Daftar Isi
Kegiatan Belajar 2:
Hukum dan Teknologi Informasi ....................................................... 1.18
Latihan …………………………………………............................... 1.24
Rangkuman ………………………………….................................... 1.24
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 1.25
Kegiatan Belajar 2:
Aplikasi Jurisdiksi di Uni Eropa ........................................................ 2.13
Latihan …………………………………………............................... 2.19
Rangkuman ………………………………….................................... 2.20
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 2.21
iv
Kegiatan Belajar 2:
Contoh Kasus dalam E-Commerce ..................................................... 3.15
Latihan …………………………………………............................... 3.22
Rangkuman ………………………………….................................... 3.22
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 3.23
Kegiatan Belajar 2:
Perkembangan E-Commerce di Indonesia, Negara-negara Lain ........ 4.11
Latihan …………………………………………............................... 4.20
Rangkuman ………………………………….................................... 4.21
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 4.21
v
Kegiatan Belajar 2:
Syarat-syarat Mengikatnya Suatu Kontrak Elektronik ....................... 5.18
Latihan …………………………………………............................... 5.25
Rangkuman ………………………………….................................... 5.26
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 5.27
Kegiatan Belajar 2:
Permasalahan Nama Domain dan Kasus Nokia serta Mustika Ratu .. 6.20
Latihan …………………………………………............................... 6.40
Rangkuman ………………………………….................................... 6.41
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 6.42
Kegiatan Belajar 2:
Perlindungan Hukum terhadap Nasabah yang Melakukan Transfer
Dana Melalui Media Elektronik ......................................................... 7.34
Latihan …………………………………………............................... 7.58
Rangkuman ………………………………….................................... 7.59
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 7.62
Kegiatan Belajar 2:
Upaya Efektif dalam Melindungi Lagu atau Musik di dalam Media
Internet ................................................................................................ 8.40
Latihan …………………………………………............................... 8.58
Rangkuman ………………………………….................................... 8.58
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 8.60
Kegiatan Belajar 2:
Perkembangan Teknologi dalam Revolusi Industri 4.0 ..................... 9.18
Latihan …………………………………………............................... 9.26
Rangkuman ………………………………….................................... 9.26
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 9.27
PEN D A HU L UA N
1
Edmon Makarim, Kompilasi Hukum Telematika, PT Raja Grafindo Perkasa, Jakarta 2003, hlm
3.
2
Kofi. A. Anan dalan UNCTAD E Commerce and Development Report, 2004, hlm 4.
3
Ahmad M Ramli, Hak Cipta, Disrupsi Digital Ekonomi Kreatif, Bandung, PT. Alumni, 2018,
hlm. 27.
1.2 Hukum Telematika ⚫
Simply speaking, Cyber law is a generic term, which refers to all the legal and
regulatory aspects of Internet and the World Wide Web. Anything concerned with
or related to or emanating from any legal aspects or issues concerning any activity
of netizens and others, in Cyberspace comes within the ambit of Cyber law.
Cyber Law or Internet law is a term that encapsulates the legal issues related to
use of the Internet. It is less a distinct field of law than intellectual property or
contract law, as it is a domain covering many areas of law and regulation. Some
leading topics include internet access and usage, privacy, freedom of expression,
and jurisdiction.
Istilah Cyberlaw juga didefinisikan sebagai "Definition - What does Cyberlaw
mean?
Cyberlaw is the area of law that deals with the Internet's relationship to
technological and electronic elements, including computers, software, hardware
and information systems (IS).
4
Ian j Llyod, Information Technology Law, Butterworth, London, 2000, hlm xxxviii.
5
Istilah Siber juga digunakan oleh Malaysia seperti dalam penyebutan kumpulan undang-undang
yang berkaitan dengan pemanfaatan teknologi informasi, dengan istilah Undang-Undang Siber.
Undang-undang dimaksud meliputi : Akta Komunikasi dan Multimedia 1998, Akta Suruhanjaya
Komunikasi dan Multimedia 1998, Akta Tandatangan Digital 1997 (Akta 562), Akta Jenayah
Komputer 1997 ( Akta 563), dan Akta Teleperubatan 1997 (Akta 564). Lih. pula, Mohd. Safar
Hasim, Mengenali Undang-Undang Media dan Siber, Utusan Publications & Distributors Sdn
Bhd, 2002, hlm. 118 dan seterusnya.
1.4 Hukum Telematika ⚫
6
Siregar, Riki R. 2010. Strategi Meningkatkan Persaingan Bisnis Perusahaan dengan Penerapan
E-Commerce.
7
Abu Bakar Munir, Cyber Law Policies and Challenges, Butterworths, asia, Malaysia,
Singapore, Hongkong, 1999, hlm 205.
⚫ HKUM4301/MODUL 1 1.5
8
Tymutz. 2009. Teknologi Informasi Untuk Keunggulan Kompetitif dalam Operasional
Perusahaan.
1.6 Hukum Telematika ⚫
kegiatan lainnya yang dilakukan hanya dalam lingkup terbatas kini dapat
dilakukan dalam cakupan yang sangat luas, bahkan mendunia. Teknologi
informasi dapat berarti pula proses untuk mengumpulkan (collect),
menyimpan (store), memproses (processing), mentransmisikan
(transmission), memproduksi, dan mengirimkan dari dan ke industri atau
masyarakat secara efisien.9
Cyber law ini bertumpu pada disiplin ilmu hukum yang terdahulu antara
lain: Hukum Kekayaan Intelektual (HKI), hukum perdata, hukum perdata
internasional dan hukum internasional. Hal ini mengingat ruang lingkup cyber
law yang cukup luas. Karena saat ini perkembangan transaksi online (e-
commerce) dan program e-government pada 9 Juni 2003 pasca USA E-
Government Act 2002 Public Law semakin pesat. Kejahatan yang paling
marak saat ini adalah di bidang HKI yang meliputi hak cipta, hak paten, hak
merek, rahasia dagang, desain industri, dsb. Kejahatan itu adakalanya dengan
carding, hacking, cracking dan cybersquatting. Terdapat tiga pertahanan untuk
meminimalisir tindak kejahatan di dalam bidang ini, yaitu melalui beberapa
pendekatan teknologi, pendekatan sosial dan pendekatan hukum.
Cyber law adalah hukum yang digunakan di dunia cyber (dunia
maya) yang umumnya diasosiasikan dengan internet. Cyber law
merupakan aspek hukum yang ruang lingkupnya meliputi setiap aspek
yang berhubungan dengan orang perorangan atau subyek hukum yang
menggunakan dan memanfaatkan teknologi internet yang dimulai pada
saat mulai online dan memasuki dunia cyber atau maya.
Cyber law sendiri merupakan istilah yang berasal dari Cyberspace Law.
Cyber law akan memainkan peranannya dalam dunia masa depan, karena
nyaris tidak ada lagi segi kehidupan yang tidak tersentuh oleh keajaiban
teknologi dewasa ini dimana kita perlu sebuah perangkat aturan main
di dalamnya.
Namun, lebih dari itu, perubahan-perubahan yang terjadi juga dinilai
sangat revolusioner. Munculnya bisnis dotcom, meski terbukti sebagian besar
mengalami kegagalan, tetapi sebagian besar lainnya mengalami keberhasilan,
dan sekaligus ini dianggap fenomenal. Karena selain itu merupakan sesuatu
yang sama sekali baru, dimensinya pun segera mendunia.
9
Sinta Dewi Rosadi, “Prinsip-Prinsip Perlindungan data privasi Nasabah Kartu Kredit Menurut
Ketentuan Nasional dan Implementasinya”, Jurnal Sosiohumaniora, Vol. 19, No. 3, November
2017, hlm. 206
⚫ HKUM4301/MODUL 1 1.7
Di sisi lain, perkembangan Teknologi Informasi (TI) dan Internet ini, juga
telah sangat memengaruhi hampir semua bisnis di dunia untuk terlibat dalam
implementasi dan menerapkan berbagai aplikasi. Banyak manfaat dan
keuntungan yang bisa diraih kalangan bisnis dalam kaitan ini, baik dalam
konteks internal (meningkatkan efisiensi dan efektivitas organisasi), dan
eksternal (meningkatkan komunikasi data dan informasi antarberbagai
perusahaan pemasok, pabrikan, distributor), dan lain sebagainya.
Cyber law tidak akan berhasil jika aspek yurisdiksi hukum
diabaikan. Karena pemetaan yang mengatur cyberspace menyangkut
juga hubungan antar kawasan, antar wilayah, dan antar negara
sehingga penetapan yuridiksi yang jelas mutlak diperlukan. Ada tiga
yurisdiksi yang dapat diterapkan dalam dunia cyber.
Secara umum, setelah mempelajari Modul 1 ini, Anda diharapkan dapat
menjelaskan ruang lingkup dan pengertian hukum telematika. Selanjutnya
secara khusus Anda diharapkan mampu menjelaskan berikut ini.
1. Pengertian tentang Konvergensi Teknologi Informasi Komunikasi.
2. Pengaruh Perkembangan Internet terhadap Teknologi Informasi dan
Komunikasi.
3. Hukum dan Teknologi Informasi.
4. Masalah Hukum yang Timbul Akibat Kemajuan Teknologi Informasi.
5. Aspek Internasional Teknologi Informasi.
Dalam buku ini istilah yang akan digunakan adalah Hukum Telematika.
Selamat belajar, semoga Anda berhasil!
1.8 Hukum Telematika ⚫
Kegiatan Belajar 1
10
Tim Lindsey, Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar, PT Alumni, Bandung, 2006, hlm.
161.
11
Dikutip dari: Pengantar World Wide Web, www.google.com, diakses pada tanggal 12 Juni 2010,
pada pukul 13.00 Wib.
12
Daniel J Solove, The Digital Person, Technology and Privacy in the information Age, West
Group Publication, New York University Pres, New york, 2004, hlm 13-17.
1.12 Hukum Telematika ⚫
Satu hal yang paling menarik ialah keanggotaan internet tidak mengenal
batas negara, ras, kelas ekonomi, ideologi atau faktor-faktor lain yang biasanya
dapat menghambat pertukaran pikiran. Internet adalah suatu komunitas dunia
yang sifatnya sangat demokratis serta memiliki kode etik yang dihormati
segenap anggotanya.
Manfaat internet terutama diperoleh melalui kerja sama antar pribadi atau
kelompok tanpa mengenal batas jarak dan waktu. Untuk lebih meningkatkan
kualitas sumber daya manusia di Indonesia, sudah waktunya para profesional
Indonesia memanfaatkan jaringan internet dan menjadi bagian dari masyarakat
informasi dunia.
0 ---
__
...._
0 ' ... -----
----
--. - -�
-------
....... ---
. . ........
....- __
_
-- ....
--
0
Gambar 1.1
1.14 Hukum Telematika ⚫
LAT IH A N
R A NG KU M AN
13
Tymutz. 2009. Teknologi Informasi untuk Keunggulan Kompetitif dalam Operasional
Perusahaan.
1.16 Hukum Telematika ⚫
TES F OR M AT IF 1
3) Cyber Law merupakan bagian dari bidang baru yang dapat menghasilkan
beberapa peluang bisnis, dalam hal ini beberapa hal yang menjadi
perubahan diantaranya adalah ....
A. revolusi industri 4.0, melahirkan adanya era disrupsi digital
B. penggunaan bisnis konvensional antar negara
C. masyarakat masih percaya dengan bisnis konvensional
D. banyaknya transaksi di dunia maya
Kegiatan Belajar 2
14
Mochtar Kusumaatmadja, Konsep-konsep Hukum dalam Pembangunan, PT. Alumni, 2002,
hlm 10-11.
15
http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/hukum-teknologi/668-dinamika-konvergensi-hukum-
telematika-dalam-sistem-hukum-nasional.html
⚫ HKUM4301/MODUL 1 1.19
dan UUD 1945, di samping sejumlah asas-asas hukum yang lain seperti asas
kenusantaraan, kebangsaan, dan kebhinekaan.
Hukum Telemtaika sebagai suatu disiplin ilmu hukum relatif belum lama.
Kedudukan hukum telematika dalam ilmu hukum adalah masuk dalam hukum
publik, selanjutnya dapat dijelaskan sebagai berikut. Kata ‘telematika’ berasal
dari istilah dalam bahasa Perancis, TELEMATIQUE yang merujuk pada
bertemunya sistem jaringan komunikasi dengan teknologi informasi. Istilah
telematika merujuk pada hakekat cyberspace sebagai suatu sistem elektronik
yang lahir dari perkembangan dan konvergensi telekomunikasi, media dan
informatika.
Istilah Teknologi Informasi itu sendiri merujuk pada perkembangan
teknologi perangkat-perangkat pengolah informasi. Para praktisi menyatakan
bahwa TELEMATICS adalah singkatan dari TELECOMMUNICATION and
INFORMATICS sebagai wujud dari perpaduan konsep Computing and
Communication. Istilah Telematics juga dikenal sebagai the new hybrid
technology yang lahir karena perkembangan teknologi digital. Perkembangan
ini memicu perkembangan teknologi telekomunikasi dan informatika menjadi
semakin terpadu atau populer dengan istilah konvergensi. Semula media masih
belum menjadi bagian integral dari isu konvergensi teknologi informasi dan
komunikasi pada saat itu.
Dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi informasi maka
pengaturan teknologi informasi tidak cukup hanya dengan peraturan
perundang-undangan yang konvensional, namun dibutuhkan pengaturan
khusus yang menggambarkan keadaan sebenarnya dari kondisi masyarakat
sehingga tidak ada jurang antara substansi peraturan hukum dengan realitas
yang berkembang dalam masyarakat. Misalnya untuk kegiatan-kegiatan siber.
Meskipun bersifat virtual, kegiatan siber dapat dikategorikan sebagai tindakan
dan perbuatan hukum yang nyata. Secara yuridis untuk ruang siber sudah tidak
pada tempatnya lagi untuk mengkategorikan sesuatu dengan ukuran dan
kualifikasi hukum konvensional untuk dapat dijadikan objek dan perbuatan,
sebab jika cara ini yang ditempuh akan terlalu banyak kesulitan dan hal-hal
yang lolos dari jerat hukum. Kegiatan siber adalah kegiatan virtual yang
berdampak sangat nyata meskipun alat buktinya bersifat elektronik. Dengan
demikian subjek pelakunya harus dikualifikasikan pula sebagai orang yang
telah melakukan perbuatan hukum secara nyata.
1.20 Hukum Telematika ⚫
Dalam bidang hukum, tindak pidana atau kejahatan ini adalah sisi paling
buruk di dalam kehidupan moderen dari masyarakat informasi akibat
kemajuan pesat teknologi dengan meningkatnya peristiwa kejahatan
komputer, pornografi, terorisme digital, “perang” informasi sampah, bias
informasi, hacker, cracker, dan sebagainya. Dampak positif pemanfaatan
teknologi informasi dan telekomunikasi antara lain.
Cyber Law adalah aspek hukum yang istilahnya berasal dari Cyberspace
Law, yang ruang lingkupnya meliputi setiap aspek yang berhubungan dengan
orang perorangan atau subjek hukum yang menggunakan dan memanfaatkan
teknologi internet yang dimulai pada saat mulai “online” dan memasuki dunia
cyber atau maya. Pada negara yang telah maju dalam penggunaan internet
sebagai alat untuk memfasilitasi setiap aspek kehidupan mereka,
perkembangan hukum dunia maya sudah sangat maju. Sebagai kiblat dari
perkembangan aspek hukum ini, Amerika Serikat merupakan negara yang
telah memiliki banyak perangkat hukum yang mengatur dan menentukan
perkembangan Cyber Law.
Kegiatan siber meskipun bersifat virtual dapat dikategorikan sebagai
tindakan dan perbuatan hukum yang nyata. Secara yuridis untuk ruang siber
sudah tidak pada tempatnya lagi untuk mengkategorikan sesuatu dengan
ukuran dan kualifikasi hukum konvensional untuk dapat dijadikan objek dan
perbuatan, sebab jika cara ini yang ditempuh akan terlalu banyak kesulitan dan
hal-hal yang lolos dari jerat hukum. Perlindungan hukum dalam Privacy dalam
e-commerce di Indonesia harus dilihat sebagai suatu sistem sehingga akan
tercipta suatu pengaturan yang komprehensif.16Kegiatan siber adalah kegiatan
virtual yang berdampak sangat nyata meskipun alat buktinya bersifat
elektronik. Dengan demikian subjek pelakunya harus dikualifikasikan pula
sebagai orang yang telah melakukan perbuatan hukum secara nyata.17 Dalam
16
Lawrence M. Friedman, The Legal system, hlm 11.
17
Lih. Rancangan Undang-undang tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (RUU ITE),
Kementerian Komunikasi dan Informasi RI, Versi tanggal 20 Agustus 2004. Dalam Pasal 5
RUU ini antara lain dinyatakan bahwa informasi elektronik dan atau hasil cetak dari informasi
elektronik merupakan alat bukti dan memiliki akibat hukum yang sah serta digariskan bahwa
1.22 Hukum Telematika ⚫
alat bukti tersebut merupakan perluasan dari alat bukti yang sah sesuai Hukum Acara yang
berlaku di Indonesia. Dalam Pasal 11 antara lain dinyatakan bahwa tanda tangan elektronik
memiliki kekuatan hukum dan akibat hukum yang sah. Pasal 18 ayat (1) menyatakan bahwa
transaksi elektronik yang dituangkan dalam kontrak elektronik mengikat para pihak. Selanjutnya
dalam Pasal 40 ditentukan bahwa alat bukti pemeriksaan dalam Undang-undang ini meliputi alat
bukti sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Hukum Acara Pidana dan alat bukti lain berupa
dokumen elektronik dan informasi elektronik. Ketentuan yang secara khusus mengatur masalah
yuisdiksi terdapat dalam Pasal 2 yang menyatakan bahwa Undang-undang ini berlaku untuk
setiap orang yang melakukan perbuatan hukum sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini,
baik yang berada di wilayah Indonesia maupun di luar Indonesia, yang memiliki akibat hukum
di Indonesia.
18
Cf. Ahmad M. Ramli, Kekuatan Akta Elektronik Sebagai Alat Bukti Pada Transaksi E-
Commerce Dalam Sistem Hukum Indonesia, Makalah disampaikan pada Kongres Ikatan Notaris
Indonesia, Bandung 23 Januari 2003, hlm. 12-19. Terdapat beberapa keuntungan jika dokumen
elektronik dilengkapi dengan penggunaan digital signatures, yaitu terjaminnya authenticity
(ensure), integrity, non repudiation, and confidentiality. Lih. juga Bajaj, Kamlesh K., Debjani
Nag, E-Commerce: The Cutting Edge of Business, Tata McGraw-Hill Book Co-Singapure,
International Editions, 2000, hlm. 259 dst. Cf. Baker, Steward A., Paul R. Hurst, The Limits of
Trust Cryptography, Governments, and Electronic Commerce, Kluwer Law International, The
Haque- London-Boston, tanpa tahun.
⚫ HKUM4301/MODUL 1 1.23
LAT IH A N
R A NG KU M AN
atas. Cyber crime ini telah masuk dalam daftar jenis kejahatan yang
sifatnya internasional berdasarkan United Nation Convention Againts
Transnational.
Salah satunya dalam kegiatan perdagangan secara elektronik maka
Peraturan ini dijadikan dasar hukum penyelenggara Perdagangan Melalui
Sistem Elektronik (PMSE) dan konsumen dalam kegiatan perdagangan
via sistem elektronik. Undang-undang No. 7 Tahun 2014 mendefinisikan
PMSE sebagai perdagangan yang transaksinya dilakukan dengan
serangkaian perangkat atau prosedur elektronik.
Dalam hal ini yang termasuk dalam PMSE adalah
pedagang/merchant dan PPSE (Penyelenggara Perdagangan secara
Elektronik), seperti penyelenggara komunikasi elektronik, iklan
elektronik, penyelenggara sistem aplikasi transaksi elektronik,
penyelenggara sistem aplikasi transaksi elektronik, penyelenggara jasa
aplikasi sistem pembayaran secara elektronik, serta penyelenggara jasa
dan sistem aplikasi pengiriman barang yang secara keseluruhannya
digunakan dalam transaksi perdagangan secara elektronik.
TES F OR M AT IF 2
3) Salah satu yang termasuk ke dalam asas-asas cyber law adalah ....
A. nationality
B. jurisdiksi
C. diddling
D. piracy
Tes Formatif 1
Tes Formatif 2
4) A. Benar karena lebih menunjukkan suatu sistem elektronik yang lahir dari
hasil perkembangan dan konvergensi telekomunikasi, media, dan
informatika
B. Salah karena kedua jaringan ini juga sama-sama mempunyai alat yang
disebut komunikasi.
C. Salah karena jaringan internet dengan jaringan ilmu sosiologi sama-
sama merupakan ilmu pengetahuan yang umum, bukan ilmu
pengetahuan yang khusus.
D. Salah karena jaringan ilmu sosiologi menitikberatkan pada masyarakat
dengan fokus pada hubungan antar manusia dan proses yang terjadi.
Glosarium
Daftar Pustaka
Abu Bakar, M. (1999). Cyber law policies and challenges, butterworths, Asia,
Malaysia, Singapore, Hongkong.
Ahmad, M., R. (2018). Hak cipta, disrupsi digital ekonomi kreatif. Bandung,
PT. Alumni, Cf. Ahmad M. Ramli, Kekuatan akta elektronik sebagai alat
bukti pada transaksi e-commerce dalam sistem hukum Indonesia,
Makalah disampaikan pada Kongres Ikatan Notaris Indonesia, Bandung
23 Januari 2003, hlm. 12-19.
Daniel, J., S. (2004). The digital person, technology and privacy in the
information age. West Group Publication. New York: New York
University Press.
Sumber Internet:
https://rachmanto.wordpress.com/2009/05/20/konvergensi-teknologi-
informasi-dan-komunikasi/.
http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/hukum-teknologi/668-dinamika-
konvergensi-hukum-telematika-dalam-sistem-hukum-nasional.html
http://etikaiptek.blogspot.com/2013/05/cyber-law-dan-undang-undang-
yang.html
Peraturan Perundang-undangan:
PEND AH UL U AN. _
I
Mirza Sarria Buana, Hukum Intemasicnal Teori dan Praktek, Bandung: Penerbit Nusamedia,
2007,hal.56
2
Huala Adolf, Aspek-aspek Negara dalam Hukum lntcmasional, edisi revisi, Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2002, hal.183.
2.2 H UKUM TELE MA Tl KA •
KEGIATAN BELAJAR 1
3
Mieke Komar Kantaatmadja, (et.al). Kala Pengantar dalam buku Cyber Law: Suatu Pengantar,
ELIPS II, Bandung, April 2002, him i.
4
Frank Corded an Nigel Stacey, ls UK tndustri Ready for the Fo11r1h lndustrial Revo/111io11?,
Boston: The Boston Consulting Group, 2017, him. 5
5
Ibid.
6
Rainer Schmidt, dkk, "lndustri 4.0-Po1e111ia/sfor Creating S111ar1 Product: Empirical Research
Results". Springer International Publishing Switzerland, Vol. XV, No. 352, Juni 2015.
e HKUM4301/MODUL 2 2.3
7
Anthony Csabafl, The Concept of State Jurisdiction in International Space Law, The Hague,
1971, hal.45
8
Huala Adolf, Aspek-aspek Negara dalam Hukurn Intemasional, edivi revisi, Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2002, hal.183.
2.4 H UKUM TELE MA Tl KA •
Jurisdiksi Teritorial
Menurut prinsip jurisdiksi teritorial, negara mempunyai jurisdiksi
terhadap semua persoalan dan kejadian di dalam wilayahnya. Prinsip ini adalah
prinsip yang paling mapan dan penting dalam hukurn inrernasional. Menurut
Hakim Lord Macmillan suatu negara merniliki jurisdiksi terhadap semua
orang, benda, perkara-perkara pidana atau perdata dalam batas-batas
wilayahnya sebagai pertanda bahwa negara tersebut berdaulat. Pernyataan
beliau berbunyi dernikian: "It is essential attribute of the sovereignity, of this
realm, as of all sovereign independent states, that it should posses jurisdiction
over all persons and things within its territorial limits and in all causes and
criminal arising within these limits?
Ciri pokok dari kedaulatan dalam batas-batas ini, seperti sernua negara
merdeka yang berdaulat bahwa negara harus merniliki jurisdiksi terhadap
semua orang dan benda di dalam batas-batas teritorialnya dan dalam semua
perkara perdata dan pidana yang timbul di dalarn batas-batas teritorial ini.
Prinsip teritorial ini terbagi atas dua: suatu tindak pidana yang dimulai di
suatu negara dan berakhir di negara lain. Misalnya seorang yang menembak di
daerah perbatasan negara A melukai seorang lainnya di wilayah negara B.
Dalam keadaan ini, kedua negara memiliki jurisdiksi, Negara, di mana
perbuatan itu dimulai (A), memiliki jurisdiksi rnenurut prinsip teritorial
subjektif (subjective territorial principle). Negara dimana tindakan tersebut
diselesaikan (B), memilik.i jurisdiksi berdasarkan prinsip teritorial objektif
(objective territorial principle).
Menurut Glanvi lie Williams, hubungan yang erat tersebut dapat dijelaskan
karena adanya faktor- faktor berikul.
a. Negara di mana suatu perbuatan tindak pidana kejahatan dilakukan
biasanya mempunyai kepentingan yang paling kuat untuk
menghukumnya.
9
Huala Adolf. Ibid. hal. 186.
e HKUM4301/MODUL 2 2.5
a. Jurisdiksi perdata
Jurisdiksi perdata adalah kewenangan hukum pengadilan terhadap
perkara-perkara yang menyangkut keperdataan baik yang bersifat nasional,
maupun internasional (yaitu bila para pihak atau objek perkaranya terhadap
unsur hukum asing).
10
Jeffrey F Rayport and Bernard J. Jaworski, E Commerce, Singapore, 2001, him 2+3.
11
H. Bachtiar Hamzah, Hukum Internasional 11, (Medan: USU Press, 1997), hal.69.
2.6 H UKUM TELE MA Tl KA •
b. Jurisdiksi pidona
Jurisdiksi pidana adalah kewenangan (hukum) pengadilan terhadap
perkara-perkara yang bersifat kepidanaan, baik yang tersangkut di dalamnya
unsur asing maupun tidak.12
Berdasarkan hak, kekuasaan dan kewenangan mengaturnya, jurisdiksi
suatu negara di dalarn wilayah negaranya dapat terbagi atau tergambarkan oleh
kekuasaan atau kewenangan sebagai berikut:
I) Jurisdiksi Legislatif
Yaitu kekuasaan membuat peraturan atau perundang-undangan yang
mengatur hubungan atau status hukurn orang atau peristiwa-peristiwa
hukum di dalam wilayahnya. Kewenangan seperti ini biasanya
dilaksanakan oleh badan legislatif sehingga acapkali disebut pula sebagai
jurisdiksi legislatif atau preskriptif (legislative jurisdiction atau
prescriptive jurisdiction).
2) Jurisdiksi Eksekutif
Yaitu kekuasaan negara untuk memaksakan atau menegakkan (enforce)
agar subjek hukum menaati hukum. Tindakan pemaksaan ini dilakukan
oleh badan eksekutif negara yang umumnya tampak pada bidang-bidang
ekonomi, misalnya kekuasaan untuk menolak atau memberi izin, kontrak-
kontrak, dan lain- lain. Jurisdiksi ini disebut sebagai jurisdiksi eksekutif
(executive jurisdiction). Ada pula sarjana yang menyebutnya dengan
enforcement jurisdiction (jurisdiksi pengadilan).
3) Jurisdiksi Yudikatif
Yaitu kekuasaan pengadilan untuk mengadili orang (subjek hukum) yang
melanggar peraturan atau perundang-undangan disebut pula sebagai
Judicial jurisdiction.
12
Huala adolf, Op.Cit., hal.86.
e HKUM4301/MODUL 2 2. 7
dan memanfaatkan teknologi internet yang dimulai pada saat mulai "online"
dan memasuki dunia cyber atau maya.
Pada negara yang telah maju dalam penggunaan internet sebagai alat
untuk memfasilitasi setiap aspek kehidupan mereka, perkembangan hukum
dunia maya sudah sangat maju. Sebagai kiblat dari perkembangan aspek
hukum ini, Amerika Serikat merupakan negara yang telah merniliki banyak
perangkat hukurn yang mengatur dan menentukan perkembangan Cyber Law.
Di Negara Amerika, Cyber Law yang mengatur transaksi elektronik
dikenal dengan Uniform Electronic Transaction Act (UETA). UETA adalah
salah satu dari beberapa Peraturan Perundang-undangan Amerika Serikat yang
diusulkan oleh National Conference of Commissioners on Uniform State Laws
(NCCUSL). Sejak itu 47 negara bagian, Kolombia, Puerto Rico, dan Pulau
Virgin US telah mengadopsinya ke dalam hukum mereka sendiri. Tujuan
menyeluruhnya adalah untuk membawa ke jalur hukum negara bagian yang
berbeda alas bidang-bidang seperti retensi dokumen kertas, dan keabsahan
tanda tangan elektronik sehingga rnendukung keabsahan kontrak elektronik
sebagai media perjanjian yang layak. UETA 1999 membahas diantaranya
.
rnengenat:
I. Pasal 5 mengatur penggunaan dokumen elektronik dan tanda tangan
elektronik.
2. Pasal 7 memberikan pengakuan legal untuk dokumen elektronik,
tanda tangan elektronik, dan kontrak elektronik.
3. Pasal 8 mengatur informasi dan dokumen yang disajikan untuk semua
pihak.
4. Pasal 9 membahas atribusi dan pengaruh dokumen elektronik dan
tanda tangan elektronik.
5. Pasal 10 menentukan kondisi-kondisi jika perubahan atau kesalahan
dalam dokumen elektronik terjadi dalam transmisi data antara
pihak yang bertransaksi.
6. Pasal 11 memungkinkan notaris publik dan pejabat lainnya yang
berwenang untuk bertindak secara elektronik, secara efektif
menghilangkan persyaratan cap/segel.
7. Pasal 12 menyatakan bahwa kebutuhan "retensi dokumen" dipenuhi
dengan mernpertahankan dokumen elektronik.
8. Pasal 13 "Dalam penindakan, bukti dari dokumen atau tanda tangan
tidak dapat dikecualikan hanya karena dalam bentuk
elektronik"
2.8 H UKUM TELE MA Tl KA •
Undang-Undang Khusus:
I. Computer Fraud and Abuse Act (CFAA)
2. Credit Card Fraud Act
3. Electronic Communication Privacy Act (ECPA)
4. Digital Perfomance Right in Sound Recording Act
5. Ellectronic Fund Transfer Act
6. Uniform Commercial Code Governance of Electronic Funds Transfer
7. Federal Cable Communication Policy
8. Video Privacy Protection Act
--.
-
Gambar 2.1
13
Lih. Undang - undang ITE No 19 Tahun 2016.
14
Cf Ahmad M. Ramli, Kekuatan Akra Elektronik Sebagai A/at B11kt1 Pada Transakn E-
Co111111erce Dala,n Sistem Huk11111 lndonesia. Makalah disampaikan pada Kongres lkatan Notaris
Indonesia, Bandung 23 Januari 2003, him. 12-19. Terdapat beberapa keuntungan jika dokumen
elektronik dilengkapi dengan penggunaan digital signatures, yaitu terjaminnya authenticity
(ensure), integrity. 11011 repudiation, and confidentiality, Lih. juga Bajaj, Kamlesh K., Debjani
Nag, E-Co111111erce : The Cutting Edge of Business, Tata McGraw-Hill Book Co-Singapure,
International Editions, 2000, hhn. 259 dst. Cf Baker, Steward A., Paul R. Hurst, The Umits of
Tr11s1 Cryptography, Governments, and Electronic Co111111erce, Kluwer Law international, The
Haque- London-Boston, tanpa tahun.
2.10 H UKUM TELE MA Tl KA •
LATIHAN
D RANG Ku MAN. _
ada dalam wilayahnya sendiri. Oleh karena itu, suatu negara tidak boleh
melakukan tindakan yang bersifat melampui kedaulatannya (act of
sovereignty) di dalam wialyah negara lain, kecuali dengan persetujuan
negara itu.
I) Hak dari suatu negara untuk mengatur dan mernengaruhi dengan langkah-
langkah dan tindakan yang bersifat legislatif, eksekutif, dan yudikatif atas
suatu peristiwa disebut juga sebagai ....
A. konten rnerupakan salah satu bagian dari hak cipta
B. aplikasi merupakan suatu platform pada media digital
C. jurisdiksi, kewenangan atas tempat berlakunya undang-undang
D. identifikasi, permasalahan dalam suatu penelitian
KEGIATAN BELA.JAR 2
15
Ian Fletcher, Loukas Mistelis, Marisa Cremona, Foundations and Perspective of International
Trade Law. Sweet and Maxwell, London 2002, him 1-5.
2.14 H UKUM TELE MA Tl KA •
16
Daniel J Solove and mare Rotenberg, Information Privacy Law, hlm. 491.
e HKUM4301/MODUL 2 2.15
3. Ketiga, saat ini sudah semakin nyata adanya kebutuhan untuk memastikan
suatu kesesuaian antara pelaksanaan penegakan hukum dan hak asasi
manusia sejalan dengan Konvensi Dewan Eropa untuk Perlindungan Hak
Asasi Manusia dan Kovenan Perserikatan Bangsa-Bangsa 1966 tentang
hak politik dan sipil yang memberikan perlindungan kebebasan
berpendapat seperti hak berekspresi, yang mencakup kebebasan untuk
mencari, menerima, dan menyebarkan infonnasi/pendapat.
17
Karen Coppock and Colin Mclay, Regional Electronic Commerce Initiatives: Findings from
three cases studies on the Development of Regional Electronic Commerce Lnitiatives, Paper,
The Information Technologies Group Center for Intemauonal Development at Harvard
University, July, 2000. him 5-7.
2.16 H UKUM TELE MA Tl KA •
18
Kalakota and Whinston, Frontiers of Electronic Commerce, Addison - Wesley publishing
Company. Inc, Massaschusens. 1996, hlrn 10-22.
e HKUM4301/MODUL 2 2.17
6. Lex Mercatoria
lstilah Lex Mercatoria banyak dipandang oleh para ahli karena hukum
yang berlaku di dalam suatu kontrak internasional tidak hanya merujuk pada
salah satu hukum negara tertentu, tetapi dapat juga tidak mengacu pada salah
satu hukum negara tertentu. lstilah lex mercatoria ini merupakan hukurn
2.18 H UKUM TELE MA Tl KA •
Hal ini menunjukan bahwa para pelaku bisnis yang akan menggunakan
internet dalam melakukan transaksi e-co1111nerce antarnegara, baik sesarna
badan hukum, perseorangan maupun antara badan hukum dengan
perseorangan perlu membentuk sebuah forum, seperti General Agreement on
Tariffs and Trade (GA TT). Dalam forum ini perlu disepakati antara lain
mengenai hukum yang akan diberlakukan apabila terjadi sengketa transaksi e-
commerce.
Jika terjadi dalam suatu hal lain para pihak telah menentukan pilihan
yuridiksi baik secara tegas maupun secara diam-diam, pengadilan berhak
ditentukan dalam kontrak tersebutlah yang diberlakukan. Juga dalam hal
kualifikasi hukum tertentu di dalam kontrak transaksi e-co,n,nerce maka yang
berwenang mengadili sengketa yang terjadi adalah pengadilan yang ditentukan
dalam kualifikasi tersebut sesuai dengan hukum yang diberlakukan.
Dalam badan usaha seperti Perseroan Terbatas (PT) dan perseorangan,
jika kemudian terjadi sengketa maka berdasarkan prinsip Siege
Starutair, pengadilan yang berwenang mengadili perkaranya adalah
pengadilan tempat didirikannya perusahaan. Dalam Convention on the Choice
of Court 1965, pilihan yuridiksi terbuka untuk perkara perdata atau dagang
yang mernpunyai sifat internasional, namun tidak berlaku bagi:
I. status kewarganegaraan orang atau hukum keluarga termasuk kewajiban
atau hak-hak pribadi atau finansial antara orang tua dan atau antara suami
dan isteri;
2. pennasalahan alimentasi yang tidak temasuk dalarn butir a;
.
3. wansan;
4. kepailitan; dan
5. hak-hak alas benda tidak bergerak.
��
�""--
----- -
�
LATI HAN
Q RANG KUMAN. _
5) Istilah yang dikenal dari nama lain Jurisdiksi di dalam pengaturan hukum
adalah ....
A. penyelesaian sengketa
B. prinsip dasar kedaulatan negara
C. kekuatan hukum
D. ternpat tergugat
2.22 H UKUM TELE MA Tl KA •
Tes Formatif I
I) A. Sal ah karena konten merupakan salah satu bagian dari hak cipta.
B. Salah karena aplikasi merupakan suatu platform pada media digital.
C. Benar karena jurisdiksi, kewenangan atas tempat berlakunya undang-
undang.
D. Salah karena identifikasi, permasalahan dalam suatu penelitian.
Tes For,natif2
Glosarium
Daftar Pustaka
Frank, C., and Nigel, S. (2017). ls UK industri ready for the fourth industrial
revolution'! Boston: The Boston Consulting Group.
Mieke, K. K.,et.al. (2002). Kata pengantar dalam buku cyber law: suatu
pengantar. EL/PS II, Bandung, April 2002.
Rainer, S., dkk. (2015). Industri 4.0 - Potentials for Creating Smart Product:
Empirical Research Results. Springer International Publishing
Switzerland, Vol. XV, No. 352, Juni 2015.
Lain-lain:
Lampi ran
UNCITRAL Model Law on Electronic Commerce
[Original: Arabic, Chinese, English, French, Russian, Spanish}
Part one. Electronic commerce in general
CHAPTER I. GENERAL PROVISIONS
Article I. Sphere of application."
This Law** applies to any kind of information in the form of a data message
used in the context*** of commercial**** activities.
*The Commission suggests the following text for States that might wish to
limit the applicability of this Law to international data messages:
**This Law does not override any rule of law intended for the protection of
consumers.
***The Commission suggests the following text for States that might wish to
extend the applicability of this Law:
"This Law applies to any kind of infonmation in the form of a data message,
except in the following situations: [ ... )."
Article 2. Definitions
(b) "Electronic data interchange (EDI)" means the electronic transfer from
computer to computer of information using an agreed standard to structure the
information;
(!) "Information system" means a system for generating, send- ing, receiving,
storing or otherwise processing data messages.
Article 3. Interpretation
(I) In the interpretation of this Law, regard is to be had to its inter- national
origin and to the need to promote uniformity in its application and the
observance of good faith.
(2) Questions concerning matters governed by this Law which are not
expressly settled in it are to be settled in conformity with the general principles
on which this Law is based.
e HKUM4301/MODUL 2 2.31
(2) Paragraph (I) does not affect any right that may exist to modify by
agreement any rule of Jaw referred to in chapter 11.
Information shall not be denied legal effect, validity or enforce- ability solely
on the grounds that it is in the form of a data message.
Information shall not be denied legal effect, validity or enforce- ability solely
on the grounds that it is not contained in the data mes- sage purporting to give
rise to such legal effect, but is merely referred to in that data message.
Article 6. Writing
(I) Where the law requires information to be in writing, that require- ment is
met by a data message if the information contained therein is accessible so as
to be usable for subsequent reference.
(2) Paragraph (1) applies whether the requirement therein is in the form of an
obligation or whether the Jaw simply provides conse- quences for the
information not being in writing.
(3) The provisions of this article do not apply to the following: [ ... ].
2.32 H UKUM TELE MA Tl KA •
Article 7. Signature
(1) Where the law requires a signature of a person, that requirement is met in
relation to a data message if:
(a) a method is used to identify that person and to indicate that person's
approval of the information contained in the data message; and
( b) that method is as reliable as was appropriate for the purpose for which the
data message was generated or communicated, in the light of all the
circumstances, including any relevant agreement.
(2) Paragraph (l) applies whether the requirement therein is in the form of an
obligation or whether the law simply provides conse- quences for the absence
of a signature.
(3) The provisions of this article do not apply to the following: [ ... ].
Article 8. Original
(a) there exists a reliable assurance as to the integrity of the information from
the time when it was first generated in its final form, as a data message or
otherwise; and
(2) Paragraph (l) applies whether the requirement therein is in the form of an
obligation or whether the law simply provides consequences for the
information not being presented or retained in its original form.
(a) the criteria for assessing integrity shall be whether the infor- mation has
remained complete and unaltered, apart from the addition of any endorsement
e HKUM4301/MODUL 2 2.33
and any change which arises in the normal course of communication, storage
and display; and
(b) the standard of reliability required shall be assessed in the light of the
purpose for which the information was generated and in the light of all the
relevant circumstances.
(4) The provisions of this article do not apply to the following: [ ... ].
(I) In any legal proceedings, nothing in the application of the rules of evidence
shall apply so as to deny the admissibility of a data message in evidence:
(b) if it is the best evidence that the person adducing it could reasonably be
expected to obtain, on the grounds that it is not in its original form.
(2) Information in the form of a data message shall be given due evidential
weight. In assessing the evidential weight of a data message, regard shall be
had to the reliability of the manner in which the data message was generated,
stored or communicated, to the reliability of the manner in which the integrity
of the information was maintained, to the manner in which its originator was
identified, and to any other relevant factor.
(I) Where the law requires that certain documents, records or in for- mation be
retained, that requirement is met by retaining data messages, provided that the
following conditions are satisfied:
(b) the data message is retained in the format in which it was generated, sent
or received, or in a format which can be demonstrated to represent accurately
the information generated, sent or received; and
2.34 H UKUM TELE MA Tl KA •
(c) such information, if any, is retained as enables the identifica- tion of the
origin and destination of a data message and the date and time when it was sent
or received.
(3) A person may satisfy the requirement referred to in paragraph (I) by using
the services of any other person, provided that the conditions set forth in
subparagraphs (a), (b) and (c) of paragraph (I) are met.
(2) The provisions of this article do not apply to the following: [ ... ].
(2) The provisions of this article do not apply to the following: [ ... ].
(I) A data message is that of the originator if it was sent by the originator itself.
(2) As between the originator and the addressee, a data message is deemed to
be that of the originator if it was sent:
e HKUM4301/MODUL 2 2.35
(a) by a person who had the authority to act on behalf of the originator in
respect of that data message; or
( a) in order to ascertain whether the data message was that of the originator,
the addressee properly applied a procedure previously agreed to by the
originator for that purpose; or
(b) the data message as received by the addressee resulted from the actions of
a person whose relationship with the originator or with any agent of the
originator enabled that person to gain access to a method used by the originator
to identify data messages as its own.
(a) as of the time when the addressee has both received notice from the
originator that the data message is not that of the originator, and had reasonable
time to act accordingly; or
(b) in a case within paragraph (3)(b), at any time when the ad- dressee knew
or should have known, had it exercised reasonable care or used any agreed
procedure, that the data message was not that of the originator.
(5) Where a data message is that of the originator or is deemed to be that of the
originator, or the addressee is entitled to act on that assump- tion, then, as
between the originator and the addressee, the addressee is entitled to regard the
data message as received as being what the originator intended to send, and to
act on that assumption. The ad- dressee is not so entitled when it knew or
should have known, had it exercised reasonable care or used any agreed
procedure, that the trans- mission resulted in any error in the data message as
received.
2.36 H UKUM TELE MA Tl KA •
(6) The addressee is entitled to regard each data message received as a separate
data message and to act on that assumption, except to the extent that it
duplicates another data message and the addressee knew or should have
known, had it exercised reasonable care or used any agreed procedure, that the
data message was a duplicate.
(I) Paragraphs (2) to ( 4) of this article apply where, on or before sending a data
message, or by means of that data message, the origi- nator has requested or
has agreed with the addressee that receipt of the data message be
acknowledged.
(2) Where the ongmator has not agreed with the addressee that the
acknowledgement be given in a particular form or by a particular method, an
acknowledgement may be given by
(b) any conduct of the addressee sufficient to indicate to the originator that the
data message has been received.
(3) Where the originator has stated that the data message is condi- tional on
receipt of the acknowledgement, the data message is treated as though it has
never been sent, until the acknowledge,nent is received.
(4) Where the originator has not stated that the data message is con- ditional
on receipt of the acknowledgement, and the acknowledgement has not been
received by the originator within the time specified or agreed or, if no time has
been specified or agreed, within a reasonable time, the originator:
(a) may give notice to the addressee stating that no acknowledge- ment has
been receivedand specifying a reasonable time by which the
acknowledgement must be received; and
(b) if the acknowledgement is not received within the time speci- fied in
subparagraph (a), may, upon notice to the addressee, treat the data message as
though it had never been sent, or exercise any other rights it may have.
e HKUM4301/MODUL 2 2.37
(6) Where the received acknowledgement states that the related data message
met technical requirements, either agreed upon or set forth in applicable
standards, it is presumed that those requirements have been met.
(7) Except in so far as it relates to the sending or receipt of the data message,
this article is not intended to deal with the legal conse- quences that may flow
either from that data message or from the acknowledgement of its receipt.
Article 15. Ti111e and place of dispatch and receipt of data messages
(I) Unless otherwise agreed between the originator and the addressee, the
dispatch of a data message occurs when it enters an information system outside
the control of the originator or of the person who sent the data message on
behalf of the originator.
(2) Unless otherwise agreed between the originator and the ad- dressee, the
time of receipt of a data message is determined as follows:
(a) if the addressee has designated an information system for the purpose of
receiving data messages, receipt occurs:
I. (i) at the time when the data message enters the designated
information system; or
2. (ii) if the data message is sent to an information system of the
addressee that is not the designated information system, at the time
when the data message is retrieved by the addressee;
(b) if the addressee has not designated an information system, receipt occurs
when the data message enters an information system of the addressee.
(3) Paragraph (2) applies notwithstanding that the place where the information
system is located may be different from the place where the data message is
deemed to be received under paragraph (4).
2.38 H UKUM TELE MA Tl KA •
(4) Unless otherwise agreed between the originator and the ad- dressee, a data
message is deemed to be dispatched at the place where the originator has its
place of business and is deemed to be received at the place where the addressee
has its place of business. For the purposes of this paragraph:
(a) if the originator or the addressee has more than one place of business, the
place of business is that which has the closest relation- ship to the underlying
transaction or, where there is no underlying transaction, the principal place of
business;
(b) if the originator or the addressee does not have a place of business,
reference is to be made to its habitual residence.
(5) The provisions of this article do not apply to the following: [ ... ].
Without derogating from the provisions of part one of this Law, this chapter
applies to any action in connection with, or in pursuance of, a contract of
carriage of goods, including but not limited to:
(iii) (iv)
(d) giving any other notice or statement in connection with the performance of
the contract;
( 1) Subject to paragraph (3), where the law requires that any action referred to
in article 16 be carried out in writing or by using a paper document, that
requirement is met if the action is carried out by using one or more data
messages.
(4) For the purposes of paragraph (3), the standard of reliability required shall
be assessed in the light of the purpose for which the right or obligation was
conveyed and in the light of all the circum- stances, including any relevant
agreement.
2.40 H UKUM TELE MA Tl KA •
(5) Where one or more data messages are used to effect any action in
subparagraphs (J) and (g) of article 16, no paper document used to effect any
such action is valid unless the use of data messages has been terminated and
replaced by the use of paper documents. A paper docu- ment issued in these
circumstances shall contain a statement of such termination. The replacement
of data messages by paper documents shall not affect the rights or obligations
of the parties involved.
(7) The provisions of this article do not apply to the following: [ ... ].
Guide to Enactment
of the UNCJTRAL Model Law on Electronic Commerce (1996)
A. Objectives
4. The Model Law may also help to remedy disadvantages that stern from the
fact that inadequate legislation at the national level creates obstacles to
international trade, a significant amount of which is linked to the use of modern
communication techniques. Disparities among,
2.42 H UKUM TELE MA Tl KA •
and uncertainty about, national legal regimes governing the use of such
communication techniques may contribute to limiting the extent to which
businesses may access international markets.
6. The objectives of the Model Law, which include enabling or fa- cilitating
the use of electronic commerce and providing equal treat- ment to users of
paper-based documentation and to users of computer- based information, are
essential for fostering economy and efficiency in international trade. By
incorporating the procedures prescribed in the Model Law in its national
legislation for those situations where parties opt to use electronic means of
communication, an enacting State would create a media-neutral environment.
B. Scope
8. It should be noted that, while the Model Law was drafted with con- slant
reference to the more modern communication techniques, e.g., EDI and
electronic mail, the principles on which the Model Law is based, as well as its
provisions, are intended to apply also in the context of less advanced
communication techniques, such as telecopy. There may exist situations where
digitalized information initially dispatched in the form of a standardized EDI
,nessage might, at some point in the communication chain between the sender
and the recipient, be for- warded in the fonn of a computer-generated telex or
in the form of a telecopy of a computer print-out. A data message may be
initiated as an oral communication and end up in the form of a telecopy, or it
may start as a telecopy and end up as an EDI message. A characteristic of
electronic commerce is that it covers programmable messages, the computer
programming of which is the essential difference between such messages and
traditional paper-based documents. Such situations are intended to be covered
by the Model Law, based on a consideration of the users' need for a consistent
set of rules to govern a variety of communication techniques that might be used
interchangeably. More generally, it may be noted that, as a matter of principle,
no communi- cation technique is excluded from the scope of the Model Law
since future technical developments need to be acco,nmodated.
9. The objectives of the Model Law are best served by the widest possible
application of the Model Law. Thus, although there is provi- sion made in the
Model Law for exclusion of certain situations from the scope of articles 6, 7,
8, I I, 12, 15 and 17, an enacting State may well decide not to enact in its
legislation substantial restrictions on the scope of application of the Model
Law.
I 0. The Model Law should be regarded as a balanced and discrete set of rules,
which are recommended to be enacted as a single statute. Depending on the
situation in each enacting State, however, the Model Law could be
implemented in various ways, either as a single statute or in several pieces of
legislation (see below, para. 143).
C. Structure
11. The Model Law is divided into two parts, one dealing with elec- tronic
commerce in general and the other one dealing with electronic commerce in
specific areas. It should be noted that part two of the Model Law, which deals
with electronic commerce in specific areas, is composed of a chapter I only,
dealing with electronic commerce as it applies to the carriage of goods. Other
aspects of electronic com- merce might need to be dealt with in the future, and
the Model Law can be regarded as an open-ended instrument, to be
complemented by future work.
2.44 H UKUM TELE MA Tl KA •
13. The Model Law is intended to provide essential procedures and principles
for facilitating the use of modern techniques for recording and communicating
information in various types of circumstances, How- ever, it is a "framework"
law that does not itself set forth all the rules and regulations that may be
necessary to implement those techniques in an enacting State. Moreover, the
Model Law is not intended to cover every aspect of the use of electronic
commerce. Accordingly, an enact- ing State may wish to issue regulations to
fill in the procedural details for procedures authorized by the Model Law and
to take account of the specific, possibly changing, circumstances at play in the
enacting State, without compromising the objectives of the Model Law. It is
recom- mended that, should it decide to issue such regulation, an enacting State
should give particular attention to the need to maintain the beneficial flexibility
of the provisions in the Model Law.
14. It should be noted that the techniques for recording and communi- eating
information considered in the Model Law, beyond raising mat- ters of
procedure that may need to be addressed in the implementing technical
regulations, may raise certain legal questions the answers to which will not
necessarily be found in the Model Law, but rather in other bodies of law. Such
other bodies of law may include, for example, the applicable administrative,
contract, criminal and judicial-procedure law, which the Model Law is not
intended to deal with.
15. The Model Law is based on the recognition that legal require- ments
prescribing the use of traditional paper-based documentation constitute the
main obstacle to the development of modern means of communication, In the
preparation of the Model Law, consideration was given to the possibility of
dealing with impediments to the use of electronic commerce posed by such
requirements in national laws by way of an extension of the scope of such
notions as "writing", "signa- ture" and "original", with a view to encompassing
computer-based techniques. Such an approach is used in a number of existing
legal instruments, e.g., article 7 of the UNCITRAL Model Law on Interna-
e HKUM4301/MODUL 2 2.45
16. The Model Law thus relies on a new approach, sometimes referred to as
the "functional equivalent approach", which is based on an analy- sis of the
purposes and functions of the traditional paper-based requirement with a view
to determining how those purposes or Fune- tions could be fulfilled through
electronic-commerce techniques. For example, among the functions served by
a paper document are the following: to provide that a document would be
legible by all; to provide that a document would remain unaltered over time;
to allow for the reproduction of a document so that each party would hold a
copy of the same data; to allow for the authentication of data by means of a
sig- nature; and to provide that a document would be in a form acceptable to
public authorities and courts. It should be noted that in respect of all of the
above-mentioned functions of paper, electronic records can provide the same
level of security as paper and, in most cases, a much higher degree of reliability
and speed, especially with respect to the identification of the source and
content of the data, provided that a number of technical and legal requirements
are met, However, the adoption of the functional-equivalent approach should
not result in imposing on users of electronic commerce more stringent
standards of security (and the related costs) than in a paper-based environment.
18. The Model Law does not attempt to define a computer-based equivalent to
any kind of paper document. Instead, it singles out basic functions of paper-
based form requirements, with a view to providing criteria which, once they
are met by data ,nessages, enable such data ,nessages to enjoy the same level
of legal recognition as corresponding paper documents performing the same
function. It should be noted that the functional-equivalent approach has been
taken in articles 6 to 8 of the Model Law with respect to the concepts of
"writing", "signature" and "original" but not with respect to other legal
concepts dealt with in the Model Law. For example, article IO does not attempt
to create a functional equivalent of existing storage requirements.
19. The decision to undertake the preparation of the Model Law was based on
the recognition that, in practice, solutions to most of the legal difficulties raised
by the use of modern means of communication are sought within contracts.
The Model Law embodies the principle of party autonomy in article 4 with
respect to the provisions contained in chapter ITT of part one. Chapter !TI of part
one contains a set of rules of the kind that would typically be found in
agreements between parties, e.g., interchange agreements or "system rules". It
should be noted that the notion of "system rules" might cover two different
cat- egories of rules, namely, general terms provided by communication
networks and specific rules that might be included in those general terms to
deal with bilateral relationships between originators and addressees of data
messages. Article 4 (and the notion of "agreement" therein) is intended to
encompass both categories of vsystem rules".
20. The rules contained in chapter III of part one may be used by parties as a
basis for concluding such agreements. They may also be used to supplement
the terms of agreements in cases of gaps or omis- sions in contractual
stipulations. In addition, they may be regarded as setting a basic standard for
situations where data messages are exchanged without a previous agreement
being entered into by the communicating parties, e.g., in the context of open-
networks communications,
e HKUM4301/MODUL 2 2.47
21. The provisions contained in chapter JI of part one are of a different nature.
One of the main purposes of the Model Law is to facilitate the use of modern
communication techniques and to provide certainty with the use of such
techniques where obstacles or uncertainty resulting from statutory provisions
could not be avoided by contractual stipulations. The provisions contained in
chapter II may, to some extent, be regarded as a collection of exceptions to
well-established rules regarding the form of legal transactions. Such well-
established rules are normally of a mandatory nature since they generally
reflect decisions of public policy. The provisions contained in chapter II should
be regarded as stating the minimum acceptable form requirement and are, for
that reason, of a mandatory nature, unless expressly stated otherwise in those
provisions. The indication that such form requirements are to be regarded as
the "minimum acceptable" should not, however, be construed as inviting States
to establish requirements stricter than those contained in the Model Law.
MDDUL 3
PEND AH UL U AN. _
I
Mochtar Kusumaatrnadju, Konsep-konsep Huk11111 dalam Pemba11g1111a11, (Bandung: Alumni,
2006), him 15.
2
Edmon Makarim, Kompilasi H11k11m Tetematika, (PT Raja Grafindo Perkasa, Jakarta 2003),
hlm 3.
3.2 H UKUM TELE MA Tl KA •
3
lstilah Siber juga digunakan oleh Malaysia seperti dalurn penyebutan kumpulan undang-undang
yang berkaitan dengan pemanfaatan teknologi informasi, dengan istilah Undang-undang Siber.
Undang-undang dirnaksud meliputi : Akta Kornunikasi dan Multimedia 1998, Akta Suruhanjaya
Komunikasi dan Multimedia 1998, Akta Tandatangan Digital 1997 (Akta 562), Akta Jenayah
Komputcr 1997 (Akta 563), dan Akta Tclcpcrubatan 1997 (Akta 564). Lih. pula, Mohd. Safar
Hasim, Mengenali U11da11g-11nda11g Media dan Siber, (Utusan Publications & Distributors Sdn
Bhd, 2002), him. 118 dan seterusnya.
e HKUM4301/MODUL 3 3.3
KEGIATAN BELA.JAR 1
rfr, erkembangan Cyber Law di Indonesia sendiri belum bisa dikatakan maju.
':Ir Hal ini diakibatkan oleh belum meratanya pengguna internet di seluruh
Indonesia. Berbeda dengan Amerika Serikat yang menggunakan telah internet
untuk memfasilitasi seluruh aspek kehidupan mereka. Oleh karena itu,
perkembangan hukum dunia maya di Amerika Serikat pun sudah sangat maju.
llmu pengetahuan dan teknologi yang diandalkan di dunia internasional dan
nasional adalah teknologi informasi yang diharapkan dapat menjadi salah satu
tulang punggung untuk mendorong kemajuan ekonomi.4 Landasan
fundamental di dalam aspek yuridis yang mengatur lalu lintas internet sebagai
hukum khusus, di mana terdapat komponen utama yang meng-cover persoalan
yang ada di dalam dunia maya tersebut, yaitu:
I. Yurisdiksi hukum dan aspek-aspek terkait. Komponen ini menganalisis
dan menentukan keberlakuan hukurn yang berlaku dan diterapkan di
dalam dunia maya itu.
2. Landasan penggunaan internet sebagai sarana untuk melakukan
kebebasan berpendapal yang berhubungan dengan tanggung jawab pihak
yang menyampaikan, aspek accountability, tanggung jawab dalam
memberikan jasa online dan penyedia jasa internet (internet provider),
serta tanggung jawab hukum bagi penyedia jasa pendidikan melalui
jaringan internet.
3. Aspek hak milik intelektual di mana ada aspek tentang paten, merek
dagang rahasia yang diterapkan, serta berlaku di dalam dunia cyber.
4. Aspek kerahasiaan yang dijamin oleh ketentuan hukum yang berlaku di
masing-rnasing yurisdiksi negara asal dari pihak yang mempergunakan
atau memanfaatkan dunia maya sebagai bagian dari sistern atau
rnekanisme jasa yang mereka lakukan.
5. Aspek hukum yang menjamin keamanan dari setiap pengguna dari
internet.
6. Ketentuan hukum yang memformulasikan aspek kepemilikan didalarn
internet sebagai bagian dari pada nilai investasi yang dapat di hi tung sesuai
dengan prinisip-prinsip keuangan atau akuntansi.
4
Ian j Llyod, lnformation Technology Law, (Bunerworth, London, 2000), hhn xxxviii.
J.4 H UKUM TELE MA Tl KA •
s Tim Lindsey, Hak Kekayaan lntelektual S11at11 Pengantar, (PT Alumni, Bandung), 2006, h\111.
161.
e HKUM4301/MODUL 3 3.5
6
Rainer Schmidt, dkk, "Indusrri 4.0 � Potentials for Creating Smart Product: Empirical Research
Results", Springer International Publistung Switzerland, Vol. XV, No. 352, Juni 2015.
7
Ibid.
8
Frank Corded an Nigel Stacey, Is UK lndustri Ready for the Fourth Industrial Revolution?,
(Boston: The Boston Consulting Group, 2017), hlm. 5
3.6 H UKUM TELE MA Tl KA •
9
Disrupsi menurul Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah: hal tercabut dari akarnya, yaitu
pencabutan sesuatu hal, atas dasur akar akur dari perlindungan hukum.
10
Adi Sulistyo Nugroho, E-Co111111erce Teori dan lmplementasi, (Yogyakarta: Ekulibria, 2016),
hlm.3.
11
Shabur Miftah Maulana, "Irnplementasi E-Co111merce sebagui Media Penjualan Online", Jurnal
Administrasi Bisnis, Vol.29 No. I Desember 2015, hlm. 2.
e HKUM4301/MODUL 3 3. 7
Contoh kasus cybersquatting, Carlos Slim, orang terkaya di dunia itu pun
kurang sigap dalam mengelola brandingnya di internet, sampai domainnya
diserobot orang lain. Beruntung kasusnya bisa digolongkan cybersquat
sehingga domain carlosslim.com bisa diambil alih. Modusnya
memperdagangkan popularitas perusahaan dan keyword Carlos Slim dengan
cara menjual iklan Google kepada para pesaingnya. Penyelesaian kasus ini
adalah dengan menggunakan prosedur Anticybersquatting Consumer
Protection Act (ACPA), rnernberi hak untuk pemilik merek dagang untuk
menuntut sebuah cybersquatter di pengadilan federal dan mentransfer nama
domain kembali ke pernilik merek dagang. Dalam beberapa kasus,
cybersquatter harus membayar ganti rugi uang.
Selain itu di dunia perbankan dalam negeri juga digegerkan dengan ulah
Steven Haryanto, yang membuat situs asli, tetapi palsu layanan perbankan
lewat Internet BCA. Lewat situs-situs "Aspal", jika nasabah salah mengetik
situs asli dan masuk ke situs-situs tersebut, identitas pengguna (user ID) dan
nomor identifikasi personal (PIN) dapat ditangkap. Tercatat 130 nasabah
tercuri data-datanya, namun menurut pengakuan Steven pada situs Master Web
Indonesia, tujuannya membuat situs plesetan adalah agar publik memberi
perhatian pada kesalahan pengetikan alamat situs, bukan mengeruk
keuntungan.
3.8 H UKUM TELE MA Tl KA •
S....•f Io ·-"'
-----·
WII 71 14..tlt
-
._ .
Sumber: wordpress.com
Gambar 3.1
Conteh Situs BCA
2. Penggunaan Firewall
Tujuan utama dari firewall adalah untuk menjaga agar akses dari orang
tidak. berwenang tidak dapat dilakukan. Program ini merupakan perangkat
yang diletakkan antara internet denganjaringan internal. Informasi yang keluar
dan masuk harus melalui atau melewati firewall. Firewall bekerja dengan
rnengamati paket lntenet Protocol (IP) yang melewatinya.
Ilegal akses merupakan salah satu tindak krimal dalam IT yang dikenal
sebagai cyber crime, para hacker mengakses situs milik orang lain yang
bertujuan untuk mengambil keuntungan sendiri tanpa rnernikirkan nasib
korban, salah satunya adalah situs Mantan Presiden Republik Indonesia Susi lo
Bambang Yudhoyono yang belum Jama ini kena retas.
3.10 H UKUM TELE MA Tl KA •
I. Menurut UU ITE
a. Undang - undang tentang informasi dan transaksi elektronik.
b. Undang- undang nornor 36 tahun 1999 tentang telekornunikasi.
2. Penyelesaian
Akhirnya pelirnpahan berkas Wildan dibawa ke Lembaga
Pennasyarakatan Kelas II A Jember dan Majelis Negeri Jember rnenjatuhkan
vonis 6 bulan penjara dipotong masa tahanan kepada Wildan Yani Ashari (21 ),
Rabu ( 19/6/2013). Selain hukuman penjara Majelis Hakim juga menghukum
denda sebesar Rp250.000,- atau subsider 15 hari kurungan penjara.
Sebelumnya Jaksa Penuntut Umum (JPU) menuntut Wildan IO bulan penjara
dan denda Rp250 juta atau subsider satu bu Ian kurungan.
��
..
------"' LATIHAN
I) BuatJah satu analisis hukum terkait dengan kasus cyber law atau hukum
lelematika !
2) Apa yang dimaksud dengan Jurisdiksi? Sebutkan jenis-jenisnya!
D RANG Ku MAN _
I) lstilah lain yang dikenal dari Pencemaran Nama Baik adalah ....
A. defamation
B. jurisdiksi
C. nama domain
D. slander
2) Salah satu kasus yang berhubungan dengan Merek dan Nama Domain
dalam Media Internet adalah ....
A. cyber law
B. cybersquatting
C. EConunerce
D. trade mark
KEGIATAN BELA.JAR 2
12
Daniel J Solove, 711e Digira/ Pen,011, Technology and Privacy in the information Age, (West
Group Publication, New York University Pres, New York, 2004), him 13-17.
13
Tymutz, Teknofogi lnformasi 1111111k Ke1111gg11/a11 Kompetiuf dalam Operasionat Perusohaan,
(2009).
14
Siregar, Riki R, Strategi Meningkatkan Persaingan Bisnis Perusahaan dengan Penerapan E-
Co111111erce, (20 I 0).
3.16 H UKUM TELE MA Tl KA •
A. MANFAAT E-COMMERCE
KTP, NPWP, beberapa kartu kredit, paspor, alat scanner, dan rekening salah
satu bank atas nama MWRSD. Atas perbuatannya, tersangka dikenai Pasal 378
atau Pasal 45 ayat 2, Pasal 28 Undang-Undang nomor 11 tentang Infonnasi
Transaksi Elektronik. Dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Selain itu, Polri juga rnenerapkan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 8
Tahun 2010 tentang Pencucian Uang. Selain itu, juga dikenakan pasal
pemalsuan, yaitu Pasal 378 dan beberapa pasal tarnbahan Pasal 4 ayat 5, dan
pasal 5 UU No. 8 Tahun 20 I 0. Saal ini tersangka tengah menjalani proses
hukum yang berlaku dan sudah berstatus tahanan Negara Republik Indonesia.
Bunyi Pasal 3 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Tindak
Pidana Pencucian Uang:
"Setiap Orang yang menempatkan, mentransfer, mengalihkan,
membelanjakan, membayarkan, menghibahkan, menitipkan, membawa ke luar
negeri, mengubah bentuk, menukarkan dengan rnata uang atau surat berharga
atau perbuatan lain alas Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut
diduganya merupakan hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal
2 ayat (I) dengan tujuan menyembunyikan atau menyamarkan asal usul Hana
Kekayaan dipidana karena tindak pidana Pencucian Uang dengan pidana
penjara paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling banyak
Rp I 0.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)."
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling
ban yak Rp 1.000.000.000,00 (satu mi liar rupiah).
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (I) tidak berlaku bagi
Pihak Pelapor yang melaksanakan kewajiban pelaporan sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang ini."
C. KASUS MUSTIKA RA TU
��
-----
�-==
- LATIHAN
�
--
Untuk mernperdalam pernahaman Anda rnengenai materi di atas,
kerjakanlah latihan berikut!
D RANG Ku MAN. _
Salah satu keuntungan e-co111n1erce yang paling jelas kita lihat adalah
untuk menjual suatu produk atau jasa kita tidak perlu membuat toko atau
kantor besar seperti yang dilakukan oleh bisnis manual sebagai tempat
usaha, tetapi cukup dengan memanfaatkan internet maka kita bisa saja
berjualan hanya dari rumah saja dengan calon konsumen yang tidak
terbatas, dengan kata lain konsumen Anda bisa saja mencakup
keseluruhan negara. Perdagangan elektronik (electronic conunerce atau e
commerces adalah penyebaran, penjualan, pembelian, pemasaran barang
dan jasa yang mengandalkan sisrern elektronik, seperti internet, televisi,
atau jaringan komputer lainnya. Escommerce melibatkan transfer dana dan
pertukaran data elektronik, sisrern manajemen dan pengumpulan data
e HKUM4301/MODUL 3 3.23
secara otornatis, Escommerce adalah salah satu bisnis yang paling sering
digeluti oleh masyarakat di Indonesia karena memberikan keuntungan
yang menjanjikan. Dari segi komunikasi tentu juga akan sangat
menguntungkan karena antara konsumen dan produsen dapat dengan
rnudah ,nelakukan kornunikasi secara online dari internet. Baik dari segi
pemasaran barang tentu akan lebih ,nenguntungkan jika dilakukan secara
on line, di samping anda tidak perlu membayar biaya prornosi yang banyak
seperti prornosi menjual, tapi dengan layanan internet anda bisa saja
melakukan promosi produk Anda ke seleruh dunia hanya dengan
menggunakan internet yang tentu biayanya sangat murah.
Tes Formatif I
Tes Formatif Z
4) A. Salah karena proses pembelian buku melalui on/ine sudah lama bisa
dilakukan secara langsung.
B. Salah pembelian elektronik melalui online banyak yang melalui agen
sebagai platform aplikasi media.
C. Salah karena pembelian kendaraan melalui online kurang diminati
masyarakat.
D. Benar karena pernbelian rnelalui mini market secara tunai sangat mudah
dan memudahkan proses sehingga lebih efisien.
Glosarium
Daftar Pustaka
Daniel, J.S. (2004). The digital person, technology and privacy in the
information. age, ivest group publication. New York: New York
University Pres.
Frank, C. and Nigel, S. (2017). ls UK industri ready for the fourth industrial
revolution? Boston: The Boston Consulting Group.
Rainer, S., dkk. "Industri 4.0 - Potentials for creating smart product: empirical
research results". Springer lnternational Publishing Switzerland. Vol. XV,
No. 352, Juni 2015.
Lain-lain:
Lampi ran
Mengingat:
I. Pasal 5 ayat (I), Pasal 11, Pasal 20, dan Pasal 33 Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
MEMUTUSKAN:
BABY
KETENTUAN UMUM
Pasal I
I. Perdagangan adalah tatanan kegiatan yang terkait dengan transaksi Barang
dan/atau Jasa di dalam negeri dan melampaui batas wilayah negara dengan
tujuan pengalihan hak alas Barang dan/atau Jasa untuk memperoleh
imbalan atau kompensasi.
5. Barang adalah setiap benda, baik berwujud maupun tidak berwujud, baik
bergerak maupun tidak bergerak, baik dapat dihabiskan maupun tidak
dapat dihabiskan, dan dapat diperdagangkan, dipakai, digunakan, atau
dimanfaatkan oleh konsumen atau Pelaku Usaha.
e HKUM4301/MODUL 3 3.33
6. Jasa adalah setiap layanan dan unjuk kerja berbentuk pekerjaan atau hasil
kerja yang dicapai, yang diperdagangkan oleh satu pihak ke pihak lain
dalam masyarakat untuk dimanfaatkan oleh konsumen atau Pelaku Usaha,
7. Produk Dalam Negeri adalah Harang yang dibuat dan/atau Jasa yang
dilakukan oleh Pelaku Usaha di Indonesia.
10. Standar Nasional Indonesia yang selanjutnya disingkat SN! adalah Standar
yang ditetapkan oleh lembaga yang menyelenggarakan pengembangan dan
pembinaan di bidang Standardisasi.
12. Pasar adalah lembaga ekonomi tempat bertemunya pembeli dan penjual,
baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk melakukan transaksi
Perdagangan.
13. Gudang adalah suatu ruangan tidak bergerak yang tertutup dan/atau terbuka
dengan tujuan tidak untuk dikunjungi oleh umum, tetapi untuk dipakai
khusus sebagai tempat penyimpanan Harang yang dapat diperdagangkan
dan tidak untuk kebutuhan sendiri.
3.34 H UKUM TELE MA Tl KA •
14. Pelaku Usaha adalah setiap orang perseorangan warga negara Indonesia
atau badan usaha yang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum
yang didirikan dan berkedudukan dalam wilayah hukum Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang melakukan kegiatan usaha di bidang
Perdagangan.
15. Daerah Pabean adalah wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
meliputi wilayah darat, perairan, ruang udara di atasnya, serta tempat
tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif dan landas kontinen yang di dalamnya
berlaku Undang-Undang Kepabeanan.
17. Eksportir adalah orang perseorangan atau Jembaga a tau badan usaha, baik
yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukurn, yang
melakukan Ekspor.
19. lmportir adalah orang perseorangan atau Iembaga atau badan usaha, baik
yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukurn, yang
melakukan lmpor.
27. Pernerintah Daerah adalah gubernur, bupati atau walikota, dan perangkat
daerah sebagai unsur penyelenggara pernerintahan daerah.
BAB II
a. kepentingan nasional;
b. kepastian hukum;
d. keamanan berusaha;
f. kemandirian;
g. kemitraan;
h. kemanfaatan;
i. kesederhanaan;
J. kebersamaan; dan
k. berwawasan lingkungan.
Pasal 3
Pasal 2
BAB III
LINGKUP PENGATURAN
Pasal4
(I) Lingkup pengaturan Perdagangan meliputi:
c. Perdagangan Perbatasan;
d. Standardisasi;
h. pengembangan Ekspor;
m. pengawasan; dan
n. penyidikan.
3.38 HUKUM TELEMATIKA •
(2) Selain lingkup pengaturan sebagaimana dimaksud pada ayat (I), juga
diatur Jasa yang dapat diperdagangkan meliputi:
a. Jasa bisnis;
b. Jasa distribusi;
c. Jasa komunikasi;
d. Jasa pendidikan;
f. Jasa keuangan;
j. Jasa pariwisata;
I. Jasa lainnya.
BAB IV
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 5
e. pelindungan konsumen.
h. pelindungan konsumen.
a. penzman;
b. Standar; dan
Pasal 6
Bagian Kedua
Distribusi Barang
Pasal 7
c. waralaba.
b. multilevel.
Pasal 8
Pasal 9
Pasal 10
Pasal 11
Bagian Ketiga
Sarana Perdagangan
Pasal 12
a. Pasar rakyat;
b. pusat perbelanjaan;
c. toko swalayan;
d. Gudang;
e. perkulakan;
Pasal 13
c. fasilitasi akses penyediaan Harang dengan mutu yang baik dan harga
yang bersaing; dan/atau
Pasal 14
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengaturan perizinan, tata ruang, dan
zonasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Presiden.
Pasal 15
(2) Gudang sebagaimana dimaksud pada ayat (I) wajib didaftarkan oleh
setiap pemilik Gudang sesuai dengan penggolongan Gudang menurut
luas dan kapasitas penyimpanannya.
Pasal 16
Pasal 17
Pasal 18
Pasal 19
Bagian Keempat
Perdagangan Jasa
Pasal 20
(I) Penyedia Jasa yang bergerak di bidang Perdagangan Jasa wajib
didukung tenaga teknis yang kompeten sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(2) Penyedia Jasa yang tidak memiliki tenaga teknis yang kompeten
sebagaimana dimaksud pada ayat (I) dikenai sanksi administratif
berupa:
a. peringatan tertulis;
Pasal 21
Bagian Kelima
Pasal 22
Bagian Keenam
Perdagangan Antarpulau
Pasal 23
(I) Pemerintah mengatur kegiatan Perdagangan antarpulau untuk integrasi
Pasar dalam negeri.
Bagian Ketujuh
Perizinan
Pasal 24
(I) Pelaku Usaha yang melakukan kegiatan usaha Perdagangan wajib
,nemiliki perizinan di bidang Perdagangan yang diberikan oleh Menteri.
Baglan Kedelapan
Pasal 25
Pasal 26
(2) Jami nan pasokan dan stabilisasi harga Barang kebutuhan pokok dan
Barang penting sebagaimana dimaksud pada ayat (I) dilakukan untuk
menjaga keterjangkauan harga di tingkat konsumen dan melindungi
pendapatan produsen.
(3) Dalam menjamin pasokan dan stabilisasi harga Barang kebutuhan pokok
dan Barang penting, Menteri menetapkan kebijakan harga, pengelolaan
stok dan logistik, serta pengelolaan Ekspor dan Impor.
Pasal 27
Pasal 28
Pasal 29
Pasal 30
(I) Menteri dapat merninta data dan/atau informasi kepada Pelaku Usaha
mengenai persediaan Harang kebutuhan pokok dan/atau Harang penting.
Pasal 31
Pasal 32
ayat (I) dapat ditetapkan berdasarkan SN! atau Standar lain yang diakui yang
belurn diberlakukan secara wajib.
(6) Dalam ha! Barang sebagaimana dimaksud pada ayat (5) telah
diberlakukan SNI secara wajib, Barang dimaksud harus memenuhi
ketentuan pernberlakuan SNI secara wajib.
Pasal 33
a. distributor;
b. agen;
c. grosir:
e HKUM4301/MODUL 3 3.51
d. pengecer; dan/atau
e. konsumen.
Pasal 34
Bagian Kesembilan
Pasal 35
Pasal 36
Pasal 37
BABV
Bagian Kesatu
Um urn
Pasal 38
a. peningkatan jurnlah dan jenis serta nilai tarn bah produk ekspor;
a. penzman;
b. Standar; dan
Pasal 39
d. perpindahan manusia.
Pasal 40
(I) Dalam rangka rneningkatkan nilai tam bah bagi perekonomian nasional,
Pemerintah dapat mengatur cara pembayaran dan cara penyerahan
Barang dalam kegiatan Ekspor dan lmpor.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai cara pembayaran dan cara penyerahan
diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Pasal 41
(I) Menteri dapat menunda Impor atau Ekspor jika terjadi keadaan kahar.
Bagian Kedua
Ekspor
Pasal 42
(I) Ekspor Barang dilakukan oleh Pelaku Usaha yang telah terdaftar dan
ditetapkan sebagai Eksportir, kecuali ditentukan lain oleh Menteri.
Pasal 43
(2) Eksportir yang tidak bertanggung jawab terhadap Barang yang diekspor
sebagaimana dimaksud pada ayat (I) dikenai sanksi administratif berupa
pencabutan perizinan, persetujuan, pengakuan, dan/atau penetapan di
bidang Perdagangan.
e HKUM4301/MODUL 3 3.55
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan sanksi administratif
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Menteri.
Pasal 44
Bagian Ketiga
Impor
Pasal 45
(I) lmpor Barang hanya dapat dilakukan oleh lmportir yang memiliki
pengenal sebagai Importir berdasarkan penetapan Menteri.
(2) Dalam hal tertentu, Impor Barang dapat dilakukan oleh Importir yang
tidak memiliki pengenal sebagai Importir.
Pasal 46
(2) Importir yang tidak bertanggung jawab atas Barang yang diimpor
sebagaimana dimaksud pada ayat (I) dikenai sanksi administratif berupa
pencabutan perizinan, persetujuan, pengakuan, dan/atau penetapan di
bidang Perdagangan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan sanksi administratif
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Menteri.
3.56 H UKUM TELE MA Tl KA •
Pasal 47
(2) Dalam hal tertentu Menteri dapat menetapkan Barang yang diimpor
dalam keadaan tidak baru.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan Barang yang diimpor dalam
keadaan tidak baru sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan
Peraturan Menteri.
Pasal 48
Surat persetujuan lmpor atas Barang dalam keadaan tidak baru sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 47 ayat (2) diserahkan pada saat menyelesaikan
kewajiban pabean sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan di
bidang Kepabeanan.
Bagian Keempat
Pasal 49
(I) Untuk kegiatan Ekspor dan lmpor, Menteri mewajibkan Eksportir dan
lmportir untuk memiliki perizinan yang dapat berupa persetujuan,
pendaftaran, penetapan, dan/atau pengakuan.
Bagian Kelima
Pasal 50
(I) Semua Barang dapat diekspor atau diimpor, kecuali yang dilarang,
dibatasi, atau ditentukan lain oleh undang-undang.
Pasal 51
(3) Barang yang dilarang sebagaimana dimaksud pada ayat (I) dan ayat (2)
ditetapkan dengan Peraturan Menteri.
3.58 H UKUM TELE MA Tl KA •
Pasal 52
(2) lmportir dilarang mengirnpor Barang yang tidak sesuai dengan ketentuan
pembatasan Barang untuk diimpor.
(3) Barang yang dibatasi sebagaimana dimaksud pada ayat (I) dan ayat (2)
ditetapkan dengan Peraturan Menteri.
(4) Setiap Eksportir yang mengekspor Barang yang tidak sesuai dengan
ketentuan pembatasan Barang untuk diekspor sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) dikenai sanksi administratif dan/atau sanksi lainnya yang
diatur dalam peraturan perundang-undangan.
(5) Setiap lmportir yang mengimpor Barang yang tidak sesuai dengan
ketentuan pembatasan Harang untuk diimpor sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) dikenai sanksi administratif dan/atau sanksi lainnya yang
diatur dalam peraturan perundang-undangan.
Pasal 53
Pasal 54
BAB VI
PERDAGANGANPERBATASAN
Pasal SS
(I) Setiap warga negara Indonesia yang bertempat tinggal di wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang berbatasan Jangsung dengan negara
Jain dapat melakukan Perdagangan Perbatasan dengan penduduk negara
Jain yang bertempat tinggal di wilayah perbatasan.
J.6Q H UKUM TELE MA Tl KA •
Pasal 56
BAB VII
STANDARDISASI
Bagian Kesatu
Standardisasi Barang
Pasal 57
(5) Harang yang telah diberlakukan SNI atau persyaratan teknis secara wajib
sebagaimana dimaksud pada ayat (I) wajib dibubuhi tanda SNI atau
tanda kesesuaian atau dilengkapi sertifikat kesesuaian yang diakui oleh
Pemerimah,
J.62 H UKUM TELE MA Tl KA •
(6) Barang yang diperdagangkan dan belum diberlakukan SN! secara wajib
dapat dibubuhi tanda SN! atau tanda kesesuaian sepanjang telah
dibuktikan dengan sertifikat produk penggunaan tanda SNI atau
sertifikat kesesuaian,
Pasal 58
(3) Lembaga penilaian kesesuaian sebagaimana dimaksud pada ayat (I) dan
ayat (2) harus terdaftar di lembaga yang ditetapkan oleh Menteri.
Pasal 59
Standar atau penilaian kesesuaian yang ditetapkan oleh negara lain diakui
oleh Pemerintah berdasarkan perjanjian saling pengakuan antarnegara.
e HKUM4301/MODUL 3 3.63
Bagian Kedua
Standardisasi Jasa
Pasal 60
(4) Jasa yang telah diberlakukan SNI, persyaratan teknis, atau kualifikasi
secara wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib dilengkapi
dengan sertifikat kesesuaian yang diakui oleh Pemerintah.
(5) Jasa yang diperdagangkan dan mernenuhi SN!, persyaratan teknis, atau
kualifikasi yang belum diberlakukan secara wajib dapat menggunakan
sertifikat kesesuaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
J.64 H UKUM TELE MA Tl KA •
Pasal 61
(3) Lembaga penilaian kesesuaian sebagaimana dimaksud pada ayat (I) dan
ayat (2) harus terdaftar di lembaga yang ditetapkan oleh Menteri.
Pasal 62
Standar, persyaratan teknis, atau kualifikasi yang ditetapkan oleh negara lain
diakui oleh Pemerintah berdasarkan perjanjian saling pengakuan antamegara.
Pasal 63
Pasal 64
BAB VIII
Pasal 65
(3) Penggunaan sistem elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (I) wajib
memenuhi ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang lnformasi dan
Transaksi Elektronik.
(4) Data dan/atau infonnasi sebagaimana dimaksud pada ayat (I) paling
sedikit mernuat:
(5) Dalam hal terjadi sengketa terkait dengan transaksi dagang melalui
sistem elektronik, orang atau badan usaha yang mengalami sengketa
dapat menyelesaikan sengketa tersebut melalui pengadilan atau rnelalui
mekanisme penyelesaian sengketa lainnya.
Pasal 66
BAB IX
Pasal 67
Pasal 68
(I) Dalam hal adanya ancaman dari kebijakan, regulasi, tuduhan praktik
Perdagangan tidak sehat, dan/atau tuduhan lonjakan lmpor dari negara
mitra dagang atas Ekspor Barang nasional, Menteri berkewajiban
mengambil langkah pembelaan.
Pasal 69
(I) Dalam ha! terjadi lonjakan jumlah Barang lmpor yang menyebabkan
produsen dalam negeri dari Barang sejenis atau Barang yang secara
langsung bersaing dengan yang diimpor menderita kerugian serius atau
ancaman kerugian serius, Pemerintah berkewajiban mengambil tindakan
pengamanan Perdagangan untuk menghilangkan atau mengurangi
kerugian serius atau ancaman kerugian serius dimaksud.
(4) Penetapan kuota sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh
Menteri.
3.68 H UKUM TELE MA Tl KA •
Pasal 70
(I) Oalam hal terdapat produk lmpor dengan harga lebih rendah daripada
nilai normal yang menyebabkan kerugian atau ancaman kerugian pada
industri dalam negeri terkait atau menghambat berkembangnya industri
dalam negeri yang terkait, Pemerintah berkewajiban mengambil tindakan
antidumping untuk menghilangkan atau mengurangi kerugian atau
ancaman kerugian atau hambatan tersebut.
(3) Bea masuk antidumping sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan
oleh rnenteri yang ,nenyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
keuangan berdasarkan usulan yang telah diputuskan oleh Menteri.
Pasal 71
(I) Dal am ha! produk lmpor menerima subsidi secara langsung atau tidak
langsung dari negara pengekspor yang menyebabkan kerugian atau
ancaman kerugian industri dalam negeri atau menghambat
perkembangan industri dalam negeri, Pemerintah berkewajiban
mengambil tindakan imbalan untuk menghilangkan atau mengurangi
kerugian atau ancaman kerugian atau hambatan tersebut.
(3) Bea masuk imbalan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh
menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
keuangan berdasarkan usulan yang telah diputuskan oleh Menleri.
Pasal 72
BABX
Pasal 73
BAB XI
PENGEMBANGAN EKSPOR
Bagian Kesatu
Pernbinaan Ekspor
Pasal 74
(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (I) dapat berupa pemberian
insentif, fasilitas, inforrnasi peluang Pasar, bimbingan teknis, serta
bantuan promosi dan pemasaran untuk pengembangan Ekspor.
(3) Menteri dapat mengusulkan insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
berupa insentif fiskal dan/atau
Bagian Kedua
Promosi Dagang
Pasal 75
(I) Untuk memperluas akses Pasar bagi Barang dan/atau Jasa produksi
dalam negeri, Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah berkewajiban
memperkenalkan Harang dan/atau Jasa dengan cara:
(2) Promosi Dagang sebagaimana dimaksud pada ayat (I) dapat berupa:
b. misi dagang.
e HKUM4301/MODUL 3 3.71
(5) Misi dagang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hurufb dilakukan
dalam bentuk pertemuan bisnis internasional untuk memperluas peluang
peningkatan Ekspor.
(6) Misi dagang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dilakukan
melalui kunjungan Pemerintah, Pemerintah Daerah, Pelaku Usaha,
dan/atau lembaga lainnya dari lndonesia ke luar negeri dalam rangka
,nelakukan kegiatan bisnis atau meningkatkan hubungan Perdagangan
kedua negara.
Pasal 76
Pasal 77
Pasal 78
Pasal 79
(I) Selain Promosi Dagang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2),
untuk memperkenalkan Barang dan/atau Jasa, perlu didukung kampanye
pencitraan Indonesia di dalam dan di luar negeri.
Pasal 80
Pasal 81
BAB XII
KERJA SAMA PERDAGANGAN INTERNASIONAL
Pasal 82
(I) Untuk meningkatkan akses Pasar serta melindungi dan mengamankan
kepentingan nasional, Pemerintah dapat melakukan kerja sama
Perdagangan dengan negara lain dan/atau lembaga/organisasi
internasional.
(2) Kerja sama Perdagangan sebagaimana dimaksud pada ayat (I) dapat
dilakukan melalui perjanjian Perdagangan internasional.
Pasal 83
Pasal 84
Pasal 85
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara peninjauan kembali dan
pembatalan perjanjian Perdagangan internasional sebagaimana dimaksud
pada ayat (I) dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Pasal 86
Pasal 87
(2) Ketentuan mengenai tata cara pemberian preferensi diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Prcsiden.
3.76 H UKUM TELE MA Tl KA •
BAB XIII
Pasal 88
Pasal 89
(3) Data dan informasi Perdagangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
disajikan secara akurat, cepat, dan tepat guna serta mudah diakses oleh
masyarakat.
Pasal 90
Pasal 91
Data dan informasi Perdagangan bersifat lerbuka, kecuali ditentukan lain oleh
Menteri.
Pasal 92
BAB XIV
Pasal 93
Pasal 94
Pasal 95
Pasal 96
BAB XV
Pasal 97
a. Pemerintah;
BAB XVI
PENGAWASAN
Pasal 98
Pasal 99
Pasal 100
(4) Petugas Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dalam hal
menemukan dugaan pelanggaran kegiatan di bidang Perdagangan dapat:
Pasal JOJ
Pasal 102
BAB XVII
PENYIDIKAN
Pasal 103
(I) Selain penyidik pejabat polisi negara Republik Indonesia, pejabat
pegawai negeri sipil tertentu di lingkungan instansi Pemerintah dan
Pemerintah Daerah yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang
Perdagangan diberi wewenang khusus sebagai penyidik pegawai negeri
sipil sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana untuk melakukan penyidikan sesuai dengan Undang-Undang ini.
(2) Penyidik pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (I)
.
rnempunyai wewenang:
(4) Penyidik pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menyampaikan berkas perkara hasil penyidikan kepada penuntut urnum
melalui pejabat penyidik polisi negara Republik Indonesia sesuai dengan
Undang-Undang tentang Hukum Acara Pidana.
BAB XVIII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 104
Setiap Pelaku Usaha yang tidak menggunakan atau tidak melengkapi label
berbahasa Indonesia pada Barang yang diperdagangkan di dalarn negeri
sebagairnana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (l) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp5.000.000.000,00 (lima mi liar rupiah).
Pasal 105
Pasal 106
Pasal 107
Pasal 108
Pasal 109
Pasal 110
Pasal 111
Pasal 112
(I) Eksportir yang mengekspor Rarang yang ditetapkan sebagai Rarang yang
dilarang untuk diekspor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat (I)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau
pidana denda paling ban yak Rp5.000.000.000,00 (lima mi liar rupiah).
J.88 H UKUM TELE MA Tl KA •
(2) lmportir yang mengimpor Barang yang ditetapkan sebagai Barang yang
dilarang untuk diimpor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat (2)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau
pidana denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima mi liar rupiah).
Pasal 113
Pasal 114
Pasal 115
Pasal 116
BAB XIX
KETENTUANPENUTUP
Pasal 117
Pasal 118
Pasal 119
Pasal 120
Pasal 121
Pasal 122
I. UMUM
Cukup jelas.
Huruf a
Pasal 1
Pasal 2
Huruf b
Huruf c
Yang dimaksud dengan "asas adil dan sehat" adalah adanya kesetaraan
kesempatan dan kedudukan dalam kegiatan usaha antara produsen, pedagang,
dan Pelaku Usaha lainnya untuk mewujudkan iklim usaha yang kondusif
sehingga menjamin adanya kepastian dan kesempatan berusaha yang sama.
Huruf d
Huruf e
Huruf f
Huruf g
Yang dimaksud dengan "asas kemitraan" adalah adanya kerja sama dalam
keterkaitan usaha di bidang Perdagangan, baik langsung rnaupun tidak
langsung, atas dasar prinsip saling rnemerlukan, memercayai, memperkuat,
dan menguntungkan yang rnelibatkan koperasi serta usaha mikro, kecil, dan
menengah dengan usaha besar dan antara Pemerintah dan swasta.
3.94 H UKUM TELE MA Tl KA •
Huruf h
Huruf i
Huruf j
Huruf k
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Pasal 3
Pasal 4
40/ 59
Huruf I
Cukup jelas.
Ayat (I)
Pasal 5
Pasal 6
Ayat (I)
Pasal 7
Yang dimaksud dengan "Pelaku Usaha Distribusi" adalah Pelaku Usaha yang
menjalankan kegiatan Distribusi Barang di dalam negeri dan ke luar negeri,
antara lain distributor, agen, Eksportir, Irnportir, produsen pemasok,
subdistributor, subagen, dan pengecer.
Ayat (3)
41 I 59
Pasal 8
Pasal 9
Pasal IO
Yang dirnaksud dengan "etika ekonomi dan bisnis" adalah agar prinsip dan
perilaku ekonomi dan bisnis oleh Pelaku Usaha Distribusi dapat melahirkan
kondisi dan realitas ekonorni yang bercirikan persaingan yang jujur dan
berkeadilan, serta mendorong berkembangnya etos kerja ekonomi, daya tahan
ekonomi, dan kemarnpuan saing guna terciptanya suasana kondusif untuk
pemberdayaan ekonomi yang berpihak kepada rakyat kecil melalui kebijakan
secara berkesinarnbungan.
Cukup jelas.
Pasal 11
Pasal 12
Yang dimaksud dengan "Pasar rakyat" adalah tempat usaha yang ditata,
dibangun, dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, swasta, Sadan
Usaha Milik Negara, dan/atau Sadan Usaha Milik Daerah dapat berupa toko,
3.98 H UKUM TELE MA Tl KA •
kios, los, dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil dan
menengah, swadaya masyarakat, atau koperasi serta usaha mikro, kecil, dan
menengah dengan proses jual beli Harang melalui tawar-menawar.
Huruf b
Yang dimaksud dengan "pusat perbelanjaan" adalah suatu area tertentu yang
terdiri dari satu atau beberapa bangunan yang didirikan secara vertikal
maupun horizontal yang dijual atau disewakan kepada Pelaku Usaha atau
dikelola sendiri untuk melakukan kegiatan Perdagangan Barang.
Huruf c Yang dimaksud dengan "toke swalayan" adalah toko dengan sistem
pelayanan mandiri, menjual
42159
Huruf f
Huruf g
Huruf h
Cukup jelas.
Ayat(I)
Pasal 13
Pasal 14
Yang dimaksud dengan "pernasok" adalah Pelaku Usaha yang secara teratur
memasok Barang kepada pengecer dengan tujuan untuk dijual kembali
melaJui kerja sama usaha.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "tata ruang" adalah wujud struktur ruang dan pola
ruang sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tentang Penataan
Ruang.
Cukup jelas.
3.100 H UKUM TELE MA Tl KA •
Pasal 15
43 I 59
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Ayat (I)
Pasal 16
Pasal 17
Pasal 18
Pasal 19
Pasal20
Yang dimaksud dengan "tenaga teknis yang kompeten" adalah tenaga teknis
yang melaksanakan Jasa tertentu diwajibkan memiliki sertifikat sesuai
dengan keahliannya berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan.
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Ayat (I)
e HKUM4301/MODUL 3 3. 101
Pasal 21
Pasal 22
Pasal 23
Pasal 24
Ayat (2)
44/ 59
Ayat(I)
Pasal 25
Ayat (3)
Pasal 26
Cukup jelas,
Pasal 27
Pasal 28
Yang dirnaksud dengan "sumber lain" adalah anggaran yang diperoleh dari
hibah atau bantuan yang tidak rnengikat dan yang tidak rnengganggu
kedaulatan negara.
45159
Ayat (I)
Pasal 29
Cukup jelas,
e HKUM4301/MODUL 3 3.103
Cukup jelas.
Pasal 30
Pasal 31
Pasal 32
Huruf b
Ayat (4)
Standar lain yang diakui antara lain Standar atau spesifikasi teknis selain
SN], sebagian persyaratan SN], Standar lnternational Organization for
Standardization (ISO) atau International Electro technical Commision (IEC),
dan Standar/pedoman internasional terkait keamanan pangan yang diterbitkan
oleh CODEX Alimentarius.
46 I 59
3.104 H UKUM TELE MA Tl KA •
Cukup jelas,
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Huruf a
Pasal 33
Pasal34
Pasal 35
Pasal 36
Pasal37
Pasal 38
Pasal39
Yang dimaksud dengan "pasokan lintas batas (cross border supply)" adalah
penyediaan Jasa dari wilayah suatu negara ke wilayah negara lain, seperti
pembelian secara online (dalarn jaringan) atau call center.
Huruf b
Huruf c
Huruf d
47 I 59
Cukup jelas.
Pasal 40
Pasal 41
Ayat (I) Keadaan kahar antara lain perang, huru-hara, dan bencana alam.
Ayat(l)
Pasal 42
Ayat(l)
3.106 H UKUM TELE MA Tl KA •
Pasal43
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 44
Pasal 45
48 I 59
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "dalam ha! tertentu" adalah lmpor yang dilakukan
tidak untuk diperdagangkan atau dipindahlangankan dan tidak dilakukan
secara terus-rnenerus,
Ayat (I)
e HKUM4301/MODUL 3 3.107
Pasal 46
Ayat (2)
Pasal 47
Yang dimaksud dengan "dalam hal tertentu" adalah dalam hal barang yang
dibutuhkan oleh Pelaku Usaha berupa Barang modal bukan baru yang belum
dapat dipenuhi dari sumber dalam negeri sehingga perlu diimpor dalam
rangka proses produksi industri untuk tujuan pengembangan ekspor,
peningkatan daya saing, efisiensi usaha, investasi dan relokasi industri,
pembangunan infrastruktur, dan/atau diekspor kembali. Selain itu, dalam hal
terjadi bencana alam dibutuhkan barang atau peralatan dalam kondisi tidak
baru dalam rangka pemulihan dan pembangunan kembali sebagai akibat
bencana alam serta Barang bukan baru untuk keperluan lainnya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal48
49 I 59
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Ayat (2)
Pasal49
Pasal 50
Pasal 51
Pasal 52
Pasal 53
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Pasal 54
PasalSS
Pasal 56
e HKUM4301/MODUL 3 3.109
Pasal 57
Pasal 58
50 I 59
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Ayat (5)
Pasal 59
Pasal 60
Pasal 61
3.110 H UKUM TELE MA Tl KA •
Pasal62
Pasal 63
Pasal 64
Pasal 65
51 I 59
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Ayat(I)
Pasal66
Pasal 67
Pasal68
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Cukup jelas.
e HKUM4301/MODUL 3 3. 111
Cukup jelas.
Ayat (2)
Pasal 69
Pasal 70
Pasal 71
Pasal 72
Pasal 73
lnsentif dalam hal ini antara lain percepatan pemberian izin usaha,
keringanan biaya pendaftaran Hak Kekayaan lntelektual, sertifikasi halal,
serta fasilitas pameran di dalam dan di luar negeri.
52 I 59
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan "pihak lain" adalah perguruan tinggi, dunia usaha,
asosiasi usaha, dan pemangku kepentingan lainnya.
Ayat (4)
Pasal 74
Yang dimaksud dengan "pihak lain" adalah perguruan tinggi, dunia usaha,
asosiasi usaha, dan pemangku kepentingan lainnya.
Cukup jelas.
Pasal 75
Pasal 76
Cukup jelas.
e HKUM4301/MODUL 3 3. 113
Pasal 77
Pasal 78
53 I 59
Ayat (I)
Yang dirnaksud dengan "fasilitas" adalah sarana yang dapat disediakan oleh
Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah untuk memperlancar pelaksanaan
kegiatan pameran dagang. Fasilitas dimaksud dapat berupa tempat, data,
informasi pembayaran Perdagangan, pemberian kredit, dan konektivitas.
Ayat (3)
Pasal 79
Ayat (I)
Ayat (I)
Pasal 80
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 81
54 I 59
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Ayat (4)
Pasal 82
Pasal 83
e HKUM4301/MODUL 3 3. 115
Pasal 84
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Pasal 85
Pasal 86
Pasal 87
Pasal 88
55 I 59
Ayat (2)
Pasal 89
Cukup jelas,
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Pasal 90
Pasal 91
Pasal 92
Pasal 93
Pasal 94
Pasal 95
Pasal 96
Pasal 97
56 I 59
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Cukup jelas.
e HKUM4301/MODUL 3 3. 117
Pasal 98
Pasal 99
Pasal 100
PasallOl
Ayat (2) Yang dirnaksud dengan "organisasi usaha" adalah organisasi yang
diatur dengan undang-undang.
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Pasal 102
Pasal 103
Pasal 104
Pasal 105
Pasal 106
Pasal 107
3.118 H UKUM TELE MA Tl KA •
57 / 59
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Pasal 108
Pasal 109
Pasal 110
Pasal Ill
Pasal 112
Pasal 113
Pasalll4
Pasal 115
e HKUM4301/MODUL 3 3.119
Pasal 116
Pasal 117
Pasal 118
Pasal 119
58 I 59
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Pasal 120
Pasal 121
Pasal 122
59 I 59
MDDUL 4
iJ PEND AH UL U AN _
I
Asn Sitompul, H11k11111 Internet Pengenalan Mengenai Masa/ah H11k1un di Cyberspace,
(Bandung: Citra Aditya Bakti, 2001 ), him. I.
2
Ade Maman Sutiennan, Aspek H11k11111 datam Ekonomi Global, (Jakarta: Ghalla Indonesia,
2002), him. 179.
4.2 HUKUM TELEMATIKA e
3
Priyanto, Dwi, Beiajar Mudah Internet, (Yogyakarta: Mcdiakom, 2009), hlm. 9.
• HKUM4301/MOOUL 4 4.3
KEGIATAN BELA.JAR 1
Definisi £-Commerce
4
Shabur Miflah Maulana Hcru Susilo Riyadi, lmplcmcntasi E-Co1n1nerce scbagai Media
Penjua\an Online (Studi Kasus pada Toko Pabrik Kota Malang. Jumal Malang: Fakultas llmu
Administrasi Univcrsitas Brawijaya)
• HKUM4301/MOOUL 4 4.5
-·
6,731\ _, ..-
KOMl"OSISI
2,491\ '""'""
11. .._ .,.,..
,) ) )
.... """
- . .... "·""
SUWitW
.,
58,08 .. u ....
�
)
, Ulll'MIIT.U w ... w
"5,13'11 MWIIQIPN'IM
Sumber: APJII
Gambar 4.1
Pengguna Internet Berdasarkan Wilayah
5 Sinta Dewi, Cyber/aw I Perlindungon Privasi Atas lnfortnasi Pribadi Da/a111 £- con11nerce
Menu rut fluk11111 lnternationat, (Bandung: Widya Padjajaran), hal 54 2017
•
4.6 HUKUM TELEMATIKA e
3. Karakteristik Escommerce
Berbeda dengan transaksi perdagangan biasa, transaksi e-commerce
memiliki beberapa karakteristik yang sangat khusus, yaitu:
a. transaksi tanpa batas;
b. transaksi anonim;
c. produk digital dan non digital;
d. produk barang tak berwujud.
c. Salah satu pelaku tidak harus menunggu rekan mereka lainnya untuk
mengirimkan data.
d. Model yang umum digunakan adalah peer to peer, di mana processing
intelligence dapat didistribusikan di kedua pelaku bisnis.
LATI HAN
-Q RANG KUMAN. _
KEGIATAN BELA.JAR 2
7
Abdul Kadir Muhammad, Kajian Huknm Ekonomi Hak Kekayaan lnrelekrual, (PT. Citra Aditya
Bakti, Bandung, 2001 ), him. 9.
4.1 Z HUKUM TELEMATIKA e
Kegiatan melalui media sistem elektronik, yang disebut juga ruang siber
(cyberspace), meskipun bersifat virtual dapat dikatcgorikan sebagai tindakan
atau perbuatan hukum yang nyata. Secara yuridis kegiatan pada ruang siber
tidak dapat didekati dengan ukuran dan kualifikasi hukum konvensional saja
sebab jika cara ini yang ditempuh akan terlalu banyak kesulitan dan hal yang
lolos dari pemberlakuan hukum.
Kegiatan dalam ruang siber adalah kegiatan virtual yang berdarnpak
sangat nyata meskipun alat buktinya bersifat elektronik. Dengan demikian,
subjek pelakunya harus dikualifikasikan pula sebagai orang yang telah
melakukan perbuatan hukum secara nyata. Dalam kegiatan e-commerce antara
lain dikenal adanya dokumen elektronik yang kedudukannya disetarakan
dengan dokumen yang dibuat di atas kertas.
Berkaitan dengan ha! itu, perlu diperhatikan sisi keamanan dan kepastian
hukum dalam pemanfaatan teknologi informasi, media, dan komunikasi agar
dapat berkembang secara optimal, Oleh karena itu, terdapat tiga pendekatan
untuk menjaga keamanan di cyber space, yaitu pendekatan aspek hukum,
aspek teknologi, aspek sosial, budaya, dan etika. Untuk mengatasi gangguan
keamanan dalam penyelenggaraan sistem secara elektronik, pendekatan
• HKUM4301/MOOUL 4 4.13
8
Tim Lindsey, Hak Kekayaan lnte/ektua/ Suatu Pengantar, (PT Alumni, Bandung, 2014), hhn.
161.
4.14 HUKUM TELEMATIKA e
Kelemahan E-Co111111erce
a. Kekurangan pada sistem keamanan, kehandalan, standar, dan beberapa
protokol komunikasi
b. Bandwidth telekomunikasi yang tidak mencukupi
c. Alat pengembangan perangkat lunak masih dalam tahap perkembangan
dan berubah dengan cepat
d. Sulit menyatukan perangkat lunak Internet dan E-comn,erce dengan
aplikasi dan database yang ada sekarang ini .
e. Vendor-vendor kemungkinan perlu server web yang khusus serta
infrastruktur Jainnya, selain server jaringan.
9
Siregar, Riki R, Strategt Meningkatkan Persaingan Bisnis Perusahaan dengan Penerapan £.
con11nerce, 2010.
• HKUM4301/MOOUL 4 4.17
10
h ttps ://ejoum a 13. und i p .ac. id/index. php/j rab/ arti clc/vi ew Fi 1e/9226/895 7
4.18 HUKUM TELEMATIKA e
d. Aspek privasi
Di banyak negara maju dimana komputer dan internet sudah diakses oleh
mayoritas warganya, privasi menjadi masalah tersendiri. Makin seseorang
menggantungkan pekerjaannya kepada komputer, makin tinggi pula privasi
yang dibutuhkannya. Ada beberapa persoalan yang bisa muncul dari ha!
.
pnvasi 1n1.
• HKUM4301/MOOUL 4 4.19
C. ASAS-ASAS YURISDIKSI
��
-�
--
---�
LATIHAN
Tes Formatif I
2) A. Salah karena perdagangan tunai yang dilakukan oleh dua pihak bukan
hanya dikenal dalam istilah e-conunerce.
B. Benar karena penggunaan jaringan komunikasi dan komputer untuk
melaksanakan proses bisnis adalah kunci utama dalam bisnis e-
commerce.
C. Salah karena harus mengandung unsur perdagangan melalui jaringan
telekornunikasi dua pihak.
D. Salah karena e-commerce merupakan proses perdagangan secara
elektronik bukan hanya proses Pembayaran secara elektronik.
3) A. Cyber Law, salah karena merupakan hukum yang mengatur dalam suatu
konten media telematika.
8. E-commerce, salah karena tnerupakan kegiatan perdagangan secara
elektronik.
C. Customer to Business (B2C), benar karena mcnghubungkan antara
pelanggan dengan suatu kegiatan bisnis.
D. Business to Consumer (B2C) Business to Consumer, salah karena
model bisnis ini berawal tidak dari konsumen semata.
• HKUM4301/MOOUL 4 4.25
Tes Formatif Z
Glosarium
Daftar Pustaka
Lampi ran
Mengingat: Pasal 5 ayat (I), Pasal 21 ayat (I), Pasal 27, dan Pasal 33 Undang-
Undang Dasar 1945.
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
PasaI 1
BAB ll
Pasal 2
Pasal 3
BAB III
Bagian Pertama
Pasal 4
Pasal 5
Bagian Kedua
Pasal 6
Pasal 7
BAB IV
Pasal 8
(2) Pelaku usaha dilarang memperdagangkan barang yang rusak, cacat atau
bekas, dan tercemar tanpa memberikan informasi secara lengkap dan benar
atas barang dirnaksud.
(3) Pelaku usaha di larang memperdagangkan sediaan farmasi dan pangan yang
rusak, cacat atau bekas dan tercernar, dengan atau tanpa memberikan
informasi secara lengkap dan benar.
(4) Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran pada ayat (I) dan ayat (2)
dilarang memperdagangkan barang dan/atau jasa tersebut serta wajib
menariknya dari peredaran.
4.36 HUKUM TELEMATIKA e
Pasal 9
(2) Barang dan/atau jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (I) dilarang untuk
diperdagangkan.
(3) Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran terhadap ayat (!) dilarang
melanjutkan penawaran, promosi, dan pengiklanan barang dan/atau jasa
terse but.
Pasal IO
Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang ditujukan untuk
diperdagangkan dilarang menawarkan, memprornosikan, rnengiklankan atau
membuat pernyataan yang tidak benar a tau menyesatkan mengenai:
a. harga atau tarif suatu barang dan/atau jasa;
b. kegunaan suatu barang dan/atau jasa;
• HKUM4301/MOOUL 4 4.37
c. kondisi, tanggungan, jaminan, hak atau ganu rugi atas suatu barang
dan/atau jasa;
d. tawaran potongan harga atau hadiah menarik yang ditawarkan;
e. bahaya penggunaan barang dan/atau jasa.
Pasal 11
Pelaku usaha dalam hal penjualan yang dilakukan melalui cara obral atau
lelang, dilarang mengelabui/menyesatkan konsumen dengan:
a. menyatakan barang dan/atau jasa tersebut seolah-olah telah memenuhi
standar mutu tertentu;
b. menyatakan barang dan/atau jasa tersebut seolah-olah tidak mengandung
cacat tersembunyi;
c. tidak berniat untuk menjual barang yang ditawarkan rnelainkan dengan
maksud untuk menjual barang lain;
d. tidak menyediakan barang dalam jumlah tertentu dan/atau jumlah yang
cukup dengan maksud menjual barang yang lain;
e. tidak menyediakan jasa dalam kapasitas tertentu atau dalam jumlah cukup
dengan maksud menjual jasa yang lain;
f. menaikkan harga atau tarifbarang dan/atau jasa sebelum melakukan obral.
Pasal 12
Pasal 13
Pasal 14
Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang ditujukan untuk
diperdagangkan dengan memberikan hadiah melalui cara undian, dilarang
untuk:
a. tidak melakukan penarikan hadiah setelah batas waktu yang dijanjikan;
b. mengumumkan hasilnya tidak melalui media massa;
c. memberikan hadiah tidak sesuai dengan yang dijanjikan;
d. mengganti hadiah yang tidak setara dengan nilai hadiah yang dijanjikan.
Pasal 15
Pasal 16
Pasal 17
(2) Pelaku usaha periklanan dilarang melanjutkan peredaran iklan yang telah
melanggar ketentuan pada ayat (I).
BABY
Pasal 18
(I) Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang ditujukan
untuk diperdagangkan dilarang membuat atau mencantumkan klausula
baku pada setiap dokurnen dan/atau perjanjian apabila:
a. menyatakan pengalihan tanggung jawab pelaku usaha;
b. menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan
kembali barang yang dibeli konsumen;
c. menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan
kembali uang yang dibayarkan atas barang dan/atau jasa yang dibeli
oleh konsumen;
d. menyatakan pemberian kuasa dari konsumen kepada pelaku usaha
baik secara langsung maupun tidak langsung untuk melakukan segala
tindakan sepihak yang berkaitan dengan barang yang dibeli oleh
konsumen secara angsuran;
e. mengatur perihal pembuktian atas hilangnya kegunaan barang atau
pemanfaatan jasa yang dibeli oleh konsumen;
f. memberi hak kepada pelaku usaha untuk mengurangi manfaat jasa
atau mengurangi harta kekayaan konsumen yang menjadi obyek jual
beli jasa;
g. menyatakan tunduknya konsumen kepada peraturan yang berupa
aturan baru, tambahan, lanjutan dan/atau pengubahan lanjutan yang
dibuat sepihak oleh pelaku usaha dalam masa konsumen
memanfaatkan jasa yang dibelinya;
4.4Q HUKUM TELEMATIKA e
(2) Pelaku usaha dilarang mencantumkan klausula baku yang letak atau
bentuknya sulit terlihat atau tidak dapat dibaca secara jelas, atau yang
pengungkapannya sulit dimengerti.
(3) Setiap klausula baku yang telah ditetapkan oleh pelaku usaha pada
dokumen atau perjanjian yang memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (I) dan ayat (2) dinyatakan batal demi hukum.
(4) Pelaku usaha wajib menyesuaikan klausula baku yang bertentangan dengan
Undang-undang ini.
BAB VI
Pasal 19
(I) Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan,
pencemaran, dan/atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang
dan/atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan.
(2) Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (!) dapat berupa pengembalian
uang atau penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis atau setara
nilainya, atau perawatan kesehatan dan/atau pemberian santunan yang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(3) Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7 (tujuh) hari
setelah tanggal transaksi.
(4) Pemberian ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (!) dan ayat (2)
tidak rnenghapuskan kemungkinan adanya tuntutan pidana berdasarkan
pembuktian lebih lanjut mengenai adanya unsur kesalahan.
(5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (I) dan ayat (2) tidak berlaku
apabila pelaku usaha dapat membuktikan bahwa kesalahan tersebut
merupakan kesalahan konsumen.
• HKUM4301/MOOUL 4 4.41
Pasal 20
Pelaku usaha periklanan berlanggung jawab alas iklan yang diproduksi dan
segala akibat yang ditirnbulkan oleh iklan lersebut.
Pasal 21
Pasal 23
Pelaku usaha yang menolak dan/atau tidak memberi langgapan dan/atau tidak
rnernenuhi ganti rugi atas tuntutan konsumen sebagaimana dimaksud dalarn
Pasal 19 ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4), dapat digugat melalui badan
penyelesaian sengketa konsumen atau mengajukan ke badan peradilan di
ternpat kedudukan konsumen.
Pasal 24
(I) Pelaku usaha yang menjual barang dan/atau jasa kepada pelaku usaha lain
bertanggung jawab alas tuntutan ganti rugi dan/atau gugatan konsumen
apabila:
a. pelaku usaha lain menjual kepada konsumen tanpa melakukan
perubahan apa pun alas barang dan/atau jasa tersebut;
4.42 HUKUM TELEMATIKA e
(2) Pelaku usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (I) dibebaskan dari
tanggung jawab atas tuntutan ganti rugi dan/atau gugatan konsumen
apabila pelaku usaha lain yang membeli barang dan/atau jasa menjual
kembali kepada konsumen dengan melakukan perubahan alas barang
dan/atau jasa tersebut.
Pasal 25
Pasal 26
Pasal 27
Pelaku usaha yang memproduksi barang dibebaskan dari tanggung jawab alas
kerugian yang diderita konsumen, apabila:
a. barang tersebut terbukti seharusnya tidak diedarkan atau tidak
dimaksudkan untuk dicdarkan;
b. cacat barang tirnbul pada kemudian hari;
c. cacat timbul akibat ditaatinya ketentuan mengenai kualifikasi barang;
• HKUM4301/MOOUL 4 4.43
Pasal 28
Pernbuktian terhadap ada tidaknya unsur kesalahan dalarn gugatan ganti rugi
sebagairnana dirnaksud dalarn Pasal 19, Pasal 22, dan Pasal 23 merupakan
beban dan tanggung jawab pelaku usaha.
BAB VII
Bagian Pertarna
Pembinaan
Pasal 29
Bagian Kedua
Pcngawasan
Pasal 30
BAB VIII
Bagian Pertama
Pasal 31
Pasal 32
Pasal 33
Pasal 34
(I) Untuk menjalankan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33, Badan
Perlindungan Konsumen Nasional mempunyai tugas:
a. memberikan saran dan rekomendasi kepada pemerintah dalam rangka
penyusunan kebijaksanaan di bidang perlindungan konsumen;
b. melakukan penelitian dan pengkajian terhadap peraturan perundang-
undangan yang berlaku di bidang perlindungan konsumen;
c. melakukan penelitian terhadap barang dan/atau jasa yang
menyangkut keselarnatan konsumen;
d. mendorong berkembangnya lembaga perlindungan konsumen
swadaya masyarakat;
4.46 HUKUM TELEMATIKA e
(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (I), Badan
Perlindungan Konsumen Nasional dapat bekerjasama dengan organisasi
konsurnen internasional.
Bagian Kedua
Pasal 35
Pasal 36
d. akademisi; dan
e. tenaga ahli.
Pasal 37
Pasal 38
Pasal 39
Pasal 40
Pasal 41
Pasal 42
Pasal 43
BAB IX
Pasal 44
BABX
PENYELESAIAN SENGKETA
Bagian Pertama
Um urn
Pasal 45
(I) Setiap konsumen yang dirugikan dapat menggugat pelaku usaha melalui
lembaga yang bertugas menyelesaikan sengketa antara konsumen dan
pelaku usaha atau melalui peradilan yang berada di lingkungan peradilan
umurn.
(2) Penyclesaian scngketa konsumen dapat ditempuh melalui pengadilan atau
diluar pengadilan berdasarkan pilihan sukarela para pihak yang
bersengketa.
4.50 HUKUM TELEMATIKA e
Pasal 46
Bagian Kedua
Pasal 47
Bagian Ketiga
Pasal 48
BABXI
Pasal 49
(3) Anggota sebagairnana dimaksud pada ayat (2) terdiri alas unsur
pemerintah, unsur konsumen, dan unsur pelaku usaha.
(4) Anggota setiap unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berjumlah
sedikit-dikitnya 3 (tiga) orang, dan sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang.
(5) Pengangkatan dan pernberhentian anggota badan penyelesaian sengketa
konsumen ditetapkan oleh Menteri.
Pasal 50
Pasal 51
Pasal 52
Pasal 53
Pasal 54
Pasal 55
Pasal 56
(I) Dalam waktu paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak menerima putusan
badan penyelesaian sengketa konsumen sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 55 pelaku usaha wajib melaksanakan putusan tersebut.
(2) Para pihak dapat mengajukan keberatan kepada Pengadilan Negeri paling
lambat 4 (empat belas) hari kerja setelah menerima pernberitahuan
putusan tersebut.
(3) Pelaku usaha yang tidak mcngajukan kcbcratan dalam jangka waktu
sebagairnana dimaksud pada ayat (2) dianggap menerima putusan badan
penyelesaian sengketa konsumen.
(4) Apabila ketentuan sebagairnana dimaksud pada ayat (I) dan ayat (3) tidak
dijalankan oleh pelaku usaha, badan penyelesaian sengketa konsumen
menyerahkan putusan tersebut kepada penyidik untuk melakukan
penyidikan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
(5) Putusan badan penyclesaian sengketa konsumen sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) merupakan bukti pennulaan yang cukup bagi penyidik untuk
melakukan penyidikan.
Pasal 57
Pasal 58
BAB XII
PENYIDIKAN
Pasal 59
(I) Selain Pejabat Palisi Negara Republik Indonesia, Pejabat Pegawai Negeri
Sipil tertentu di lingkungan instansi pemerintah yang lingkup tugas dan
tanggung jawabnya di bidang perlindungan konsumen juga diberi
wewenang khusus sebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam
Undang-undang Hukum Aeara Pidana yang berlaku.
(2) Penyidik Pejabat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat
(I) berwenang:
a. melakukan perneriksaan atas kebenaran laporan atau keterangan
berkenaan dengan tindak pidana di bidang perlindungan konsumen;
b. melakukan pemeriksaan terhadap orang lain atau badan hukum yang
diduga melakukan tindak pidana di bidang perlindungan konsumen;
e. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang atau badan hukum
sehubungan dengan peristiwa tindak pidana di bidang perlindungan
konsumen;
d. melakukan pemeriksaan atas pembukuan, catatan, dan dokumen lain
berkenaan dengan tindak pidana di bidang perlindungan konsumen;
e. melakukan perneriksaan di tempat tertentu yang diduga terdapat
bahan bukti serta melakukan penyitaan terhadap barang hasil
pelanggaran yang dapat dijadikan bukti dalarn perkara tindak pidana
di bidang perlindungan konsumen.
f. Meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan
tindak pidana di bidang perlindungan konsumen,
4.56 HUKUM TELEMATIKA e
(3) Penyidik Pejabat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat
(I) memberitahukan dirnulainya penyidikan dan hasil penyidikannya
kepada Penyidik Pejabat Palisi Negara Republik Indonesia.
(4) Penyidik Pejabat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat
(I) menyampaikan hasil penyidikan kepada Penuntut Umum melalui
Penyidik Pejabat Palisi Negara Republik Indonesia.
BAB XIII
SANKS I
Pasal 60
Pasal 61
Pasal 62
Pasal 63
BAB XIV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 64
BAB XV
KETENTUANPENUTUP
Pasal 65
\l 2 PEND AH UL U AN _
rn erikatan adalah hubungan yang terjadi di antara dua orang atau Jebih, yang
':if terletak dalam harta kekayaan, dengan pihak yang satu berhak atas
prestasi dan pihak yang lainnya wajib memenuhi prestasi itu.
Dari pembahasan di atas kita lihat bahwa unsur-unsur perikatan ada empat,
yaitu:
I. hubungan hukurn;
2. kekayaan;
3. pihak-pihak, dan
4. prestasi.
KEGIATAN BELAJAR 1
I
Syamsul Anwar, H11k11m Perjanjian Syari'ah: Studt Tentang Teori Akad dalam Fikih
Muamatat, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), him. 43.
2
Digital Dictionary, Golden al lVafi.[s}!']
e HKUM4301/MODUL 5 5.3
5
Mariam Darns, Hukum Bisnis, Jakarta, 1994, hhu. 41.
6
Van Dune, Niewenhuis Stalker an Valk, Niew Burgerlijk Wet Boek, Teksi Commentor,
Klower Deventer, 1970, hlm. 653.
7
Di negara lain kcntrak alih teknologi tercermin dari kewajiban untuk mendaftarkan kontrak
alih teknologi dan adanya kontrol pemerintah terhadap kontrak intra perusahaan { Kokkini-
Latridou dan P.J.I.M. de Waan, Overdracht van Technologie aan Ontwikkelingslanden: Een
Juridishe Benadering, Kluwer, Deventer, 1984, him. 18.
e HKUM4301/MODUL 5 5.5
B. JENIS PERIKATAN
orang atau dua pihak di mana pihak yang satu berhak menuntut suatu hal dari
pihak yang lain, sedang pihak yang lain tersebut berkewajiban untuk
memenuhi tuntutan itu.8 Apabila di atas kita berhadapan dengan berbagaijenis
perikatan sebagaimana yang dikenal Ilmu Hukum Perdata maka undang-
undang membedakan jenis perikatan sebagai berikut:
1) perikatan untuk memberi sesuatu, berbuat sesuatu, dan tidak berbuat
sesuatu;
2) perikatan bersyarat;
3) perikatan dengan ketetapan waktu;
4) perikatan mana suka (alternatif);
5) perikatan tanggung-menanggung (hoofdelijk, solidair);
6) perikatan dengan ancaman hukuman.
8
Subckti, H11k11m Perjanjian, (Jakarta: lntermasa, 2001), him. I.
9
Syamsul Anwar, H11k11111 Perjanjian Syari'ah: Studi Te11ta11g Teori Akad datam Fikih Muamatat,
(Jakarta: PT Raja Grufindo Persada, 2007), him. 44.
10
Syamsul Anwar, H11k11111 Perjanjian Syari'ah: Studi Te11ta11g Teori Akad dalam Fikih
M11a111alat, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 60.
e HKUM4301/MODUL 5 5. 7
11
Subekti & Tjitrosudibio, Ki tab Undang-Undang H11k11111 Perdata, (Jakarta: Pradnya Paramita,
1995). him. 323.
5.8 H UKUM TELE MA Tl KA •
Akibat yang sangat penting dari tidak dipenuhinya perikatan ialah kreditur
dapat meminta ganti rugi atas biaya rugi dan bunga yang dideritanya. Adanya
kewajiban ganti rugi bagi debitur maka Undang-undang menentukan bahwa
e HKUM4301/MODUL 5 5.9
12
Rachmadi Uvman, Op.Cit,hlm. 76.
u lbid,hlm,71.
5.10 H UKUM TELE MA Tl KA •
orang yang melanggar hak itu, sedangkan suatu hak perseorangan hanyalah
dapat dipertahankan terhadap sementara orang tertentu saja atau terhadap
sesuatu pihak. 14
Jaminan yang bersifat umum ditujukan kepada seluruh kreditur dan
mengenai segala kebendaan debitur. Setiap kreditur mempunyai hak yang
sama untuk mendapatkan pelunasan utang dari hasil pendapatan penjualan
segala kebendaan yang dipunyai debitur. Dalam hak jaminan yang bersifat
umum ini semua krediturnya mempunyai kedudukan yang sama terhadap
kreditur lain (kreditur konkuren), tidak ada debitur yang diutamakan,
diistimewakan dari kreditor lain. Para kreditur tersebut tidak mendapatkan hak
preferen. Karenanya pelunasan utang mereka dibagi secara "seirnbang"
berdasarkan besar kecilnya jumlah tagihan dari masing-masing kreditur
dibandingkan dengan jumlah keseluruhan utang debitur. Hak jaminan yang
bersifat umum ini dilahirkan atau timbul karena undang-undang, sehingga
jaminan yang bersifat umurn tidak perlu diperjanjikan sebelumnya. lni berarti
kreditur konkuren secara bersamaan memperoleh hak jaminan yang bersifat
umum dikarenakan undang-undang.15
Hukum Perikatan, di mana setiap orang yang memberikan utang kepada
seseorang, percaya bahwa debitur akan memenuhi prestasinya di kernudian
hari. Setiap orang wajib mernenuhi janjinya merupakan asas moral yang oleh
pembentuk undang-undang dikuatkan sebagai norma hukum.
Berkaitan dengan pemberian kredit oleh kreditur dan pelunasannya oleh
debitur, maka fungsi utama dari jaminan adalah untuk meyakinkan bank atau
kreditur bahwa debitur mempunyai kemampuan untuk kredit yang diberikan
kepadanya sesuai dengan perjanjian kredit yang telah disepakati bersama.
Dengan demik:ian, penjaminan ini pada dasarnya berbeda dengan perjanjian
kredit. Namun demikian, penjaminan atas kredit ini dikaitkan dengan
perjanjian pokok, mengabdi pada perjanjian pokok. Maka dapat disimpulkan
bahwa perjanjian penjaminan itu bersifat accessoir, dalam arti senantiasa
dikaitkan dengan perjanjian pokok, yaitu:
I) Tidak ada penjaminan tanpa adanya perjanjian pokok yang sah, adanya
tergantung perjanjian pokok, dan jika perjanjian pokok itu batal maka
perjanjian penjaminan ikut batal, danjika perjanjian pokok itu hapus maka
perjanjian perjaminan ikut hapus.
14
Subekti, Pokok-pokok H11k11111 Perdata. PT lmermasa, 1989, hltn. 62-63.
15
Rachrnadi Usman . Op.Cir., hlm.74.
e HKUM4301/MODUL 5 5.11
Menurut sifatnya, ada jaminan yang bersifat umum, yaitu jaminan yang
diberikan bagi kepentingan semua kreditur dan menyangkut semua harta
debitur, sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1131 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata, dan jaminan yang bersifat khusus yang merupakan jaminan
dalarn bentuk penunjukan atau penyerahan barang tertentu secara khusus,
sebagai jaminan atas pelunasan kewajiban/utang debitur kepada kreditur
tertentu, yang hanya berlaku untuk kreditur tertentu tersebut baik secara
kebendaan maupun perorangan. Timbulnya jaminan khusus ini adalah karena
adanya perjanjian yang khusus diadakan antara debitur dan kreditur yang dapat
berupa:
I ) Jaminan perseorangan (personlijki. yaitu adanya orang tertentu yang
sanggup membayar arau memenuhi prestasi jika debitur cedera
janji. Jaminan perorangan ini tunduk pada ketentuan hukum
perjanjian yang diatur dalam Buku III Kitab Undang-Undang Perdata.
2) Jaminan yang bersifat kebendaan, yaitu adanya benda tertentu yang
dijadikan jaminan (zakelijk).
16
Sri Soedewi Maschoen Sofwan, Hukum Iaminan Di Indonesia: Pokok-pokok Hukt111t
Ja111i11a11 dan Ja111i11a11 Perorangan, Liberty, Yogyakarta, 1980, him. 82.
5.12 H UKUM TELE MA Tl KA •
17
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Seri Hukum Harta Kekayaan: Hak Istimewa,
Gadai, dan Hipotek, Kencana, Jakarta, 2004, him. 65-66.
18
Herowati Poesoko, Op.cit., him. 82.
e HKUM4301/MODUL 5 5.13
19
R. Subckti, "Kitab Undang-undang Hukum Pcrdata," Ctk. Kcduapuluhsctnbilan, PT. Pradnya
Paramita. Jakarta, 1999, him. 339.
5.14 H UKUM TELE MA Tl KA •
- ---
LATIHAN
-�
-==
----
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,
kerjakanlah latihan berikut !
diberlakukannya UU !TE menarik untuk dikaji dan diteliti lebih dalam lagi.
DI RANG Ku MAN. _
TES FDRMATIF l
---------------�
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
KEGIATAN BELAJAR 2
S
istern transaksi perdagangan yang semula berbasis kertas bergeser ke
sistern transaksi yang berbasis nonkertas (digital). Kehadiran teknologi
informasi sekarang ini sedikitnya membawa dua implikasi. lmplikasi iru
berdampak di sektor ekonomi dan sektor hukum. Di sektor ekonomi kehadiran
internet cenderung membawa iklim yang makin transparan, efektif, dan
efisien. Di lain pihak, kehadiran internet pada sektor hukum mernunculkan
berbagai persoalan hukum yang mendasar. Salah satu persoalan hukum
tersebut adalah berkaitan dengan hukum kontrak. Sampai saat ini diakui bahwa
aturan hukum kontrak konvensional belum mampu menjangkau sepenuhnya
secara elektronik.
Seiring dengan perkembangan dalam masyarakat yang disertai dengan
perkembangan teknologi infonnasi dan telekomunikasi, timbul pula bermacam
alat bukti dalam hubungan hukum keperdataan di luar yang telah diatur dalam
peraturan acara perdata (HlR/RBg).
Dimulai dengan rnunculnya fotokopi sampai dengan dikenal dan
digunakannya alat bukti elektronik. Fotokopi suatu surat atau akta sudah
umum digunakan dalam kehidupan bermasyarakal, termasuk pengajuan alat
bukti surat dalarn pembuktian di pengadilan. Putusan Mahkamah Agung
tanggal 14 April 1976 No. 71 K/Sip/1974, menyebutkan bahwa fotokopi dapat
diterima sebagai alat bukti apabila fotokopi itu disertai keterangan atau dengan
jalan apa pun secara sah dapat ditunjukkan bahwa fotokopi tersebut sesuai
dengan aslinya. Pada waktu pengajuan alat bukti, seluruh surat baik yang
berbentuk akta (otentik dan di bawah tangan) maupun bukan akta yang
dijadikan alat bukti tertulis dalam pemeriksaan perkara di pengadilan, harus
difotokopi kernudian dimateraikan (nazegelen) ke kantor pos agar sah sebagai
alat bukti. 20
Di muka hakim, hasil fotokopi bukti surat tersebut harus disamakan
dengan aslinya yang kemudian disahkan oleh hakim sebagai alat bukti dengan
menyatakan bahwa sesuai dengan aslinya dan kernudian diparaf di atas
20
Efa Lacla Fakriah,Jurnal Hukum Acara Perdata, PerketnbanganAlat Bukti dalam Penyclesaian
Perkara Perdata di Pengadilan Menuju Pernbaruan Hukum Acara Perdata, Vol I, No.2,
Diakses tanggal 10 April 2017 pukul 18.15 \VIB.
e HKUM4301/MODUL 5 5.19
fotokopi bukti surat tersebut. Foto (potret) dan hasil rekarnan suara atau
gambar (dalam perkembangannya termasuk hasil rekarnan CCTV),
berdasarkan literatur tidak dapat dijadikan alat bukti karena dapat saja
merupakan hasil rekayasa sehingga tidak dapat rnembuktikan apa yang
sebenarnya terjadi. Namun, dalam perkembangannya dewasa ini, dengan
kernajuan teknologi di bidang informasi dan telekomunikasi, asli atau tidaknya
suatu foto dan hasil rekaman suara atau garnbar dapat diketahui dengan
menggunakan teknik tertentu. Hasil print out dari mesin faximili (dikenal
dengan fax), banyak digunakan dalam hubungan surat menyurat jarak jauh
dalarn waktu yang singkat, dernikian pula dengan microfilm atau microfische
yang digunakan untuk menyimpan data, apakah dapat dianggap sebagai alat
bukti tertulis.
Untuk mempermudah menganalisis keabsahan kontrak elektronik,
sebelumnya dapat dilihat beberapa pendapat para pakar hukum mengenai
definisi kontrak itu sendiri, di antaranya adalah:
l. Menurut R. Subekti, perjanjian adalah suatu peristiwa dirnana ada seorang
berjanji untuk melaksanakan suatu hal. 21
2. Menurut M. Yahya Harahap, perjanjian adalah suatu hubungan hukurn
kekayaan antara dua orang atau lebih yang rnemberikan kekuatan hukum
kepada suatu pihak untuk mernperoleh prestasi dan sekaligus rnewajibkan
pada pihak lain untuk melaksanakan prestasi.22
3. Menurut Sri Soedewi Masychoen Sofwan, perjanjian adalah suatu
perbuatan hukum dirnana seorang atau lebih mengikatkan dirinya
terhadap seorang lain atau lebih. 23
4. Menurut Wirjono Prodjodikoro, perjanjian diartikan sebagai suatu
perbuatan hukum mengenai harta benda kekayaan antara dua pihak,
dimana satu pihak berjanji atau dianggap berjanji untuk rnelakukan suatu
hal atau untuk tidak melakukan suatu ha), sedangkan pihak lain berhak
menurut pelaksanaan janji itu.24
5. Definisi kontrak elektronik menurut Edmon, adalah hubungan hukum
secara elektronik, yang memadukan networking dari computer based
information system dengan telecommunication, dengan media komputer
global internet.
21
R. Subekti, Aneka Perjanjian, PT. Alumni. Bandung, 1984, him I.
22
M. Yahya Harahap, Segi-segi Huk11111 Penkatan, PT. Alumni, Bandung, 1982, hlm 3.
23
Qirom Syamsudin Mcliala, Pokuk-pokuk H11k11111 Perjanjian. erk. Pcrtama, Liberty,
Yogyakarta, 1985, him 7.
24
Ibid.
5.20 H UKUM TELE MA Tl KA •
15 Agus Raharjo, Cybercrime: Pemalu1111a11 dan Upaya Pencegahan Kejaharan Berreknologi, PT.
C1tn1 Aditya Bakti, Bandung, 2002, hhn. l
e HKUM4301/MODUL 5 5.21
26
Bagus Hanindyo Mantri, Tesiv, Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam transak si e-
com111erce. Program Magister llmu Hukum Umvervitas diponegoro. Semarang, 2007.
27
Cita Yustisia Scrfiani dkk., B11k11 Pintar Bisnis Online dan Transaksi E/ektronik, Gramcdia
Pustaka Utarna Jakarta, 2013.
5.22 H UKUM TELE MA Tl KA •
(standard contract) oleh pihak penjual, sehingga pihak pembeli tidak berhak
mengubah isi kontrak baku tersebut. Pihak pembeli hanya tinggal membaca isi
kontrak baku, dan jika tidak setuju tidak perlu mernbubuhkan tanda tangan.
Kontrak baku (kontrak standar) sudah biasa dilakukan di dunia bisnis karena
pertimbangan kebutuhan dan kepraktisan. Namun demikian, ' kontrak baku
tersebut tetap tidak boleh bertentangan dengan KUH Perdata dan UU
Perlindungan Konsumen.
Menurut Sutan Remy Sjahdeini kontrak/perjanjian baku adalah perjanjian
yang hampir seluruh klausulnya sudah dibakukan oleh pemakainya dan pihak
yang lain pada dasarnya tidak mempunyai peluang untuk merundingkan atau
meminta perubahan. Hal yang belum dibakukan hanya beberapa ha! saja,
misalnya menyangkutjenis, harga, warna, jumlah, tempat, waktu dan beberapa
ha! lainnya yang spesifik dari objek yang ctiperjanjikan.
Pembuatan kontrak standar atau perjanjian baku tidak dilarang namun
tidak boleh bertentangan dengan UU 8/1999 tentang Perlindungan Konsumen,
Pelaku usaha dilarang mencantumkan klausul baku yang letak atau bentuknya
sulit terlihat atau tidak dapat dibaca secara jelas, atau yang pengungkapannya
sulit dimengerti. Setiap klausul baku yang melanggar larangan tersebut
dinyatakan batal demi hukum, dan pelaku usaha wajib menyesuaikan klausul
baku tersebut dengan UU 8/1999. Klausul baku adalah setiap aturan atau
ketentuan dan syarat-syarat.
Di dalarn "Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan Yang Seimbang Bagi
Para Pihak Dalarn Perjanjian Kredit Bank Di Indonesia", lnstitut Bankir
Indonesia, yang telah dipersiapkan dan ditetapkan terlebih dahulu secara
sepihak oleh pelaku usaha yang dituangkan dalam suatu dokumen dan/atau
perjanjian yang mengikat dan wajib dipenuhi oleh konsumen. Pasal 48 Ayat
(2) PP 82/2012 tentang PSTE menyatakan bahwa kontrak elektronik yang
dibuat dengan klausul baku harus sesuai dengan ketentuan mengenai klausul
baku yang diatur dalam peraturan perundang-undangan,
Mariam Darus Badrulzaman mendefinisikan perjanjian baku (berbentuk
perjanjian kredit) sebagai perjanjian yang di dalamnya dibakukan syarat
eksenorasi dan dituangkan dalam bentuk formulir, dengan ciri-ciri sebagai
berikut:
I. lsinya ditetapkan secara sepihak oleh kreditur yang posisinya relatif lebih
kuat dari debitur;
2. Debitur sama sekali tidak menentukan isi perjanjian;
3. Terdorong oleh kebutuhannya, debitur terpaksa menerima perjanjian itu;
e HKUM4301/MODUL 5 5.25
4. Bentuknya tertulis;
5. Dipersiapkan terlebih dahulu secara masal atau individu.
��
..
-·-----""
�
LATIHAN
28
Kitab Undang-Undang Hukum Pcrdata, Pasal 1266.
e HKUM4301/MODUL 5 5.27
5) Apakah yang Pertama kali menjadi pelopor yang termasuk ke dalam jenis-
jenis transaksi, berdasarkan Urgensi dibentuknya UU ITE, yaitu ....
A. electronic banking
B. electronic government
C. electronic procurement
D. e-KTP
Tes Formatif I
Tes For111atif2
2) A. Benar bahwa pasal 1320 KUH Perdata mernpelajari tentang syarat sah
. ..
perJanJ1an.
B. salah karena pasal 1356 KUH Perdata tidak rnempelajari tentang syarat
sah perjanjian.
C. salah karena 1233 KUH Perdata tidak mempelajari tentang syarat sah
. ..
perjanjian.
D. salah karena 1239 KUH Perdata tidak mempelajari tentang syarat sah
. ..
perjanjian.
Glosarium
Daftar Pustaka
Cita, Y.S., dkk., (2013). Buku pintar bisnis online dan transaksi elektronik.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
P.S. Atiyah. ( 1981 ). Kontrak ditekankan pada adanya kata sepakat dari
kemauan atau maksud dari para pihak, dengan kata lain kata sepakat
menjadi hat penting dalarn penyusunan kontrak. (P.S. Aliyah, An
introduction to the law of contact. Oxford: Clarendon Press.
Van, D. (1970). Niewenhuis stolker an valk, Niew Burgerlijk Wet Baek. Teksi
Commentor, Klower Deventer.
MDDUL 6
t1 PEND AH UL U AN _
1
Kaf Kumia "Sejarah lntemet'', Rabu, 22 Oktober 2003, 2:58.
6.2 HUKUM TELEMATIKA e
2
Carl Oppedahl, "Remedies 111 Domain Name Lawsuit: How Is Domain Name Like A Cow?" 19
Januari 2006 11 :23.
• HKUM4301/MOOUL 6 6.3
KEGIATAN BELA.JAR 1
I. Kasus KLIKBCA.COM
Kasus-kasus yang terjadi berkaitan dengan nama domain dalam skala
nasional maupun internasional, salah satunya dialami olah Bank Central Asia
(BCA) yang telah mernbuka layanan perbankan melalui internet (internet
banking) mulai tanggal 30 Maret 200 I. Selain nasabah dapat melakukan
transaksi perbankan dengan mudah, program ini juga memiliki nilai efisiensi
yang tinggi bagi BCA, dengan moto seolah-olah nasabah memiliki mesin
A TM sendiri juga berkonotasi bahwa bank tidak perlu melakukan investasi
lebih banyak jika nasabah beralih ke internet banking, sebab anggaran untuk
penyediaan lebih banyak mesin A TM dapat dikurangi, dan nasabah justru
akan menggunakan fasilitasnya sendiri untuk bertransaksi tennasuk biaya-
biaya yang menyangkut fasilitas internet untuk mengakses program internet
banking tersebut melalui situs http://www.klikbca.co1n.3
Meskipun tingkat pengamanan telah dilakukan dengan baik tetapi
internet banking tetap saja memiliki kelemahan, hal ini terbukti pada sekitar
3
Scbagai pcngamanan dalam bertransaksi, transaksi internet di BCA dilengkapi system
keamanan berlapis. Selain ada secure socket layer (SSL)3 128 BIT encryption', disertilikasi
oleh Verisign, juga dilengkapi dengan user ID dan Personal Identification N11111ber (PTN).
l-lingga saat ini tercatat sekitar 200.000 nasabah BCA yang menjadi pelanggan klik.BCA.
6.4 HUKUM TELEMATIKA e
bulan Juni 200 I, di mana diketahui adanya beberapa nama domain yang
menggunakan nama domain dan tampilan mirip dengan situs klikBCA
(http://www.klikbca.com), yang terdiri atas http://www.wwivklikbca.co1n,
http://ww,v.ki/kbca.con1. http://www.clikbca.con1. http://www.klickbca.com
dan http://,vww.klikbac.com
Hal ini cukup membuat tersesatnya para pengguna (user) yang
mengakses situs-situs tersebut. Mereka tidak menyadari telah memasuki situs
yang salah karena penampilannya sama persis dengan situs aslinya. Nasabah
BCA juga banyak yang tidak menyadari, meskipun situs tersebut sebenarnya
rnemiliki perbedaan, sebab pada situs klikBCA yang asli terdapat fasilitas
keamanan dari verisign berupa sertifikat digital", sedangkan pada situs palsu
tersebut tidak menggunakan sertifikat digital signature. Apabila ada nasabah
yang mengakses maka browser pun secara spontan akan rnenampilkan
peringatan bahwa situs tcrsebut tidak aman.' Browser kemudian membcrikan
pilihan kepada penggunanya untuk meneruskan atau membatalkan perintah
tersebut. Oleh karenanya, bagi user yang tidak memahami akan mengabaikan
peringatan tersebut dan langsung menekan tombol '.)'es'. Dengan melakukan
log-in dikelima situs tersebut, maka user name dan PIN internet user atau
nasabah akan terkirim kepada pemilik situs yang bersangkutan (yaitu pemilik
situs palsu ).
Berdasarkan WHOIS Lookup Network Solutions, ternyata diketahui
bahwa kelima situs palsu tersebut terdaftar sebagai pemilik Steven Haryanto,
Kebon Manggu, Bandung, Jawa Barat (Catalan data Registrant : Steven
Haryanto, Kebon Manggu xxx, Tolong Jangan Isengi Saya, Bandung, Jabar
4000 ID 6222108 (Fax) 6222108 steven-domain@haryan.to ).6
4
Serti fikat mi mengikat antara suatu pub/ ic key dengan suaru identitas. Sertifikat ini dikeluarkan
oleh sebuah pihak yang disebut dengan CA (Certificate Authority), dalam ha! ini Verisign.
5
Agar SSL dapat bekerja semestinya (mclakukan koneksi terenkripsi dengan pihak yang
semestinya), maka penggunalah yang harus memverifikasr apakah sertifikat yang dirrnliki oleh
server yang ditujunya adalah benar.
6
http://\V\v,v.jaga-jaga.com/ihatiyook.php?ida=299. dalam hal ini Steven mendaf\arkan
nama domain yang merupakan plesetan (rypo site) dan membelinya dengan harga $8 untuk
masing-masing nama domain. Kcmudran domam-domam tcrscbut ditcmpatkan pada server-
server milik Steven sendiri yang ditempatkan pada Internet Service Protocol (ISP) ipnet.net.id.
Narna domain SSLGUARDED.com yang menjadi nan1e server bagi domain palsu adalah
milik PT. Masterweb Network, perusahaan yang sebagian drmiliki oleh Steven Haryanto.
Steven scbcnamya tclah lama mcmcsan domain-domain tcrsebul. Misalnya : nama domain
klick.bca.com telah didaftarkan sejak tanggal 25 September 2000 dcngan batas waktu
kadaluwarsa 25 September 2001, dan telah dipcrbaharui pada tanggal 20 April 2001.
• HKUM4301/MOOUL 6 6.5
Hal yang menarik dari kasus ini adalah, untuk mcncntukan domain-
domain mana yang akan dibeli, terlebih dahulu Steven melakukan pengetikan
"klikbca" secara berulang-ulang untuk mendapatkan salah ketik nama yang
paling sering terjadi. Kemudian, pada akhimya dipilihlah kelima nama-nama
domain tcrscbut untuk didaftarkan.
Tampilan situs domain palsu milik Steven dibuat mirip dengan situs
aslinya dengan cara menyalin halaman indeks dan halaman login
www.klikbca.com. Steven Haryanto belum pemah menggunakan domain
yang telah dibelinya, dan baru mulai mengaktitkannya pada hari minggu,
tanggal 3 Juni 200 I. Ternyata hanya dalam periode 48 jam situs tersebut
diaktitkan, telah terkumpul sekitar lebih dari 130 PfN hasil dari para user
yang tersesat.
Pada tanggal 6 Juni 200 I Steven Haryanto mempublikasikan
pcnnohonan maafnya dan mengatakan bahwa tidak ada maksud untuk
berbuat kriminal serta akan menyerahkan data pemakai yang telah ada
padanya kepada pihak BCA. Sehubungan dengan tindakan Steven Haryanto
yang telah menggunakan atau memanfaatkan nama domain yang berkonotasi
dengan merek terkenal klikbca dan telah membuat isi situs sedemikian rupa
sehingga membuat kebingungan atau kesalahan bagi masyarakat pengguna
klikbca yang dapat memunculkan anggapan situs palsu itu sebagai situs asli
atau situs klikBCA yang sesungguhnya.
a. Kasus posisi
I) Para Pihak Dalam Kasus
Kasus Audiopoint.Com:
a) Penggugat : Audiopoint, Inc. yang berbadan hukum Virginia,
diwakili oleh Knobbe, Martens, Olson, dan Bear, LLP.
b) Tcrgugat : eCorp, Inc. yang berbadan hukum Indiana, diwakili
oleh Ari Goldberger.
Kasus TSTV.Com:
a) Penggugat : Toronto Star Newspaper Ltd., yang berkedudukan
di Lt. 6, Toronto, Ontario, M5E I P9 Canada, sebuah
6.6 HUKUM TELEMATIKA e
b. Fakta
Kasus Audiopoint.Com:
Audiopoint, Inc. adalah perusahaan penyedia jasa portal suara (voice
portal) yang didirikan oleh Nicholas K. Unger. Pendirinya memilih proyek
"Audiopoint" pada bulan Januari 1999 dan selanjutnya mulai menggunakan
nama dan merek tersebut berkaitan dengan perkembangan jasa portal suara.
Audiopoint, Inc. tidak mempromosikan pelayanannya dibawah Merek
"Audiopoint" sampai bulan Juni 1999, bulan yang sama dimana Audiopoint,
Inc. mengisi lamaran Merck Dagang. Lamaran tersebut dibcri nornor seri No.
75/741,380 dan masih menunggu keputusan.
Karena berhak atas nama domain <audiopoint.com> yang sesuai dengan
nama dan merek perusahaannya, Audiopoint, Inc. segera memeriksa nama
domain <audiopoint.com> tersebut pada tanggal 6 Februari 1999, dan nama
domain dimaksud telah tersedia. Namun, ketika pihak Audiopoint, Inc. akan
mendaftarkan nama domain <audiopoint.com> pada tanggal 9 Februari 1999,
narna domain yang bersangkutan telah didaftarkan oleh pihak lain (eCorp,
lnc.'), yaitu suatu perusahaan komunikasi jaringan global yang didirikan
pada tahun 1996, yang mengembangkan, menjalankan, dan menghubungkan
nama-nama domain berbasis jaringan global (platforms) ke dalarn bisnis
individual, industri spesifik, dan bisnis terfokus tinggi. Temyata eCorp, Inc.
telah mendaftarkan nama domain <audiopoint.com> tersebut lebih dulu,
yaitu pada tanggal 8 Februari 1999 melalui lembaga pendaftaran nama
domain (registrar) Tucows.com.8
Sampai tanggal 8 Februari 1999, Audiopoint, Inc. belum mendaftarkan
merek dagang dan belum menawarkan pelayanannya dibawah merek
"Audiopoint", Pendiri eCorp, lnc., Chad Folkening, bersumpah bahwa ketika
7
Selengkapnya dapat dilihat di http://,VW\v.ecorp.com/h1story.ht1n
8
Tucows.com adalah salah satu registrar yang telah diakreditasi keberadaannya oleh Lembaga
pengclola & pengatur nama domain, ICANN (Internet Corporation for Assigned Names and
N11111bers). Untuk infonnasi selengkapnya dapat drlihat di
h ttp.z/www. icann. org/rcgitrars/accrcd ited-1 i st.html
• HKUM4301/MOOUL 6 6.7
Kasus TSTV.Com:
Toronto Star Newspaper Ltd. adalah sebuah perusahaan Canada yang
bergerak di bidang produser program-program televisi. Penggugat merupakan
pemilik sah atas ,nerek dagang Canada "TSTV" dengan nornor pendaftaran
TMA 496,452 yang didaftarkan pada tanggal 19 Juni 1998 untuk digunakan
dalam pengusahaan atas barang-barang dan jasa-jasa berupa Kasel rekaman
video, video laser disk, digital video disk, kaset audio compact disk, CD
ROM disk; dan pakaian berupa baju, jaket, sweater, celana panjang, topi dan
jas. Sedangkan produk lainnya adalah siaran televisi, jasa telekomunikasi
elektronik interaktif, penanaman, pengembangan, produksi, siaran, rekaman
dan distribusi program-program untuk televisi, komputer dan terminal
display.
Penggugat telah menggunakan merek dagang "TSTY" di Canada atau di
perusahaannya atas barang-barang dan jasa-jasa di atas, sejak tanggal 26 Mei
1998, Penggugat memiliki nama domain tstv.ca, yang didaftarkan di tempat
pendaftaran internet di Canada pada tanggal 27 April 2000 (dan dimodifikasi
tanggal 8 Agustus 2000). Selain itu Penggugat memiliki nama domain
6.8 HUKUM TELEMATIKA e
c. Pertimbangan hukum
Pertimbangan Hukum yang diambil oleh Panel didasarkan pada Pasal 4
(a) Uniform Domain Na111e Dispute Resolution Policy9 (untuk selanjutnya
disebut "the policy") yang mana beban yang harus dibuktikan oleh Penggugat
adalah:
I) Bahwa nama domain yang didaftarkan oleh Tergugat identik atau
mirip secara menyesatkan dengan merek dagang atau merek jasa
yang dimiliki oleh Penggugat;
2) Bahwa Tergugat tidak berhak atau sah pada nama domainnya; dan
3) Bahwa nama domain telah didaftarkan dan digunakan dengan itikad
buruk.
9
http://,vw,v.icann.org/dndr/udrp/policy.htm
6.10 HUKUM TELEMATIKA e
dibantah, tetapi beban bukti tetap berada pada pihak Penggugat). Tergugat
telah gagal untuk mempertunjukkannya, sehingga Panel melihat bahwa
Tergugat tidak memiliki minat yang sah pada nama domain yang
dipersengketakan.
Sebagai perbandingan, dalarn kasus TSTV tergugat dalam menghadapi
gugatan penggugat berargumen bahwa sebelum mendaftarkan nama domain
tstv.com, Tergugat tidak mengetahui akan keberadaan dari Penggugat,
Toronto Star Newspaper Ltd. atau merek dagang lainnya milik Penggugat.
Dan dalam 'the policy' tidak terdapat ketentuan yang mensyaratkan bagi
pendaftar nama domain untuk melakukan penelitian terlebih dahulu
mengenai kemungkinan terjadinya pelanggaran merek dagang di setiap
negara atas didaftarkannya nama domain tersebut.
Tergugatpun menyatakan bahwa merek Penggugat tidak bersifat khusus
dan hanya didaftarkan di Canada pada bulan Juni 1998. Sedangkan pada saat
tergugat mendaftarkan nama domain tstv .corn, tidak terdapat kesamaan
antara merek dagang Penggugat "TSTV" dengan nama domain Tergugat
"tstv.corn", hal ini tidak akan rnenimbulkan kebingungan. Tergugat tidak
pernah menggunakan nama domain tstv.com untuk menjual barang-barang
seperti yang diperdagangkan Penggugat, dan tidak pemah menawarkan jasa
seperti yang dilakukan Penggugat. Tergugat menyangkal tuduhan-tuduhan
yang terdapat dalarn gugatan dan terutarna menyangkal pernyataan bahwa
Tergugat telah mendaftarkan atau menggunakan nama domain tstv.com
dengan itikad buruk.
Tergugat menyatakan bahwa tidak terdapat bukti-bukti dalam gugatan
dan dalam hal Tergugat mendaftarkan narna domain tstv.corn dengan tujuan
mengganggu bisnis Penggugat, serta dalarn hal Tergugat mencoba
menciptakan kemungkinan yang membingungkan atas merek dagang
Penggugat.
3) ltikad buruk
Penggugat menduga keras adanya itikad buruk didasarkan pada
pendaftaran <Audiopoint.com> Tergugat di bawah nama Audiopoint
daripada eCorp. Namun berdasarkan fakta kasus tersebut, faktor ini tidak
mernberikan itikad buruk. Tidak terdapat bukti bahwa Tergugat
menggunakan nama fiktif atau palsu untuk menyembunyikan identitas
aslinya (WIPO case No. 02000-0111, diputuskan tanggal 11 April 2000:
Home Director, Inc. v, Homeinrectory.
6.1 Z HUKUM TELEMATIKA e
Walaupun kontak infonnasi yang salah adalah faktor adanya itikad buruk
menurut Section 43 (d) "the Lanham Act.", 15 U.S.C. o/o 43 (d)
( I )(B)(i)(VII), bahwa ketentuan ini tidak berimplikasi dimana tidak ada bukti
bahwa Tergugat mencoba untuk menyembunyikan identitas dirinya,
mencegah layanan proses, atau membuat Tergugat yang dihubungi sulit atau
tidak mungkin. Disini, Tergugat memberikan infonnasi yang tampaknya
telah akurat berkaitan dengan hubungan administrative, teknis, dan
pengajuan rekening (billing) untuk nama domain. Lebih lanjut lagi,
Penggugat tidak pemah mengatakan bahwa ia ,nemiliki Tergugat yang sulit
dihubungi. Untuk alasan-alasan tersebut, Penggugat telah gaga) menetapkan
itikad buruk dalam pendaftaran alas dasar ini.
Penggugat juga rnengklaim bahwa Tergugat mendaftarkan
<audiopoint.com> dengan maksud mentransfer narna domainnya kepada
Penggugat untuk pertimbangan yang berharga lebih dari biaya out-of-pocket
yang dicatat yang melanggar Pasal 4 (b)(i) "the policy". Walaupun Tergugat
berada dalam perundingan untuk kemungkinan penjualan nama domainnya,
perundingan tersebut tidak menunjukkan adanya pendaftaran secara itikad
buruk, ketika nama domainnya dipersengketakan bahwa Tergugat tidak
pernah mendengar Penggugat atau mereknya pada saat pendaftaran. Bahkan,
tampaknya Penggugat tidak mengembangkan setiap hukum atas hak merek
dagang yang dapat dilindungi sampai setelah pendaftaran narna domain
Tergugat. (WIPO case No. 02000-1369, diputuskan tanggal 5 Februari 2001:
E- Duction, Inc. v. Zuccarini) oleh karena itu, Panel menemukan bahwa
Penggugat telah gaga) untuk menunjukan pendaftaran yang beritikad buruk.
Pasal 4 (a) (iii) "the policy" meminta kepada Penggugat untuk
menunjukkan pendaftaran dan penggunaan yang beritikad buruk. Karena
Penggugat telah gaga! untuk menunjukkan pendaftaran yang beritikad buruk,
hal itu tidaklah penting bagi Panel untuk menunjukkan unsur penggunaan
yang beritikad buruk.
Argumentasi yang diajukan penggugat menunjukkan adanya keinginan
untuk menggunakan dasar tidak adanya kepentingan dan minat yang sah dari
tergugat serta adanya itikad buruk. Hal ini akan menarik jika
diperbandingkan dengan argumentasi penggugat dalam kasus TSTV di mana
penggugat menyatakan bahwa Penggugat merupakan pemilik yang sah atas
merek dagang "TSTV" sejak Juni 1998, dengan bukti telah didaftarkan di
Canada dengan nomor pendaftaran TMA 496,452 dan "TSTV" merupakan
merek dagang terdaftar milik Penggugat. Nama domain "TSTV.com" terdiri
• HKUM4301/MOOUL 6 6.13
10
http://W\vw.icann.org/dndr/unifonn-rules.htm
• HKUM4301/MOOUL 6 6.15
LATIHAN
- :D RANG Ku MAN _
KEGIATAN BELA.JAR 2
fr\. alam kegiatan belajar 2 ini, secara khusus Anda akan tnempelajari
':ll:J kembali contoh kasus sehingga dapat memahami perkembangan dan
karakteristik nama domain yang berkembang di Indonesia. Untuk itu, setelah
mempelajari Kegiatan Belajar 2 ini Anda diharapkan sudah dapat
menjelaskan apa yang disebut dengan nama domain sesuai dengan
perkembangan teknologi dan infonnasi saat ini.
1. Kasus Posisi
PARA PIHAK DALAM KASUS fNDIAN FARMERS FERTILISER
COOPERATIVE LTD. V. INTERNATIONAL FOODSTUFFS COMPANY
Asia Tengah, dengan hasil penjualan pada tahun 2000 mencapai lebih dari
US$300 ribu.
Sejak pennulaan berdirinya, perusahaan tergugat dan perusahaannya
telah dikenal oleh para pelanggan serta relasi bisnisnya dengan nama IFFCO,
sebuah nama yang dihasilkan dari penyingkatan nama perusahaan tergugat,
International Foodstuffs Company. Nama IFFCO ini juga digunakan oleh
perusahaan anggota dari grup perusahaan tergugat seperti IFFCO Limited (of
Sharjah, U.A.E), IFFCO (Malaysia) Sdn. Bhd., !FFCO Australia Pty Limited
dan IFFCO Hongkong Limited.
Pada tanggal 18 November 1995, tergugat telah mengajukan formulir
pendaftaran merek dagang (Trademarks atas nama IFFCO KHALEED pada
Kantor Merek Uni Ernirat Arab, dan baru disetujui pada tanggal 8 Januari
1998 dengan nomor register 13258.
Tanggal 12 Agustus 1997, tergugat mendaftarkan nama domain
<iffco.com> atas nama perusahaannya. Peluncurannya baru dilakukan pada
tahun 1999, lalu setelah mengalami perbaikan pada tahun 2000 situs
(websitey yang berisi informasi mengenai seluruh kegiatan grup perusahaan
tergugat tersebut diluncurkan kembali.
Pada awalnya situs (websites <iffco.com> tidak diperkenalkan kepada
publik, namun kemudian beberapa langkah diambil untuk
mempromosikannya, antara lain dengan cara mencetak alamat situs pada
setiap kemasan produk, kop surat, kartu tanda pengenal untuk tamu, papan
iklan dan mengirimkan surat pemberitahuan kepada semua pelanggan.
Pada tahun 2001, Penggugat mengetahui mengenai keberadaan situs
(,vebsile) <iffco.com> dan menganggap bahwa alamat situs tersebut bukanlah
hak dari tergugat, karena alamat situs tersebut identik atau sangat mirip
dengan merek dagang "IFFCO" milik Penggugat, sehingga Penggugat
beranggapan bahwa pendaftaran nama domain tersebut dimaksudkan untuk
mengambil keuntungan yang tidak sah dari penggunaan merek dagangnya,
dan Penggugat menganggap bahwa pendaftaran nama domain tersebut telah
melanggar hak mereknya.
Berdasarkan pemikiran tersebut diatas, maka tanggal IO September 200 I
Penggugat rnengajukan gugatan kepada WlPO Arbitration and Mediation
Center. Tuntutan Penggugat adalah agar Panel memuruskan agar nama
domain <iffco.com> harus dialihkan kepemilikannya kepada Penggugat,
dengan alasan :
• HKUM4301/MOOUL 6 6.23
name hijacking, atau tidak terbukti berniat buruk dengan sengaja membuat
tergugat kehilangan hak kepemilikan nama domain <iffco.corn> saat
mengajukan gugatan ini.
Pada tanggal 6 Maret 2000, NSI rnengirimkan e-mail kepada The Center
yang berisi keterangan bahwa pihak Tergugat adalah pendaftar narna domain
Nokiagirls.com, dan juga menerangkan bahwa untuk kontak administrative
adalah Zhu Jiangping dan untuk kontak teknik adalah webmaster, WWP, Inc.
Oleh karena pihak Tergugat tidak memberikan jawaban sampai dengan
waktu yang telah ditentukan yaitu tanggal 25 Maret 2000, maka pada tanggal
29 Maret 2000 the center mengirimkan Notification of Response Default
(pemeberitahuan atas kelalaian menjawab).
Pada tanggal 4 April 2000, atas permintaan pihak Penggugat untuk
menggunakan hanya satu panelis, maka the center mengundang M. Geert
Glas untuk menjadi panelis.
Setelah M. Geert Glas mernberikan Statement of Acceptance and
Declaration of lmportiality and Independence (pernyataan penerimaan dan
pernyataan untuk bersikap adil dan independen), the center mengirimkan
kepada para pihak Notification of Appoinflnent of Administrative panel and
Projected Decision Date (pemberitahuan penunjukan Panel Adminstratif dan
penentuan tanggal keputusan) yang berisi penunjukan M. Geer! Glas sebagai
Panelis Tunggal dan penentuan tanggal keputusan yaitu tanggal 18 April
2000.
Panel harus menyelesaikan sengketa ini dan membuat keputusan
berdasarkan apa yang dituntut, bukti yang diajukan, the policy, the rules, dan
the Suplemental Rules.
11
Pertimbangan hukum mi harus bcrdasarkan pasal 4 (a) the policy yang mcnyatakan bahwa
prhak Penggugat harus dapat membuktikan :
a. Bahwa nama domain yang didaftarkan adalah idennk atau sangat ,nirip dengan merek
dagang atau merek jasa yang menjadi hak Penggugat
b. Bahwa pihak Tcrgugat tidak mcmpunyai hak dan kcpcntingan yang sah tcrhadap nama
domain tersebut
c. Bahwa nama domain tclah didaftarkan dan digunakan dcngan itikad tidak baik (badfaith)
6.30 HUKUM TELEMATIKA e
I. Kasus Posisi
Para Pihak
PT. Mustika Ratu yaitu suatu perusahaan yang bergerak di bidang jamu
dan kosmetika tradisional, berkedudukan di Indonesia serta tunduk pada
hukum Indonesia. Perusahaan ini diwakili oleh negara yang selanjutnya
disebut sebagai jaksa penuntut umum.
Tjandra Sugiono dengan alamat jalan Cisadane No. 3 Pav. Rt. 002/004
Kecamatan Cikini, Kelurahan Menteng Jakarta Pusat, Pekerjaan General
Manager International Marketing PT. Martina Berto, selanjutnya disebut
sebagai Terdakwa.
Fakta-fakta Hukum Yang Terdapat Dalam Kasus Pendaftaran Nama
Domain "Mustika-Ratu.com" Mustika Ratu adalah merek dari PT. Mustika
Ratu yaitu suatu badan usaha yang bergerak di bidang kosmetika dan jamu
tradisional, berkedudukan di Indonesia serta tunduk pada hukum lndonesia.
Perusahaan ini merupakan suatu perusahaan yang memiliki reputasi baik di
Indonesia dan mancanegara serta kompeten dibidangnya. Merek Mustika
• HKUM4301/MOOUL 6 6.33
Ratu telah terdaftar pada Direktorat Merek Direktorat Jenderal Hak atas
Kekayaan lntelektual Departemen Hukum dan Perundangan serta didaftarkan
di kawasan Asia Tenggara, Timur Tengah, Eropa dan telah dipakai sejak
tahun 1975 sampai saat ini. Sesuai perkembangan zaman pada tahun 1996
PT. Mustika Ratu telah memiliki suatu website resmi dengan alamat
www.mustika ratu .co.id yang terdaftar pada mesin pencari internet untuk
memasarkan produknya.
Perseteruan rnengenai penggunaan merek Mustika Ratu sebagai nama
domain dimulai ketika pada tanggal 20 Juli 2000 pihak Mustika Ratu akan
mendaftarkan nama domain Mustika Ratu.com ke Network Solution di
Amerika Serikat melalui internet. Pendaftaran yang diajukan oleh pihak
Mustika Ratu tersebut ditolah sebab nama domain tersebut ternyata telah
dimiliki oleh Tjandra Sugiono, warga negara Indonesia yang berdomisili di
Jalan Cisadane No. 3 Pav. Jakarta Pusat JA. I 0330. Tjandra yang juga
rnerniliki posisi sebagai General Manager International Marketing PT.
Martina Berto telah mendaftarkan merek dagang Mustika Ratu sebagai nama
domainnya pada ICANN melalui Network Solution di Amerika Serikat pada
tanggal 7 Oktober 1999. Pada WHOIS page tercantum : Registrant : Chandra
Sugiono (Mustika Ratu2-Dom) Cisadane 3 Pav. 3 Jakarta, JAKARTA 10330
ID. Domain Name: MU STIKA-RA TU.COM Administrative contact,
technical contact, zone contact, billing contact, sugiono chandra (CS2 I 746)
Jagomas@HOTMAIL.COM Cisadane 3 Pav. Jakarta, Jakarta 10330 ID
Record Last up date on 07-0ct-1999, Record expires on 07-0ct-2001, Record
created on 07-0ct-1999, Database last update on 5-Sept-2000 14,29:29 EDT.
Do1nain servers in listed order NS. I BELIA-ONLINE.COM 216.87.210.148,
NS.2 BELIA-ONLlNE.Cotn 207.8.193.31.
Kapasitas Tjandra S. ketika mendaftarkan nama domain tersebut adalah
sebagai Direktur Jagomas yaitu sebagai suatu perusahaan yang bergerak di
bidang teknologi infonnasi yang bisnisnya antara lain membuatkan nama
domain dan website. Narna domain "Mustika-Ratu.com" tidak pernah
didaftarkan Tjandra Sugiono pada mesin pencari internet.
Pada saat mendaftarkan nama domain Mustika-Ratu.com, Tjandra S.
telah mengetahui bahwa Mustika Ratu adalah suatu perusahaan kosmetika
dan jamu tradisional terkenal di Indonesia dan rnancanegara, dan ia tidak
merniliki lisensi (izin) dari pihak Mustika Ratu untuk mendaftarkan nama
domain tersebut. Tjandra melihat adanya peluang bisnis dari nama domain
Mustika-Ratu.com dan ia memiliki niat untuk menawarkan nama domain
6.34 HUKUM TELEMATIKA e
2. Ringkasan Putusan
Putusan hukum dari kasus pendaftaran nama domain "Mustika
Ratu.com" yang dilakukan oleh Tjandra Sugiono dikuti dari Putusan
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No. 1075/PID.B/2001/PN.JKT.PST. dengan
Hakim Majelis: Ny. Chasiany R. Tandjung, S.H., selaku ketua sidang, Musa
Simatupang, S.H., dan Ali Akmal Haky, S.H. selaku Hakim Anggota.
Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No.
1075/PID.B/2001/PN.JKT.PST. tanggal 11 Desember 2001 antara pihak PT.
Mustika Ratu yang diwakili oleh jaksa penuntut umum melawan Tjandra
Sugiono adalah membebaskan terdakwa dari segala dakwaan (Vrijspaak)
dengan menyatakan bahwa :
a. Tindak pidana yang didakwakan kepada terdakwa Tjandra Sugiono
dalam dakwaan kesatu yaitu melanggar Pasal 382 bis dan dakwaan
kedua yaitu Pasal 48 ayat (I) j.o. Pasal 19 UU No. 5 Tahun 1999 tentang
Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat tersebut
tidak terbukti secara sah dan menyakinkan.
b. Memulihkan hak-hak terdakwa dalam kemampuan kedudukan dan
harkat serta martabatnya.
c. Membebankan biaya I ongkos perkara pada negara.
3. Pertimbangan Hukum
Pertimbangan hukum dalam Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
No. 1075/PID.B/PN.JKT.PST. adalah sebagai berikut:
a. Terdakwa telah mendaftarkan nama domain "Mustika Ratu.com" di
Network Solution melalui suatu badan I organisasi resrni yang bernarna
!CANN yaitu organisasi yang berlaku mengikat kepada semua pengguna
internet di dunia dengan memberikan nama dan alamat jelas.
Berdasarkan hal tersebut terdakwa dianggap tidak melakukan perbuatan
"menipu".
b. Dengan didaftarkannya nama domain "Mustika Ratu.com" terdakwa
belum sempat memperoleh keuntungan atau merugikan pihak lain sebab
PT. Mustika Ratu tidak dapat membuktikan adanya kerugian akibat
didaftarkannya nama domain tersebut.
c. Kapasitas terdakwa ketika mcndaftarkan nama domain "Mustika
Ratu.com" adalah sebagai direktur PT. Djago Mas yaitu perusahaan yang
bergerak di bidang teknologi informasi dan internet.
6.36 HUKUM TELEMATIKA e
I. Kasus Posisi
Para Pihak
Penggugat!': United States of America, dalarn kasus ini selanjutnya
disebut United States (U.S.) diwakili oleh Joel I. Klein sebagai U.S. Assistant
Attorney General yang bcralamat di Antitrust Division, U.S. Departement Of
Justice, 60 I D Street, NW, Washington DC 20530
Tergugat: Microsoft Corporation, dalam kasus ini selanjutnya disebut
Microsoft Corp., diwakili oleh John L. Warden sebagai kuasa hukum,
beralamat di Microsoft Corp., One Microsoft Way, Redmond Washington
DC. WA 98052-6399
2. Fakta14
Pada tahun 1994, James Clark dari perusahaan kornputer grafik dan
animasi Silicon Graphics dan Marc Andersen, penemu browser Mosaic,
rnendirikan Netscape Communication Corporation, selanjutnya disebut
Netscape Corp., untuk mengembangkan produk browser untuk keperluan
internet yang diberi nama Netscape navigator dengan kemarnpuan tcknologi
multimedia: teks, grafik, audio, dan visual. Dan pada tahun itu, jumlah situs
di internet untuk keperluan e-commerce meningkat menjadi 21. 700 situs dari
9.000 situs sejak tahun 1991.
Setelah ditolak ketika mencoba untuk mengakusisi perusahaan Netscape
Corp., pada tanggal 7 Desember 1995 Microsoft Corp. meresmikan program
kerja perusahaan untuk sepenuhnya bergerak di bidang industri internet
dengan mengeluarkan dana awal untuk riset dan pengembangan produk
browser senilai 1,4 milyar dollar Arnerika (harnpir 5 kali pendapatn Netscape
13
Gugatan diajukan berlapis olch 2 pihak yakni U.S. Dcpartcment of Justice (No.98-1232 TPJ)
dan state of New York (No.98-1233 TPJ) pada saat yang bersamaan.
14
Data lebih lcngkap dapat dtperolch dari situs hnp://,vw,v.usdoj.gov/atr/cases/f\900/1947.htm
6.38 HUKUM TELEMATIKA e
3. Ringkasan Putusan
Berdasarkan putusan hakim District of Columbia Arnerika Serikat,
Thomas Penfield Jackson untuk perkara Civil Action No. 98-1232 (TP J)
tanggal 7 Juni 200016, hal-hal utarna dalarn putusan tersebut adalah:
a. Microsoft Corp. dalam waktu 4 bulan sejak tanggal putusan diwajibkan
untuk membuat program perencanaan pernisahan pcrusahaan yang
1
� Keterangan mcngenai produk tcrsebut dapat diperolch di hupv/www.microsoft.corn
16
United State District Court for the District of Columbia, Memorandum and Order-Final
Judgment, 7 Juni 2000. http.z/www.findlaw.com/O! topics/OJ Antitrust/microsoft.html.
• HKUM4301/MOOUL 6 6.39
4. Pcrtimbangan Hukum
a. Yurisdiksi
I) Pengadilan memiliki wewenang untuk memeriksa dan mengadili
berdasarkan Sherman Act. 1890 Section I & 2 dan putusan provisi
dari 19 negara bagian.
2) Pengadilan District of Columbia berhak mengadili berdasarkan
local Rules karena tempat kedudukan para pihak sesuai dengan asa
The Basis of Presence
------
�� LATIHAN
-
�
-==
--
Untuk mernperdalarn pemahaman Anda mengenai materi di atas,
kerjakanlah latihan berikut!
Q RANG KUMAN�------------------
�'- -
TES FDR MAT IF Z�---------------
17
Kenneth C. Laudon dan Carol Guercio Traver, E-Co111111erce 2017: Business, Technology,
Society, /3'h Edition.Boston: Pearson, 2017, him. 9.
• HKUM4301/MOOUL 6 6.43
Tes Formatif I
Tes Fonnotif 2
Glosarium
Daftar Pustaka
, :.. .! PEND AH UL U AN _
I
Jusrida Tara, Fenomena Kejahatan Penipuan lnterner dalam Kajian Hukum Repub//k
Indonesia, http://www.jisponal.com/forum/index.php?topic=l l44.0;wap2, diakses 23 Februari
2010 pukul 19.35 wib.
2
BM. Setiawan, "Arsitektur Perbankan Indonesia Sebagai Upaya Memperkokoh Fundamental
Perbankan Nas,onal", Cetakan keuga, 2004, hlm. 50.
3
Muhamad Djumhana, Huk111n Perbankan di Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006,
him. I 02.
7.2 HUKUM TELEMATIKA e
4
Muhamad Djumhana, Rahasra Bank {Ketentuan dan Penerapannya di Indonesia), PT. Citra
Aditya Bakn, Bandung, 1996, him. 122-123.
5
ibid
• HKUM4301/MOOUL 7 7.3
KEGIATAN BELA.JAR 1
6
Muhamad Djumhana, Rahasia Bank (Ketentuan dan Penerapannya d, Indonesia), PT. Citra
Aditya Bakti, Bandung, 1996, him. 122-123.
7
ibid
7.4 HUKUM TELEMATIKA e
I. Pengertian Perjanjian
Istilah perjanjian adalah kesepadanan dari istilah overeenkomst dalam
bahasa Belanda atau agreement dalarn bahasa inggris. Sri Soedewi
Masjchoen Sofwan adalah salah satunya yang menggunakan isti !ah
perjanjian 8 Sedangkan Prodjodikoro memakai istilah Persetujuan karena dua
pihak setuju untuk melakukan sesuatu?
KUHPerdata rnernberikan pengertian kepada perjanjian sebagai suatu
perbuatan dimana salah satu atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu
orang lain atau lebih. Subekti menyebutkan suatu perjanjian adalah suatu
peristiwa dimana seorang berjanji pada seorang lain atau dirnana dua orang
itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu ha!. Sebagai padanan lain
perjanjian dikenal istilah kontrak, mengadopsi kata contract dalam bahasa
. .
mggns,
Perjanjian ditegaskan lagi sebagai suatu kesepakatan yang diperjanjikan
(promissory agreement) di antara dua atau lebih pihak yang dapat
menimbulkan, memodifikasi atau menghilangkan hubungan hukum 10.
Perjanjian mana menciptakan kewajiban untuk berbuat atau tidak berbuat
sesuatu ha! yang khusus. Tetapi menurut subekti, perkataan kontrak
mengandung makna lebih sempit karena ditujukan kepada perjanjian atau
persetujuan yang tertulis.
Perjanjian itu menerbitkan suatu perikatan antara dua orang yang
rnernbuatnya. Dengan kata lain, dari peristiwa ini timbulah suatu hubungan
antara dua orang tersebut yang dinamakan perikatan. Perjanjian mernang
merupakan sumber terpenting yang melahirkan perikatan, di samping juga
lahir dari undang-undang, namun harus diakui bahwa dalam praktik perikatan
itu adalah paling banyak diterbitkan dari perjanjian.
Melalui perjanjian terciptalah perikatan atau hubungan hukum yang
menimbulkan hak dan kewajiban pada masing-masing pihak yang mernbuat
perjanjian. Dengan kata lain, para pihak terikat untuk mernenuhi perjanjian
yang telah mereka buat tersebut. Dalam ha! ini fungsi perjanjian sama dengan
perundang-undangan.
8
Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Hukum Perutangan, Fakultas Hukum Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta, 1980, hlm. I
9
Wirjono Projodikoro, Azas-azas Hukum Pcrjanjian, PT.Bale, Bandung, 1985, hi m8
10
Black Henry Campbell, Black'tlaw Dictionary 1990, ST Paul Minn, West Publishing, hi m394.
• HKUM4301/MOOUL 7 7.5
11
Djuhaendah Hasan, Lembaga Jaminan Kcbendaan bagi tanah dan benda lain yang melekat
pada tanah dalam konsepsi penerapan azas pcrnisahan horisontal, PT Citra Adrtya Bakti,
Bandung 1996 him 176
7.6 HUKUM TELEMATIKA e
sahnya suatu perjanjian lainnya sudah dipenuhi. Jadi, dengan adanya kata
sepakat, perjanjian tersebut pada prinsipnya sudah mengikat dan sudah
mempunyai akibat hukum, sehingga mulai saat itu juga sudah timbul hak dan
kewajiban di antara para pihak. Dari asasi ini, pada prinsipnya syarat tertulis
tidak diwajibkan, perjanjian lisan pun sebenarnya sah menurut hukum. Akan
tetapi terhadap beberapa jenis perjanjian disyaratkan harus dibuat dalam
bentuk tertulis atau bahkan harus dibuat oleh atau dihadapan pejabat tertentu,
sehingga disebut dengan perjanjian formal. Ini adalah merupakan
perkecualian dari prinsip umum tentang asas konsensual tersebut. ketiga,
perjanjian dalam hukum kita adalah bersifat obligator, artinya setelah sahnya
suatu perjanjian, perjanjian itu sudah mengikat, tetapi baru sebatas
menimbulkan hak dan kewajiban di antara para pihak di mana pada taraf
tersebut hak milik belum berpindah ke pihak lain. Untuk dapat rnemindahkan
hak milik, diperlukan suatu penyerahan (levering). keempat, adalah asas
kebebasan berkontrak. Dalam hukum perjanjian, asas ini adalah yang paling
rnenonjol, dimana disana dianut suatu prinsip keseimbangan berkontrak
(freedom of contract) artinya para pihak bebas membuat kontrak dan
mengatur sendiri isi kontrak tersebut, sepanjang memenuhi kententuan
berikut:12 pertama; Memenuhi syarat sebagai suatu perjanjian, kedua; Tidak
dilarang oleh undang-undang; ketiga; Sesuai dengan kebiasan yang berlaku;
keempat; sepanjang perjanjian tersebut dilaksanakan dengan itikad baik.
12
Mariam Darus, kuhperdata Buku Ill. H11ku111 Perikatan Dengan Penjelasan, penerbit Alumni
Bandung, 1983, hlm 108-115.
• HKUM4301/MOOUL 7 7.7
4. Wanprestasi
. ..
Pengertian ingkar janj I (wanprestasi) im tidak terdapat dalam
KUHPerdata, tetapi berdasarkan Pasal 1236 KUHPerdata dapat diketahui
bahwa wanprestasi atau ingkar janji itu merupakan suatu keadaan dimana
debitur tidak dapat melaksanakan kcwajibannya bukan karena keadaan
memaksa. Adapun pengertian umum tentang wanprestasi adalah pelaksanaan
kewajiban yang tidak tepat pada waktunya atau dilakukannya tidak menurut
selayaknya.13
Seperti kita ketahui, di dalam perjanjian , selalu ada kreditur, yaitu pihak
yang berhak atas prestasi, dan debitur yaitu pihak yang berkewajiban
memenuhi prestasi. Dalam suatu perjanjian, ada kalanya sering terjadi,
peristiwa dirnana debitur tidak melaksanakan kewajibannya untuk rnernenuhi
prestasi. Jika pada waktu yang telah ditentukan debitur tidak dapat
mclaksanakan kewajibannya, debitur tidak langsung dinyatakan wanprestasi,
tapi diberikan pemecahan oleh undang-undang melalui lembaga "penetapan
lalai". Penetapan lalai adalah pemberitahuan kreditur kepada debitur
mengenai saat terakhir debitur harus berprestasi.14 Penetapan lalai atau
pernyataan lalai ini sering pula disebut dengan istilah Somatie (lembaga
fngebrekestelling). Jadi dengan adanya lembaga ini, maka kreditur dapat
membuat suatu perintah tegas kepada debitur kapan selambat-lambatnya
debitur harus berprestasi, disertai sanksi.
Pasal 1238 KUHPerdata menyatakan bahwa penetapan lalai harus
dituangkan dalam bentuk perintah secara tertulis, atau akta yang sejenis
dengan itu, Penetapan lalai atau somatie ini tidak diperlukan dalarn
hal:15pertama; jika kreditur menuntut pernenuhan prestasi, kedua; Debitur
tidak mernenuhi prestasi sarna sekali, ketiga; keliru memnuhi prestasi
menurut ajaran HR, kee,npat;telah ditentukan oleh undang-undang (Pasal
1626 KUHPerdata); kelima; jika dalam persetujuan ditentukan verval
termijn, keenam; debitur mengakui bahwa ia dalam keadaan lalai.
5. Force Majeur
Kegagalan pelaksanaan perjanjian oleh pihak debitur memberikan hak
gugat kepada kreditur dalarn upaya menegakkan hak-hak kontraktualnya.
13
Subekn, Aneka perjanjian. Penerbit Alumni Bandung, 1979, him 60
14
Suryodiningrat, azas-azaz f/11ku111 Perikatan, Tarsito, Bandung, 1983, him 82.
15
R. Setiawan, Pokok-pokok H11k11111 Perikatan di Indonesia. cet kc-3, Bina Cipta Bandung Him
2(
• HKUM4301/MOOUL 7 7.9
16
Agus Yudha Hemoko, Asas-asa Proporsionalilas Datam Konrrak Komersial. eel ke-1,
Lasksbang Mediatama, Yogyakarta, him 241
17
Rachmat Syafe'l Fiqih Muamalah, Pencrbit CV. Pustaka Sena, Bandung, Cctakan kc-ll,
Januari 2004, hlm.273.
7.10 HUKUM TELEMATIKA e
18
Munir Fuady, Hukum Perbankan Modem, Buku Kcdua (Tingkat Advance), Penerbit PT. Citra
Ditya Bakti, Bandung, Cetakan ke-I, 200 I, hlm.83.
19
Sunarto Zulkifli, Panduan Prakus Perbankan Syariah, Pcncrbit Zikrul Hakim, Cetakan Kedua,
Penerbit 2004, hlm. 119.
20
Pasal 6 huruf(e) Undang-Undang Nomor: 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagairnan telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor: IO Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor: 7 Tahun 1992 tentang Pcrbankan.
21
Pasal I ayat (3), ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) Undang-Undang tentang Transfer Dana.
22
Pasal I Undang-Undang tcntang Transfer Dana.
• HKUM4301/MOOUL 7 7. 11
a. Pengirim (Sender) adalah Pengirim Asal, Bank Pengirim Asal dan semua
Bank Penerus yang menerbitkan Perintah Transfer Dana.
b. Pengiriman Asal (Originator) adalah pihak yang pertama kali
mengeluarkan Perintah Transfer Dana.
c. Bank Pengirim Asal ( Originating Bank) adalah Bank yang menerima
Perintah Transfer Dana dari Pengirim Asal untuk membayarkan atau
memerintahkan kepada Bank lain untuk membayar sejumlah Dana
tertentu kepada Penerima.
d. Bank Pengirim (Sending Bank) adalah Bank Pengirim Asal dan/atau
Bank Penerus yang mengirimkan Perintah Transfer Dana.
e. Bank Penerima (Receiving Bank) adalah Bank Pengirim Asal, Bank
Penerus dan/atau Bank Penerirna Akhir yang menerima Perintah
Transfer Dana, termasuk bank sentral dan Bank lainnya yang
menyelcnggarakan kegiatan penyelesaian pernbayaran antar Bank.
f. Bank Penerus (Irnermediary Bank) adalah Bank Penerima selain Bank
Pengirirn Asal dan Bank Penerima Akhir.
g. Bank Penerima Akhir (Beneficiary Bank) adalah Bank yang melakukan
pembayaran atau menyampaikan Dana hasil transfer kepada Penerima,
h. Penerima (Beneficiary) adalah pihak yang disebut dalam Perintah
Transfer Dana untuk menerima Dana hasil transfer.
i. Pengirirn Transfer Debit adalah Pengiriman Asal Transfer Debit, Bank
Pengirim Asal Transfer Debit (Transferee's Bank) dan semua Bank
Penerus Transfer Debit (Debit Transfer Intermediary Bank) yang
menerbitkan Perintah Transfer Debit.
j. Pengirim Asal Transfer Debit a tau Penerima Transfer Debit adalah pihak
yang pertama kaili menyerahkan Perintah Transfer Debit kepada Bank
Pengirim Asal Transfer Debit yang sekaligus merupakan pihak yang
berhak menerima Dana.
k. Pembayar Transfer Debit (Transferor) adalah pihak yang mempunyai
kewajiban untuk membayar sejumlah Dana tertentu kepada Penerima
Transfer Debit melalui Bank Pembayaran Transfer Debit (Transferor's
Bank)
I. Bank Pengirim Asal Transfer Debit atau Bank Penerima Transfer Debit
adalah bank yang rnenerima Perintah Transfer Debit dari Penerima
Transfer Debit atau pihak yang menerbitkan Perintah Transfer Debit
untuk kepentingan sendiri, untuk kemudian memerintahkan Bank
Pembayaran untuk membayar jumlah Dana tertentu kepada Bank
7.1 Z HUKUM TELEMATIKA e
Menurut sisi aliran dana, transfer terdiri dari dua, yairu : transfer masuk
dan transfer ke luar. Transfer masuk (incoming transfer) adalah proses
transfer dimana bank sebagai bank penerima (beneficiary bank). Transfer ke
luar (outgoing transfer) adalah proses transfer dirnana bank bertindak sebagai
bank pengirim (re,nitting bank).23
Berkaitan dengan transfer dana ke luar kota lain dimana pihak penerima
merupakan nasabah bank lain yang berada di luar wilayah kliring bank, tetapi
terdapat cabang bank pengirim. Keadaan ini dapat diakomodasikan dengan
dua cara, yaitu (a) memanfaatkan jasa cabang bank pengirirn; atau (b)
memanfaatkan jasa cabang bank tujuan.
Hubungan dengan transfer dana ke luar negeri, akan lebih mudah jika di
luar negeri tersebut terdapat cabang bank pengirim. Bilamana tidak ada
cabang pengirim, maka bank devisa di Indonesia dapat mengirim dana ke
luar negeri lewat bank lain yang merupakan korespondennya di luar negeri.
23
Sunarto Zulkifli, op. cit., him. 119.
• HKUM4301/MOOUL 7 7.13
Transfer dana melibatkan sejumlah uang, maka instruksi yang jelas dari
pengirim uang sangat diperlukan, baik untuk transfer warkat (mail transfer)
ataupun transfer tanpa warkat (telegram, telepon, computer, internet).
lnstruksi dari pihak pengirirn tersebut sekurang-kurangnya memuat hal-hal
sebagai berikut:
a. Nama dan alamat yang jelas dari pihak pengirim;
b. Adanya ''perintah bayar";
c. Nama dan alamat yang jelas dari pihak penerima uang;
d. Nomor rekening dari pihak penerima uang (jika ada);
e. Jumlah yang dikirim (dalam angka dan huruf);
f. Serita dari pengirim kepada penerima;
g. Narna dan alamat bank penerima dan pengirim.
24
Pasal I angka (20) Undang-undang tcntang Transfer Dana.
• HKUM4301/MOOUL 7 7.15
Sms banking adalah sarana lain transfer dana rnelalui sistem elektronik
dimana perintah transaksi tidak melalui suara tetapi melalui data message/
pesan data melalui sms no telepon nasabah akan dicatat dan diidentifikasi
oleh bank demikian juga dengan PIN nasabahnya akan diberikan oleh bank
yang dimaksud. Transaksi sins banking adalah transaksi elektronik yang
sifatnya praktis tidak serumit internet banking lebih mobile karena bisa
dilakukan melalui handphone.
I. Pengertian Bank
Secara sederhana bank dapat diartikan sebagai suatu lembaga keuangan
yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-
jasa bank lainnya.25
Beberapa perumusan mengenai pengertian bank menurut para sarjana
adalah sebagai berikut:
a. Pierson
Mcnurut Pierson bank adalah badan yang menerima kredit, maksudnya
adalah suatu badan yang menerima simpanan dari masyarakat dalarn bentuk
giro, deposito berjangka maupun tabungan.26
b. Somary
Menurut Somary bank adalah badan yang aktif memberikan kredit
kepada nasabah baik dalam bentuk kredit jangka pendek, menengah dan
panjang.27 Dana yang diperlukan dalam pemberian kredit tersebut berasal
dari modal yang disisihkan dari anggaran belanja Negara untuk bank
pemerintah dan modal saham untuk bank swasta. Apabila modal yang disetor
tidak mencukupi kebutuhan rnereka maka bank dapat mengumpulkan dari :
I) Kredit likuiditas dari bank sentral
2) Pinjaman dari bank-bank dalam maupun luar negeri
3) Menerbitkan saham baru
4) Menerbitkan obligasi
5) Menerbitkan sertifikat bank
H Kasmir, Dasar-dasar Pcrbankan, PT. Raja Grafindo Pcrsada, Jakarta, 2002, Hal.2
26
Pratama Rahardja, Uang dan Bank, Ricneka Crpta, Jakarta, 1990, hal 25
27
ibid
• HKUM4301/MOOUL 7 7.19
c. G. M Verrjin Stuart
Menurut Stuart bank adalah badan yang bertujuan untuk memuaskan
kebutuhan kredit, baik dengan alat-alat pembayaran sendiri maupun yang
diperoleh dari orang lain atau denganjalan mengeluarkan giral.28
Dibidang perbankan, lembaga yang berwenang mengatur bank dalam
kebijakan perbankan di delegasikan kepada Bank Indonesia. Peraturan yang
dikeluarkan Bank Indonesia disejajarkan dengan Peraturan Pemerintah
karena Bank Indonesia karena merupakan representasi dari pemerintah akibat
kewenangan atribusi yang diberikan dengan UU 23 Tahun 1999 Tentang
Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004.
Pengertian perbankan menurut Undang-Undang No. 7 Tahun 1992
Tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan undang-undang no. 10
Tahun 1998 adalah:
"segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup
kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan
kegiatan usahanya"
28
Pratam Rahardja, ibid, hal 20.
29
Martono, Bank & Lembaga Keuangan Lain, Ekonisia, Yogyakarta 2002, hlm. 21. Klasifikasi
periode sejarah perbankan di Indonesia, yaitu: (I). Masa Penjajahan Belanda, (2). Masa
Pcmcrintahan Jcpang, (30. Masa Ordc Laina, (4). Masa Ordc Baro Sebclum Pakto 1988, (50.
Masa Orde Baru Sctelah Pakto 1988, (60. Masa Setclah Krists Moncier 1997, Lihat Munir
Fuady, Loccn.
7.20 HUKUM TELEMATIKA e
30
Undang-undang Nomor 3 Tahun 2004 Tentang Perubahan atas Undang-undang Nemer 23
Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia.
31
Suhrawardi K.Lubis, "Hukum Ekonomi Islam", Sinar Grafika, Jakarta, 2000, him. 38-39.
32
Martono, Loccit.
33
Sebagai realisasinya, pada tanggal 14 Oktober 1945, pelaksanaan pcmbentukannya ditunjuk
Tuan RM Margono Djojohadikusumo, dengan akta notaries RM Socrojo, di Jakarta, terbentuk
Yayasan Pusat Bank Indonesia. Dikunp, Martone, ibid, him. 26. Setelah itu, tanggal 17
Agustus 1946 drresmikan Bank Negara Indonesia 1946, didirikan dengan Peraturan
Pcmerintah Pengganti Undang-undang No. 2 Tahun 1946, langgal 5 Juli 1946, sclain bank
komersil, berfungsi juga sebagai Bank Sentral. Selanjutnya, Bank Rakyat Indonesia yang
beroperasi dengan dasar hukumnya Peraturan Pemerintah No. I Tahun 1946, tanggal 22
Februari 1946, merupakan terusan dari Algemeene Volkscrediet Bank (A VB).
34
Sebagai undang-undang organic berduinya suatu bank sentral, disahkan oleh Presiden sebagai
undang-undang pada tanggal 29 Mei 1953 dan dieatat di Lembaran Negara No. 40 tanggal 2
Juni 1953 dan mulai bcrlaku pada tanggal I Juli 1953. Tanggal inilah dianggap scbatgar Hari
Jadi Bank Indonesia. Pasal I Undang-undang tersebut, menegaskan bahwa Bank Indonesia
merupakan Bank Sentral di Indonesia, menggantikan De Javasche Bank. Pcnctapan Presiden
• HKUM4301/MOOUL 7 7.21
3. Jenis-jenis Bank
Menurut Jenisnya, bank dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Bank umum
Menurut Pasal I (3) Undang-Undang Perbankan pengertian bank umum
adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau
berdasarkan Prinsip Syariah yang dalarn kegiatannya memberikan jasa dalam
lalu lintas pernbayaran. Bentuk hukum suatu bank umum dapat berupa:
I) Pcrscroan Terbatas
2) Koperasi
3) Perusahaan Daerah
No. 8 Tahun 1965 (tanggal 4 Juni 1965), menetapkian bahwa semua bank-bank umum Negara
dan Bank Tabungan Negara dimtcgrasikan kc dalam Bank Scntral yang dengan system baru
yang bemama bank tunggal. http://bps@bi.go.id.
35
Undang-undang Pokok Perbankan ini hanya menagrur tentang cara kerja dan pelayanan jasa
perbankan oleh bank kepada nasabahnya, dan peraturan ini belum membagai perbankan
mcnjadi bebcrapa bcntuk scperti s4ckarang ini. Loccit.
36
Undang-undang ini drsahkan pada tanggal 25 Maretr 1992.
37
Undang-undang ini disahkan pada tanggal IO November 1998.
].22 HUKUM TELEMATIKA e
a. Modal inti
Modal inti adalah modal yang disetor dan eadangan tambahan modal.
Menurut PB! No. 7/15/PBl/2005 modal inti yang harus dimiliki oleh bank
paling kurang sebesar Rp.100.000.000.000,- (seratus miliar rupiah)
b. Modal pelengkap
Modal ini menurut ketentuan PBI No.3/21/2001 Tentang kewajiban
Penyediaan Modal Minimum Bank Umum, modal pelengkap terdiri atas:
cadangan revaluasi, Cadangan urnum, modal pinjaman subrogasi yang secara
keseluruhan dapat disimpulkan merupakan modal untuk menanggulangi
segala kekurangan dalam kegiatan usaha perbankan.39
Sela in modal yang dimiliki oleh perbankan itu sendiri, sumber dana bank
juga dapat berasal dari masyarakat luas, dengan melakukan kegiatan
intermediasi, yaitu menarik dana dari masyarakat kemudian mengernbalikan
ke dalam bentuk kredit, dengan mengambil selisih bunga dari bunga kredit
38
Kasmir, "Dasar-Dasar Perbankan ", Penerbn PT. Rajawali Pers, Jakarta, 2002.
39
Muhammad Djumhana, Op. cit. him. 260-261.
• HKUM4301/MOOUL 7 7.23
dengan bunga pmjaman. Pihak yang menjadi penyimpan dana pada bank
tersebut dinamakan nasabah kreditur dan pihak yang ,neminjam dana dari
bank dinamakan nasabah debitur. Dari kegiatan ini baik nasabah debitur atau
kreditur dan bank itu sendiri mendapat keuntungan masing-rnasing, nasabah
kreditur akan diuntungkan dengan pembcrian bunga simpanan yang
ditawarkan bank dan nasabah kreditur diuntungkan dengan perolehan selisih
pemberian bunga kredit dengan bunga simpanan.
Sumber dana bank lain selain dari masyarakat dan dari bank sendiri juga
berasal dari lembaga lain atau pihak ketiga. Adakalanya suatu bank dalam
melakukan kegiatannya membutuhkan dana besar dan cepat, sehingga untuk
mengakomodasi tersebut dia bekerja sama dengan bank lain untuk
rnemberikan pinjaman berupa uang atau benda lain yang dapat dengan mudah
diuangkan.
Transfer Messages, dan hasil revisi dalam bentuk Draft Bank Data
Elements Directiry (ISO/TC 68/N 265);
4. Pembuatan instruksi transfer dengan komputer; dan
5. Menciptakan sistern elektronik baru yang tidak sekedar menggantikan
sistem lama yang berdasarkan paper based.
��
--
-------""
�
LATIHAN
a RANG KUMAN�------------------
40
Sri Soedei Masjchoen Sofwan, Hukum Perutangan, Fakultas Hukum Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta, 1980, him. I
41
Wirjono Projodikoro, Azas-azas Hukum Perjanjian, PT.Bale, Bandung, 1985, hl m8
42
Black Henry Campbell, Black"law Dictionary 1990, ST Paul Minn, West Publishing, hl m394.
7.28 HUKUM TELEMATIKA e
43
Martono, Bank & Lembaga Keuangan Lain, Ekonisia, Yogyakarta 2002, him. 21. Klasifikasi
periode sejarah pcrbankan di Indonesia, yaitu: (I). Masa Penjajahan Belanda, (2). Masa
Pemerintahan Jepang, (30. Masa Orde Laina, (4). Masa Orde Baru Sebelum Pakto 1988, (50.
Masa Orde Baru Sctclah Pakto 1988, (60. Masa Sctclah Krisrs Moncier 1997, Lrhat Munir
Fuady, Loccit.
44
Undang-undang Nomor 3 Tahun 2004 Tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 23
Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia.
4
� Suhrawardi K.Lubis, "Hukum Ekonomi Islam", Sinar Grafika, Jakarta, 2000, h\111. 38-39.
46
Martono, Loccit.
• HKUM4301/MOOUL 7 7.29
47
Sebagai realisasinya, pada tanggal 14 Oktober 1945, pelaksanaan pcmbentukannya ditunjuk
Tuan RM Margono Djojohadrkusumo, dengan akta notaries RM Soerojo, di Jakarta, terbenruk
Yayasan Pusat Bank Indonesia. Dikutip, Martono, ibid, him. 26. Setelah itu, tanggal 17
Agustus 1946 diresmikan Bank Negara Indonesia 1946, didirikan dengan Peraruran
Pemerintah Pengganti Undang-undang No. 2 Tahun 1946, tanggal 5 Juli 1946, selain bank
komersil, berfungsi juga sebagai Bank Sentral. Sclanjutnya, Bank Rakyat Indonesia yang
beroperasi dengan dasar hukumnya Peraturan Pemerintah No. I Tahun 1946, tanggal 22
Februari 1946, merupakan terusan dari Algemeene Yolkscrediet Bank (A YB).
48
Scbagai undang-undang organic bcrdirinya suatu bank scntral, disahkan olch Presidcn scbagai
undang-undang pada tanggal 29 Mei 1953 dan dicatat di Lembaran Negara No. 40 tanggal 2
Juni 1953 dan rnulai berlaku pada tanggal I Juli 1953. Tanggal inilah dianggap sebatgai Hari
Jadi Bank Indonesia. Pasal I Undang-undang tersebut, menegaskan babwa Bank Indonesia
rnerupakan Bank Sentral di Indonesia, menggantikan De Javasche Bank. Penetapan Presiden
No. 8 Tahun 1965 (tanggal 4 Juni 1965), menetapkian bahwa semua bank-bank umum Negara
dan Bank Tabungan Negara diintcgrasikan ke dalam Bank Sernral yang dengan system baru
yang bemama bank tunggal.http;//bps@bi.go.id.
49
Undang-undang Pokok Perbankan ini hanya mcnagtur tcntang cara kcrja dan pclayanan jasa
perbankan o\eh bank kepada nasabahnya, dan peraturan ini belum membagai perbankan
menjadi beberapa bentuk seperti s4ekarang ini. Loccit
50
Undang-undang ini disahkan pada tanggal 25 Maretr 1992.
51
Undang-undang ini disahkan pada tanggal 10 November 1998.
52
Rachmat Syafe'l Fiqih Muamalah, Pencrbit CY. Pustaka Selia, Bandung, Cetakan kc-11,
Januari 2004, hlm.273.
7.30 HUKUM TELEMATIKA e
53
Munir Fuady, Hukum Perbankan Modem, Buku Kcdua (Tingkat Advance), Penerbit PT. Citra
Ditya Bakti, Bandung, Cetakan ke-I, 200 I, hlm.83.
54
Sunarto Zulkifli, Panduan Prakus Perbankan Syariah, Pcncrbit Zikrul Hakim, Cetakan Kcdua,
Penerbit 2004, hlm. 119.
55
Pasal 6 huruf(e) Undang-Undang Nomor: 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagairnan telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor: IO Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor: 7 Tahun 1992 tentang Pcrbankan.
56
Pasal I angka (I), angka (2), angka (3) Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi
dan Transaksi Elcktronik (selanjutnya disebut UU !TE).
• HKUM4301/MOOUL 7 7.31
Undang harus dibuat dalarn bcntuk akta notaris atau akta yang dibuat
oleh pejabat pembuat akta.57
Dalam UU !TE menegaskan bahwa Tanda Tangan Elektronik
memiliki kekuatan hukum dan akibat hukum yang sah selama memenuhi
persyaratan sebagai berikut: (a) data pembuatan Tanda Tangan
Elektronik terkait hanya kepada Penanda Tangari; (b) data pembuatan
Tanda Tangan Elektronik pada saat proses penandatanganan elektronik
hanya berada dalam kuasa Penanda Tangan; (c) segala perubahan
terhadap Tanda Tangan Elektronik yang terjadi setelah waktu
penandatanganan dapat diketahui; (d) segel perubahan terhadap
lnformasi Elektronik yang terkait dengan Tanda Tangan Elektronik
tersebut setclah waktu penandatanganan dapat diketahui; (c) terdapat
cara tertentu yang dipakai untuk mengidentifikasi siapa
Penandatangannya; dan (f) tcrdapat cara tertentu untuk menunjukkan
bahwa Penanda Tangan telah mernberikan persetujuan terhadap
lnfonnasi Elektronik yang terkait. UU !TE ini memberikan pengakuan
secara tegas meskipun hanya merupakan suatu kode, Tanda Tangan
Elektronik memiliki kedudukan yang sama dengan tanda tangan manual
pada umumnya yang memiliki kekuatan hukum dan akibat hukum.
Persyaratan dimaksud di atas merupakan persyaratan minimum yang
harus dipenuhi dalam setiap Tanda Tangan Elektronik. Ketentuan ini
membuka kesempatan seluas-luasnya kepada siapa pun untuk
mengembangkan metode, teknik, atau proses pembuatan Tanda Tangan
Elektronik.58
TES FORM AT IF t _
57
Pasal 5 Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang lnfonnasi dan Transaksi Elektronik
(sclanjutnya discbut UU ITE).
58
Pasal 11 Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tcntang Informasr dan Transaksi Elekrromk
(selanjutnya disebut UU !TE) bcrikut penjelasannya.
7.32 HUKUM TELEMATIKA e
KEGIATAN BELA.JAR 2
(' ektor perbankan merupakan salah satu sektor yang ,nempunyai peranan
e) penting di berbagai bidang, antara lain ke dalam kegiatan masyarakat
khususnya dibidang finansial, kegiatan ekonomi serta untuk merncnuhi
kebutuhan pribadi seseorang. Di mana sernuanya itu dapat dipenuhi melalui
jasa-jasa perbankan. Jasa-jasa yang dilakukan menurut ketentuan Undang-
undang Nomor 7 tahun 1992 jo Undang-undang Nomor IO Tahun 1998
tentang Perbankan adalah harus seusai dengan ketentuan yang ada yaitu
berdasarkan pada jenis banknya. Berdasarkan pada penggolongan jenis bank
ini maka menurut ketentuan pasal 6 dan pasal 7 Undang-undang Nomor 7
Tahun 1992 jo Undang-undang Nomor IO Tahun 1998 tentang Perbankan,
jasa-jasa yang dapat dilakukan oleh bank umum salah satunya adalah
mengenai pemindahan uang transfer.
Dalam menjelaskan fungsinya lembaga perbankan senantiasa dituntut
untuk selalu mengembangkan profesionalisme agar lembaga perbaikan
marnpu berfungsi efisien, sehat serta mampu menghadapi persaingan global.
Dalam era globalisasi ini perkembangan ilmu dan teknologi maju dengan
pesatnya. Hal ini terjadi dalam sistem perbankan saat ini, di mana perbankan
harus menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi tersebut untuk
dapat melayani nasabahnya dengan baik.
Pada saat ini, perbankan Indonesia telah mengarnbankan electronic
banking system atau lebih dikenal dengan perkembangan elektronik. Sistem
perbankan elektronik adalah segala macam transfer dan memproses data
dcngan mcnggunakan sistcm dan peralatan elektronik yang meliputi transaksi
intern dan ekstern satu bank.59 Kegiatan transfer dana dengan menggunakan
sistem dan peralatan elektronik tersebut dikenal dengan istilah electronic
funds transfer (EFT) atau transfer dana elektronik. Sistern dan peralatan
elektronik yang digunakan dalam transfer dana berupa telephone, komputer,
pita magnetis dan Iain-lain.t"
59
Bambang Setjioprodjo, Pennasalahan Hukum Dalam Transfer Dana Elcktronik, Majalah
Hukum Nasional No. 2 Tahun 2000, Hal. 115-116
60
Ibid
• HKUM4301/MOOUL 7 7.35
61
Jusrida Tara, Fenomena Kejahatan Penipuan Internet datam Kajian Huk11111 Republik
Indonesia, http;//\V\Vw.jisportal.com/forum/index.php?topic=l \44.0;wap2, diakses 23 Februan
2010 pukul 19.35 wib.
62
Budi Agus Riswandi, Aspek H11k111n lnrernet banking, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2005, Hlm.19.
7.36 HUKUM TELEMATIKA e
63
Sawaldjo Puspopranoto, Keuangan Perbankan dan Pasar Keuangan, Pustaka LP3ES
Indonesia, Jakarta, 2004. Hlm.59.
• HKUM4301/MOOUL 7 7.37
dana intcraksi terjadi pada saat pihak yang memerlukan dana tersebut
meminjarn dana dari bank guna keperluan tertentu. lnteraksi antara bank
dengan nasabah salah satunya bank sebagai penyelenggara transfer dana
harus rnerniliki kepastian hukurn terhadap nasabahnya dalarn melakukan
segala jenis transaksi melalui media internet dengan cara mentransfer.
Transfer dana secara elektronik adalah seluruh kegiatan transfer dana yang
dilaksanakan menggunakan infrastruktur elektronik dalam pelaksanaannya
transfer dana elektronik ini dapat berupa; Transfer dana melalui sistem
elektronik banking dalarn arti kegiatan transfer dana benar-benar melalui
teknologi internet dimana nasabah rnemiliki account internet banking
sehingga rnelakukan transfer dana melalui jaringan internet dengan
menggunakan fasilitas menggunakan fasilitas website dari bank
bersangkutan. Penggunaan internet banking dilakukan rnelalui kornputer
milik nasabah yang langsung rnengakses jaringan internet milik bank dengan
demikian nasabah seolah olah memiliki aim sendiri. Karena nasabah bisa
melakukan transfer dana juga pembayaran-pembayaran transaksi lainnya.
Pengaturan mengenai keabsahan dokumen elektronik dan tanda tangan
elektronik merupakan payung hukum bagi rnasyarakat yang melakukan
kegiatan transfer rnelalui elektronik.
64
Pasal 15 Undang-undang Nomor I Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
65
Pasal 16 Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang lnforasi danTransaksi Elektronik
66
Lihat Pasal 20 ayat (I) Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang lnfonnasi dan
Transaksi Elcktronik
67
Lihat Pasal 20 ayat (2) Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang lnformasr dan
Transaksi Elektronik
• HKUM4301/MOOUL 7 7.39
68
PBI No. 7/52/PBl/2005 tanggal 28 Descmber 2005 tcntang Penyelcnggaraan Kegiatan Alat
Pcmbayaran Dengan Menggunakan Kartu (PBI APMK).
7.40 HUKUM TELEMATIKA e
69
PBI No. 9/15/PBl/2007 tgl. 30 November 2007 Tentang Penerapan Manajemen Risiko Dalam
Pcnggunaan Teknologi lnfonnasi Olch Bank Umum (PB! TS!)
70
Jordi Canal, Universal Banking International Comparasons and Theoritical Perspectives,
Clarendon Press, Oxford, 1997, Hlm.242, dikutip dari Budi Agus Rrswandi, Aspek Huk11111
Internet Banking, Pt Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005, Hlm.54.
71
Budi Agus Riswandi, Op.Cu., Hlm.56.
72
Totok Budisantoso dan Sigit Triandaru, bank don Le,nbaga Keuangan lain, Salemba Empat,
Jakarta, 2006, Hlm.147.
• HKUM4301/MOOUL 7 7.41
73
Pasal I angka (I) UU tcntang Transfer Dana.
74
Pasal I angka (3) UU tcntang Transfer Dana.
7.44 HUKUM TELEMATIKA e
75
Pasal 38 dan Pasal 35 ayat (20 UU tcntang taransfcr Dana.
• HKUM4301/MOOUL 7 7.45
bank penerus atau bank penerima akhir yang melakukan keterlarnbatan dalam
,neneruskan perintah transfer dana.
Pengaturan tentang beban pembuktian dalarn ha! terjadi keterlambatan
transfer dana ditentukan dalam Pasal 75 Undang-undang tentang Transfer
Dana, sebagai berikut: Dalam ha! terjadi keterlambatan atau kesalahan
transfer dana yang menimbulkan kerugian pada pengirim asal atau penerima,
bank dan/atau pihak lain yang mengendalikan sistem transfer dana dibebani
kewaj iban untuk membuktikan ada a tau tidaknya keterlambatan a tau
kesalahan tersebut76.
Mernperhatikan pandangan l-Sheidl Hohenveldem, yang dikutip oleh
Huala Adolf, berkaitan dengan Soft Law sebagai salah satu bentuk sumber
hukum77 maka menurut hemat penulis bahwa Undang-undang tentang
transfer dana dapat diklarifikasi sebagai Soft Law yang dapat digunakan oleh
lembaga perbankan sebagai pedoman atau petunjuk (guidelines) atau (bye
law) dalam praktik transaksi transfer dana. Walaupun kekuatan mengikatnya
(LEGAL effects) dari Soft Law tersebut bersifat sukarela (voluntary)
sepatutnya bahwa parakte lembaga perbankan mengenai pengaturan tentang
tanggung jawab bank akibat keterlambatan dalarn transfer dana
menyesuaikan dengan Undang-undang tentang Transfer Dana tersebut.
76
Pasal 75 UU Transfer Dana
77
Huala Adolf, Hukum Ekonomi Intemasronal, Suatu Penagntar, Cctakan kc-3, Pcncrbit PT.
aaaRajaGRafindo Pcrsada, Jakarta, Juni 2003, him. 166.
7.46 HUKUM TELEMATIKA e
78
Darrel Menthe, "Jurisdiction in Cyberspace: A Theory of lnternaflonal Sraces ", available at
http://\VW\V.mttlr.org/volfour/menthe.html, him. 2. Cf Walker, Clive, Andrew Ashworth, The
Criminal l.aw Review. Special Edition, Sweet & Maxwell, 1998, him. 51 dst. Cf Koop, Bert-
Jaap, (ed.), JCT Law and lnternationatisation. A Survey of Govemment Views. Kluwer Law
International, 2000, him. 40
79
Lih. Ahmad M. Ramli, Perkembangan Cyber Law Global dan hnplikasinya Bagi Indonesia,
Makalah Seminar The hnponance of lnfonnation System Security i11 E-Goven11ne11t, Tim
Koordinasi Telemanka Indonesia, Jakarta, 28 Juli 2004, him. 5-6
80
Ibid
81
Pasal I angka (I), angka (2), angka (3) Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi
dan Transaksi Elcktronik (sclanjutnya disebut UU !TE).
• HKUM4301/MOOUL 7 7.47
82
Pasal 5 Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang lnfonnasi dan Transaksi Elektronik
(sclanjutnya discbut UU !TE).
83
Pasal 11 Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tcntang Informasr dan Transaksi Elekrromk
(selanjutnya disebut UU ITE) bcrikut pcnjclasannya.
7.48 HUKUM TELEMATIKA e
84
Pasal 12 Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang lnformasi dan Transaksi Elektromk
(selamjutnya disebut UU !TE)
85
Pasal 2 Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang lnfonnasi dan Transakst Elektronik
(selanjutnya discbut UU !TE)
86
Pasal 3 Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang lnformasi dan Transaksi Elcktronik
(selanjutnya disebut VU !TE)
• HKUM4301/MOOUL 7 7.49
87
Pasal 4 Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
(sclanjutnya discbut UU !TE)
88
Pasal 17 Undang-Undang No. It Tahun 2008 tentang lnfonnasi dan Transaksi Elektronik
(selanjutnya disebut UU !TE)
89
Pasal 18 Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Jnfonnasi dan Transaksi Elektronik
(sclanjutnya discbut UU !TE)
90
Penjelasan Pasa\ 17 ayat (I) Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tcntang lnformasr dan
Transaksi Elektroruk (sclanjutnya disebut UU ITE)
7.50 HUKUM TELEMATIKA e
91
Penjelasan Pasal 18 ayat (2) Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang lnfonnasi dan
Transaksi Elektronik (selanjutnya disebut UU ITE)
92
Pasal 38 dan Pasal 39 Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tcntang lnformasi dan Transaksi
Elektromk (sclanjutnya disebut UU ITE)
93
Pasal I Undang-undang Nomor 3 Tahun 2011 Tcntang Transfer Dana
• HKUM4301/MOOUL 7 7.51
94
Pasal 2 Undang-undang Nomor 3 Tahun 2011 Tcntang Transfer Dana
95
Pasal 3 Undang-undang Nomor 3 Tahun 2011 Tcntang Transfer Dana
7.54 HUKUM TELEMATIKA e
96
Pasal 4 Undang-undang Nomor 3 Tahun 2011 Ten tang Transfer Dana
97
Pasal 5 Undang-undang Nomor 3 Tahun 2011 Tcntang Transfer Dana
• HKUM4301/MOOUL 7 7.55
MATERI MUATAN
NO UNDANG-UNDANG INFORMASI DAN UNDANG-UNDANG KORELASI
TRANSAKSI ELEKTRONIK TRANSFER DANA
1 Pasal 5 Pasal 76 Dalam pasal iru
I 1 I lnformasi Elektronik dan/atau Dokumen 11 I lnformasi elektrorus, pengaturannya
Elektronik dan/atau hasil cetaknya dokumen e!ektronik, sama bahwa
merunakan ala! bukti hukum vane sah. dan/atau hasil dokumen
98
Pasal 6 Undang-undang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana
99
Pasal 7 Undang-undang Nomor 3 Tahun 20 l l Tcntang Transfer Dana
100
Wawancara dengan Puji Atmoko Analis EksekutifBiro Pengembangan Sistem Pcmbayaran
Nasional Dircktorat Akuntmg dan Sistem Pcmbayaran Bank Indonesia.
7.56 HUKUM TELEMATIKA e
Pasal 6
Dalam hal terdapat ketentuan lain selain yang
diatur dalam Pasal 5 ayat (4) yang
mensyaratkan bahwa suatu informasi harus
berbentuk tertulis atau asli, lnformasi
E!ektronik dan/atau Dokumen Elektronik
dianqqap sah sepanjang infom,asi yang
tercantum d1 dalamnya dapat diakses,
ditamplkan, dijam1n keutuhannya, dan dapat
dipertanggungjawabkan sehingga
menerangkan suatu keadaan.
dapat diketahui;
d. segala perubahan terhadap
lnformasi Elektronk yang terkait
dengan Tanda Tangan Elektronik
tersebut setelah waktu
penandatanganan dapat diketahui;
e. terdapat cara tertentu yang
dipakai untuk mengidentifikasi
siapa Penandatangannya, dan
f. terdapat cara tertentu untuk
menunjukkan bahwa Penanda
T angan tel ah mernberikan
persetujuan terhadap lnformasi
Elektronik yang terkait.
Pasal 12
(1 I Setiap Orang yang terlibat dalam Tanda
T angan Elektronik berkewajiban
mernberikan pengamanan alas Tanda
Tangan Elektronik yang digunakannya.
(2) Pengarnanan Tanda Tangan Elektronik
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sekurang-kurangnya rneliputi:
a. sistem tidak dapat diakses oleh
Orang lain yang tidak berhak;
b. Penanda Tangan harus
menerapkan pnnsp kehati-hatian
untuk rnenghindari penggunaan
secara tidak sah terhadap data
ter1<ait pernbuatan Tanda Tangan
Elektronik;
c. Penanda Tangan harus tanpa
menunda-nunda, rnenggunakan
cara yang dianjurkan oleh
penyelenggara Tanda Tangan
Eleklronik ataupun cara lain yang
layak dan sepatutnya harus
segera membentahukan kepada
seseorang yang o!eh Penanda
Tangan dianggap memercayar
Tanda Tangan Elektronik atau
kepada pihak pendukung layanan
Tanda Tangan Elektronik jika:
1) Penanda T angan rnengetahui
bahwa data pembuatan
Tanda Tangan Elektronik
telah dibobol; atau
7.58 HUKUM TELEMATIKA e
LATIHAN
I) Untuk rnenentukan upaya yang paling efektif yang dapat dilakukan oleh
nasabah dalam hal terjadinya kerugian yang diderita nasabah bank dalam
melakukan transaksi melalui elektronik baik yang disebabkan oleh
kesalahan manusia, maupun karena kurang baiknya sistem kearnanan
jasa layanan perbankan oleh bank.
2) Untuk menentukan tindakan yang paling efektif yang dapat dilakukan
oleh nasabah yang dirugikan dalam kegiatan transfer dana rnelalui
elektronik.
-a RANG KUMAN�------------------
Perkembangan dan
pemanfaatan teknologi infonnasi serta
komunikasi seperti internet, membuat manusia dapat mengetahui apa
yang terjadi di dunia ini dalarn hitungan detik, dapal berkomunikasi dan
mengenal orang dari segala penjuru dunia tanpa harus berjalan jauh dan
bertatap muka secara langsung. 101
Pada saat ini, lembaga keuangan memberikan layanannya tidak saja
melalui model-model konvensional, tetapi telah beralih pada
pemanfaatan teknologi infonnasi. Teknologi informasi mampu
mendukung terhadap sistem transaksi lernbaga keuangan bank sehingga
model transaksi keuangan lebih mengedepankan pada model non face-to
face, paperless document atau digital documentl'"
Pada prinsipnya dengan lahimya Undang-Undang Nomor I I Tahun
2008 tentang lnfonnasi dan Transaksi Elektronik (!TE). Pengaturan
lnfonnasi, Dokumen, dan Tanda Tangan Elektronik, dituangkan dalam
Pasal 5 s/d Pasal 12 UU !TE. Secara umum dikatakan bahwa lnfonnasi
Elektronik dan/atau Dokurnen Elektronik dan/atau hasil cetaknya
101
Jusrida Tara, Fenomena Kejaharan Penipuan Internet dalam Kajian H11k111n Republik
Indonesia, http://w,vw.j isportal .corn/forutn/index.php?topic==' l \ 44.0;wap2, diakses 23 Februari
2010 pukul 19.35 wib.
102
Budi Agus Riswandi, Aspek Huk111n Internet banking, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2005, Hlm.19.
7.60 HUKUM TELEMATIKA e
merupakan alat bukti hukum yang sah, yang rncrupakan perluasan dari
alat bukti yang sah sesuai dengan Hukurn Acara yang berlaku di
Indonesia. Demikian halnya dengan Tanda Tangan Elektronik, memiliki
kekuatan hukum dan akibat hukum yang sah. Namun pembuatan tanda
tangan elektronik tersebut harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang
ditentukan.
Undang-undang Nomor 3 Tahun 2011 tentang Transfer Dana
mengatur demikan sama dengan UU !TE menyebutkan bahwa Informasi
elektronik, dokumen elektronik, dan/atau hasil cetaknya dalam kegiatan
Transfer Dana merupakan alat bukti hukum yang sah. lnformasi
elektronik, dokumen elektronik, dan/atau hasil cetaknya merupakan
perluasan dari alat bukti yang sah sesuai dengan hukum acara yang
berlaku. Begitu juga pengakuan Tanda tangan elektronik dalam kegiatan
Transfer Dana memiliki kekuatan hukum yang sah.
Dalam Undang-Undang Transfer Dana pasal 76 menyebutkan
bahwa Infonnasi elektronik, dokumen elektronik, dan/atau hasil
cetaknya dalam kegiatan Transfer Dana merupakan alat bukti hukum
yang sah dan perluasan dari alat bukti yang sah sesuai dengan hukum
acara yang berlaku.
Tanda tangan elektronik dalarn kegiatan Transfer Dana rnemiliki
kekuatan hukum yang sah. Tanda Tangan Elektronik memiliki kekuatan
hukum dan akibat hukurn yang sah selama memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
I. data pembuatan Tanda Tangan Elektronik terkait hanya kepada
Penanda Tangan;
2. data pembuatan Tanda Tangan Elektronik pada saat proses
penandatanganan elektronik hanya berada dalam kuasa Penanda
Tangan;
3. segala perubahan terhadap Tanda Tangan Elektronik yang terjadi
setelah waktu penandatanganan dapat diketahui;
4. segala perubahan terhadap lnformasi Elektronik yang terkait dengan
Tanda Tangan Elektronik tersebut setelah waktu penandatanganan
dapat diketahui;
5. terdapat cara tertentu yang dipakai untuk mengidentifikasi siapa
Penandatangannya; dan
6. terdapat cara tertentu untuk menunjukkan bahwa Penanda Tangan
telah memberikan persetujuan terhadap Informasi Elektronik yang
terkait.
• HKUM4301/MOOUL 7 7.61
103
Sawaldjo Puspopranoto, Keuangan Perbankan dan Pasar Keuangan, Pustaka LP3ES
Indonesia, Jakarta, 2004. Hlm.59.
7.62 HUKUM TELEMATIKA e
Tes Formatif I
Tes Fonnotif 2
Glosarium
Daftar Pustaka
Dikdik, M.A. M. dan Elisatris, G. (2005). Cyber law aspek hukum teknologi
informasi, Bandung: Refika Aditama.
Lili, R., dan Ira, T.R. (2002). Pengantar filsafat hukum. Bandung: Penerbit
CV. Mandar Maju.
Munir, F. (200 I). Hukum perbankan modern. Buku kedua (tingkat advance).
Cetakan ke-I. Bandung: Penerbit PT Citra Ditya Bakti.
Jurnal:
Ti1n RUU & Pengkajian Hukum Direktorat Hukum Bank Indonesia. (2005).
Sekilas pengaturan electronic banking dan electronic fund transfer di
Amerika Serikat. Buletin Huku111 Perbankan dan Kebanksentralan,
Volu,ne 3. No. 2 Tahun 2005, Jakarta 2005, Hltn.41.
Peraturan Perundang-undangan:
Perlindungan Ciptaan
dalam Bidang Lagu atau Musik yang
Diumumkan atau Diperbanyak
Melalui Media Internet
Tasya Safiranita Ramli, S.H., M.H.
, 2. PEND AH UL U AN _
I
Lagu atau Musik adalah: Sekumpulan nada yang memiliki perpaduan den harmonisasi yang
semuanya itu tcrikat dalam satu irama dan tempo yang beraturan. Pada dasamya bunyi-
bunyian yang ridak memiliki nada juga dapat disebut musik. Musik merupakan sebuah alunan
jiwa, dimana alunan tersebut dapat mempengaruhi jiwa orang yang mendengarkannya.
8.2 H UKUM TELE MA Tl KA •
2
Nandang Sutrisno, lmptementast Perset11)11t111 TR/Ps dalam Undang-undang Hak Cipta,
Republika 9 Januari 1999, h\111. 3.
3
Mahmud Marzuki, Op.Cit., him. 31.
e HKUM4301/MODUL B 8.3
KEGIATAN BELA.JAR 1
(1 ecara umum, hak cipta pada karya cipta drama, musik, karya sastra, atau
e) dalam sebuah karya seni selain foto, berlaku selama hidup Pencipta
ditambah 50 tahun setelah meninggalnya Pencipta. Pada aturan umumnya
dapat dikatakan apabila seseorang yang menciptakan karya adalah pemilik
hak cipta dalam suatu pekerjaan yang dimiliki oleh pihak lain (pihak yang
merniliki hubungan pekerjaan dengan pihak lain). Pihak tersebut dapat
dikatakan sebagai pemilik, jika:
I. Hak cipta diserahkan kepada orang lain dengan seizin Pencipta, atau
2. Karya cipta yang telah dibuat oleh Pencipta tersebut diserahkan kepada
orang lain yang telah diizinkan untuk memilikinya.
4
Harsono Adisurnitro, Hak Milik tntetektuat Kh11s11s11ya Hak Cipta, CV. Akademika Pressindo,
Jakarta, 1998, him. 12.
8.4 H UKUM TELE MA Tl KA •
mulai diundangkan pada tahun 1710 dengan Statute of Anne di Inggris, hak
tersebut diberikan ke pengarang, bukan penerbit.
Peraturan tersebut juga mencakup perlindungan kepada konsumen yang
rnenjamin bahwa penerbit tidak dapat ,nengatur penggunaan karya cetak
tersebut setelah transaksi jual beli berlangsung. Selain itu, peraturan tersebut
juga mengatur masa berlaku hak eksklusif bagi pemegang copyright, yaitu
selama 28 tahun, yang kernudian setelah itu karya tersebut ,nenjadi milik
umum.
Berne Convention for the Protection of Artistic and Literary Works
("Konvensi Bern tentang Perlindungan Karya Seni dan Sastra" atau
"Konvensi Bern") pada tahun 1886 adalah yang pertama kali mengatur
masalah copyright antara negara-negara berdaulat. Dalam konvensi ini,
copyright diberikan secara otomatis kepada karya cipta, dan pengarang tidak
harus mendaftarkan karyanya untuk mendapatkan copyright. Segera setelah
sebuah karya dicetak atau disimpan dalam satu media, si pengarang otomatis
mendapatkan hak eksklusif copyright terhadap karya tersebut dan juga
terhadap karya derivatifnya, hingga si pengarang secara eksplisit menyatakan
sebaliknya atau hingga masa berlaku copyright tersebut selesai.
Hak cipta di Indonesia juga mengenal konsep "hak ekonomi" dan "hak
moral". Hak ekonorni adalah hak untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas
ciptaan, sedangkan hak moral adalah hak yang melekat pada diri pencipta
atau pelaku (seni, rekaman, siaran) yang tidak dapat dihilangkan dengan
alasan apa pun, walaupun hak cipta atau hak terkait tel ah dialihkan.
Contoh pelaksanaan hak moral adalah pencantuman nama pencipta pada
ciptaan, walaupun misalnya hak cipta atas ciptaan tersebut sudah dijual untuk
dimanfaatkan pihak lain. Hak moral diatur dalam Pasal 24-26 Undang-
undang Hak Cipta.
Ciptaan yang dilindungi hak cipta di Indonesia dapat mencakup misalnya
buku, program komputer, pamflet, perwajahan (lay out) karya tulis yang
diterbitkan, cerarnah, kuliah, pidato, alat peraga yang dibuat untuk
kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan, Iagu atau rnusik dengan atau
tanpa teks, drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, pantomim,
seni rupa dalam segala bentuk (seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni
kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase, dan seni terapan), arsitektur, peta,
seni batik (dan karya tradisional lainnya seperti seni songket dan seni ikat),
fotografi, sinemarografi, dan tidak termasuk desain industri (yang dilindungi
sebagai kekayaan intelektual tersendiri).
Ciptaan hasil pengalihwujudan seperti terjemahan, tafsir, saduran, bunga
rampai (rnisalnya buku yang berisi kurnpulan karya tulis, himpunan lagu
yang direkam dalam satu media, serta komposisi berbagai karya tari pilihan),
8.6 H UKUM TELE MA Tl KA •
masa berlakunya pada akhir tahun bersangkutan. dan bukan pada tanggal
meninggalnya pencipta.
Di Indonesia, jangka waktu perlindungan hak cipta secara umum adalah
sepanjang hidup penciptanya ditambah 50 tahun atau 50 tahun setelah
pertama kali diumumkan a tau dipublikasikan. a tau dibuat, kecuali 20 tahun
setelah pertama kali disiarkan untuk karya siaran, atau tanpa batas waktu
untuk hak moral pencantuman nama pencipta pada ciptaan dan untuk hak
cipta yang dipegang oleh Negara atas folklor dan hasil kebudayaan rakyat
yang menjadi milik bersama.
Pengecualian hak cipta dalam hal ini berarti tidak berlakunya hak
eksklusif yang diatur dalam hukum tentang hak cipta. Contoh pengecualian
hak cipta adalah doktrin fair use atau fair dealing yang diterapkan pada
beberapa negara yang memungkinkan perbanyakan ciptaan tanpa dianggap
melanggar hak cipta.
Dalam Undang-undang Hak Cipta yang berlaku di Indonesia, beberapa
hal diatur sebagai dianggap tidak melanggar hak cipta (Pasal 14-18).
Pemakaian ciptaan tidak dianggap sebagai pelanggaran hak cipta apabila
sumbernya disebut atau dicantumkan dengan jelas dan hal itu dilakukan
terbatas untuk kegiatan yang bersifat non komersial termasuk untuk kegiatan
sosial, rnisalnya, kegiatan dalam lingkup pendidikan dan ilmu pengetahuan,
kegiatan penelitian dan pengembangan, dengan ketentuan tidak rnerugikan
kepentingan yang wajar dari penciptanya. Kepentingan yang wajar dalam hal
ini adalah "kepentingan yang didasarkan pada keseimbangan dalam
menikmati manfaat ekonomi atas suatu ciptaan",
Termasuk dalam pengertian ini adalah pengarnbilan ciptaan untuk
pertunjukan atau pementasan yang tidak dikenakan bayaran. Khusus untuk
pengutipan karya tulis, penyebutan atau pencantuman sumber ciptaan yang
dikutip harus dilakukan secara lengkap.
Artinya, dengan mencanturnkan sekurang-kurangnya nama pencipta,
judul atau nama ciptaan, dan nama penerbit jika ada. Selain itu, seorang
pernilik (bukan pemegang hak cipta) program komputer dibolehkan rnembuat
salinan atas program komputer yang dimilikinya, untuk dijadikan cadangan
semata-mata untuk digunakan sendiri.
Menurut UU HC tidak ada hak cipta atas hasil rapat terbuka lembaga-
lembaga Negara, peraturan perundang-undangan, pidato kenegaraan atau
pidato pejabat Pemerintah, putusan pengadilan atau penetapan hakim,
ataupun keputusan badan arbitrase atau keputusan badan-badan sejenis
lainnya (misalnya keputusan-keputusan yang memutuskan suatu sengketa).
Di Amerika Serikat, semua dokumen pemerintah, tidak peduli tanggalnya,
berada dalam domain umum, yaitu tidak berhak cipta.
8.8 H UKUM TELE MA Tl KA •
s Ranti Fauza Mayana, Perli11d1111ga11 Desain lndustri di Indonesia datam Era Perdagangan
Bebas, Grasindo, Jakarta. 2004, him. 31.
e HKUM4301/MODUL B 8.9
Pada tahun 567 AD yaitu pada zaman Romawi ketika seorang penyair
Martial mengecam keras seseorang yang mernbacakan sajak-sajaknya
dimuka umum tanpa seizinnya. Martial menamakan perbuatan ini sebagai
plagium, arti dari sebenarnya dari plagium ini adalah adanya ide hubungan
atau keterkaitan antara pencipta dengan ciptaannya (Eddy Damian, Hukum
Hak Cipta, Alu,nni:2002, hal.47) tindakan membacakan dan menyalin suatu
karya cipta tanpa ijin penciptanya dianggap sebagai penjiplakan karena saat
itu belum adanya mesin cetak. Pada tahun 1709 di Inggris untuk pertama
kalinya diundangkan suatu Undang-undang Hak Cipta yang pertama di dunia
"STATUE OF ANNE", undang-undang ini secara berarti mengubah status
seorang pencipta menjadi pemilik eksklusif karya ciptanya sehingga seorang
pencipta karya tulis mempunyai hak khusus dan kebebasan ,nencetak.
Semakin tinggi tingkat peradaban manusia dan meningkatnya karya-
karya intelektual manusia, maka kebutuhan akan jaminan perlindungan
hukum atas karya-karya intelektual tersebut ,nenjadi hal yang sangat utama
untuk terhindar dari tindakan-tindakan persaingan curang seperti pemalsuan,
peniruan, penjiplakan, pendomplengan dan pembajakan. Menyadari akan
pentingnya perlindungan karya intelektual maka lahirlah konvensi-konvensi
Intemasional yang mengatur perlindungan Karya-karya Intelektual tersebut.
Perbuatan yang dimaksud dengan pelanggaran hak cipta merupakan
Suatu perbuatan tersebut melanggar hak eksklusif dari pencipta atau
pemegang hak cipta. Tidak dianggap sebagai pelanggaran hak cipta, hal-hal
sebagai berikut:
I. Pengumuman dan/atau perbanyakan Lambang Negara dan Lagu
Kebangsaan menurut sifatnya yang asli;
2. Pengurnuman dan/atau perbanyakan segala sesuatu yang diumumkan
dan/atau diperbanyak oleh atau atas nama pemerintah, kecuali jika hak
cipta itu dinyatakan dilindungi, baik dengan peraturan perundang-
undangan maupun dengan pernyataan pada ciptaan itu sendiri atau ketika
ciptaan itu diumumkan dan/atau diperbanyak; atau
3. Pengambilan berita aktual baik seluruhnya maupun sebagian dari kantor
berita, lembaga penyiaran dan surat kabar atau sumber sejenis lain,
dengan ketentuan sumbernya harus disebutkan secara lengkap Dengan
syarat bahwa sumbemya harus disebutkan atau dicantumkan
4. Tindakan "mengurnumkan atau rnemperbanyak", termasuk kegiatan
menerjernahkan, mengadaptasi, mengaransemen, ,nengalihwujudkan,
menjual, menyewakan, meminjamkan, rnengnnpor, memamerkan,
mempertunjukkan kepada publik, menyiarkan, merekam, dan
mengkomunikasikan Ciptaan kepada publik melalui sarana apapun.
e HKUM4301/MODUL B 8.11
6
Ibid., hlrn. 32.
8.12 H UKUM TELE MA Tl KA •
Mahasiswa dengan tanpa izin mernbuat sebuah situs Internet yang berisikan
lagu-lagu Top 40 yang populer sejak tahun 1989.
Seseorang tanpa izin membuat situs di Internet yang berisikan lagu-lagu
milik penyanyi lain yang lagunya belum dipasarkan. Conteh kasus : Group
musik U2 menuntut si pembuat situs internet yang memuat lagu mereka yang
belum dipasarkan.
Seseorang dengan tanpa izin mernbuat sebuah situs yang dapat
mengakses secara langsung isi berita dalam situs internet milik orang lain
atau perusahaan lain. Kasus: Shetland Times Ltd Vs Wills (1997) 37 IPR 71,
dan Wasington Post Company VS Total News Inc and Others.
Namun, saat ini share (Membagi) suatu berita oleh Situs berita sudah
merupakan sebuah nilai yang akan menaikan jumlah kunjungan ke situs
berita itu sendiri, yang secara tidak langsung share (Membagi) berita ini akan
menaikan Page Rank situs berita dan mendatangkan pemasang iklan bagi
situs berita itu sendiri. Misalnya beberapa situs berita terkenal Indonesia
menyediakan share beritanya melalui facebook, twitter, lintasberita.com dan
lain-lain. Maka, share ini secara tidak langsung telah mengizinkan orang lain
untuk berbagi berita melalui media-media tersebut dengan syarat
mencantumkan sumber berita resminya. Maka dalam kasus ini, Hak Cipta
sebuah berita telah diizinkan oleh pemilik situs berita untuk di-share melalui
media-media lain asalkan sumber resmi berita tersebut dicantumkan, dimana
tidak dianggap sebagai pelanggaran Hak Cipta pengambilan berita aktual
(berita yang diumumkan dalam waktu I x 24 jam sejak pertama kali
diumumkan) baik seluruhnya maupun sebagian dari kantor berita, Lembaga
Penyiaran, dan Surat Kabar atau sumber sejenis lain, dengan ketentuan
sumbernya harus disebutkan secara lengkap.
Perbanyakan tanpa izin juga telah termasuk ke dalam salah satu ranah
hukum perdata, yaitu mengenai pengertian perbuatan melawan hukum. Sejak
tanggal 31 Januari Tahun 1919, melalui Putusan Hogeraad (Mahkamah
Agung) Belanda dalam kasus Li11de11ba111n vs Cohen,1 terjadi perubahan
(perluasan) rnengenai pengertian perbuatan melawan hukum.
Pengertian perbuatan melawan hukum hanyalah sebatas pelanggaran
terhadap ketentuan yang terdapat di dalam Undang-undang.8 Namun, setelah
munculnya kasus tersebut, perbuatan melawan hukurn didefinisikan secara
lebih luas yang meliputi perbuatan-perbuatan berikut :
7
Moeljatno, Asas-asa.� H11k11111 Pidana, Cetakan Ketujuh, PT Rineka Crpta, Jakarta, 2002, him.
l 3 l.
8
Munir Fuady, Perbuatan Melawan H11k11111 (pendekatan Ko11te1111Jorer), PT Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2002, hlm. 11.
e HKUM4301/MODUL B 8.13
9
Munir Fuady, Op.Cit., him. 11.
10
Ibid., hlm. 13.
8.14 H UKUM TELE MA Tl KA •
I) Hak moral
Hak cipta juga meliputi hak moral. Hak moral tercantum dalam
Konvensi Bern dengan Malaysia dan Indonesia terikat di dalamnya.12 Hak
moral bukan hak ekonomi, tetapi ada untuk melindungi integritas Ciptaan
serta hak pencipta untuk tetap dicantumkan namanya, sekalipun ia sudah
11
R. Setiawan, Pokok-pokak H11k11m Perikatun, Putra A Badrin, Bandung, 1999, hlm. 87.
12
Dikutip dari : Hak Moral, lndikasi Asal dan Hak Kebudayaan, oleh Miranda Risang Ayu,
Pikiran Rakyat 4 Desernber 2007, diakses pada tanggal 12 Juni 2010, pada pukul 15.00 Wib.
e HKUM4301/MODUL B 8.15
13
Terri Janke dalam Sum Garkawe et.al, 200 I.
14
Otto Hasibuan, Op.Cit., him. 70.
15
Ibid., him. 70.
8.16 H UKUM TELE MA Tl KA •
2) Hak ekonomi
yaitu hak untuk mengumumkan, dalam hal ini media internet merupakan
sarana pengumuman hak cipta berbentuk penyiaran, lebih lanjut di dalam
UUHC unsur penyiaran termasuk ke dalarn hak untuk rnengumumkan.
Berdasarkan kesimpulan tersebut penyiaran lagu tanpa izin atau lisensi dari
pemegang hak cipta adalah pelanggaran terhadap hak ekonomi, yaitu
mengumumkan.
Dalam perkembangannya, karya cipta yang bersumber dari hasil kreasi
akal dan budi manusia tersebut telah melahirkan suatu hak yang disebut hak
cipta (copy rights). Hak cipta tersebut melekat pada diri seorang pencipta
atau pemegang hak cipta, sehingga lahirlah dari hak cipta tersebut hak-hak
ekonorni (eco110111ic rights) dan hak-hak moral (moral rights).
Hak ekonorni merupakan hak untuk ,nengeksploitasi yaitu hak untuk
mengumumkan atau memperbanyak suatu Ciptaan, sedangkan hak moral
merupakan hak yang berisi larangan untuk melakukan perubahan terhadap isi
Ciptaan, judul Ciptaan, nama pencipta, dan Ciptaan itu sendiri.
Hak cipta merupakan hak khusus bagi pencipta atau penerima hak, untuk
rnengumumkan atau rnemperbanyak Ciptaannya, atau memberi izin untuk itu
dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan
Perundang-undangan yang berlaku.
Hanya pencipta saja yang mernpunyai hak khusus ( exclusive rights) yang
dilindungi Undang-undang yang dapat mengumumkan Ciptaannya, untuk
memperbanyak Ciptaannya dan untuk rnemberi izin mengumumkan dan/atau
memperbanyak Ciptaannya tersebut, seumur hidup Pencipta ditambah 50
tahun setelah pencipta meninggal.
lni berarti bahwa hak cipta dapat diwariskan kepada ahli warisnya
seperti yang tertera dalam Pasal 4 ayat (I) yang berbunyi: "Hak cipta yang
dimiliki oleh pencipta, yang setelah penciptanya meninggal dunia, menjadi
milik ahli warisnya atau milik penerima wasiat, dan hak cipta tersebut tidak
dapat disita, kecuali jika hak itu diperoleh secara melawan hukum".
Beralih atau dialihkannya hak cipta tidak dapat dilakukan secara lisan
tetapi harus dilakukan secara tertulis baik dengan Akta Notaris maupun tidak
dengan Akta Notaris. Atas sebuah Ciptaan karya dalam bidang seni, sastra
dan ilmu pengetahuan akan melekat dua ,nacam hak yaitu hak ekonomi
(economic rights) dan hak moral (moral rights).
Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa apabila hak cipta ini
beralih atau dialihkan kepada pihak ketiga oleh Pencipta, pada dasarnya yang
beralih hanyalah hak ekonominya saja, sedangkan hak moralnya tetap
melekat pada diri Pencipta.
e HKUM4301/MODUL B 8.17
kegiatan dan akhir-akhir ini, perselisihan fasilitas resolusi. Pada tahun I 996,
negara-negara anggota menemukannya diperlukan untuk rnembentuk suatu
perjanjian intemasional untuk menangani perlindungan hak cipta evolvement
baru teknologi. Adapula perjanjian hak cipta WIPO adalah Diadopsi oleh
Konferensi Diplomatik di Jenewa pada tanggal 20 Desember I 996. Perjanjian
ini merupakan kesepakatan khusus dalarn Pasal 2 dari Konvensi Bern.
Dari tinjauan umum mengenai media internet terdapat beberapa resiko di
antaranya risiko yang sering timbul seiring dengan pengawasan yang tidak
sejalan dengan perkembangan teknologi di bidang teknik informatika.
Selain resiko terjadinya pelanggaran dengan cara perbanyakan lagu pada
media internet, dengan sistem yang terdapat pada media internet yang secara
mudah dan praktis dalam menyiarkan lagu, juga menimbulkan risiko
pelanggaran terhadap hak moral Pencipta lagu.
Rentannya pelanggaran yang timbul dalam penyiaran karya cipta lagu
pada media internet dalam kaitannya dengan hak cipta menjadi sebuah
masalah yang harus diteliti lebih lanjut. Resiko akan pelanggaran hak cipta
pada media internet merupakan sebuah kerugian bagi pihak-pihak yang
terkait dengan adanya hak cipta sebuah lagu. Berdasarkan ha! ini, hukum
harus dapat menjaga adanya sebuah hak dari sebuah karya cipta lagu.
Rentannya pelanggaran hak cipta pada media internet ditunjang pula
dengan penegakan perlindungan karya cipta lagu yang sulit. Pengawasan
yang sejalan dengan perkembangan masyarakat merupakan sebuah sarana
bagi penegakan hukum di berbagai dimensi kehidupan manusia. Media
internet dipandang sebagai janngan-janngan tanpa batas yang
menghubungkan seluruh dunia dengan suatu sistem jaringan.
Gambaran ini menunjukkan bahwa sistem kerja internet merupakan
sistem kerja tanpa batas dan tak dapat dibatasi. Dengan karakter ini, sebuah
lagu yang diputar pada media internet akan sulit terdeteksi, mengingat sistern
kerja internet yang tak terbatas. Sistem kerja ini akan mengakibatkan sulitnya
perlindungan lagu yang disiarkan rnelalui media internet, karena jaringan-
jaringan yang menampilkannya merupakan jaringan global.
Pergaulan hidup manusia diatur oleh berbagai macam kaidah atau
norma, yang pada hakikatnya bertujuan untuk menghasilkan kehidupan
bersama yang tertib dan tenteram, Di dalam pergaulan hidup tersebut,
manusia mendapatkan pengalaman-pengalaman tentang bagaimana
mernenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok atau primary needs, yang antara lain
menyangkut sandang, pangan, dan papan.
Secara sosiologis merupakan suatu gejala yang wajar, bahwa akan ada
perbedaan antara kaidah-kaidah hukum di satu pihak, dengan perikelakuan
yang nyata. Hal ini terutama disebabkan, karena kaidah hukum merupakan
e HKUM4301/MODUL B 8.23
16
Soerjono Soekanto, Pokok-pokok Sosiotogi H11k11111, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005,
him. 69.
17
Broinslaw Malinowski. Cri111e and Custom i11 Savage Society, Travian, 1962, hhu. I 05.
18
"The Rules of law from the rest in which rhey are felr and regarded as rhe obligation of one
person and the rightful claims of another. They are sanctioned not by a mere psychological
motive. but by definite social machinery of binding force. based .... Upon mutual dependence
and realized in the equivalent arrangement of reciprocal services".
"Law is the specific result of the configuration of obligations which makes it impossible for thr
native to slurk his responsibtluy without suffenng for it in the future ".
19
E.A. Hoebel, The law of Primitive Man Cambridge, Harvard University Press, 1961, him. 55.
8.24 H UKUM TELE MA Tl KA •
sebagai karya sastra dalam arti Pasal 2 Konvensi Bern. Perlindungan tersebut
berlaku untuk program komputer, apapun mungkin modus atau bentuk
ekspresi mereka. 5 Artikel menyatakan lebih lanjut bahwa kompilasi data
atau materi lain, dalam bentuk apapun, yang dengan alasan oleh seleksi atau
penyusunan isinya merupakan ciptaan intelektua1, dilindungi sebagai
tersebut.
Perlindungan ini tidak mencakup data atau bahan itu sendiri dan tanpa
mengurangi aspek hak cipta pada data atau bahan yang terkandung dalam
kompilasi "WTPO perjanjian Hak Cipta. secara umurn mencakup semua jenis
komputer program dan bukan hanya object code atau kode sumber program
komputer seperti yang dalam TRIPS Agreement. Jadi dapat dikatakan bahwa
mengabaikan perubahan kecil diadopsi oleh WIPO Copyright Treaty.tidak
konsisten dengan Agreement.
Untuk pelanggaran pengumuman ciptaan lagu melalui komputer tanpa
izin dari Pencipta atau Pemegang hak cipta dapat terjadi karenaadanya dua
buah program komputer memiliki source code (pencarian kode) yang sama.
Dengan demikian dimungkinkan telah terjadi peniruan terhadap salah satu
program komputer, karena tidak mudah rnenentukan seberapa besarkah
kesamaan dari source code tersebut sehingga dapat dikatakan melanggar hak
cipta.
Konsep UUHC tidak memberikan perlindungan yang bersifat kuantitatif,
yaitu yang mengatur seberapa besar kemiripan antara kedua program
kornputer, salah satu perlindungan di dalam UUHC yang terkait dengan
program komputer di antaranya sebagai berikut:
a. Dalam lisensi ini di dalamnya mencakup ketentuan-ketentuan pada
UUHC,
b. Software tersebut dapat diunduh hanya pada satu mesin.
c. Dilarang melakukan perbanyakan software tersebut untuk keperluan hal
lain (dalam hal ini pengguna diberi kesempatan membuat satu buah
backup copy/data cadangan).
d. Dilarang memberikan sofrware tersebut kepada pihak lain untuk
kepentingan lain.
2) Softlifting
Jika sebuah lisensi dipakai melebihi kapasitas penggunaannya seperti
ada lima lisensi tetapi dipakai pada sepuluh mesin komputer.
3) Pemalsuan
Penjualan CD-R illegal pada penyewaan software (program).
4) Do,vnloading ilegal
Mengunduh sebuah program komputer dari internet. Copyright atau hak
cipta yang melindungi ekspresi fisik dari suatu ide misal tulisan, musik,
siaran, software dan Iain-lain tumbuh ketika proses penyalinan dapat dibatasi
tetapi untuk saat ini sulit untuk mencegah dilakukan penyalinan tersebut
sehingga usaha untuk menerapkan praktik monopoli pada usaha kreatif
rnenjadi tidak beralasan."
Pada era tahun 1980 sampai dengan tahun 1986 ketika perusahaan
software sangat khawatir dengan masalah pengumuman, maka dimanfaatkan
teknik proteksi disk yang membuat para pihak menyalin disk atau program
untuk pengumumannya.
Tetapi hal ini menyebabkan pengguna mengalami kesulitan untuk
menggunakannya, maka setelah perusahaan perangkat lunak menyadari
bahwa mereka tetap memperoleh keuntungan yang besar dari hal lain seperti
servis dan pembelian perangkat lunak asli yang tetap tinggi maka mereka
meniadakan proteksi penyalinan ini. Batasan-batasan yang diberikan oleh
UUHC terhadap penggunaan program komputer menyebabkan banyak
perbuatan yang dikategorikan sebagai perbuatan yang melanggar hak cipta.
2
° Franc Kozarnernik and Michael Mullane, "an Introduction to Internet", �VBU-TC Digital
Radio Systems Handbook, EBU, 2005, hJm. 154.
8.26 H UKUM TELE MA Tl KA •
21
Pengumuman adalah: pembacaan, penyiaran, pameran, penjualan, pengedaran, atau
penyebaran suatu ciptaan dengan ,nenggunakan alat apapun, tennasuk media internet, atau
melakukan dengan cara apapun sehingga suatu ciptaan dapat dibaca, drdengar, atau dilihat
orang lain.
Perbanyakan adalah: pcnambahan jumlah sesuatu ciptaan, baik sccara kcseluruhan maupun
bagian yang sangat substansial dengan menggunakan bahan-bahan yang sama ataupun ndak
sama, termasuk rnengalihwujudkan secara permanen atau temperer.
e HKUM4301/MODUL B 8.27
akses yang mudah dan praktis bagi penikrnat musik dalarn rnendengarkan
lagu yang kita inginkan. Beberapa modus kriminalitas di dunia maya, salah
satu bentuknya yang wajib diwaspadai adalah pencurian data-data account
(identitas) penting.
Pelaku biasanya adalah seorang hacker (pelaku/pengguna tanpa seizin
pencipta) dengan cara menjebak orang lain untuk tidak sadar bersedia
rnemberikan data-data account-nya. Modus yang digunakan adalah
mengirimkan sebuah email phising yaitu pengiriman email yang bertujuan
untuk mencuri data data rahasia tentang account, email seperti ini harus lebih
diwaspadai, caranya adalah dengan tidak menuruti perintah-perintah hacker
tersebut. Selanjutnya dapat dilakukan pemblokiran alamat email dari
pengirirn email phising tersebut.
Berdasarkan ha! tersebut, Penulis mengambil salah satu contoh
pelanggaran yang terdapat pada YouTube dalam media internet adalah
sebagai berikul :
Perusahaan media Viacom Inc yang berada pada jaringan kabel MTV,
VH I, Nickelodeon dan studio film Paramount Pictures meminta YouTubc
untuk menghapus lebih dari seratus ribu video klip tanpa izin dari situsnya. 22
Viacom dalam pernyataannya mengungkapkan, pihaknya selama
beberapa bulan telah duduk bersama dengan YouTube dan perusahaan
induknya, Google Inc., untuk membicarakan permasalahan ini. Namun
Viacom beranggapan YouTube tidak memiliki itikad baik untuk rnembuat
persetujuan yang adil yang mernungkinkan konten Viacom tersedia untuk
pengguna YouTube.
Viacom berpendapat YouTube dan Google telah mengalami kegagalan
pada fungsi penyaringan yang digunakan untuk mengontrol video tanpa izin
yang masuk ke dalam situs populer tersebut. Saat ini, Viacom telah meminta
YouTube menurunkan klip-klip bermasalah tersebut dan menghentikan
sementara gugatan hukumnya.
Di bawah Undang-undang hak cipta federal, layanan online seperti
YouTube umumnya kebal terhadap berbagai kewajiban pertanggungjawaban
selama situs tersebut selalu merespons permintaan penurunan video, seperti
yang saat ini terjadi.
Yang terlihat tidak jelas legalitasnya adalah apa yang terjadi jika
pengguna lain mengunduh video yang sama, sesuatu yang sebenarnya lumrah
terjadi pada situs berbagi video gratis.
22
Dikutip dari: AP Business Writer dan detikNET, tentang Pelanggaran pada You Tube,
www.google.co111., diakses pada tanggal 5 Fcbruari 2010, pada pukul 20.15 Wib.
8.28 H UKUM TELE MA Tl KA •
23
Herman Sadikin. Pelanggaran Pada Internet oleh, www.google.com, diakses pada tanggal 30
Juni 2010, pada pukul 21.00 Wib.
24
Perlunya Collecting Society,
h ftp :/!www. ,na ila re hive. coni/akh i@ yahoo groups. coni/111 sg0064 3. ht 111 /, di akses pad a tan ggal 30
Mei 2010, pada pukul 21.00 Wib.
e HKUM4301/MODUL B 8.29
25
Dikutip dari: Artikel Sulistiono Kcrtawacana, Peran Hak Cipta di lndonesia.
h1tf).llwww.ko111pas.com, diakses pada tanggal 30 Mei 2010, pada pukul 21.30 Wib.
8.30 H UKUM TELE MA Tl KA •
26
Dikutip dari: Artikel Roya/ti & Hak Cipta Musik di Radio Internet, Fachri Siradz,
w1vw.ko111pas.co111, diakses pada tanggal 30 Mei 20 I 0, pukul 22.00 Wib.
e HKUM4301/MODUL B 8.31
27
Dikutip dari: Kompas Cyber Media. ivw1v.ko111pas.co111, diakses pada tanggal 30 Mei 2010,
pada pukul 20.00 Wib.
8.32 H UKUM TELE MA Tl KA •
28
Sumber : www.kci.org.id, diukses pada tanggal 11 Juni 2010, pada pukul 23.05 Wib.
8.34 H UKUM TELE MA Tl KA •
29
Dikutip dari artikel: Arsyad M. Sanuvi. Perkembangan hak cipta dan Permasalahan-
permasatohan Huk11111 dan Sotusinya. Artikel dalum Jumal Hukum Ius Quia luvtum, No. 16
Vol. 8, 2001.
e HKUM4301/MODUL B 8.35
untuk mengatasi pengaturan hak-hak pencipta dan pemegang hak cipta secara
tegas termasuk pembatasan yang jelas antara performing rights dan
mechanical right dengan cara menambahkan peraturan pada hukum hak
cipta.
Termasuk pula pengaturan pembayaran royalti yang mengacu pada
standar internasional. Apabila masalah tersebut terselesaikan dengan baik,
bukan tidak mungkin radio internet akan dikenal di Indonesia karena telah
ada kepastian hukum.
LATI HAN
30
Harsono Adisumitro, Hak Milik huetektuat Khususnya Hak Cipta, CV. Akademika Pressindo,
Jakarta, 1998, him. 12.
8.36 H UKUM TELE MA Tl KA •
<S_,
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
3) Suatu penyiaran karya cipta lagu pada media internet yang tidak
memiliki lisensi dari pemegang hak cipta merupakan pelanggaran
terhadap Pasal ....
A. I ayat (I) dan Pasal 49 UUHC
B. I ayat (2) dan Pasal 49 UUHC
C. 2 ayat (I) dan Pasal 49 UUHC
D. I ayat (3) dan Pasal 49 UUHC
KEGIATAN BELAJAR 2
3. Merek (Traden,arks).
4. Desain Produk lndustri (Industrial design).
5. Indikasi Geografis (Geographical Indications).
6. Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu (Lay-out Designs of Integrated
Circuits).
7. lnfonnasi yang dirahasiakan (Undisclosed Information).
Banyak merek yang secara hukum telah dimiliki oleh seseorang ternyata
tidak dapat digunakan sebagai nama domain atas namanya di internet, karena
telah digunakan oleh pihak lain terlebih dulu. Pemakaian semacam ini sama
sekali tidak mengurangi hak-hak pemilik merek asli untuk dilindungi sebagai
pemilik merek yang sebenamya, dan pihak yang menggunakan nama domain
e HKUM4301/MODUL B 8.43
dengan merek tertentu itu juga sama sekali tidak memiliki hak atas merek
terdaftar tersebut.
DaJam rangka menanggulangi kenyataan yang cukup mengkhawatirkan
terkait maraknya pelanggaran terhadap HK! sebagaimana telah dipaparkan di
atas, Indonesia saat ini telah memiliki perangkat hukum yang cukup lengkap
dalam memberikan perlindungan terhadap HKJ. Selain adanya perangkat
hukum yang khusus mengatur mengenai HK.I. Dalam ha! pernbuktian hal-hal
terkait bukti elektronik dan menyangkut pengaturan mengenai nama domain,
pada April Tahun 2008 telah disahkan suatu rezim hukum baru terkait
cyberlaw melalui Undang-undang No.19 Tahun 2016 tentang lnformasi dan
Transaksi Elektronik. Dalam Undang-Undang No. 19 Tahun 2016,
Perlindungan HK.I dan Nama Domain, diatur pada Pasal 23 sampai dengan
Pasal 25.
Mengingat karakteristik cybercrime yang bersifat borderless dan
rnenggunakan teknologi tinggi sebagai media, maka kebijakan kriminalisasi
di bidang teknologi informasi harus memperhatikan perkembangan upaya
penanggulangan cybercrime baik regional maupun internasional dalam
rangka harmonisasi dan uniforrnitas pengaturan cybercrime. Salah satu
instrumen hukum internasional terkait cybercrime yang dikenal dengan EU
Convention on Cybercrinie, 200/ yang telah dibuat pada tanggal 23
November 2001 di kola Budapest, Hongaria, oleh negara-negara yang
tergabung dalam Uni Eropa (Council of Europe).
Dalam EU Convention on Cybercrime, 2001 diatur secara khusus
mengenai larangan terhadap pelanggaran HK.I dan adanya klausul mengenai
kerja sama internasional serta ekstradisi. Dengan adanya ketentuan tersebut
setiap anggota konvensi dapat melakukan kerja sama dalam ha! melakukan
penyidikan atau proses hukum terkait dengan tindak pidana teknologi
informasi. Selain hal itu bagi setiap warga negara asing yang melakukan
suatu tindak pidana teknologi informasi yang rnemiliki ak.ibat hukum pada
suatu negara sesama anggota konvensi, dengan adanya ketentuan terkait
ekstradisi, warga negara tersebut dapat dikenakan ekstradisi untuk dikenakan
sanksi pidana berdasarkan hukum negara yang dirugikan.
Berdasarkan hal tersebut, dalam rangka menciptakan ketertiban dalam
pemanfaatan teknologi informasi khususnya dalam melakukan perlindungan
terhadap HKI, selain dengan telah diberlakukannya Undang-Undang No.19
Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, Indonesia masih
perlu untuk ikut mengesahkan EU Convention on Cybercrime, 2001 dan
mengadopsinya dalam hukum positif negara Indonesia.
8.44 H UKUM TELE MA Tl KA •
31
Amstrong Scmbiring, Aspek H11k11111 Terhadap Pembajakan l.agu dan Hak Cipta di lndonesia.
w1vw.te111poi11terak1i(co111, drakses pada tanggal 24 Januari 2010, pada pukul 16.06 Wib.
e HKUM4301/MODUL B 8.45
saat ini jelas ada sikap permrsssve (membolehkan) atau bahkan ilnunity
(kebiasaan) kalangan penegak hukum atas pelaku pelanggaran HK!.
Sikap yang paling berkompeten di bidang penegakan hukum atas HKI di
Indonesia sampai saat ini masih sering terjadi saling lempar tanggung jawab.
Salah satu contohnya aparat hukum sering dihadapkan pada kondisi di mana
pelaku pelanggaran HKI justru memiliki izin untuk menjalankan usaha
perbanyakan lagu tanpa hak tanpa seizin pencipta.
Berdasarkan hal tersebut karena kurangnya pennintaan dari masyarakat
maka mereka melakukan perbanyakan lagu tanpa hak tanpa seizin pencipta
secara i lie gal.
Untuk itu aparat hukum meminta kepada Kemendag untuk melakukan
pengawasan terhadap izin usaha yang telah dikeluarkan, sementara
Kemendag sendiri tidak dapat memenuhi permintaan polisi karena tidak
mempunyai wewenang untuk melakukan pengawasan atau penyelidikan.
Penyebab lainnya yaitu kadar pengetahuan dan jumlah aparat penegak hukum
di bidang HKI masih belum memadai,
Masih sedikit anggota aparat hukum yang memiliki pengetahuan dan
rnemahami tentang HK! dan dengan keterbatasan itu memungkinkan
terjadinya kecurangan antara penegak hukum dan pelanggar HK!.
Penegakan hukum di bidang HKI tidak dapat hanya tergantung pada satu
pihak saja. Sebagai satu kesatuan kerja, seluruh instansi terkait turut
bertanggung jawab dan memberikan dukungan yang optimal sehingga
penegakan hukum di bidang HKI ini menjadi efektif. Tujuan hak cipta adalah
insentif bagi produser, penerbit dan promotor yang telah mengambil risiko
guna pemasaran dan penjualan karya-karya cipta.
32
Berne Convention on The Protection of Literary and Artistic Works, Article 2 (2).
e HKUM4301/MODUL B 8.47
Hal semacam ini membuat ragu bagi para aparat untuk melakukan
tindakan yang tegas. Situasi ekonomi seperti ini juga menyebabkan
timbulnya •• dilema pasar", di mana secara ekonomis, konsumen akan selalu
mencuri barang yang paling murah. Dilema pasar ini bila dihadapkan dengan
keadaan ekonomi masyarakat yang sedang lemah akan mendorong
masyarakat untuk tidak menghiraukan lagi apakah barang yang dibeli itu asli
atau palsu.
Tindakan yang paling efektif terhadap keamanan dalam Media Internet
yaitu dengan mendial-up ke Internet berarti PC kita merupakan bagian dari
jaringan global dan sama saja dengan menunjukkan tempat kita berada.
Dikarenakan untuk dapat berinteraksi dengan komputer lain pada jaringan
global, mau tidak mau kita harus mempunyai alamat jelas.33 Dari sistem
keamanan tersebut, para pihak dapat menggunakannya sehingga tidak perlu
lagi takut untuk menghasilkan lagi karya cipta yang akan disebarluaskan
rnelalui media internet.
Alamat ini berupa IP Address (kode alamat) yang diberikan secara
otomatis dan acak dari persediaan yang ada. Walaupun IP Address ini
berbeda setiap kali kita mendiul-up (terhubung) terhadap media Internet,
namun sebenarnya dapat terlacak dari catatan provider.
Selain IP Address, info mengenai pengguna internet dapat terdeteksi
melalui cookies atau pada saat melakukan transfer data. Sebetulnya terdapat
beberapa hal, meskipun berada pada waktu yang singkat pada web site
tersebut.
Ancaman bahaya juga terjadi saat kita terpaksa memberikan data pribadi
pada saat pendaftaran on-line shopping. Terdapat kemungkinan data tersebut
dicuri dalam perjalanannya, kemudian disimpan dalam waktu tertentu pada
sebuah server.
Suatu saat dapat saja data tersebut jatuh ke tangan cracker (pelaku
perbanyakan tanpa hak). Setiap kali terjadi koneksi ke dalam media internet
sudah pasti dapat menggunakan program browser (pencarian). Seringkali
Web Browser secara otomatis menginformasikan mengenai sistem operasi,
versi browser, resolusi monitor, aktif atau tidaknya Java dan Javascript.
Pada dasarnya informasi ini sangat bermanfaat apabila web site
mengantarkan pengunjungnya ke halaman yang disiapkan khusus sesuai
33
Dikutip dari : Langkah Pe11gama11a11 Ko111p11ter pada saat Surfing pada Internet,
htrv:!/ope11source-i11do11esia.co111/kio.ss.phf)lmodule-News-disvlay-sid-63.txt, diakses pada
tanggal 212 Juni 2010, pada pukul 16.00 Wib.
8.48 H UKUM TELE MA Tl KA •
cipta lagu tanpa lisensi pada media internet, pemegang hak cipta dapat
menuntut haknya melalui jalur mediasi atau jalur hukum.
Dengan menggunakan instrumen hukum yang nyata jalur mediasi
melalui konsultan HKl,34 penyelesaian sengketa ditempuh dengan
mengajukan somasi atas pelanggaran hak eksklusif Pencipta atau pemegang
hak cipta tersebut kepada pihak media internet.
Dengan ,nengajukan somasi tersebut, pemegang hak cipta dan ,nedia
internet diarahkan untuk menempuh jalur mediasi penyelesaian sengketa
yaitu antara lain, arbitrase, negosiasi, dan konsiliasi. Namun apabila jalur
mediasi penyelesaian sengketa tidak menemukan kata sepakat, maka
pemegang hak cipta dapat menernpuh jalur hukum yang bersifat final dan
mengikat.
Jalur hukum ditempuh melalui gugatan, gugatan yang dapat ditempuh
pemegang hak cipta terbagi atas dua,35 yaitu gugatan perdata dan gugatan
pidana. Gugatan perdata diternpuh dengan mengajukan gugatan ganti rugi ke
Pengadilan Niaga yang ditujukan kepada pihak ,nedia internet atas
pelanggaran hak cipta terhadap karya cipta lagunya dan meminta penyitaan
terhadap karya cipta lagu yang diumumkan atau hasil perbanyakan karya
cipta lagu yang disiarkan melalui media internet.
Selain gugatan perdata, Pemegang hak cipta dapat rnelakukan
penuntutan secara pidana kepada pihak-pihak yang terlibat dalam penyiaran
karya cipta lagu pada media internet atas penyiaran karya cipta lagu tanpa
lisensi yang merupakan hak ciptanya.36
Perlindungan hak cipta dalam penyiaran karya cipta lagu pada media
internet dapat ditegakkan oleh pemegang hak cipta dengan menunjuk atau
mendirikan sebuah badan hukum yang berfungsi sebagai lembaga pengawas
untuk mernantau jalannya penyiaran lagu pada ,nedia internet yang
dikhususkan pada penyiaran lagu pada media internet, sehingga dengan
adanya badan hukurn tersebut masyarakat Indonesia dapat lebih rnernahami
34
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Repubik Indonesia Nomor 2 Tahun 2005 Tentang
Konsultan Hak Kekayaan lntelektual adalah : orang yang memiliki keahlian di bidang Hak
Kekayaan lntelektua\ dan secara khusus memberikan jasa di bidang pengajuan dan pengurusan
permchcnan di bidang Hak Kekayaan lntelektual yang dikelola oleh Direktorat Jenderal dan
terdaftar sebagai konsultan Hak Kekayaan lntelektual di Direktorat Jenderal.
35
UUHC, Pasal 56 ayat (I).
36
Ibid., Pasal 72 ayat (2): "Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan,
mcngedarkan, atau menjual kepada umurn suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak
cipta a tau hak terkait sebagaimana dimaksud pad a ayat (I).
e HKUM4301/MODUL B 8.51
hak crpta dan mengurangi tindakan perbanyakan tanpa hak tanpa seizrn
pencipta yang dilakukan rnelalui media internet.
Pada dasarnya, penyiaran lagu pada media internet dasar pengaturannya
telah diatur pada Pasal I ayat (5) UUHC dalam pengertian menguasai
pengumuman, yaitu penyiaran, atau penyebaran karya cipta melalui media
apapun termasuk media internet sehingga dapat didengar, dibaca dan dilihat
oleh orang lain. Dengan demikian penyiaran karya cipta lagu pada media
internet merupakan penyiaran yang tidak melanggar hukum apabila lagu
yang disiarkan sudah mendapatkan lisensi dari Pencipta. Hal ini berarti
bahwa apabila sebuah karya cipta lagu disiarkan pada media internet tanpa
lisensi dari pemegang hak cipta, maka penyiaran karya cipta lagu pada media
internet tersebut merupakan pelanggaran terhadap Pasal 2 ayat (I) UUHC
dan mengatur hak eksklusif Pencipta lagu atau musik yang diancam pidana
oleh Pasal 72 ayat (I).
Hal ini karena hak cipta tersebut rnelekat pada diri seorang Pencipta atau
pernegang hak cipta, sehingga lahirlah dari hak cipta tersebut hak-hak
ekonomi (eco110111ic rights) dan hak-hak moral (moral rights). Hak ekonomi
merupakan hak untuk mengeksploitasi yaitu hak untuk mengumumkan atau
rnernperbanyak suatu Ciptaan, sedangkan hak moral merupakan hak untuk
rnelarang seseorang untuk melakukan perubahan terhadap isi Ciptaan, judul
Ciptaan, nama pencipta, dan Ciptaan itu sendiri.
Pencipta atau Pemegang hak cipta dapat menggunakan beberapa
instrumen hukum untuk melindungi karya cipta lagunya pada media internet.
Tindakan hukum yang dapat digunakan pemegang hak cipta terhadap
pelanggaran atas Ciptaannya dapat melakukan melalui lembaga keperdataan
penyelesaian sengketa alternatif ataupun melakukan gugatan Perdata ke
Pengadilan Niaga dan atau melakukan tuntutan pidana ke Pengadilan Negeri
terhadap pihak yang telah menyebarkan karya cipta lagu tanpa izin atau
lisensi pada media internet.
Perlunya pengaturan tentang penyiaran lagu pada media internet yang
juga mengenai pendirian dan penyiaran lagu di dalamnya merupakan
penyiaran hak cipta yang dilindungi. Diperlukan adanya sosialisasi lebih
intens kepada masyarakat agar kesadaran hukum masyarakat Indonesia
terhadap HK.I lebih meningkat. Dikarenakan masyarakat sendiri sebenarnya
belum banyak yang memahami bagaimana sistem HK! berjalan. Dengan
adanya pengaturan pendirian dan penyiaran oleh pernerintah, pelanggaran
8.52 H UKUM TELE MA Tl KA •
hak cipta lagu yang disiarkan tanpa lisensi dapat dicegah berdasarkan
peraturan hukum yang berlaku.
Penegakan perlindungan hak cipta lagu pada media internet tidak lepas
dari adanya aktivitas pendaftaran penggunaan nama domain. Oleh karena itu,
Penulis menyarankan agar lembaga atau badan berwenang yang mendukung
perlindungan penyiaran lagu pada media internet dengan membentuk
lembaga yang mengawasi setiap nama-nama domain yang aktif dan
didaftarkan di wilayah Yurisdiksi Indonesia. Pengawasan ini dimaksudkan
agar fungsi pemanfaatan nama domain yang ada dapat dimonitor secara
optimal. Yang selanjutnya dilakukan pengawasan lebih lanjut oleh Pengelola
Nama Domain Internet Indonesia (PANDI).
HK! adalah instrumen hukum yang memberikan perlindungan hak
kepada seseorang atas segala hasil kreativitas dan perwujudan karya
intelektual, serta memberikan hak tersebut kepada pemilik hak untuk
menikmati keuntungan ekonomi dari kepemilikan hak tersebut. Hasil karya
intelektual tersebut dalarn praktik dapat berwujud Ciptaan di bidang seni dan
sastra, merek, penemuan di bidang teknologi tertentu dan sebagainya.
Persetujuan Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights and
Counterfeit Good atau (Aspek-aspek Perdagangan yang Bertalian dengan
Hak Kekayaan lntelektual selanjutnya disebut TRIPs),37 merupakan salah
satu isu dari 15 (lima belas) isu dalam persetujuan General Agreement on
Tariffs and Trade atau disingkat GA TT (Putaran Uruguay) yang mengatur
masalah hak kekayaan intelektual secara global.
Konvensi tertua yang mengatur kekayaan intelektual adalah Konvensi
Bern (Bern Convention for the Protection of Literary and artistic Works),
ditandatangani dan mulai berlaku pada 9 September 1886 di Bern, !bu kota
Switzerland yang kemudian direvisi dan disempurnakan beberapa kali
diadakannya telah dimasukkan karya musik sebagai salah satu Ciptaan yang
dilindungi. Konvensi tersebut, memberikan perlindungan pelbagai Ciptaan
termasuk Ciptaan musik.
Suatu kekayaan intelektual tergolong yang dilindungi hak cipta adalah
Ciptaan rnusik ini pada abad yang serba digital di bawah ini, Ciptaan musik
telah menjadi industri. Industri musik telah menjadi sumber ekonomi dan
produk musik yang diperdagangkan sangat luas dan menguntungkan,
sehingga perlindungan hukum terhadap hasil karya cipta musik atau lagu
37
0.K. Saidin, Aspek H11k11111 Hak Kekayaan lntetektuat [Intellectual Property Rig/us), PT. Raja
Grafindo Persada. Jakarta. 2(X)4, him. 205.
e HKUM4301/MODUL B 8.53
38
Lagu atau Musik adalah : Sekurnpulan nada yang rnemiliki perpaduan dan harmonisasi yang
semuanya itu terikat dalam satu irama dan tempo yang beraturan. Pada dasarnya bunyi-
bunyian yang tidak memiliki nadajuga dapat disebut musik. Musik merupakan sebuah alunan
jiwa, dimana alunan tersebut dapal mempenguruhi jiwa orang yang mendengarkannya.
39
Carl Oppcdahl, "Remedies m Domain Name Lawsuit: How ls Domain Name Like A Cow?"
19 Januari 2006 11 :23.
8.54 H UKUM TELE MA Tl KA •
40
Caslon Analytics Profile: ICANN and UDRP 19 Januari 2006 11 :34.
41
APJII, "Sejarah Teknologi Lnformasi" 19 januari 2006
42
White House (1997) Framework for Global Electronic Commerce
http://www.technology.gov/digecono1ny/framework.ht1n 29 Agustus 2004
e HKUM4301/MODUL B 8.55
43
Periksa Khrisna Jayakar, "The lntemet Domain name System: Private Property or Public
Resource?" him I 0-11.
44
Green Paper adalah draf yang dikeluarkan oleh NTIA Departernen Perdagangan AS, yang
versi resminya dipublikasikan dalam Federal Register 20, 1998 (col. 63, no. 34) pp.8825-8833.
Salin an lunak (softcopy) tersedia di
http://www. ntia .doc.gov /nt iahome/domai n name/dn sdraft. htm.
45
white Paper adalah pemyataan resnu Pemerintah AS dengan judul "Management of Internet
Names and Addresses" mengcnai DNS di Internet sebagai hasil dari konsultasi-konsultasi
yang terangkum dalam Green Paper. Salinan lunak (softcopy) tersedia dr
http://www. ntia .doc.gov /nt iahome/dornai n na me/6 _5 _98. htm.
46
Khrisna Jayakar, op. cit., him. 11.
47
Franc Kozamemik and Michael Mullane, "an Introduction to Internet", WBU-TC Digital
Radio Systems Handbook, EBU, 2005, him. 3.
8.56 H UKUM TELE MA Tl KA •
Pasal 15
TR!Ps menyatakan:
1. Any sign, or any combination of signs, capable of distinguishing the
goods or services of one undertaking from those of other
undertakings, shall be capable of constituting a trademark. Such
signs, in particular words including personal names, letters,
numerals, figurative elements and combinations of colours os well
os ony combination of such signs, shol/ be eligible for registration
as trademarks. Where signs are not inherently capable of
distinguishing the relevant goods or services, Members may make
registrability depend on distinctiveness acquired through use.
Members may make registrability depend on distinctiveness
acquired through use. Members may require, as a condition of
registrations, that signs be visual/y perceptible
2. Paragraph 1 above shall not be understood to prevent a Member
from denying registration of a trademark on other grounds,
provided that they do not derogate from the provisions of the
Paris Convention (1967).
3. Member may make registrability depend on use. However, actual
use of trademark shall not be a condition for filling an application
for registration. An application shall not be refused solely on the
ground that intended use has not taken place before the expiry of
a period of three years from the date of application.
4. The nature of the goods or services to which a trademark is to be
applied shall in no case form an obstacle to registration of the
trademark.
5. Members shall publish each trademark either before it is
registered or promptly after it is registered and shall afford a
reasonable opportunity for petitions to cancel the registration. In
addition, Members may afford an opportunity for the registration
of a trademark to be opposed.
dasarnya hak cipta adalah suatu hak negatif untuk mencegah penyalinan yang
dilakukan tanpa izin dari pencipta oleh pihak lain. lni berarti bahwa jika dua
Ciptaan diciptakan identik dan secara independen satu sama lain, tidak ada
pelanggaran hak cipta. Hak Cipta dibuat sebagai kebijaksanaan penyeimbang
kepentingan Pencipta, Penerbit, dan Pembaca. Kebijakan ini ditempuh bukan
untuk membatasi kepemilikan atas suatu Ciptaan. Pada beberapa dekade
terakhir suatu Ciptaan dilindungi hak cipta dikaitkan dengan perdagangan
dan merupakan bagian dari yang dinamakan kekayaan intelektual
(intellectual property}.
LATIHAN
I) Jelaskan tindakan hukum apa yang harus dilakukan atas pelanggaran hak
cipta!
2) Jelakan tindakan non hukum apa yang harus dilakukan atas pelanggaran
hak cipta!
3) Pemilik perangkat lunak yang asli tidak akan memperoleh bagian royalti
dari keuntungan penjualan perangkat lunak tersebut. Pelangaran ini
sering terjadi, baik pada situs web pribadi, komersial maupun akademis,
antara lain berupa ....
A. Memberikan fasilitas download gratis kepada para pengunjungnya
(dengan tujuan untuk menarik lebih banyak pengunjung) berupa
software, lagu, gambar, film, dan karya-karya tulisan yang
dilindungi hak cipta tanpa seizin pemilik karya-karya tersebut;
8. Menampilkan gambar-gambar yang dilindungi hak cipta untuk latar
belakang dan hiasan web pages-nya, tanpa seizin pembuat gambar;
dan
C. Merekayasa gambar atau foto hasil karya seseorang tanpa seizin
pembuatnya untuk ditampilkan di web pages-nya. Hal ini banyak
terjadi pada situs-situs porno.
D. Membuat situs situs pencemaran nama baik
Tes Formatif I
Tes Forn,atif2
4) A. Salah bukan ,nerupakan Hak cipta dan hak-hak terkait lainnya (copy
rights and related rights).
B. Salah karena bukan merupakanMerek dagang (trade,narks).
C. Salah karena bukan merupakan lndikasi geografis (geographical
indications).
D. Benar karena cara yang paling mudah adalah melalui Public
Relations.
e HKUM4301/MODUL B 8.65
Glosarium
copy rights and related hak cipta dan hak-hak terkait lainnya.
rights
geographical indikasi geografis.
indications
Internet salah satu agen perubahan yang paling kuat dan
menyeluruh pengaruhnya terhadap peradaban
dunia modern, juga telah menyatukan sistem-
sistem surat elektronik (entail) dari semua
orang, organisasi, maupun perusahaan di
seluruh dunia.
trademarks merek dagang.
e HKUM4301/MODUL B 8.67
Daftar Pustaka
Buku:
Eddy, D. (2004). H11k11111 hak cipta UUHC No111or 19 Tahun 2002. Bandung:
PT Alumni.
Harsono, A. (1998). Hak milik intelektual khususnya hak cipta. Jakarta: CV.
Akademika Pressindo.
Otto, H. (2008). Hak cipta di Indonesia: Tinjauan khusus hak cipta lagu,
neighboring rights, and collecting society. Bandung: PT Alumni.
Peraturan Perundang-undangan:
Konvensi Internasional:
Jurnal:
Somber Lain:
http://ope11source-i11donesia.con1/kioss.phpln10d11le-Ne1vs-display-sid-63.txt.
Langkah pengamanan komputer pada saat surfing pada internet, diakses
pada tanggal 12 Juni 2010, pada pukul 16.00 WIB.
ht tp.r/www. usdoj.gov/cri 111 ina 1/cybe rcri tne/ve rhoevensen t. lum, diakses pad a
tanggal 2 Februari 20 I 0, pada pukul 21.15 WIB.
Miranda, R.A. Hak moral, indikasi asal dan hak kebudayaan. Pikiran Rakyat
4 Desember 2007, diakses pada tanggal 12 Juni 2010, pada pukul 15.00
WIB.
Perkembangan Telematika
dan Kaitannya dengan Hukum
Nasional dalam Rangka Menuju
Masyarakat Cerdas Hukum
� Z.. . .�
PEND AH UL U AN. _
J-l ukum telematika tidak terlepas dari sistem hukum nasional secara
J JL keseluruhan. Karena sebagai rezim hukum baru hukum telematika
ditopang olch bcrbagai bidang ilmu hukum yang saat ini merupakan hukum
positif nasional rnaupun instrumen hukum internasional. Bagian tulisan ini
menyoroti hubungan hukum telematika dengan masyarakat cerdas hukum
dan sistem hukum nasional pada umumnya,
Dalam melaksanakan pembangunan hukum, satu hal penting yang harus
diperhatikan adalah bahwa hukum harus dipahami dan dikembangkan
sebagai satu kesatuan sistem. Terlebih lagi, Negara hendaknya dipahami
sebagai suatu konsep hukum, yaitu sebagai Negara Hukum. Dalam hukum
sebagai suatu satu kesatuan sistem terdapat elemen kelernbagaan, elemen
materi hukum (legislasi), dan elemen budaya hukum. Oleh karena itu
pembangunan hukum di Indonesia harus dilakukan melalui pendekatan
kesisteman tersebut.
Hukum Nasional adalah kcsatuan hukum yang dibangun untuk mencapai
tujuan Negara yang bersurnber dari Pernbukaan dan Pasal-pasal Undang-
Undang Dasar 1945, sebab di dalarn Pernbukaan dan Pasal-pasal UUD itulah
terkandung tujuan, dasar, dan cita hukum negara Indonesia. Oleh karena itu
sernua diskursus tentang hukum nasional yang hendak dibangun, haruslah
merujuk kepada keduanya. Dengan dernikian upaya reformasi hukum akan
sangat tergantung kepada reforrnasi konstitusi, bila konstitusi yang dibangun
masih memberi jalan bagi lahimya sebuah otoritarianisrne rnaka tidaklah
akan melahirkan sebuah hukurn nasional yang demokratis.
9.2 HUKUM TELEMATIKA e
I
Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Rcpulik Indonesia Tahun 1945 bcrbunyi:
"Negara Indonesia adalah negra hukum."
• HKUM4301/MOOUL 9 9.3
KEGIATAN BELA.JAR 1
2
pcmikiran ini merupakan bahan yang dikcmbangkan pada kajian Badan Pembmaan Hukum
Nasional (BPHN)
9.4 HUKUM TELEMATIKA e
3
Pasal 28F:
Senap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperolch informasi untuk mcngembangkan
pribadi dan lingkungan sosialnya, serta bcrhak untuk mencari, mcmperolch, mcmiliki,
• HKUM4301/MOOUL 9 9.5
Penataan Kelembagaan
Perubahan UUD 1945 telah berimplikasi lahirnya banyak lembaga
negara atau organ, baik lernbaga utarna (prilna,y constitution organs)
maupun lembaga pendukung/penunjang (state auxiliary body/SAB), maka
kondisi tersebut harus disesuaikan dengan desain UUD 1945.
Peran auxiliaries bodies dibutuhkan untuk memperkuat pclaksanaan
tugas pelayanan publik, penegakan hukum dan peradilan serta pembentukan
dan perencanaan hukum, Maraknya kelahiran berbagai SAB perlu ditata dan
dikaji ulang urgcnsi pembentukannya dan eksistcnsinya secara selcktif agar
benar-benar bermanfaat dan tidak membebani kinerja dan perekonomian
nasional. Kaji ulang tersebut paling tidak mencakup:
a. tingkat kepercayaan keberadaannya;
b. kadar urgensinya;
c. eksistensi dan kinerjanya; dan
d. cfisiensi dan efektivitas pelaksanaan tugasnya.
Pasal 28J
(I) Scnap orang wajrb mcnghorman hak asasi manusra orang lain dalam tcrtib kchidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bemegara.
(2) Dalam rnenjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan
yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-rnata untuk menjamin
pcngakuan serta pcnghormatan alas hak kcbebasan orang lain dan untuk mcmenuhi
tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, rulai-nilai agama, keamanan, dan
kctertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.
9.6 HUKUM TELEMATIKA e
B. REFORMASI KONSTITUSI
4
Program Legislasi Nasional adalah instrument pcrcncanaan program pcmbentukan Undang-
Undang yang disusun sccara berencana, terpadu, dan sistcmatis.
• HKUM4301/MOOUL 9 9.7
Grand design sistem dan politik hukum nasional saat ini juga tidak dapat
dilepaskan dari perkembangan Telematika. Dalam rangka pembangunan
hukum nasional dan didasari landasan falsafah Pancasila dan konstitusi
Negara UUD 1945, maka diperlukan adanya suatu Grand Design Sistem dan
Politik Hukum Nasional (GDSPHN). GDSPHN merupakan sebuah desain
komprehensif yang menjadi pedoman bagi seluruh stake holders yang
mcncakup scluruh unsur dari mulai perencanaan, legislasi, diseminasi dan
budaya hukum masyarakat. Grand Design Sistem dan Politik Hukum
nasional merupakan guide line komprehensif yang menjadi titik fokus dan
tujuan seluruh stake holder pembangunan hukum yang mencakup desain
struktur pembangunan hukum secara utuh, konsistensi produk hukum ideal
yang berlandaskan pada Falsafah dan Konstitusi negara, serta asas-asas
hukum umum nilai-nilai sosiologis dan kultur masyarakat Indonesia, pola
implementasi dan enforcement aturan-aturan hukum, serta eksistensi dan
hubungan antar lcmbaga.
Grand design harus diawali dengan pemikiran paling mendasar sebagai
berikut:
I. Pembangunan hukum harus mencakup: Asas, Norma, Institusi, proses-
proses dan law enforcementnya, tanpa mengabaikan budaya hukum;
2. Harmonisasi hukum : perlunya mekanisme legislasi yang Iebih
sistematis, komprehensif dan holistik;
3. Konsistensi pada hierarki regulasi yang berpuncak pada konstitusi.
4. Pengabdian kepada kepentingan bangsa dan negara sebagai pilar untuk
tercapainya tujuan hukum yaitu terciptanya keadilan dan ketertiban
dalam rangka negara kesejahteraan.
5. Grand design dilakukan persektor hukum,
6. Penafsiran/interpretasi pada semua tatanan baik filosofis, sosiologis
maupun yuridis secara sistemis dan komprehensif.
serta kenyataan adanya dimensi waktu dan kondisi yang sangat menentukan
perkembangan hukum itu sendiri.
Pembangunan hukum tidaklah terlepas dari sejarah negara itu sendiri,
karena itu dengan telah dimulainya refonnasi tidaklah berarti kita memulai
segala sesuatunya dari no!. Semua ha! yang baik yang ada dalam produk-
produk hukum positif yang sudah ada harus menjadi modal pembangunan
hukum, sementara yang tidak baik dan tidak sesuai lagi harus kita koreksi
dan perbaiki. Pernbangunan hukum adalah konsep yang berkesinambungan
dan tidak pernah berhenti sehingga masalah keadilan, penegakan hukum dan
sikap masyarakat terhadap hukum tidak boleh mengabaikan keadaan dan
dimensi waktu saat hukum itu ditetapkan/berlaku, Selain tidak bijaksana, ha!
tersebut pada gilirannya juga akan berpotensi mengingkari asas dan kepastian
hukum itu sendiri. Menafsirkan hukum dengan metode historis selain metode
penafsiran lainnya seperti gramatikal dan sistematis adalah penting untuk
dilakukan untuk memahami 'roh' hukum yang sesungguhnya.
Kita juga perlu belajar dari berbagai negara yang saat ini merniliki sistern
dan politik hukum yang demokratis tetapi bermula dari sejarah panjang dan
mengalami masa-masa yang Sangat bertolak belakang dengan prinsip-prinsip
dcmokratis itu, seperti adanya perbudakan. Melalui penerapan prinsip law as
a tool of social engineering, negara tersebut kemudian berhasil mengubah
pola pikir, karakter dan budaya hukum masyarakatnya menjadi demokratis
dan menjunjung tinggi HAM, tanpa mengingkari kenyataan dan prinsip
legalitas, dan menjadikan segala fakta filosofis, sosiologis, yuridis yang ada
dalam sejarah sebagai modal untuk membangun hukum modernnya.
Respons terhadap perkembangan global adalah suatu keniscayaan.
Narnun demikian prinsip hukum modem yang terkait dengan kedaulatan dan
imunitas negara serta kewajiban negara untuk mclindungi warganegaranya
dan rnenjaga keutuhan wilayah dan seluruh infrastruktur negaranya juga
menjadi landasan yang harus selalu dipegang teguh dalam pernbangunan
hukum nasional, sehingga hukum yang dibangun akan menjadi instrumen
yang bennanfaat dan maslahat sesuai pilar utama yaitu hukum yang
mengabdi pada kepentingan bangsa dan negara secara utuh.
Aspek penting lain harus mendapat perhatian di dalam membangun
perundang-undangan adalah hannonisasi. Penyusunan legislasi harus
harmonis secara horisontal dan tidak bertentangan dengan ketentuan yang
lebih tinggi secara vertikal. Ketidakkonsistenan terhadap dua unsur tersebut
akan berakibat timbulnya biaya tinggi, ketidakpastian hukum, dan kontlik
kewenangan antar institusi hukum. Legislasi yang dilaksanakan dengan baik
dapat menjadikan hukum berfungsi menjadi pemberi arah bagi masyarakat
untuk menjadi masyarakat yang baik.
9.10 HUKUM TELEMATIKA e
Budaya Hukum
Lahirnya masyarakat berkarakter cyber telah memunculkan budaya baru
yaitu Budaya borderless dan akses tanpa batas. Hal ini juga berpengaruh
terhadap budaya hukum yang merupakan salah satu elemen penting dalam
membangun sistem hukum nasional, mengingat permasalahan hukum yang
ada menyangkut hal ini saat ini perlu mendapat perhatian tersendiri. Oleh
karena itu Departemen Hukum dan HAM ( Sekarang Kementerian Hukum
dan Hak Asasi Manusia) mencanangkan Tahun 2008 yang lalu sebagai Tahun
Peningkatan Budaya Hukum Nasional. Salah satu upaya dalarn membangun
dan menciptakan budaya hukum masyarakat adalah melalui pendidikan
hukum secara umum yang ditujukan kepada seluruh masyarakat dalarn
bentuk diseminasi dan penyuluhan hukum. Proses edukasi dan pembudayaan
hukum dilakukan terhadap sernua lapisan baik penyelenggara negara,
aparatur penegak hukum maupun masyarakat pada umumnya.
Pemanfaatan TJK dalam rangka diseminasi hukum sejalan dengan
pengarahan Presiden RI pada pembukaan Konvensi Hukum Nasional yang
diselenggarakan oleh BPHN, bahwa scluruh penyelcnggara negara
bertanggung jawab terhadap terdiseminasikannya hukum kepada seluruh
lapisan masyarakat sehingga masyarakat rnemahami hukum secara utuh yang
secara langsung merupakan langkah preventif agar tidak terjadi pelanggaran
hukum. Pelanggaran hukum yang terjadi karena lemahnya diseminasi dan
penyuluhan hukum menjadi bagian dari tanggung jawab penyelenggara
negara.
Pelaksanaan diseminasi dan penyuluhan hukum adalah unsur yang tidak
dapat dipisahkan dari penerapan asas fiksi hukum yang menyatakan bahwa
"setiap orang dianggap tahu hukum". Penerapan asas fiksi hukum tanpa
dukungan sosialisasi hukum yang baik dapat berakibat tidak terlindunginya
masyarakat itu sendiri karena masyarakat dapat terjebak dalam pelanggaran
yang mungkin dia tidak ketahui dan kehendaki.
Dari pengalaman yang selama ini berlangsung dapat disirnpulkan bahwa
sosialisasi hukum merupakan salah satu yang perlu dengan sungguh-sungguh
ditingkatkan melalui koordinasi secara nasional, terpola, dan terstruktur
secara baik dengan memanfaatkan seluruh infrastruktur pendukung seperti
partisipasi aktif masyarakat, media elektronik maupun non elektronik serta
saluran-saluran lainnya seperti pemanfaatan teknologi informasi dan lain-
lain.
Tindakan law enforcement dalarn semua sektor hukum harus selalu
dibarengi dengan upaya preventif berbentuk sosialisasi produk-produk
hukum. Berhasilnya upaya preventifsehingga tidak terjadi atau terkuranginya
pelanggaran hukum akan lebih maslahat dan tidak rnenimbulkan kerugian
• HKUM4301/MOOUL 9 9. 11
�,
---- -
--
�
LATIHAN
TE 5 FORMAT IF 1 _
KEGIATAN BELA.JAR 2
Sistern Otornatis yang rnarak disebabkan oleh Revolusi Digital 4.0 perlu
disikapi dengan cepat dan tepat sehingga rnasyarakat dapat
rnenyiapkan skill untuk perubahan zarnan sehingga angka pengangguran di
Indonesia bisa ditekan. Dan dalarn rnenghadapi industry 4.0 ini, Indonesia
juga perlu meningkatkan kualitas Surnber Daya Manusia (SDM) nya. Sebab
jika tidak ditingkatkan, rnaka industri Indonesia akan semakin tertinggal dari
negara-negara lainya.
Dengan adanya dukungan dari pemerintah tentang kemajuan zaman
melalui era revolusi industri 4.0, maka yang harus diutamakan yaitu rnernbuat
harmonisasi antara aturan dan kebijakan untuk mendukung revolusi industri
4.0 menjadi strategi yang akan diterapkan oleh pernerintah Indonesia,
dikarenakan Revolusi Industri 4.0 telah memaksa dan menuntut kita semua
untuk mernbiasakan diri dengan artificial inteligence, big data, internet of
things (IoT), virtual reality, augmented reality dan teknologi baru yang
muncul dan mengharuskan kita sebagai manusia sudah harus mulai
beradaptasi dengan perubahan tersebut.
5
Peraruran Presiden Nomor 44 Tahun 2015 Tentang Kemenrerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia. Penyebutan Direktorat Jcnderal Hak Kekayaan lntelktual diubah menjadi Direktorat
Kckayaan Intelektual
6
Man Suparman Sastrawidjaja, Perjanjian Baku Da/a111 Aktivitas Dunia Maya, Cyberlaw: Suatu
Pengantar, Cetakan I, Jakarta, Ehps II, 2002, him. 14.
• HKUM4301/MOOUL 9 9.21
7
Abdulkadir Muhammad, Kopan /-/11k111n Ekonomi Hak Kekayaan lntelektual, PT. Citra Aditya
Bakti, Bandung, 2001, hhn. 9.
8
0.K. Saidin, Aspek H11k111n Hak Kekayaan lntetektuat (hnetlectual Property Rights). PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2004, hltn. 205.
9
Mahmud Marzuki, Masatah-masalah Prakus 111e11ge11ai Hak Kekayaan tntetektuat, Yogyakarta
23-30 Agustus 2009, him. 31.
9.22 HUKUM TELEMATIKA e
° KUH
1
Perdata, Pasa\ 499: "Menurut paham Undang-undang yang dinamakan kebendaan ialah,
tiap-tiap barang dan tiap-tiap hak, yang dapat dikuasai oleh hak mihk".
11
Ibid.
12
Ibid., him. 52.
13
Ibid.
14
Penjclasan Undang-Undang Hak Cipta
• HKUM4301/MOOUL 9 9.23
Wib.
9.24 HUKUM TELEMATIKA e
16
Edmon Makanrn, Kompilasi Hukum Telematika, PT Raja Grafindo Perkasa, Jakarta 2003, h\111
3.
17
Kori. A. Anan dalan UNCTAD E Commerce and Development Report, 2004, him 4.
18
Menurut Direktur Jenderal Kekayaan Intelektual (Dirjen Kl) Kemenrerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia (Kemkumham) Ahmad M. Ramli18, kekayaan intelektual merupakan
pendukung ekonomi kreatif. Artinya hak cipta itu melekar dan tidak bisa dipisahkan. Bahkan
kontribusinya cukup besar terhadap Produk Domestik Bruto atau terhadap total pendapatan
suatu negara.
19
Didik J.Rachbini, "Muas dan hnplikasi Gtobatisasi ": Catalan Untuk Bidang Ekonomi dan
Keuangan, Pengantar cdisi Indonesia dalam Hirst, Paul dan Grahame Thornpson, Globallsasi
adalah Mrtos, Jakarta, Yayasan Obor,200 I ,him. 2.
• HKUM4301/MOOUL 9 9.25
20
Siregar, Riki R. 2010. Strategi Meningkatkan Persaingan Bisnis Perusahaan dengan Penerapan
E-Commerce.
21
Tymutz. 2009. Teknologi lnfonnasi Untuk Keunggulan Kornperiuf'Dalam Operasional
Pcrusabaan.
22
Kontroversi Layanan OIT, Abdul Salam Taba diakses pada :
http:// sci ul a r. id/inst ght/20 14/ I 2/kon trovcrsi-layanan-ott/
9.26 HUKUM TELEMATIKA e
��
-�
--
- - - :-::::,::;:
LATIHAN
C. 30 VU ITE
D. 26 Ayat 2 KIP
Tes Formatif I
5) A. Benar karena merupakan bunyi dari Pasal 28F dan 28J UUD 1945.
B. Salah karena bukan merupakan bunyi dari 3 Ayat I UUD 1945.
C. Salah karena bukan merupakan bunyi dari 30 UU !TE.
D. Salah karena bukan merupakan bunyi dari 26 Ayat 2 KIP.
Tes Formatif 2
3) A. Salah karena tidak hanya pada penghonnatan terhadap hak asasi orang
lain.
B. Benar karena merupakan faktor Perubahan Revolusi lndustri yang
berkaitan dengan disrupsi digital.
C. Salah karena tidak hanya meningkatkan hubungan pemerintah dengan
pihak-pihak lain tennasuk dengan masyarakat.
D. Salah karena bukan hanya pada proses mekanisme antara pernerintah
dengan masyarakat.
• HKUM4301/MOOUL 9 9.31
4) A. Salah karena tidak hanya sebagai petrel rencana isi hukum untuk
mencapai tujuan negara sesuai dengan Pancasila.
B. Salah karena bukan merupakan kegiatan manipulasi informasi
khususnya tentang keuangan dengan target untuk mengeruk
keuntungan yang sebesar-besarnya,
C. Salah karena tidak hanya bergerak dalam Kegiatan, konsep dan
metode social-budaya,
D. Benar karena merupakan Perkembangan TIK dalam masyarakat di
dunia, baik dalam perbanyakan konten dan perkembangan platform
digital.
5) A. Benar merupakan bunyi dari Pasal 28F dan 28J UUD 1945.
B. Salah bukan merupakan bunyi dari 3 Ayat I UUD 1945.
C. Salah bukan merupakan bunyi dari 30 UU ITE.
D. Salah bukan merupakan bunyi dari 26 Ayat 2 KIP.
9.32 HUKUM TELEMATIKA e
Glosarium
Daftar Pustaka
Buku:
Man, S.S. (2002). Perjanjian baku dalam aktivitas dunia maya, cyberlaw:
Suatu pengantar (cetakan I). Jakarta: Elips II.
KUH Perdata.
Lain - lain:
ldentitas Diri
Lahir/Umur
Jabatan .. Kepala Seksi Penyusunan Dan Penyelarasan
Rancangan Peraturan Menteri Hukum Dan
Hak Asasi Manusia
Alamat .. Kornplek Lembah Cinere lndah Jalan Kelapa
Gading Blok E No. 162 Rt 003/ Rw 017
Cinere Denok Jawa Barat
Tel non .
• 021- 7549907
Handnhone . 081 221 93982
•
Riwayat Pekerjaan
Instansi
No Jabatan T.M.T Keterangan
lnduk
I. CALON PEGAWAI 2011 DITJEN DIREKTORAT
NEGERI SIPIL (CPNS) AHU PERDATA
2. PEGAWAI NEGERJ 2012 DITJEN DIREKTORAT
SIPIL (PNS) AHU PERDATA
3. FUNGSIONAL UMUM 2011-2014 DITJEN DIREKTORAT
PENDAPAT HUKUM AHU PERDATA
DAN ADVOKASI
Bl DANG
KEPRDATAAN
4. FUNGSIONAL UMUM 2014-2015 DITJEN SEKRETARIAT
PENYUSUN RENCANA AHU DIREKTORAT
KERJA DAN
ANGGARAN
5. FUNGSIONAL UMUM 2015 KANWIL DIVISI
ANALIS JABAR PELA YANAN
PENYELESAIAN HUKUM
KEWARGANEGARAAN
9.38 HUKUM TELEMATIKA e
I nstansi
No Jabatan T.M.T Keterangan
lnduk
6. KEPALA SEKSI 2015- DITJEN PP DIREKTORAT
PENYUSUNAN DAN SEKARANG PERANCANGAN
PENYELARASAN
RANCANGAN
PERATURAN MENTER!
HUKUM DAN HAK
ASASI MANUSIA
Pekerjaan Lain
lnstansi
No Jabatan T.M.T Keterangan
lnduk
I. DOS EN/ 2013 - Business Bina Nusamara
Associate Faculty Member SEKARANG Law University
Deoartmem
Seminar/Lokakarya/ lnstansi
Simposium Tahun Keterangan
Penvclcn ara
I Diskusi Publik Naskah BA DAN 28
PEMBINAAN MEI
Akademik RUU Tentang HU KUM
Hukum Acara Perdata 2012
NASIONAL
"S,na/1 Claims Court" KEMENKUMI-IAM
RI
2 The Separation Of DIREKTORAT II
Authorities Of JENDERAL NOV
Constitutional Court And PERATURAN 2011
Supreme Court In Germany PERUNDANG
UNDANGAN
3 Penyusunan Konsep 6
Kebijakan Computer APRIL
KEMENKOMINFO 2011
E,nergency Response Team/ RI
Coordination Center
!CERT/CC)
4 Perlidungan Privasi: I3
Pcngaturan dan Praktiknya UN PAD SEP
di Indonesia 2011
ldentitas Diri
Pendidikan Terakhir