mekanisme pemberian
makan mendadak aktif, perilaku ritualistik ini disebut sebagai takhayul
(superstitious) karena hewan itu sepertinya percaya bahwa apa yang dilakukannya
akan menyebabkan datangnya makanan. Karena penguat dalam situasi ini tidak
bergantung pada perilaku hewan, maka ia dinamakan non-contingent
reinforcement (penguatan nonkontingen).
j. Operan Diskriminatif
Setelah kita mengkondisikan hewan untuk menekan tuas, kita dapat
membuat situasi menjadi lebih kompleks. Kita bisa mengatur sedemikian rupa
sehingga hewan akan menerima secuil makanan apabila cahaya lampu di kotak
Skinner menyala tetapi ia tidak mendapat makanan jika cahaya padam. Dalam
kondisi ini, cahaya kita sebut sebagai SD, atau discriminative stimulus (stimulus
diskriminatif). Cahaya yang menyala mendefinisikan kondisi SD, sedangkan
cahaya yang padam mendefinisikan situasi S∆ ( = delta).
Dengan tatanan seperti ini, hewan belajar menekan tuas saat cahaya
menyala dan tidak menekan saat cahaya padam. Cahaya, karenanya menjadi
sinyal (petunjuk) untuk respons penekanan – tuas. Kita telah mengembangkan
discriminatif operant (operan diskriminatif), yang merupakan respons operan
yang diberikan untuk satu situasi tetapi tidak untuk situasi lainnya. Dalam kasus
operan diskriminatif, cahaya menjadi sinyal atau pertanda yang diasosiasikan
dengan respons tertentu yang telah dipelajari organisme yang akan diikuti dengan
penguatan. Jadi operan diskriminatif melibatkan suatu sinyal yang menimbulkan
respons yang pada gilirannya menimbulkan penguatan.
k. Penguatan Sekunder
Setiap stimulus netral yang dipasangkan dengan penguat utama (misalnya
makanan atau air) akan memiliki properti tersendiri; ini adalah prinsip penguatan
sekunder. Jadi setiap SD pasti merupakan penguat sekunder karena ia secara
konsisten mendahului penguat primer. Keller dan Schoenfeld (1950) memberikan
ringkasan penguatan sekunder ini sebagai berikut :
1) Sebuah stimulus yang kadang terjadi atau mengiringi sebuah penguatan
akan mendapatkan karakteristik sebagai penguat tersendiri dan bisa
disebut dengan penguatan terkondisikan sekunder. Penguatan sekunder
bisa hilang jika berkali – kali diaplikasikan ke sebuah respons yang sama
sekali tidak dipengaruhi oleh penguatan utama.
2) Penguatan sekunder adalah positif apabila penguatan yang berkorelasi
dengannya adalah positif,dan negatif jika penguatan yang berkorelasi
dengannya negatif.
3) Setelah terbentuk, penguatan sekunder adalah independen dan
nonspesifik; ia bukan hanya memperkuat respons yang sama yang
menghasilkan penguatan awal, tetapi ia juga akan mengondisikan
respons yang baru dan tak terkait dengan respons sebelumnya. Lebih
jauh, ia juga akan berfungsi seperti itu bahkan ketika ada motif yang
berbeda.
4) Melalui generalisasi, banyak stimuli yang berkorelasi dengan penguatan
akan mendapatkan nilai penguatan sendiri- positif atau negatif. (h. 260).
l. Penguat yang Digeneralisasikan
Suatu generalized reinforcer (penguat yang digeneralisasikan) adalah
penguat sekunder yang dipasangkan dengan lebih dari satu penguat utama.
Keuntungannya adalah ia tidak bergantung pada kondisi deprivasi agar bisa
efektif. Allport (1961) berpendapat bahwa meskipun suatu aktivitas pernah
dilakukan karena aktivitas itu menimbulkan penguatan, setelah beberapa waktu
aktivitas itu sendiri menjadi penguat. Dengan kata lain, aktivitas itu menjadi
independen dari penguat yang dahulu menjadi dasarnya. Misalnya seseorang
mungkin pernah bergabung dengan saudagar kapal untuk mendapatkan nafkah,
tetapi kemudian ia dia selalu berlayar karena menikmati pelayaran walaupun
palayarannya itu tak lagi memberinya pendapatan uang.
Skinner mengatakan bahwa aktivitas semacam itu pada akhirnya akan
menghasilkan penguatan utama atau sebaliknya mungkin ia akan lenyap. Tetapi,
Allport mengatakan bahwa aktivitas itu tak lagi bergantung pada penguatan
utama.

m. Perantaian
Suatu respon dapat membawa organisme berhubungan dengan stimuli yang
bertindak sebagai SD untuk respons lainnya, yang pada gilirannya akan
menyebabkannya mengalami stimuli yang menyebabkan respons ketiga, dan
seterusnya. Proses ini disebut chaining (perantaian atau proses berantai). Sebagian
besar perilaku melibatkan beberapa bentuk perantaian. Misalnya, tindakan
menekan tuas dalam kotak Skinner bukan merupakan respons yang tunggal.
Stimuli dalam kotak Skinner bertindak sebagai SD menyebabkan hewan selalu
mendekati tuas.
Untuk menjelaskan terjadinya perantaian dari sudut pandang Skinner, kita
harus menggunakan konsep penguatan sekunder dan pergeseran asosiatif. Karena
asosiasinya dengan penguat primer, kejadian sebelum pemberian makanan akan
menjadi penguat sekunder. Jadi, tindak melihat tuas itu sendiri akan menjadi
penguat sekunder dan respons menatap tuas itu akan diperkuat dengan adanya
tuas.
n. Penguat Positif dan Negatif
Untuk meringkaskan pandangan Skinner tentang penguatan, pertama – tama
kita punya primary positive reinforcement (penguatan positif primer). Ini adalah
sesuatu yang secara alamiah memperkuat bagi organisme dan berkaitan
dengan survival, seperti makanan dan minuman. Setiap stimulus netral yang
diasosiasikan dengan penguatan positif primer akan menerima karakteristik
penguatan sekunder. Sebuah penguat positif, entah itu primer atau sekunder,
adalah sesuatu yang, apabila ditambahkan ke situasi oleh suatu respons tertentu,
akan meningkatkan probabilitas terulangnya respons tersebut.
            Primary negative reinforcer (penguat negatif primer) adalah sesuatu yang
membahayakan secara alamiah bagi organisme, seperti suara yang amat tinggi
atau setrum listrik. Sebuah penguat negatif, entah itu primer atau sekunder, adalah
sesuatu yang, jika dihilangkan dari situasi oleh respons tertentu, akan
meningkatkan probabilitas terulangnya respons tersebut.

o. Hukuman
Menurut Skinner (1971), imbalan dan hukuman tidak berbeda hanya dalam
arah yang ditimbulkannya. Hukuman dirancang untuk menghilangkan terulangnya
perilaku yang tidak diinginkan dengan asumsi bahwa hukuman akan mengurangi
pengulangan perilaku yang sama oleh seseorang. Melalui percobaan nya, Skinner
menyimpulkaan bahwa non-penguatan (pelenyapan) sama efektifnya dengan
melenyapkan kebiasaan dengan non-penguatan plus hukuman.
Skinner berargumen bahwa hukuman dalam jangka panjang tidak akan
efektif, karena sebenarnya hanya menghasilkan efek temporer sehingga ia
menentangnya. Adapun argument lain yang menentang hukuman ialah:
- Hukuman menyebabkan efek samping emosional yang buruk.
- Hukuman menunjukkan apa yang tidak boleh dilakukan, bukan apa
yang seharusnya dilakukan.
- Hukuman menjustifikasi tindakan menyakiti pihak lain.
- Perilaku yang dahulu menyebabkan hukuman kini dapat dilakukan lagi
tanpa mendapat hukuman lagi, sehingga merasa diperbolehkan untuk
melakukan nya lagi.
- Hukuman akan menimbulkan agresi tehadap perilaku penghukum dan
pihak lain.
- Hukuman sering mengganti respon dengan respon yang lainnya.
Dalam studi terhadap 379 ibu yang mengasuh anak-anaknya dari lahir
hingga taman kana-kanak menarik kesimpulan bahawa penghukuman adalah cara
yang tidak bagus dalam mendidik anak. Banyak bukti yang ditemukan untuk
kesimpulan ini dalam studi. Evaluasi terhadap hukuman yang dilakukan adalah
bahwa dalam jangka waktu panjang, hukuman tidak efektif untuk menghilangkan
jenis perilaku yang menjadi saasaran hukuman. Kata Skinner (1953), hukumaan
dipakai secara luas karena hukuman akan memperkuat si penghukum.

p. Alternatif untuk Hukuman
Skinner menyebutkan sejumlah alternatif selain penggunaan hukuman.
Situasi yang menyebabkan perilaku yang tak diinginkan bisa diubah, dan
karenanya akan mengubah perilaku. Berikut ini adalah beberapa alternatif untuk
hukuman:
- respon yang tak diinginkan dapat dibuat menjadi menjemukan dengan
cara membiarkan organism melakukannya sampai ia bosan.
- Membiarkan waktu yang menentukan, namun akan terlalu lama. Dan
juga kebiasaan tidak akan mudah dilupakan.
- Memperkuat perilaku yang tidak sesuai dengan perilaku yang tak
diharapkan.
- Pelenyapan (extinction) karena cara terbaik untuk melemahkan kebiasaan
yang taak diinginkan adalah dengan mengabaikaannya.
q. Perbandingan Skinner dan Thorndike
Ada beberapa perbedaan antara pengkondisian operan Skinner dengan
pengkondisian instrumental Thorndike, antara lain:
- Lokasi perilaku. Pada instrumental, jalan yang ruwet, jalan keluar, dan
kotak teka-teki. Pada operan yaitu ruang operan.
- Metodologi. Pada instrumental yaitu percobaan diskreet. Pada operan
yaitu responding bebas.
- Prosedur. Pada instrumental, subyek ditempatkan dalam apparatus untuk
memulai setiap percobaan di satu sesi. Pada operan, subyek ditempatkan
hnya untuk memulai satu sesi.
- Display. Pada instrumental yaitu kurva belajar. Pada operan yaaaitu
catataan kumulatif.
- Display data. Pada instrumental yaitu kinerja percobaan daan percobaan.
Pada operan yaitu frekuensi kumulaatif terhadap waktu.
- Sumber data. Pada instrumental yaitu rata-rata kinerja kelompok subyek.
Pada operan yaitu kinerja asubyek individual.
- Statistik. Pada instrumental tes signifikan. Pada operan tidak.
- Pada instrumental tidak mengatur variable atau factor perlakuan. Pada
operan basis praperlakuan subjek berfungsi sebagai nilai perbandingan.
r. Jadwal Penguatan
Ada beberapa jadwal penguatan yang lazim dipakai menurut Skinner, antara
lain yaitu:
1) Continuous Reinforcement Schedule (CRF) atau jadwal penguatan
berkelanjutan, setiap respon yang tepat selama akuisisi akan diperkuat.
2) Fixed Interval Reinforcement Schedule (FI) atau jadwal penguatan
interval tetap, organisme akan diperkuat untuk satu respon yang dibuat
hanya setelah sederet interval waktu.
3) Fixed Ratio Reinforcement Schedule (FR) atau jadwal penguatan rasio
tetap, setiap respon ke-n yang dilakukan organisme akan diperkuat.
4) Variabel Interval Reinforcement Schedule (VI) atau jadwal penguatan
interval variable, organisme diperkuat setelah memberi respon pada akhir
interval dari durasi variable.
5) Variable Ratio Reinforcement Schedule (VR) atau jadwal penguatan
rasio variable, organisme diperkuat setelah memberikan sejumlah respon.
6) Concurrent Schedule (jadwal penguatan secara bersamaan) and the
Matching Law (hukum kesesuaian), jadwal penguatan secara bersamaan
memberikan penguatan di bawah jadwal yang berbeda pada saat yang
bersamaan yang menimbulkan hukum kesesuaian yang menytakan
bahwa dalam jadwal bersamaan frekuensi relative dari pelaku akan
sesuai dengan frekuensi relative dari penguatan.
7) Concurrent Chain Reinforcement Schedule atau jadwal penguatan rantai
secara bersamaan, perilaku organisme selama fase awal eksperimen akan
menentukan jadwal penguatan apa yang akan dialaminya selama fase
kedua atau fase penghentian.
8) Progressive Ratio Schedules (jadwal penguatan rasio progresif) and
Behavioral Economics, organisme percobaan memulai dengan jadwal
rasio rendah dan rasio respon terhadap penguatan secara sistematis
ditingkatkan selama sesi training selanjutnya. Bidang Behavioral
Economics telah mengaplikasikan jadwal ini untuk mendapatkan solusi
bagi problem ini.
s. Perilaku Verbal
Skinner percaya bahwa perlaku verbal  (bahasa) dapat dijelaskan dalam
konteks teori penguatan. Berbicara dan mendengar adalah respon-respon yang
sangat dipengaruhi oleh penguat, seperti halnya respon lain. Karenanya setiap
ucapan akan cenderung diulangi jika ia diperkuat. Skinner menggolongkan respon
verbal berdasarkan bagaimana mereka terkait dengan penguatan, yakni dari segi
yang mesti dilakukan agar respon ini diperkuat.
1) Mand
Kata mand berasal dari fakta bahwa ada permainan (demand). Ketika
permintaan dipenuhi, ucapan (mand) diperkuat, dan saat kebutuhan seseorang
muncul lagi diwaktu yang lain, orang itu keungkinan akan menghilangi mand
tersebut.
2) Tact
Secara umum, tact adalah penamaan objek atau kejadian dilingkungan
dengan tepat, dan penguatannya berasal dari penguatan kesesuaian antara
lingkungan dan perilaku verba seseorang.
3) Echoic Behavior.
Adalah perilaku verbal yang diperkuat saat perilaku verbal orang lain
diulang secara verbatim (persis kata demi kata). Ehoic Behavior merupakan
persyaratan untuk perilaku verbal yang lebih kompleks.
4) Autoclitic Behavior
Menurut skinner (1957), “ istilah autoclitic dimaksudkan untuk menunjukan
perilaku yang didasarkan pada, atau bergantung pada, perilaku verbal lain”.
Fungsi utama autoclitic behavior adalah mengkualifikasikan respon,
mengekspresikan relasi, dan menyediakan kerangka grematikal untuk perilaku
verbal.

t. Kontrak Kontingensi
Contingency contracting (kontrak kontingensi) adalah perluasan pemikiran
skiner. Ringkasnya, ini berarti menyusun semacam tata-situasi dimana seseorang
mendapat sesuatu yang diinginkannya apabila apabila orang itu bertindak dalam
cara tertentu. Beberapa situasi bisa di tata sederhana dan menakup perilaku
sederhana, ketika guru berkata kepada murid, “jika kalian tenang selama lima
menit, kalian boleh istirahat dan bermain diluar”.
Istilah contingeny contracting berasal dari fakta bahwa perjanjian (kontrak)
itu dilakukan dalam rangka memperkuat aktivitas tertentu, yang tidak akan bisa
diperkuat tanpa perjanjian semacam itu. Dengan kata lain, kontak itu menata
ulang kontingensi penguatan dilingkungan, dan memyebabkan menjadi responsif
terhadap pola perilaku yang ingin dimodifikasi dengan cara tertentu.
u. Sikap Skinner terhadap Teori Belajar
Pendekatan Skinner untul riset adalah  dengan melakukan functional
analysis (analisis fungsional) antara kejadian perasaan (stimulus) dengan perilaku
yang dapat di ukur. Jadi, Skinner merekayasa jam-jam deprivasi makanan dan
minuman dengan mencatat efeknya terhadap tingkat respon penekanann tuas; atau
mengamati efek dari jadwal penguatan terhadap tingkat respon atau resistensi
terhadap proses pelayanan.
Dalam menginterpretasikan hasil riset, Skinner selalu dekat-dekat dengan
data; yakni, jika penguatan parsila menghailkan resistensi yang lebih besar
terhadap pelenyapan ketimbang penguata 100 persen, maka itu adalah fakta da
hanya inlah yang bisa dikatakan. Dengan kata lian, Skinner tidak mencoba
menjelaskan hal itu terjadi.
v. Kebutuhan akan Teknologi Perilaku 
Dalam artikel berjudul “What Is Wrong With Daily Life in the Western
World?”, Skinner (1986) memperbaharui saran yang menggunakan teknologi
perilaku guna memecahkan problem manusia. Dalam artikel ini, Skinner
berpendapat bahwa lima praktik kultur telah mengikis kekuatan efek dari
kontigensi penguatan. Praktik kultural itu adalah:
1) mengaliensasikan pekerja dari konsekuaensi kerja mereka
2) membantu mereka yang sebenarnya bisa membantu dirinya sendiri
3) membimbing perilku dengan aturan, bukan denga memberi
konsekuensi yang menguatkan
4) mempertahankan sanksi dari pemerintah dan agama yang merugikan
individu
5) memperkuat periaku menonton, mendengar, membaca, berjudi, dan
seterusnya, sebari memperkauat sedikit  perilaku lainnya.
Menurut Skinner banyak problem yang disebabkan oleh praktik kultural ini dapat
dipecahkan degan memperkuat perilaku yang diinginkan menggunakan prinsip
yang diambil dari analisis eksperimental terhadap perilaku.

2. Relativitas Penguatan
a. David Premack
Secara teradisional penguat di anggap sebagai sebuah stimulus atau
perangsang. Penguat rimer biadasnya diabggap terkait dengan keerlangsungan
organisme, dan penguat sekunder adalah stimulus yang secara knsesten di
pasangkan dengan penguat primer. Tapi , menunjukan bahewa semue reson haru
dianggap sebahai pemuat potensial. Secara spesifik dia menunjukan bahwa setiap
respon yang terjadi debfab prekuensi yang cukup tinggi dapat dipakaui untuk
memperkuat. Respon yang terjadi dengna prekuensi yang relatif rendah.
Menurut Premak, cara untuk mengetahui apa yang bisa dipakai sebaagai
penguat adalah dengan menaati perilaku organusme saat ia menlanjutkan
aktivitas, dan aktivitas yag paling sering dilakukan dapat dipakai sebagai penguat
untuk aktiviasi yang sering dilakukan.
Ringkasnya, kita dapat mengatakan jika suatu aktivitas terjadi lebih sering
ketimbang aktivitas-aktivitas lain maka aktivitas itu dapat digunakan sebagai
penguat untuk mamperkuat aktivitas yang kurang dilkukan. Ini dinamakan
Fremack Principle atau prinsip premak dan tampaknya rinsip ini juag berlauaku
untuk menusia.
b. Revisi Prinsip Premack
Pembelaan tradisional saat Thorndike atau Skinner diserang adalah
argumaen Meehl (1950). Menurut argumen ini, sebuah penguat dalam satu situasi
dapat ditunjukkan untuk memodifikasi perilaku dalam situasi lain. Dikatakan
bahwa sifat tradisional dari penguat atau pemuas akan melindunginya dari klaim
bahwa definisi nya adalah sirkular. Salah satu temuan penting yang diambil dari
riset Permack bahwa argumen transituasional adalah tidak memadai atau bahkan
keliru.
c. William Timberlake
Pandangan Timberlake memberi perspektif baru yang penting mengenai
penguatan dan kontingensi penguatan. Seperti Premack, riset Timberlake dengan
jelas menunjukkan bahwa argumen transtuasional tentang penguatan adalah tidak
benar. Dari perspektif ini, peran jadwal kontingensi adalah menghasilkan
disekuilibrium, bukan memberikan informasi yang menghubungkan respon
dengan penguat atau memberikan kontiguitas antara respon dan penguat. Dan
terakhir, dari riset Timerlake kita melihat bahwa devripasi makanan dan minuman
saja tidak esensial untuk menjadikan nya sebagai penguat. Tetapi, restriksi
terhadap hal-hal itulah yang menjadikannya sebagai penguat.

3. Pandangan Skinner Tentang Pendidikan


Skinner sangat tertarik untuk mengaplikasikan  teori belajarnya ke proses
pendidikan. Menurut Skinner, belajar akan berlangsung sangat efektif apabila :
1) Informasi yang akan dipelajari disajikan secara bertahap.
2) Pembelajar segera diberi umpan balik (feedback) mengenai akurasi
pembelajaran mereka yakni, setelah belajar mereka segera diberi tahu
apakah mereka sudah memahami informasi dengan benar atau tidak?
3) Pembelajar mampu belajar dengan caranya sendiri.
Skinner menegaskan bahwa tujuan belajar seharusnya dispesifikasikan
dahulu sebelum pelajaran dimulai. Dia menegaskan bahwa tujuan belajar itu mesti
didefinisikan secara behavioral. Jika tujuan pendidikan tidak bisa dispesifikasikan
secara behavioral, instruktur tak akan tahu apa yang harus diajarkan. Jika tujuan
dispekifikasikan dalam therm yang sulit diterjemahkan kedalam therm
behavioral,maka sulit sekali untuk menentukan sejauh mana tujuan pembelajaran
sudah terpenuhi.
Seperti behavioris lainnya, dia memulai dengan langkah yang sederhana ke
yang kompleks. Perilaku kompleks dianggap terdiri dari bentuk-bentuk perilaku
sederhana. Seperti Thorndike, bagi Skinner motivasi hanya penting untuk
menentukan apa yang akan bertindak sebagai penguat untuk murid tertentu.
Penguat sekunder adalah sangat penting pula, sebab penguat ini biasanya dipakai
di kelas. Contoh dari penguat sekunder adalah pujian verbal, ekspresi wajah yang
menyenangkan, pemberian penghargaan, menghargai kesuksesan, memberi nilai,
peringkat, dan memberi kesempatan murid untuk mengerjakan sesuatu yang
diinginkannya. Bagi guru skinnerian, fungsi utama pendidikan adalah mengatur
kuntingensi penguatan sehingga perilaku yang dianggap penting bisa
ditingkatkan. Penguatan intrinsik dianggap tidak penting.
Dalam artikelnya yang berjudul “The Shame of American Education”
Skinner (1984) menegaskan bahwa penggunaan instruksi yang terprogram bukan
hanya akan membantu siswa belajar, tetapi juga meningkatkan rasa hormat
kepada guru.
Sukses dan kemajuan adalah hal yang akan dihasilkan oleh instruksi yang
terprogram. Hal inilah yang akan membuat pengajaran menjadi profesi yang layak
dan mulia. Siswa bukan hanya harus belajar tetapi juga harus tahu bahwa mereka
sedang belajar. Demikian pula guru bukan hanya harus mengajar tetepi juga harus
tahu bahwa mereka sedang mengajar. Kejemuan dan kelesuan adalah biasanya
akibat dari penanganan terhadap murid secara keliru, tetapi itu mungkin juga
akibat dari penggunaan cara-cara lama. Sayangnya komunitas juga tidak
menyadarinya. Salah satu usulan perbaikan pendidikan adalah dengan memberi
penghormatan kepada guru, tetapi cara ini terbalik. Yang benaradalah para guru
mesti mengajar dua kali lebih baik, dan penghormatan akan datang dengan
sendirinya.

4. Warisan Skinner : PSI, CBI, dan Belajar Online


Menarik untuk dicatat bahwa tekhnik pengajaran  paling umum adalah
pemberian ceramah pelajaran (perkuliahan) dan tekhnik ini melanggar tiga prinsip
yang didiskusikan diatas. Skinner mengusulkan alternatif tekhnik pengajaran,
yang dinamakan programmed learning (belajar terprogram), yang mencakup
ketiga prinsip tersebut. Alat yang diciptakan untuk menyajikan materi yang
terprogram dinamakan teaching machine (mesin pengajaran).
Belajar terprogram adalah tekhnik yang lebih mungkin digunakan oleh guru
yang berorientasi behavioralistik ketimbang guru yang berorientasi kognitif.
Belajar terprogram memuat banyak prinsip dari teori penguatan, meskipun
tekhnik ini tidak diciptakan oleh teoretisi penguatan.
Pendekatan skinner untuk belajar terprogram mengandung ciri-ciri yang
berasal dari teori belajarnya :
1) Langkah-langkah kecil. Pembelajar dihadapkan dengan sejumlah kecil
informasi dan berjalan dari satu frame, atau satu unit informasi, ke frame
selanjutnya secara tertib dan urut. Inilah yang dimaksudkan dengan linear
program (program linear).
2) Respons yang jelas. Overt responding (respon yang jelas) adalah harus,
sehingga jawaban siswa yang benar dapat diperkuat dan respons yang
salah dapat dikoreksi.
3) Umpan balik segera. Segera sesudah memberi respons, siswa diberi tahu
apakah respons mereka benar atau tidak. Immediate feedback (umpan
balik segera) ini bertindak sebagai penguat jika jawabannya benar dan
sebagai tindakan korektif jika jawabannya salah.
4) Self-pacing. Siswa menempuh pelajaran terprogram sesuai dengan
kemampuan dan kecepatannya sendiri.
Ada sejumlah variasi dalam program di atas. Misalnya, beberapa siswa
mungkin melompati informasi yang sudah diketahuinya. Prosedur ini biasanya
dengan memberi siswa pra-tes untuk bagian tertentu dari program, dan jika
mereka bisa mengerjakannya dengan memuaskan, maka mereka diperintahkan
untuk melangkah kebagian selanjutnya.
Jenis lain dari pemrograman adalah dengan  mengijinkan siswa untuk
“menambah” informasi lain, berdasarkan kinerja mereka. Setelah murid diberi
informasi, mereka diberi pertanyaan pilian ganda. Jika mereka menjawab dengan
benar, mereka maju ke informasi selanjutnya.

a. Sistem Instruksi Personal


Pendekatan yang disebut  Personalized Systems of  Intruction (PSI) pada
mulanya dinamakan Keller Plan. Seperti belajar terprogram, metode PSI
mengindividualisasikan dan memberi umpan balik yang sering dan cepat
mengenai kinerja siswa. Memberikan pelajaran secara individual biasanya
menggunakan empat langkah, yang dapat diringkaskan sebagai berikut :
1) Menentukan materi yang akan diajar.
2) Membagi materi menjadi segmen-segmen tersendiri.
3) Menciptakan metode evaluasi sejauh mana siswa telah menguasai materi
dalam segmen tertentu.
4) Mengijinkan siswa melangkah dari satu segmen ke segmen lainnya
sesuai kemampuan mereka.
Penekanan dalam pengajaran PSI adalah pada penguasaan materi segmen
yang di ajarkan, biasanya ditunjukkan dengan kinerja pada ujian ringkas dan
terfokus. Instruktur dapat meminta siswa menguasai materi secara menyeluruh
sebelum berpindah ke segmen  lain. Atau, instruktur mungkin menetapkan syarat
minimum, misalnya penguasaan materi 90 persen, yang harus dicapai sebelum
siswa melangkah ke segmen lain. Bahkan jika penguasaan menyeluruh tidak di
wajibkan, siswa dalam kursus individual ini biasanya akan mendapat nilai A atau
B, karena dalam pelajaran individu ini banyak faktor personal yang memberi
kontribusi pada variasi nilai tes telah di eliminasi.

b. Instruksi Berbasis Komputer


Ketika komputer dipakai untuk menyajikan pengajaran terprogram atau
jenis materi pelajaran lainnya, proses ini dinamakan computer-based
instruction (CBI) (pengajaran berbasis komputer, yang juga terkadang dinamakan
instruksi berbantuan komputer). Siapa saja yang baru-baru ini membeli word-
processing baru, misalnya, punya opsi untuk menjalankan latihan tutorial yang
sudah built-in dalam software. Pengguna komputer yang mengikuti tutorial itu
akan mampu bekerja dengan cara dan kecepatannya sendiri melalui unit-unit kecil
yang dimaksudkan untuk mengajarkan keahlian dan aplikasi spesifik. Tutorial itu
mengharuskan adanya respon yang tegas dan keterlibatan aktif dalam mempelajari
materi. Bantuan (help)disediakan cukup dengan mengklik suatu tombol, dan
umpan balik bisa langsung diberikan. Prinsip belajar yang ada dalam belajar
terprogram Skinner juga ada di CBI.
CBI memang semakin canggih sehingga banyak orang yang kini percaya
bahwa ia bisa dipakai untuk mengajarkan apapun dengan cara seperti yang
dilakukan oleh guru yang terbaik. Format pendidikan yang terkait dengan CBI
adalah “kelas virtual”, terkadang disebut sebagai on-line education (pendidikan
online). Berkat tekhnologi komputer yang makin canggih , modem, internet, kini
siswa dapat duduk didepan komputer yang jaraknya ribuan mil dari sumber
informasi untuk melakukan interaksi, melalui keyboard komputer, dengan 
instruktur atau dengan materi.

Anda mungkin juga menyukai