Oleh
Dosen :
Berdasarkan Pasal 26 Ayat (1) Undang-undang Pokok Agraria, hak atas tanah objek
hibah merupakan hak atas tanah yang untuk pemindahan hak milik serta pengawasannya
diatur dengan peraturan. Tanah yang akan dihibahkan haruslah tanah yang memiliki hak,
bukan tanah yang sedang dalam sengketa, termasuk tanah yang dapat dialihkan sehingga
dapat dihibahkan.
b. Syarat yang berkaitan dengan Subjek (Penerima Hibah dan Pemberi Hibah)
1) Pemberi Hibah harus orang yang berhak, berwenang, dan cakap melakukan
perbuatan hukum untuk menghibahkan tanah tersebut.
2) Penerima Hibah harus orang yang sudah dewasa dan cakap melakukan perbuatan
hukum, serta yang bisa menjadi subjek/pemegang dari hak atas tanah yang akan
dihibahkan. (subjek haruslah WNI atau badan hukum).
c. Syarat berkaitan dengan Pelaksanan Perbuatan Hibah
1) Adanya perbuatan hukum hibah yang nyata dilakukan yaitu adanya pernyataan
kehendak (penyerahan hibah) secara tertulis yaitu dengan menggunakan akta
hibah yang dibuat oleh PPAT, dengan akta dibawah tangan. Dapat juga dilakukan
secara lisan.
2) Perbuatan hukum hibah dilakukan secara terang yaitu diketahui oleh orang lain
(saksi).
b. Pendaftaran Peralihan
Dalam hal terjadinya peralihan hak atas tanah maka harus disertai dengan pendaftaran
tanah sesuai dengan Pasal 19 UUPA, bahwa perlu dilakukan pendaftaran tanah untuk
menjamin kepastian hukum dan memberikan perlindungan hukum kepada pemegang hak
atas tanah.
Pada Pasal 23 Ayat (1) UUPA menjelaskan bahwa hak milik, demikian pula setiap
peralihan, hapusnya dan pembebanannya dengan hak-hak lain harus didaftarkan menurut
ketentuan-ketentuan yang dimaksud dalam pasal 19. Mengenai Akta Hibah diatur pada
pasal 37 Ayat (1) dan Pasal 38 Ayat (2) PP Nomor 24 tahun 1997.